Anda di halaman 1dari 6

Nama : Rokhaliyah

NIM : 2108205130

UAS MAQASHID SYARIAH

Soal UAS

MAQASHID SYARIAH (MS)

1. Jelaskan pengertian MS seca ra bahasa dan istilah !

2. Istilah mashlahat menjadi kunci dalam memahami penetapan hukum-hukum Allah


(syariat). Apa arti mashlahat dan tujuannya dalam penetapan hukum Islam?

3. Asas-asas MS dapat dibagi menjadi 3, yaitu dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat. Jelaskan
ketiganya disertai contoh !

4. Prinsip dasar maqashid dharuriyat dalam hukum Islam ada 5, yaitu hifdz al-din, hifdz
al-nafs, hifdz al-'aql, hifdz al-nasl, dan hifdz al-mal. Jelaskan kelima istilah tersebut, dan
berikan masing-masing contoh ayat al-Qur'an-nya!

5. Penerapan MS dalam ekonomi Islam menuntut pemahaman yang lengkap pada kitab
suci al-Qu'ran yang mengandung nilai-nilai ekonomi, termasuk akuntansi. Tuliskan satu
ayat al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 282 tentang akuntansi, berikan 1 pendapat dari
mufasir/ahli tafsir, dan apa maknanya untuk pen erapan akuntansi syariah.

JAWAB :

1. Secara bahasa, kata maqashid sendiri berasal dari kata maqshad yang berarti tujuan atau
target. Berangkat dari arti tersebut, beberapa ulama memiliki pengertian atau definisi
mengenai maqashid syariah yang berbeda. Al-Fasi misalnya, menurutnya, maqashid
syariah merupakan tujuan atau rahasia Allah yang ada dalam setiap hukum syariat.
Sedangkan ar-Risuni berpendapat bahwa maqashid syariah adalah tujuan yang ingin
dicapai oleh syariat agar kemashlahatan manusia bisa terwujud. Secara umum, maqashid
syariah memiliki tujuan untuk kebaikan atau kemashlahatan umat manusia. Tujuan ini
sejalan dengan tujuan dari hukum Allah yaitu kebaikan.
2. Mashlahat adalah memelihara tujuan syara’ dan meraih manfaat/menghindarkan
kemudhorotan. Mashlahat merupakan segala sesuatu yang mendatangkan kemanfaatan.
Secara global, tujuan syari’at dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk
kemashlahatannya (al-maslahah) manusia seluruhnya, baik kemaslahatan di dunia yang
fana ini, maupun kemashlahatan di hari yang baqa (kekal). Maslahat merupakan tujuan
utama dalam agama Islam, Allah menurunkan ajaran terutama dalam masalah hukum
Islam tidak bisa dilepaskan untuk kemaslahatan manusia, walaupun terjadi perbedaan
pada hakikat kemaslahatan dari segi sumber maslahat, tetapi ulama bersepakat dalam hal
tujuan utama hukum Islam adalah jalb al-mashalih wa daru al-mafasid, bagaimana
hukum Islam dapat sebanyak mungkin memberikan manfaat dan kebaikan pada manusia
sekaligus menghilangkan segala kemungkinan terjadinya kerusakan dan bahaya bagi
manusia.
3. Dharuriyat: kebutuhan tingkat primer adalah sesuatu yang harus ada untuk eksistensinya
manusia atau dengan kata lain tidak sempurna kehidupan mansia tanpa harus
dipenuhimanusia sebagai ciri atau kelengkapan kehidupan manusia, yaitu secara
peringkatnya:agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Kelima hal itu disebut al-dharuriyat
al-khamsah(dharuriyat yang lima). Kelima dharuriyat tersebut adalah hal yang mutlak
harus adapada diri manusia. Karenanya Allah swt menyuruh manusia untuk melakukan
segalaupaya keberadaan dan kesempurnaannya. Sebaliknya Allah swt melarang
melakukanperbuatan yang dapat menghilangkan atau mengurangi salah satu dari lima
dharuriyatyang lima itu. Segala perbuatan yang dapat mewujudkan atau mengekalkan
lima unsurpokok itu adalah baik, dan karenanya harus dikerjakan. Sedangkan segala
perbuatan yangmerusak atau mengurangi nilai lima unsur pokok itu adalah tidak baik,
dan karenanyaharus ditinggalkan. Semua itu mengandung kemaslahatan bagi manusia.

Contoh : kalau pembunuhan dibiarkan terjadi dan dan tidak ada perilindungan terhadap
nyawa manusia, maka kehidupan manusia dipermukaan bumi akan terancam, karena
tidak bisa hidup tentram, bahkan bisa membawa kepada kepunahan, karena bisa jadi akan
saling membunuh dengan alasan yang sepele atau hanya dengan alasan untuk memuakan
dendam

Hajiyat : yaitu maslahat yang bersifat sekunder, yang diperlukan oleh manusia untuk
mempermudah dalam kehidupan dan menghilangkan kesulitan maupun kesempitan. Jika
ia tidak ada, akan terjadi kesulitan dan kesempitan yang implikasinya tidak sampai
merusak kehidupan.

Contoh : keperluan rumah yang bersifat al-dharuriyyat karena manusia memerlukan


untuk berlindung dari cuaca, atau dari serangan binatang buas dan lain-lain, tempat yang
masuk dalam kategori al-dhaririyyat untuk memenuhi kebutuhan dasariah diatas tidak
musti rumah yang dibuat dari kayu, atau batu yang kokoh, gua atau cabang-cabang kayu,
kemah atau pondok yang seadanya pun dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dasariah, karena manusai dapat berlindung didalamnya walaupun tentunya dengan cara
yang sederhana dan boleh jadi sama sekali tidak memberikan kemudahan dan
kenyamanan.
Al-tahsiniyyat : adalah (tersier) yaitu semua keperluan dan perlindungan yang
diperlukan agar kehidupan menjadi nyaman dan lebih nyaman lagi, mudah dan lebih
mudah lagi, lapang dan lebih lapang lagi, begitu seterusnya. Dengan istilah lain adalah
keperluan yang dibutuhkan manusia agar kehidupan mereka berada dalam kemudahan,
kenyamanan, kelapangan.
4. Memelihara Agama (Hifdz al-din) artinya memelihara agama. Memelihara agama
merupakan tujuan utama dari hukum islam.
Contohnya terdapat dalam Q.s Asy-Syura’ ayat 13
‫ ِّد ْينَ َواَل‬A‫وا ال‬AA‫ى اَ ْن اَقِ ْي ُم‬A‫ى َو ِعي ٰ ْٓس‬A‫ر ِه ْي َم َو ُموْ ٰس‬A ٰ A‫ه اِ ْب‬A ْٓ ‫صى بِ ٖه نُوْ حًا وَّالَّ ِذ‬
َّ ‫ي اَوْ َح ْينَٓا اِلَ ْيكَ َو َما َو‬
ٓ ٖ ِ‫ص ْينَا ب‬ ّ ٰ ‫َش َر َع لَ ُك ْم ِّمنَ ال ِّد ْي ِن َما َو‬
ْٓ ‫تَتَفَ َّرقُوْ ا فِ ْي ۗ ِه َكبُ َر َعلَى ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َما تَ ْد ُعوْ هُ ْم اِلَ ْي ۗ ِه هّٰللَا ُ يَجْ تَبِ ْٓي اِلَ ْي ِه َم ْن يَّ َش ۤا ُء َويَ ْه ِد‬
ُ‫ي اِلَ ْي ِه َم ْن يُّنِي ْۗب‬

“diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu
tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di
dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu
serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid
dan memberi petunjuk kepada…”

Memelihara Jiwa (Hifdz al-Nafs) berarti memelihara jiwa, Untuk tujuan ini, islam
melarang perbuatan membunuh dan bagi yang melanggar, maka pelaku akan dihukum
dengan Qishas, yaitu pembalasan yang seimbang.
Contoh Q.s Al Fusillat ayat 30
ۤ
َ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ قَالُوْ ا َربُّنَا هّٰللا ُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموْ ا تَتَنَ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َم ٰل ِٕى َكةُ اَاَّل تَخَافُوْ ا َواَل تَحْ َزنُوْ ا َواَ ْب ِشرُوْ ا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِ ْي ُك ْنتُ ْم تُوْ َع ُدوْ ن‬

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian


mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada
mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih
hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan
kepadamu.”

Memelihara Harta (Hifdz al-maal) berarti perlindungan kepemilikan harta. Harta


adalah alat dan perlengkapan serta atribut manusia dalam menjalankan kehidupannya
mencapai ridha Allah swt.
Conttoh Q.s At – Tinn ayat 4
‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”


Memelihara Akal (Hifz al-‘Aql) Memelihara akal dilihat dari segi kepentingannya
Contohnya terdapat dalam Q.s Al-Hadid ayat 7

‫ٰا ِمنُوْ ا بِاهّٰلل ِ َو َرسُوْ لِ ٖه َواَ ْنفِقُوْ ا ِم َّما َج َعلَ ُك ْم ُّم ْست َْخلَفِ ْينَ فِ ْي ۗ ِه فَالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم َواَ ْنفَقُوْ ا لَهُ ْم اَجْ ٌر َكبِ ْي ٌر‬

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah).
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan
Allah) memperoleh pahala yang besar.”

Memelihara Keturunan (Hifz al-Nasl) Memelihara keturunan, ditinjau dari segi


kebutuhannya contohnya terdapat dalam Q.s Al Furqon ayat 74
‫اجنَا َو ُذرِّ ٰيّتِنَا قُ َّرةَ اَ ْعي ٍُن َّواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِ ْينَ اِ َما ًما‬
ِ ‫َوالَّ ِذ ْينَ يَقُوْ لُوْ نَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن اَ ْز َو‬

”Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami
pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

5. Q.s Al-Baqarah ayat 282


‫ب َك َما َعلَّ َمهُ هّٰللا ُ فَ ْليَ ْكتُ ۚبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه‬ ٓ
َ ُ‫ب َكاتِبٌ اَ ْن يَّ ْكت‬ َ ‫بِ َد ْي ٍن اِ ٰلى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل َواَل يَْأ‬
ٗ‫ض ِع ْيفًا اَوْ اَل يَ ْست َِط ْي ُع اَ ْن يُّ ِم َّل ه َُو فَ ْليُ ْملِلْ َولِيُّه‬ َ ْ‫ق َسفِ ْيهًا اَو‬ ُّ ‫ق هّٰللا َ َربَّهٗ َواَل يَ ْبخَسْ ِم ْنهُ َش ْيـ ًۗٔا فَا ِ ْن َكانَ الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬ ِ َّ‫ق َو ْليَت‬ُّ ‫ْال َح‬
‫ض َّل اِحْ ٰدىهُ َما‬ ِ َ‫ضوْ نَ ِمنَ ال ُّشهَ ۤ َدا ِء اَ ْن ت‬ َ ْ‫بِ ْال َع ْد ۗ ِل َوا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َش ِه ْي َد ْي ِن ِم ْن رِّ َجالِ ُك ۚ ْم فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُكوْ نَا َر ُجلَ ْي ِن فَ َر ُج ٌل وَّا ْم َراَ ٰت ِن ِم َّم ْن تَر‬
ٓ
‫ َد‬A‫طُ ِع ْن‬A‫ه ٰذلِ ُك ْم اَ ْق َس‬Aۗ ٖ Aِ‫ص ِغ ْيرًا اَوْ َكبِ ْيرًا اِ ٰلى اَ َجل‬ َ ُ‫ب ال ُّشهَ ۤ َدا ُء اِ َذا َما ُد ُعوْ ا ۗ َواَل تَ ْسـَٔ ُم ْٓوا اَ ْن تَ ْكتُبُوْ ه‬ َ ‫فَتُ َذ ِّك َر اِحْ ٰدىهُ َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى َواَل يَْأ‬
ۗ ْ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَاَّل تَ ْكتُبُو‬ ‫هّٰللا‬
‫ ِهد ُْٓوا‬A ‫هَا َواَ ْش‬ َ ‫ض َرةً تُ ِد ْيرُوْ نَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬ ِ ‫ِ َواَ ْق َو ُم لِل َّشهَا َد ِة َواَ ْد ٰن ٓى اَاَّل تَرْ تَاب ُْٓوا ِآاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً َحا‬
‫ق بِ ُك ْم ۗ َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا ُ ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬
ٌ ۢ ْ‫ض ۤا َّر َكاتِبٌ َّواَل َش ِه ْي ٌد ەۗ َواِ ْن تَ ْف َعلُوْ ا فَاِنَّهٗ فُسُو‬ َ ُ‫اِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم ۖ َواَل ي‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah dia
menuliskan. Dan hendaklah orang yang berutang itu mendiktekan, dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun
daripadanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah
(keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya
mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki di
antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki
dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang
ada), agar jika yang seorang lupa, maka yang seorang lagi mengingatkannya. Dan
janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan
menuliskannya, untuk batas waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perdagangan
tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu
tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual beli, dan janganlah
penulis dipersulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sungguh, hal itu suatu kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Penafsiran Q.s Al Baqarah ayat 282 menurut Wahbah Zuhali

Bagi orang-orang yang beriman, jika kamu bertransaksi dengan hutang yang ditempo
(kredit) baik itu berupa jual beli seperti membeli barang dengan harga kredit, atau
pemesanan (salam) seperti membeli barang yang akan diberikan di kemudian hari
dengan menyebutkan rinciannya atau perkongsian (qardh) seperti meminjamkan sejumlah
uang dari bank kepada pihak tertentu,
maka catatlah transaksi tersebut beserta mencantumkan hari, bulan dan tahunnya, yakni
agar jelas waktunya, bukan menentukan waktu pengangsuran dengan waktu panen yang
mana tidak dapat diketahui secara umum, karena pencatatan angsuran atau tempo lebih
terpercaya dan menghindar dari percekcokan atau perselisihan.

Kemudian Allah menjelaskan bagaimana tata cara penulisan, diantaranya; yang menulis
adalah orang yang terpercaya, adil dan netral, paham perkataan yang lugas, tidak
condong pada salah satunya dan menghindari kata-kata yang ambigu. Sebagaimana
Qadhi, diantara orang yang
hutang dan menghutangi. Hal tersebut menunjukkan bahwa disyaratkannya adil
bagi penulis.
Bagi yang menulis hutang (notaris) berwasiat pada penghutang dan mencegahnya dari
enggan membayar hutang. Maka salah satu notaris harus mencatat dokumen perhutangan
selama itu memungkinkan sesuai dengan cara Yang Allah ajarkan dalam penulisan
dokumen (arsip-arsip). Pencatatan hutang itu merupakan anugerah dari Allah. Barang
siapa yang mensyukurinya hendaknya tidak enggan menulis hutang, meskipun harus
membayar upah. Ini menunjukkan bahwa seorang penulis paham serta mengerti hukum-
hukum Islam. dan syarat-syarat yang harus dijaga baik secara ‘urf (norma) atau undang-
undang. Dalam persyaratan, Allah memperioritaskan keadilan dari pada keilmuan.
Adapun orang yang adil maka ia mampu mengetahui apapun yang menuntutnya untuk
menulis dokumen. Adapun orang yang berilmu tapi tidak adil maka ilmunya tidak dapat
mengantarkannya pada keadilan. Hanya akan mengakibatkan hal yang buruk bukan yang
baik

Wa la> ya’ba (janganlah enggan) menunjukkan bahwa orang yang adil


dan berilmu jika diminta untuk mencatat hutang atau semacamnya, maka wajib
baginya untuk memenuhi permintaan tersebut. Kemudian Allah menguatkan
pelarangan atas keengganan atau penolakan dengan perintah mencatat dengan
benar, karena adanya dokumen berkaitan dengan menjaga kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai