Anda di halaman 1dari 9

PRINSIP AL-QODLO DALAM ALQURAN MENEGAKKAN KEADILAN

NURMAWATI
HUKUM KELUARGA ISLAM 1
Fakultas syariah ekonomi bisnis islam sekolah tinggi agama Islam negeri Majene
*email: nrmawti01@gmail.com

Abstract
The religion of Islam requires its adherents to carry out all their activities in daily life, as desired by the
rules set by the Qur’an. One of these rules is about justice. By upholding justice, prosperity will be
realized. Life and life are harmonious, safe and calm, happy and peaceful. Because this is the case, the
embodiment of justice is felt to be very urgent and significant. Allah swt is “almost just” and indeed al
ad’lu Himself is one of his al-husna asthma. Apart from al adlu, Allah SWT also has Asma al-Husna which
is called Al-Qisth and also means most just. Therefore, the principles of justice in essence come from
him. This means that implementing the principles of justice is also the responsibility of the servant.
Removing the nature and attitude of justice in a servant means he revokes the mandate of Allah SWT,
and the consequences are very dangerous.

Keywords: tension, justice, Islam

ABSTRAK
Agama islam menuntut kepada pemeluknya melakukan segala aktivitasnya dalam kehidupan sehari hari,
Sebagaimana yang di kehendaki oleh aturan-aturan yang di tetapakan oleh al qur’an. Salah satu aturan
Tersebut adalah menyangkut keadilan. Dengan menegakkan keadilan, maka akan terwujud
kesejahteraan Hidup dan kehidupan harmonis, aman, dan tenang,bahagia, dan tentram. Karna demikian
halnya, maka Perwujudan keadilan di rasakan sangat urgen dan signifikan. Allah swt “maha adil” dan
memang al ad’lu Sendiri termasuk salah-satu asma al-husnanya. Selain al adlu, allah swt juga memiliki
asma al-husna yang Di sebut dengan Al -Qisth dan juga berarti maha adil. Karena itu prinsip-prinsip
keadilan pada hakekatny Berasal darinya. Hal ini berarti bahwa mengimplementasikan prinsip-prinsip
keadilan tersebut,juga menjadi Tanggung jawab hambanya. Menghilangkan sifat dan sikap keadilan
pada diri seorang hamba, berarti ia Mencabut amanat allah swt, dan akibatnya sangat berbahaya.

Kata kunci: menegangkan, keadilan, islam


Pendahuluan

Kata adil berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti sama. Menurut kamus bahasa Indonesia,
adil berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang
kepada kebenaran dan sepatutnya. Dengan demikian, seseorang disebut berlaku adil apabila ia tidak
berat sebelah dalam menilai sesuatu, tidak berpihak kepada salah satu kecuali keberpihakannya kepada
siapa saja yang benar sehingga ia tidak akan berlaku sewenang-wenang.

Pembahasan tentang adil merupakan salah satu tema yang mendapat perhatian yang serius dari para
ulama’ dan intelektual Muslim. Dalam buku “Wawasan Al-Qur’an”, Prof. Dr. M. Quraish Shihab
membahas perintah penegakan keadilan dalam al-Qur’an dengan mengutip tiga kata yakni al-adl, al-
qisth, Al-mizan.

Kata al-adl menunjuk kepada arti “sama” yang memberi kesan adanya dua pihak atau lebih, sedangkan
kata al-qist menunjuk kepada arti “bagian” (yang wajar dan patut), dan al-mizan menunjuk kepada arti
alat untuk menimbang yang berarti pula “keadilan”. Ketiganya sekalipun berbeda bentuknya namun
memiliki semangat yang sama yakni perintah kepada manusia untuk berlaku adil.

Keadilan merupakan suatu ciri utama dalam ajaran Islam. setiap orang muslim akan memperoleh hak
dan kewajibannya secara sama. Berdasarkan pada hakekat manusia yang derajatnya sama antara satu
mukmin dengan mukmin yang lain. Dan yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan dari setiap
mukmin tersebut.

Analisa dan pembahasan

A. Ayat Alquran tentang keadilan

QS An-nisa ayat 135

ِ ‫يَٰٓأَُّيه آَٰأ ذ َِّلينَٰٓءامنُو ۟آَٰ ُكونُو ۟آَٰق ذو ِمنيَٰٓبِٱ ْل ِق ْسطِ َُٰٓشهداء ِ ذ‬


َٰٓ‫َّٰٓلِلَٰٓول ْوَٰٓع ىلَٰٓأَن ُف ِس ُ ُْكَٰٓأَ ِوَٰٓأ ْلو ِِل ْي ِنَٰٓوأ ْ َْلقْربِنيََٰٰٓۚٓانَٰٓي ُك ْنَٰٓغنِ ًّيآَٰأَ ْو‬
ِ
َٰٓ ‫ف ِق ًريآَٰفٱ ذ ُّلِلَٰٓأَ ْو ىَلَِٰٓبِ ِ مآََٰٰۖٓفَلَٰٓتت ذ ِب ُعو ۟آَٰأ ْلهو ىىَٰٓأَنَٰٓت ْع ِدلُو ۟آََٰٰۚٓوانَٰٓتلْ ُو ٓۥ ۟آَٰأَ ْوَٰٓتُ ْع ِرضُ و ۟آَٰفا ذَٰٓنَٰٓأ ذ‬
َٰٓ‫ّلِلََٰٓكنَٰٓبِمآَٰت ْعملُونَٰٓخب ًِريا‬
ِ ِ
Artinya: wahai orang-orang yang beriman !! jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karna allah,
Walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang
terdakwah) Kaya ataupun miskin, maka allah lebih tahu kemaslahatan( kebaikannya). Maka janganlah
kamu mengikuti Hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika memutar balikan ( kata
-kata ) atau enggan Menjadi saksi, maka ketahuilah allah maha teliti terhadap segala apa yang kamu
kerjakan.( Q.S. An-Nisa Ayat:135)
B. Prinsip alqodho dalam Al-Qur’an tentang menegangkan keadilan

Adapun beberapa prinsip yang tercantum dalam Qur’an surah An-Nisa ayat: 135, beberapa diantaranya
yaitu:

1. Iman

Jelas dikatakan dalam awal ayat “Wahai orang-orang yang beriman!! Jadilah kamu penegak keadilan.
Bahwa unsur utama dari menegakkan keadilan adalah iman seseorang.

2. Tidak pandang bulu atau dalam artian persamaan dalam hukum

Dalam hal prinsip ini, jelas bahwa dalam menegakkan keadilan atau mencari keadilan, seseorang tidak
boleh memihak sebelah dalam menegakkan keadilan. Tidaklah diperkenankan seseorang Melihat status
sosial (kaya ataupun miskin) seseorang dalam menegakkan keadilan meski itu adalah kerabat bahkan
orang tua sekalipun yang namanya keadilan akan tetap ditegakkan meski mudharatnya itu akan kembali
kepada diri kita, sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu dan mengetahui kemaslahatan
bagi umatnya.

3. Berkata jujur atau persaksian yang sejujurnya.

Seseorang yang menjadi saksi dalam sebuah kasus harus lah memberikan persaksian yang sejujurnya.
Dalam ayat tersebut dijelaskan larangan memberikan persaksian yang palsu atau mengikuti hawa nafsu
karena ingin menyimpan dari kebenaran bahkan memutar balikkan fakta yang sebenarnya hanya karena
urusan pribadi.

C. Tafsiran ayat Alquran tentang keadilan


1. Tafsir ibnu kasir

Allah swt memerintahkan kepada hambanya yang mukmin agar menegakkan keadilan, dan janganlah
Mereka bergeming dari keadilan itu barang sedikit pun , jangan pula mereka mundur dari menegakkan
Keadilan karena allah hanya karena celaan orang-orang yang mencela, jangan pula mereka dipengaruhi
Oleh sesuatu yang membuatnya berpaling dari keadilan. Hendaklah mereka saling membantu,
bergotong Royong, saling mendukung dan tolong menolong demi keadilan.

Allah swt berfirman:

ِ ‫ُشهداء ِ ذ‬
َٰٓ‫َّٰٓلِل‬
“ menjadi saksi karena allah” ( An-nisa : 135)
Maksudnya, tunaikanlah kesaksian itu karena allah, maka bila kesaksian itu ditegakkan karena allah ,
Barulah kesaksian itu dikatan benar, adil, dan hak serta bersih dari penyimpangan, perubahan, dan
Kepalsuan. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

َٰٓ ََٰٰٓٓ‫ع ىلَٰٓأَن ُف ِس ُ ُْك‬

Dengan kata lain, tegakkanlah persaksian itu secara benar, sekalipun bahayanya menimpa diri sendiri.
Apabila kamu ditanya mengenai suatu perkara, katakanlah yang sebenarnya, sekalipun mudaratnya
Kembali kepada dirimu sendiri. Karena sesungguhnya allah akan menjadikan jalan keluar dari setiap
Perkara yang sempit bagi orang-orang yang taat kepadanya.1

Firman allah swt:

ََٰٰٓٓ‫أَ ِوَٰٓأ ْلو ِِل ْي ِنَٰٓوأ ْ َْلقْربِني‬


“Atau ibu bapak dan kaum kerabat kalian” ( An-nisa:135)

Yakni sekalipun kesaksian itu ditujukan terhadap kedua orang tuamu dan kerabatmu, janganlah kamu
takut kepada mereka dalam mengemukakannya. Tetapi kemukakanlah kesaksian secara sebenarnya,
sekalipun bahayanya kembali kepada mereka, karena sesungguhnya perkara yang hak itu harus
ditegakkan atas setiap orang, tanpa pandang bulu.

Firman allah swt:

ََٰٰٓۖٓ‫انَٰٓي ُك ْنَٰٓغنِ ًّيآَٰأَ ْوَٰٓف ِق ًريآَٰفٱ ذ ُّلِلَٰٓأَ ْو ىَلَِٰٓبِ ِ ما‬


ِ
Jika (dia) yang terdakwa kaya ataupun miskin, maka allah lebih tahu kemaslahatannya”(An-nisa:135)

Artinya, janganlah kamu hiraukan dia karena kayanya, jangan pula kasihan kepadanya karena
miskinnya. Allah-lah yang mengurusi kemaslahatan keduanya, bahkan dia lebih utama kepada keduanya
daripada kamu sendiri, dan dia lebih mengetahui hal yang bermaslahat bagi keduanya.

Firman allah swt:

ََٰٰٓۚٓ‫فَلَٰٓتت ذ ِب ُعو ۟آَٰأ ْلهو ىىَٰٓأَنَٰٓت ْع ِدلُو ۟ا‬

1Al-iman Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyu,Tafsir ibnu kasir juz 5, (Sinar Baru Algensindo) hal 561
“Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran”(An-nisa:135).

Maksudnya, jangan sekali-kali hawa nafsu dan fanatisme serta risiko dibenci orang lain membuat kalian
Meninggalkan keadilan dalam semua perkara dan urusan kalian. Bahkan tetaplah kalian pada keadilan
Dalam keadaan bagaimanapun juga, seperti yang dinyatakan oleh firman-nya: 2

“ Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap sesuatu kaum, mendorong kalian untuk berlaku
tidak Adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. (Al-maidah: 8) Termasuk kedalam
pengertian ini ialah perkataan Abdullah ibnu Rawwahah ketika diutus oleh nabi saw.

Melakukan penaksiran terhadap buah-buahan dan hasil panen milik orang-orang yahudi khaibar. Ketika
itu Mereka bermaksud menyuapnya dengan tujuan agar bersikap lunak terhadap mereka, tetapi Abdullah
ibnu Rawwahah berkata: “ Demi Allah, sesungguhnya aku datang kepada kalian dari makhluk yang paling
aku Cintai, dan sesungguhnya kalian ini lebih aku benci daripada kera dan babi yang sederajat dengan
kalian.

Bukan karena cintaku kepadanya, benciku terhadap kalian, lalu aku tidak berlaku adil terhadap kalian.”
Mereka mengatakan,” Dengan demikian, berarti langit dan bumi akan tetap tegak”.

Firman allah swt

َٰٓ‫وانَٰٓتلْ ُو ٓۥ ۟آَٰأَ ْوَٰٓتُ ْع ِرضُ و ۟ا‬


ِ
“Dan jika kalian memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi”.(An-nisa:135)

Menurut mujahid dan lain-lainnya, yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama salaf, makna talwu
ialah memalsukan dan mengubah kesaksian. Makna lafadz al-lai sendiri ialah mengubah dan sengaja
berdusta.

Firman allah swt:

َٰٓ‫فا ذنَٰٓأ ذّلِلََٰٓكنَٰٓبِمآَٰت ْعملُونَٰٓخب ًِريا‬


ِ
“Maka sesungguhnya allah adalah maha mengetahui segala apa yang kalian kerjakan”.( An-nisa:135)

Dengan maksud, allah kelak akan membalas perbuatan kalian itu terhadap diri kalian.3

2. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Sayyid Qutub)

2 Al-iman Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqy,Tafsir ibnu kasir juz 5, (Sinar Baru Algensindo) hal 562
3 Al-iman Abul Fida Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyu,Tafsir ibnu kasir juz 5, (Sinar Baru Algensindo) hal 563-564
Ini adalah seruan kepada orang-orang yang beriman, dengan menyebutkan ciri mereka yang baru, yaitu
sifat mereka yang unik, yang dengannya mereka tumbuh sebagai manusia baru dan dilahirkan dengan
kelahiran yang baru yang dihubungkan dengan mereka, juga amanat agung yang diserahkan kepada
mereka, yaitu amanat kepemimpinan atas semua manusia, dan memutuskan hukum diantara manusia
dengan adil. Oleh karena itu, seruan dengan menyebutkan ciri-ciri mereka ini memiliki nilai dan makna
tersendiri, “hai orang-orang beriman ...!!” disebutkannya sifat ini bagi mereka karena adanya tugas
mengemban amanat yang besar, juga karena mereka disiapkan untuk mengemban amanat yang agung.

Ini adalah salah satu sentuhan manhaj tarbawi yang bijaksana, yang mendahului penugasan yang sukar
dan berat. “Jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka allah
akan lebih tahu kemaslahatannya”.

Ini adalah amanat untuk menegakkan keadilan secara mutlak, dalam semua keadaan dan lapangan.
Keadilan yang mencegah kesewenang-wenangan dan kedzaliman, dan keadilan yang menjamin
kesamaan di antara manusia dan memberikan hak kepada masing-masing yang punya hak, baik muslim
maupun non muslim. Karena dalam hak ini, samalah di sisi allah antara orang mukmin dan orang-orang
yang tidak beriman, antara kerabat dan orang jauh (bukan kerabat), antara kawan dan lawan, serta
antara orang kaya dan miskin.

“jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena allah....!

Perlakukan perhitungan karena allah, bergaul langsung dengan-nya, bukan karena memperhitungkan
seseorang dari yang diberikan kesaksian untuknya (yang menang) atau atasnya (yang salah), dan bukan
pula karena kepentingan pribadi, kelompok, atau umat. Juga tidak terpengaruh oleh kondisi yang meliputi
unsur-unsur peradilan. Akan tetapi, mereka memberikan kesaksian karena allah, dan bermuamalah
dengan allah, lepas dari segala kecenderungan, dari semua keinginan, kepentingan, dan anggapan. 4

“... maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran....”

Hawa nafsu itu beraneka ragam macam jenisnya, antara lain biasa berupa cinta kepada diri sendiri,cinta
keluarga dan kerabat, kasihan kepada orang miskin, ketika menjadi saksi dan ketika memutuskan
perkara, mempermudah atau mempersulit orang kaya, fanatik, kepada keluarga, kabilah, umat, negara,
dan bangsa, membenci musuh meskipun musuh agama. Semua jenis hawa nafsu itu dilarang oleh allah
swt., agar orang-orang yang beriman jangan terpengaruh olehnya hingga berpaling dari kebenaran dan

4 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid 3,(Jakarta, Gema Insani Press,) hal 99
kejujuran. Akhirnya, datanglah ancaman yang keras agar jangan memutar balikkan kesaksian atau
berpaling dari pengarahan ini.

“..jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya allah adalah
Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan..”(An-Nisa: 135)

Cukuplah bagi orang mukmin untuk mengingat bahwa allah swt maha mengetahui apa yang ia kerjakan,
Untuk merasakan apa yang ada dibalik ancaman yang keras, menakutkan, dan menggetarkan jiwanya
ini.

Allah berfirman dengan Al-qur’an ini kepada orang-orang yang beriman. Diceritakan bahwa Abdullah
ibnu Rawwahah ketika diutus oleh nabi saw. Melakukan penaksiran terhadap Buah-buahan dan hasil
panen milik orang-orang yahudi khaibar. Ketika itu mereka bermaksud menyuapnya Dengan tujuan agar
bersikap lunak terhadap mereka, tetapi Abdullah ibnu rawwahah berkata: “ Demi Allah, Sesungguhnya
aku datang kepada kalian dari makhluk yang paling aku cintai, dan sesungguhnya kalian ini Lebih aku
benci daripada kera dan babi yang sederajat dengan kalian. Bukan karena cintaku kepadanya, Dan
kebencianku kepadamu dapat menjadikan aku berlaku tidak adil diantara kamu”. Maka, mereka Berkata,
“dengan begini, niscaya akan tegaklah langit dan bumi5

5 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid 3,(Jakarta, Gema Insani Press,)hal 100
Kesimpulan

1 Surah An-nisa ayat 135, ayat ini memerintahkan kepada hakim atau saksi supaya mereka itu
berdiri dengan adil, agar mereka menjadi pendiri-pendiri keadilan diantara orang-orang yang
berperkara. Seorang hakim yang bertugas menyelesaikan perkara, bukan saja mesti berlaku adil
dalam hukum islam tetapi juga menjalankan hukum
2 Beberapa prinsip yang terkandung dalam Q.S An-Nisa ayat 135 yaitu; Iman, Tidak pandang bulu
dan berkata jujur.
3 Dalam Q.S An-Nisa ayat 135 ini dalam artikel tafsir prinsip alqodho dalam Al-Qur’an tentang
menegangkan keadilan terhadap dua penafsiran yaitu tafsir ibnu Katsir dan Tafsir Fi Zhilalil
Qur’an (Sayyid Qutub)
DAFTAR PUSTAKA

Abul Fida Al-Imam Ismail Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu kasir juz 5, Sinar Baru Algensindo

Qutub Sayyid, Tafsir Fi Zhilalin Qur’an Jilid 3, Jakarta Gema insani press, 2002

Anda mungkin juga menyukai