Anda di halaman 1dari 7

Nama: Rodli Akbar Raharja Aulia

Nama Patologis:

Nama sistem:

NIM: 21801101005

Judul tugas: Pre HAki

Berkah Seorang Dokter Muslim di Masyarakat

1. Ikhlas.
Ikhlas adalah melakukan sesuatu tanpa mengharapkan pujian atau hanya mengharap
ridho dari Allah. Di Al-Qur’an dan Hadist dijelaskan sebagai berikut.

Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia untuk selalu berbuat ikhlas dalam
melaksanakan berbagai amal perbuatannya. Allah SWT juga telah menyampaikan perintah
tersebut dalam ayat Al Quran berikut ini :

2. Artinya : Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah SWT dengan ikhlas
menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan
salat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (QS
Al Bayyinah ayat 5) Surat Al Bayyinah ayat 5 tersebut menjelaskan perintah untuk
berbuat ikhlas dalam melakukan ajaran dan perintah agama. Diharuskan bagi kita
semua untuk melakukan sholat dengan ikhlas, membayar zakat juga dengan ikhlas.

Lakukan semua perintah Allah SWT hanya untuk mengharap ridho-Nya. Dengan melakukan
perilaku ikhlas dalam beribadah di kehidupan sehari-hari, maka kita semua telah menjalankan
ajaran agama Islam dengan baik dan benar. Nantinya, kita akan menjadi anak soleh yang
disayang oleh Allah SWT.
Untuk melakukan ikhlas itu sendiri harus dimulai dari niat. Niat yang ikhlas, akan
mengantarkan seseorang kepada perbuatan ikhlas. Allah SWT tentu akan menerima ibadah
seorang hamba yang dilaksanakan dengan ikhlas.

Nabi Muhammad SAW juga ikut menjelaskan mengenai pentingnya niat dalam tindakan dari
hadist berikut ini, yang berarti :
Semua perbuatan tergantung dari niat, dan (balasan) bagi setiap orang (tergantung) apa yang
diniatkan. (HR Bukhari)

Indikator ikhlas :
- Seseorang yang ikhlas itu orientasi amalnya atas landasan karena Allah.
- Tidak gampang tersinggung.
- Tidak mengharapkan perhatian dari orang banyak.
- Tidak pernah mengharapkan imbalan dari orang lain.
3. Amanah.

Amanah artinya terpercaya. Amanah itu sebuah pesan yang dititipkan dapat disampaikan
kepada orang yang berhak. Perwujudan atau pelaksanaan (pengamalan) sifat amanah ini
secara garis besar tercakup dalam perilaku menepati janji. Sebab setiap perbuatan manusia
yang berkaitan dengan nilai amanah, pasti ada hubungannya masalah janji. Dalam Al-Qur’an
dan Hadist dijelaskan:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad), dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. al-Anf±l/8: 27)
“Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah saw. bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin
dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya...” (H.R. Bukhari dan
Muslim.

Indikator amanah :
- Berdedikasi tinggi.
- Orang yang terpercaya.
- Berbuat adil dalam menetapkan hukum pada kepimpinan umat.
4. Musyarakah.
Musyarakah dalam bahasa Indonesia berarti bekerja sama. Yang dimaksud bekerja
sama adalah bekrerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
dengan kesepakatan-kesepakatan tertentu juga..

Dalil dan Hadist yang menunjukan bolehnya akad musyarakah terdapat dalam Al-qur‟an,
Hadist. Ijma‟. Ayat-ayat al-qur‟an Ijma‟ yang menyatakan tentang musyarakah adalah (QS.
As-Shod ayat 24):

Artinya:“Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu


dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan
Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud
mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu
menyungkur sujud dan bertaubat.”
Muhammad Ibnu Sulaiman Al- Misisi menceritakan kepada kita Muhammad
Ibnu al-Zibqon menceritakan kepada kita Dari abi Hayyam al-Taimi dari orang
tuanya Abu Hurairah ra. Beliau barkata: Rasulullah saw. Bersabdah : Bahwa Allah
SWT berfirman: Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satu
dari keduanya tidak menghianati temannya. Apabila dia menghianati temannya, maka
akan keluar diantara mereka berdua”. (HR. Abu Daud, Al- mutaqa 11:373)
Indikator :
- Bersedia secara bersama-sama membantu orang lain.
- Tidak mencurangi kesepakatan yang telah dibicarakan.
- Saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan.
5. Tawassuth ( modarat )

Tawassuth berasal dari Bahasa arab yang berarti ( modarat ) atau memilih jalan tengah.
Tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan.
Ini disarikan dari firman Allah SWT:

ً‫اس َويَ ُكونَ ال َّرسُو ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِهيدا‬ ْ ُ‫َو َك َذلِكَ َج َع ْلنَا ُك ْم ُأ َّمةً َو َسطا ً لِّتَ ُكون‬
ِ َّ‫وا ُشهَدَاء َعلَى الن‬

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan
pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia
umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan)
kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143).

Indikator:
- Memurnikan akidah dari luar pengaruh Islam
- Mencegah sikap berlebihan dalam menilai sesuatu.
- Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.

6. Tajdid.
Tajdid artinya memperbarui. Istilah tarjid adalah perbuahan atau perkembangan yang
dilakukan dalam hal hukum , agama, tanpa mengubah nilai inti sebenarnya dari hukum
dan agama dan tanpa melanggar hukum yang ditetapkan dalam Al-Qur’an dan sunnah.

Istilah at-tajdîd adalah istilah syar’i yang bersumber pada hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam :

‫ْأ‬
ِ ‫ث لِهَ ِذ ِه اُأْل َّم ِة َعلَى َر‬.
‫س ُكلِّ ِماَئ ِة َسنَ ٍة َم ْن ي َُج ِّد ُد لَهَا ِدينَهَا‬ ُ ‫ِإ َّن هَّللا َ يَ ْب َع‬

Sesungguhnya pada setiap penghujung seratus tahun, Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan
mengutus untuk umat ini orang yang akan memperbaharui agama mereka.
Indikator :
- Perlu dilakukan perubahan baik bentuk pengurangan atau penambahan.
- Memurnikan agama, dan membela aqidah yang benar.
- Menghidupkan kembali agama yang telah melemah. Dan menghilang.
7. Tawazun (harmoni/bekeseimbangan).
Tawazun dari Bahasa Arab yang berarti harmoni/berkeseimbangan. Kedua at-tawazun
atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang
bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadits). Firman Allah SWT:

Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang
nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang
keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25)
Indikator:
- Puasa sunnah minimal 3 kali setiap bulan
- Tilawah minimal 1 juz dalam satu hari
- Membaca al ma’surat pagi dan sore setiap hari

8. Tasamuh (berwawasan luas/tidak picik).

Tassamuh berasal dari Bahasa Arab yang berarti berwawasan luas, tidak picik, dan
toleran terhadap kepribadian. Rasulullah SAW bersabda :

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, saling belas kasih dan saling
cinta itu bagaikan satu jasad (tubuh). Apabila salah satu anggota tubuh ada yang mengelu,
maka seluruh anggota (tubuh) yang lain gelisah dan panas demam. (H.R. Bukhari).

Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah ayat 2 :


Dan toong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat doa dan penlanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Indikator:
- Menjelaskan pengertian tasamuh dan dalilnya.
- Menunjukkan contoh-contoh perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
- Membiasakan berperilaku tasamuh dalam kehidupan sehari-hari..
9. Adil
Adil berlaku adil kepada semua pihak dalam dalam ospek apapun. Secara terminologis
adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan
demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum
agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang
berlaku.

Allah SWT berfirman:


“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan” (Q.S. an-Nisa :135).

Indikator:
- Mendapatkan sesuatu yang sama.
- Tidak merasa ada yang diuntungkan maupun dirugikan.
- Jangan ada yang egois
10. Mujtahid (pemikir)
Mujtahid adalah seorang faqih; yakni seorang yang sudah baligh, berakal, maksudnya
memiliki kemampuan yang melekat untuk mengetahui objek pengetahuan. Dan akal
adalah “kemampuan yang melekat” ini menurut pendapat ashah. (Seorang faqih juga
adalah) sosok yang sangat cerdas, meskipun mengingkari qiyas, mengetahui dalil aqli,
memiliki tingkat pemahaman menengah dalam bahasa Arab, Ushul Fiqih, dan objek
yang terkait hukum-hukum, maksudnya Al-Quran dan As-Sunnah, meakipun tidak
menghafal matn (teks) dari cabang ilmu tersebut.
.       Berakal, karena akal itulah yang merupakan dasar taklifi. Kedua dan ketiga ini, sesuai
dengan hadis Rasulullah SAW:

‫ عن النائم حتي يستيقظ و عن الصبي حتى يحتلم و عن المجنون‬: ‫رفع القلم عن ثالثة‬
‫حتى يبرأ‬
“Diangkat kewajiban itu dari tiga macam: dari orang tidur hingga ia bangun, dari anak-
anak hingga ia baligh, dari orang gila sehingga ia sembuh” (H. R. Ahmad, abu Dawud dan
Al-Hakim).
Indikator:
- Memahami Hadits dan asbabul wurudnya (sebab-sebab munculnya hadits).
- Menguasai bahasa Arab secara detail, dari segala aspek yang terkait.
- Mengetahui tempat-tempat atau hasil ijma’ para ulama khususnya dari kalangan
para shahabat.
11. Mujahid (bersungguh-sungguh).

Mujahid Allah ‫ عزَ وجل‬berfirman,

َ ‫ظ َعلَ ْي ِه ْم ۚ َو َمْأ َواهُ ْم َجهَنَّ ُم ۖ َوبِْئ‬


ِ ‫س ْال َم‬
‫صي ُر‬ ْ ُ‫ار َو ْال ُمنَافِقِينَ َوا ْغل‬
َ َّ‫يَا َأيُّهَا النَّبِ ُّي َجا ِه ِد ْال ُكف‬
Wahai Nabi! Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan
bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Neraka Jahanam. Dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali.- Q.S. At-Taubah (Pengampunan) [9]: 73

Tafsirnya:

Wahai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dengan pedang serta melawan orang-
orang munafik dengan lisan dan hujjah, serta bersikap keraslah terhadap kedua kelompok ini.
Tempat tinggal mereka adalah Jahannam yang merupakan seburuk-buruk tempat kembali.-
Tafsir Q.S. At-Taubah (Pengampunan) [9]: 73, Kitab At-Tafsir Al-Muyassar mushaf Al-
Madinah An-Nabawiah (At-Tafsirul Muyassaru)

Indikator:
- Mendakwai orang musyrik dan memberantas kesyirikan
- Bersungguh-sungguh meminta doa Syahid
- Berzikir kepada Allah Ta’ala

Anda mungkin juga menyukai