Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TASAMUH DALAM ISLAM

Oleh :
Nama : SANDI HAERUL RIZAL
NIM : D0A018052
Kelompok :2
KELAS :G

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakam makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
adanya orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk berinteraksi dengan individu
lain. Dalam kehidupan sosial dalam masyarakat seorang individu dihadapkan dengan perbedaan
baik antar kelompok satu dengan lainnya dan salah satunya perbedaan agama.

Dalam menjaga keutuhan persatuan dalam masyarakat diperlukan sikap saling menghormati
dan saling menghargai satu sama lain, agar tidak terjadi pertikaian yang akan membesar dan itu pun
dapat dihindari. Masyarakat juga memiliki tugas untuk saling menjaga hak dan kewajiban antara
satu dengan yang lainnya. Islam mengajarkan tentang secara global baik peribadahan dan aktifitas.
karena itu kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar
umat beragama dan menghormati antar setiap perbedaan yang ada.

Di Indonesia tidak hanya terdiri atas satu suku, agama dan ras. Terapi indonesia terdiri atas
bermacam-macam suku, agama dan ras. Kebebasan beragama hakikatnya adalah dasar bagi
kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama merupakan hak setiap individu manusia.
Hak untuk memeluk agama adalah hak masing-masing bagi setiap orang tanpa ada paksaan, dan
tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.

Toleransi antar umat beragama adalah cara untuk menjaga persatuan, tanpa adanya toleransi
pertikaian-pertikaian akan sering terjadi. Untuk dapat membuat toleransi antar perbedaan, juga
dapat diperlukan kesadaran antar individu. Pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama
dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari
dalam bermasyarakat.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi tasamuh.
2. Mengetahui bagaimana cara toleransi dengan sesama muslim.
3. Mengetahui bagaimana ciri masyarakat yang toleransi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasamuh
Tasamuh “samaha” yang dalam bahasa Indonesia biasa diartikan “tenggang rasa” atau dalam
istilah disebut toleransi. Praktisnya, tasamuh adalah mudah dalam berinteraksi, fleksibel,
berperilaku enteng tidak menyulitkan (Jamarudin, A. 2017)

Tasamuh (toleran) dalam Islam bisa dimaknakan membangun sikap untuk saling menghargai,
saling menghormati, saling memberi, saling membantu, dan saling memberi kemudahan antara satu
dengan lainnya. Dengan demikian, tasamuh (toleransi) adalah Sikap (akhlak) dengan teraktualisasi
dengan saling berlaku baik, lemah lembut, membantu, dan saling pemaaf (Ummah, M. 2013)

Tasamuh adalah sesuatu yang fitrah yang melekat pada kedirian manusia, tasamuh pada
gilirannya mengantarkan terwujudnya tatanan sosial agar berjalan dalam kemaslahatan (Siradj, S.
A. 2013).

Tasamuh dari pengertian pengertian diatas dapat diartikan sebagai toleransi. Tasamuh artinya
sikap tenggang rasa, menghormati, dan menghargai kepada orang lain dalam kehidupan di dalam
bermasyarakat. tasamuh yaitu saling menghormati dan menghargai antara manusia satu dengan
lainnya yang dilakukan dalam kehidupan sehari hari untuk mencapai suatu tatanan sosial yang
maslahat, baik dalam konteks sosial, budaya dan agama.

B. Ayat Al-Quran Dan Hadits Tentang Toleransi Umat Beragama

- Al-Quran surat As Syura ayat 8


             
      
Artinya: dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja),
tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan orang-orang
yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong. (QS. As
Syura 42:8)
- Al-Quran surat Al An’am ayat 159
              
     
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi
bergolongan[525], tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan
mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa
yang telah mereka perbuat. (QS. Al An’am 6:159)
[525] Maksudnya: ialah golongan yang Amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya.
- Al-Quran surat Ali Imron ayat 104
          
    
Artinya: dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang
beruntung. (QS. Ali Imran 3:104)
[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah
segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

- Al-Quran surat Al kafirun 109:1-6. Larangan toleransi dalam peribadahan


              
               

Artinya: 1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir; 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah; 3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah; 4. dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah; 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah; 6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al kafirun 109:1-6)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi SAW.
dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Makkah, dan
akan dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata: "Inilah
yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan
kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Nabi SAW
menjawab: "Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku." Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa
itu sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64
sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi SAW.:
"Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami (menyembah berhala) selama setahun, kami
akan mengikuti agamamu selama setahun pula." Maka turunlah Surat Al Kafirun (S.109:1-6).

- hadits-hadits tentang tasamuh

‫ ِإ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى َساِئ ُر ْال َج َس ِد بِال َّسهَ ِر َو ْال ُح َّمى‬،‫ َمثَ ُل ْال َج َس ِد‬،‫ َوت ََرا ُح ِم ِه ْم‬،‫ َوتَ َعاطُفِ ِه ْم‬،‫َمثَ ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم‬

Artinya: “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan
menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan
susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Bukhari).
َ َ‫س ق‬
‫ال قِي َل‬ َ ‫ق ع َْن دَا ُو َد ْب ِن ْال ُح‬
ٍ ‫صي ِْن ع َْن ِع ْك ِر َمةَ ع َِن ا ْب ِن َعبَّا‬ َ ‫َح َّدثَنِا عبد هللا حدثنى أبى حدثنى يَ ِزي ُد قَا َل أنا ُم َح َّم ُد بْنُ ِإ ْس َحا‬
‫أحب الى هللا قال الحنيفيَّة السمحة‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأيُّ اَْأل ْديَا ِن‬
ُ َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫لِ َرس‬.

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq
dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada
Rasulullah SAW. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-
Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran).” (H.R. Bukhori)
Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam
berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah, akan tetapi toleransi dalam Islam lebih
dititikberatkan pada wilayah mua’malah. Rasulullah SAW. bersabda :

ِ ‫ال َح َّدثَنِي ُم َح َّم ُد بْنُ ْال ُم ْن َك ِد ِر ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ َر‬


‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما‬ ٍ َ‫ش َح َّدثَنَا َأبُو َغسَّانَ ُم َح َّم ُد بْنُ ُمط‬
َ َ‫رِّف ق‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ َعيَّا‬
‫ضى‬ َ ِ ‫َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬ 
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َر ِح َم هَّللا ُ َر ُجاًل َس ْمحًا ِإ َذا بَا َع َوِإ َذا ا ْشتَ َرى َوِإ َذا ا ْقت‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin ‘Ayyasy telah menceritakan kepada kami
Abu Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin al-
Munkadir dari Jabir bin ‘Abdullah ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Allah merahmati orang
yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli,  dan ketika memutuskan perkara”. (HR.
Bukhari)

Imam al-Bukhari memberikan makna pada kata ‘as-samâhah’ dalam hadis ini dengan kata
kemudahan, yaitu pada “Bab Kemudahan dan Toleransi dalam Jual-Beli”. Sementara Ibn Hajar
al-‘Asqalâni ketika mengomentari hadis ini beliau berkata: “Hadis ini menunjukkan anjuran untuk
toleransi dalam interaksi sosial dan menggunakan akhlak mulia dan budi yang luhur dengan
meninggalkan kekikiran terhadap diri sendiri, selain itu juga menganjurkan untuk tidak mempersulit
manusia dalam mengambil hak-hak mereka serta menerima maaf dari mereka.

C. Toleransi Inter Umat Islam

Makna Kerukunan Umat Beragama Nisvilyah, L. (2013) memaknai kerukunan umat


beragama dengan membaginya pada kerukunan intern dan antar umat beragama. Kerukunan intern
umat beragama mengharuskan lebih bertoleransi terhadap sesama umat Islam, dengan syarat
kelompok tertentu tidak memiliki akidah dan keyakinan yang berbeda dengan Islam mainstream,
seperti Ahmadiyah dan NU. Kerukunan antar umat beragama artinya saling menghormati dan
tenggang rasa terhadap umat beragama lain. Ketika umat Nasrani merayakan Natal misalnya, kita
mempersilahkan dan membantu pengamanan polisi, tentara, dan lainlain. Sebaliknya ketika umat
Islam melaksanakan Shalat Ied, yang bisa saja mengganggu keseharian mereka karena jatuh pada
hari Minggu bertepatan dengan jadwal ibadah mereka. toleransi juga dirasakan umat Islam.

Kerukunan umat beragama juga bisa dilakukan dalam hal-hal yang tidak berkenaan dengan
akidah, seperti berkerjasama mengentaskan kemiskinan dan memberikan bantuan bagi para korban
bencana atau musibah tertentu. Tetapi, toleransi tidak bisa dikaitkan dengan peribadahan.
Berdasarkan QS.al-Kafirun, menyatakan bahwa umat Islam tidak menyembah apa yang mereka
(orang beragama lain) sembah dan sebaliknya. Dasar historis membangun kerukunan adalah Piagam
Madinah, yang memberikan perlindungan kepada umat non Muslim. rukun bermakna saling
menghargai satu dengan yang lain, dengan basis historis praktik toleransi dan kerukunan umat
beragama seperti dalam Piagam Madinah.

Toleransi antar umat beragama dan inter umat beragama, sebagai bagian dari masyarakat
multikultural, merupakan hal yang sangat penting. Salah satu penyebeb timbulnya konflik antar
umat beragama dan inter umat beragama adalah lemahnya rasa toleransi. Islam sebagai agama yang
menjadi rahmat bagi alam semesta tidak hanya mengatur toleransi antar umat beragama, tetapi juga
mengatur toleransi dalam masyarakat yang lebih luas yang disebut multikultural. Masyarakat
multikultural terdiri dari berbagai macam suku, bangsa agama, kepercayaan adat istiadat, peradaban
dan dari latar belakang yang berbeda.
.Masyarakat multikultural adalah suatu kenyataan yang dihadapi oleh seluruh bangsa-
bangsa di dunia. Islam, sebagai agama yang menebarkan kedamaian, islam mengarahkan umat
islam  agar mengembangkan toleransi atau tasamuh,  dalam menyikapi perbedaan dan perselisihan
antara sesama umat manusia. Sikap kerukunan, dirumuskan dalam konsepsebagai berikut:

1. Toleransi dalam Kemajemukan


Umat manusia diciptakandengan berbagai ras, bangsa, suku, bahasa, adat, kebudayaan, dan
agama yang berbeda. Karena perbedaan tersebut, setiap manusia harus bersikap toleran atau
tasamuh Dengan sikap toleransi dan tasamuh yang terbuka. Dengan itu maka akan terbentuk
masyarakat yang saling menghargai, menghormati, dan kehidupan harmonis. Masyarakat yang
harmonis akan menghasilkan kedamaian bagi kehidupan.

2. Islam Membangun Toleransi Masyarakat Multikulturala.


a. Pentingnya Toleransi.
Tanpa toleransi, umat-umat beragama dalam masyarakat  akan selalu terjadi komplik.
pentingnya toleransi. Nabi slalu mengarahkan kepada umat islam untuk selalu menebarkan
kasih sayang. Dalam suatu hadis , Rasulullah SAW. menjelaskan tentang kewajiban pada
setiap orang muslim untuk memberikan perlindungan terhadap orang non-muslim minoritas
yang berada di bawah kekuasaan orang-orang muslim (dzimmi).

b. Toleransi Pilar Umat Pilihan


Umat Islam merupakan sebagai umat pertengahan (ummatun wasathan) yang berarti umat
yang menyeimbangkan antara fanatik dan liberal, antara permanen dan pleksibel, antara
menolak dan menerima, antara keras dan lembut dan lain sebagainya. Karakteristik ini yang
menjadikan umat Islam toleran terhadap umat lainnya sehingga kehidupan menjadi damai,
aman, dan sejahtera dalam ikatan persaudaraan antar manusia.

c. Peradaban Islam yang Toleran


Islam adalah umat beragama yang sempurna. Islam sebagai rahmatullilalamin dalam
ajarannya selalu menuntun kepada kebaikan. Peradaban islam yang toleran dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. Dalam kehidupannya selalu mencirikan rasa toleran dan kesabaran yang
tinggi sebagai contoh untuk umat islam.

d. Peradilan yang Adil dan Konsekuen

Islam dalam memberikan keadilan tanpa pandang bulu. Dalam beberapa kisah disebutkan
bahwa ada umat lain yang meminta bantuan dari pemimpin islam untuk mendapat keadilan. Hal
tersebut membuktikan bahwa umat lain menghargai konsekuenitas Islam dalam memberikan
keadilan.

3. Ukhuwah Islamiah, Ukhuah Wathaniah, dan Ukhuwah Insaniah


Ukhuwah Islamiah adalah persaudaraan dan persahabatan yang antar umat Islam.
Ukhuwah Wathaniah yaitu persaudaraan sesama warga negara dalam satu satu bangsa. Ukhwah
ukhuwah Insaniah adalah persaudaraan  sesama manusia. Manusia sebagai mahkluk sosial
membutuhkan manusia lainnya dan berinteraksi. Hubungan ini akan berkembang dengan
adanya faktor lain, seperti adanya ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya.

4. Hubungan Sesama Makhluk 


Islam adalah rahmatullillalamin, Islam selalu mengajarkan kepada umatnya untuk memberi
kebahagiaan antar sesama makhluk. Baik kepada manusia sendiri atau hewan dan lingkungan
sekitar, karena hakekatnya segala sesuatu yang di ciptakan adalah makhluh, mmaka lebih
tepatnya islam mengajarkan umatnya untuk menjaga alam ini.

D. Kehidupan Masyarakat Madinah

Madinah merupakan kota pertanian yang subur dan makmur pertaniannya. Yathrib adalah
nama kuno dari Madinah, wilayahnya merupakan oasis, subur dan kekayaannya berlimpah serta
dikelilingi batu-batu vulkanis hitam. Madinah penduduknya beragam. Madinah ditempati oleh
masyarakat yang memiliki keyakinan yang berbeda secara garis besarnya terdiri atas:
1. Orang-orang Muhajirin, kaum muslimin yang hijrah dari Makkah keMadinah.
2. Kaum Anshar, yaitu orang-orang Islam pribumi Madinah.
3. Orang-orang yahudi yang secara garis besarnya terdiri atas beberapa
kelompok suku seperti: Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.
4. Pemeluk “tradisi nenek moyang”, yaitu penganut Paganisme atau penyembah berhala.

1. kondisi masyarakat madinah sebelum adanya piagam madinah.


a. Kondisi Soial-Budaya
Masyarakat Madinah merupakan masyarakat yang beragam. Ada sebelas kaum dan delapan
diantaranya Yahudi. Terdiri dari tiga komunitas besar. yaitu orang Yahudi, Arab Pagan, dan
penganut Kristen. Kelompok Yahudi terdiri dari bani Qainuqa'. bani Nadzir, dan bani Quraidzah.
yang selalu menyulut peperangan antara kabilah Aus dan Khazraj. Dan terlibat langsung dalam
perang Bu'ats dan memihak sekutunya.
Di Madinah ada golongan suku dari bangsa Arab yang sudah lama menetap. yaitu suku Aws
dan Khazraj. Mereka sering terjadi perselisihan lama Dari tahun ke tahun. Peperangan besar
maupun kecil sering terjadi kepada kedua bangsa ini. Dan ada juga yahudi yg ikut dalam
permasalahan ini.
Orang-orang Yastrib tidak seluruhnya berlatar belakang Yahudi. ada sebagian orang Arab
yang memeluk agama Yahudi. Arab bukanlah entitas agama, Arab adalah kebudayaan yang
disatukan oleh bahasa budaya bukan hanya oleh agama. Yang menyebabkan pertikaian diantara
mereka adalah perbedaan pandangan dan Persaingan yang kuat.

b. Kondisi Agama
Sebelum adanya Islam, Yasrib telah dihuni berbagai komunitas dan agama. Ada yang berasal
dari komunitas etnis Arab, Yahudi. Agama yang dianut sebagian besar masyarakat adalah Yahudi
dan Nasrani, Selain agama Pagan. Agama Pagan adalah kepercayaan kepada benda-benda dan
kekuatan alam seperti matahari, bintang-bintang dan bulan. Agama Pagan dianut oleh bangsa Arab
di daerah Makkah.
Pemujaan terhadap pohon, batu, sumur, mata air, dan benda benda lain merupakan hal yang
biasa dimana-mana. Di kota Madinah ada pula masyarakat golongan Arab yang menganut agama
ini. Dan disaat pada musim datang, mereka berkunjung ke kota Makkah guna menunaikan ajaran
Nabi Ibrahim. Namun agama mereka tetaplah satu, yakni agama yang diwariskan dari Nabi
Ibrahim. Tetapi setelah Nabi Ibrahim tak lagi ada ajarannya mulai menyeleweng. Masyarakat
memasang berhala disekeliling ka’bah.
Yahudi adalah salah satu agama samawi (yang berdasarkan wahyu dari Allah), agama ini ada
sekitar 2000 tahun sebelum agama Islam turun. Kitab sucinya adalahTaurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa as. dan dibawa oleh penganutnya hingga sampai di Yastrib. Tidak sedikit dari mereka
masih sayang berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran dari pendahulunya.

c. Kondisi Politik
Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Yastrib, masyarakat dari kalangan aws dan khazraj
sering terjadi konflik yang berkepanjangan. sering terjadi peperangan antar suku, dan ada pula
kesepakatan untuk meredam konflik. Hal ini terjadi oleh campur tangan Yahudi dengan memecah
belah suku-suku Arab khususnya Aws dan Khazraj. Daerah yang terdiri dari berbagai macam
kelompok etnis atau budaya, akan sulit untuk mencapai kebersamaan. Masyarakat Arab mempunyai
kebiasaan berperang . Kebiasaan ini teredapat pula di Madinah.

d. Kondisi Ekonomi
Yasrib tidak memiliki suatu tempat kemulyaan. Dari kalangan Yahudi memiliki semangat
yang kuat untuk menupuk hatta kekayaan, dan menjadi api pertikaian. Orang-orang Yahudi terbagi
menjadi tiga suku, bani Qainuqa', bani Quraidah, dan bani Nadhir. Bani Qainuqa' menempati
perkampungan tukang emas. Disini emas bertumpukdan ada bank-bank yang meminjamkan uang
dengan sistem bunga. Dan tempat ini menjadi tempat peminjaman uang orang arabia.
Suku bani Nadhir dan Quraidah memperolah kedudukan terhormat, mereka memiliki lahan
yang luas yang dan perekonomiannya dari sektor pertanian, teknologi pertanian dan industri.
Bangsa yahudi memberi dampak besar terhadap pertanian dan peternakan dan memberi hasil yang
melimpah.

1. Setelah Terbentuknya Piagam Madinah


a. Hijrah
Pada aqabah yang pertama saat musim haji Muhammad SAW bertemu dengan 6 orang
Anshar dari kabilah Khazraj di Aqabahdan berdakwak kepada mereka dan menjelaskan tentang
Islam dan membacakan beberapa ayat Al-Qur'an. Dan bercerita tentang konflik Aus, Yahudi dan
Khazraj. Setelah mereka percaya dengan apa yang dikatakan Rasulullah untuk membenarkan Islam.
mereka pulang ke kota Madinah. Dan menceritakan kepada masyarakat dan mengajak percaya
datangnya Nabi dan ajarannya. Baiat aqabah pertama terdiri dari 12 orang anshar pada haji
selanjutnya di aqobah.
Teks baiat Aqabah menerangkan tentang kesetiaan kaum Anshar tehadap Rasulullah, mereka
dilarang berbuat hal buruk terhadap sesama. Pada musim haji berikutnya peserta baiat aqabah kedua
terdiri dari 72 orang laki-laki dan 2 orang perempuan pada hari tasrik di aqobah. diantara isinya
adalah kesetiaan tehadap Nabi Muhammad SAW. Diantara Nabi dan mereka mempunyai
komitmen untuk saling melindungi. Jika ada pihak yang mengganggu, maka keduanya akan saling
bahu-membahu.

b. Isi Teks Piagam Madinah


Piagam Madinah secara eksplisit merupakan yang sungguh-sungguh dari Nabi untuk
membangun toleransi. Beliau ingin menunjukkan kepada umatnya dan kabilah yang hidup di
Madinah, bahwa kepemimpinannya akan akan mengedepankan prinsip toleransi, baik toleransi
internal di dalam umat Islam sendiri maupun toleransi dalam konteks antar-agama dan kabilah.
Piagam itu diputuskan setalah mengalami pertemuan antara kaum Anshar Madinah dan para
pemimpin keluraga Mekkah berkumpul untuk meminta pendapat dari setiap kelompok sosial non
muslim, setelah ia meminta pendapatnya dari pihak muslim. Piagam Madinah merupakan hasil
kesepakatan antara para kepala suku. orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad
Rasulullah SAW.
Penyebutan nama-nama suku dalam Piagam Madinah dan disebutkannya beberapa adat yang
berlaku dilingkungan suku-suku itu menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad SAW bersikap sangat
realistis. Beliau mengakui eksistensi dan pengaruh suku-suku dan membolehkan adat yang
dianggap baik berjalan terus. Pengaruh Piagam Madinah terhadap Masyarakat Madinah
Pada waktu Piagam Madinah dirumuskan dan disetujui, komunitas Islam masih merupakan
minoritas. Komunitas terbesar adalah komunitas Yahudi, ditambah dengan komunitas Kristen dan
penganut kepercayaan Pagan. Justru dalam masyarakat yang plural itu, Nabi berperan sebagai
pemersatu, tanpa melebur diri ke dalam masyarakat tunggal. Salah satu aspek yang paling utama
dan penting dalam Piagam Madinah adalah perubahan status sosial dari pertalian darah (al-nasab)
menuju penanaman nilai (ummah). Hal ini ditandai dengan perdamaian seluruh pihak yang terlibat
dalam Piagam Madinah tanpa melihat latar belakang masing-masing kelompok sosial. Jika ada
suatu perseteruan antar kelompok, maka seluruhnya urusan dihadapkan langsung kepada Nabi.
Piagam Madinah merupakan sebuah konstitusi yang menegaskan visi Islam sebagai agama yang
selalu mengedepankan toleransi dan kebersamaan, yang mana relasi antar kelompok tidak hanya
berdasarkan keyakinan sebuah agama, tetapi berdasarkan prinsip kemanusiaan.
Di dalam Al-Quran, misi Nabi yang mulia itu dikenal dengan rahmatan lil alamin. Yaitu
sebuah misi yang berkomitmen membangun tali kasih di antara seluruh penduduk bumi, apapun
latar belakang agama dan suku mereka. Nabi mampu mempersaudarakan antara kelompok
Muhajirin dan kaum Anshar, bahkan diantara mereka saling mewarisi meskipun tanpa ada tali
persaudaraan. Persaudaraan antara sesama muslimin sudah terjalin dengan erat, karena dengan
Islam semua segi kehidupan mereka telah meningkat. Kemudian hal terpenting lain setelah lahirnya
Piagam Madinah, yakni dalam aspek politik Nabi menjadi pemimpin yang mutlak dikalangan
masyarakat Madinah. Hal ini terjadi dikarenakan Nabi beberapa kali sering berinteraksi dengan
kelompok masyarakat Madinah. Seperti sebelum hijrah munculnya baiat Aqabah yang pertama dan
kedua, Piagam Madinah, dan petjanjian-perjanjian lain yang mengatur umsan kemaslahatan
bersama.

2. Nilai-Nilai Toleransi Pada Piagam Madinah


Konstitusi Piadam Madinah dikenal dalam sejarah sebagai konstitusi tertulis pertama yang
telah meletakkan dasar-dasar persamaan, prinsip-prinsip kesamaan, asas-asas toleransi dan
memberikan penghargaan serta jaminan hak-hak yang setara kepada pihak-pihak yang terikat
dengan butir-butir komitmen perjanjian yang tercantum dalam konstitusi Madinah itu. Nilai-nilai
toleransi yang terkandung dalam Piagam madinah menurut Sholikhan, A. (2015) yaitu berisikan
sebagai berikut:
1. Hak masing-masing kelompok untuk sepenuhnya melakukan peradilan.
2. Kebebasan beragama dan beribadat bagi semua golongan.
3. Semua penduduk Madinah, baik kaum Muslimin maupun komunitas Arab non-Islam dan
komunitas Yahudi, berkomitmen teguh dan berkewajiban untuk saling membantu, baik
secara moral maupun material. Mereka harus bahu membahu untuk mempertahankan kota
Madinah apabila ada serangan musuh dari luar.
4. Rasulullah adalah kepala negara di Madinah dan kepada beliaulah dibawa segala perkara
dan perselisihan besar yang tak bisa didamaikan oleh pihak-pihak yang bertikai untuk
diselesaikan.

Dilihat dari perspektif sosial, politik dan keagamaan, Piagam Madinah tersebut mengandung
dasar-dasar koeksistensi hidup berdampingan secara adil, aman dan damai, mengutamakan
semangat pluralisme, prinsip-prinsip inklusivisme, dan jiwa toleransi yang sangat substansial dan
fundamental dalam kehidupan masyarakat majemuk seperti Madinah.

E. Contoh dan Cara Pengamalan Tasamuh

Menurut Sholeh, A. (2016). Setidak-tidaknya ada dua macam tasamuh. Pertama, tasamuh
antar sesama manusia muslim yang berupa sikap dan perilaku tolong menolong saling menghargai,
saling menyayangi, saling menasehati, dan tidak curiga mencurigai. Kedua, tasamuh terhadap
manusia non muslim, seperti menghargai hak-hak mereka selaku manusia dan anggota masyarakat
dalam satu negara. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau
keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah
bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih saying, saling pengertian dan pada akhirnya akan
bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara
tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali kepada Allah.

b. Saling Menghormati
Salah satu contoh toleransi dalam beragama ialah dengan saling menghormati antar
umat beragama. Dengan cara jika ada yang sedang puasa setidaknya kita jangan menggangu
atau merusak puasanya. Dan jika ada yang sedang berdoa tetaplah menjaga ketenangan saat
umat lain beribadah.

c. Tidak Menggangu
Untuk mewujudkan toleransi beragama di dalam masyarakat dengan cara jika ada
upacara agama lain hendaknya tidak melanggar aturan. Misalnya acaranya nyepi janganlah
merusak dengan menciptakan keributan tanpa peduli acara umat lain.

d. Partisipasi
Contohnya saat agama lain sedang merayakan acara besar agama mereka seperti natal,
nyepi, hendaknya kita ikut berpartisipasi dalam merayakan hal tersebut. Karena ini
menunjukkan perwujudan iman yang dewasa dalam masyarakat.

e. Berlapang dada
Ada kalanya terjadi sebuah perbedaan, maka harus berlapang dada dalam menerima
semua perbedaan, karena perbedaan adalah Rahmat Allah swt

f. Tidak mendiskriminasikan
Maksudnya Tidak membeda-bedakan teman yang berbeda keyakinan. Tidak
memaksakan orang lain dalam hal keyakinan (agama). Memberikan kebebasan orang lain
untuk memilih keyakinan (agama).

g. Berteman dengan baik


Tetap bergaul dan bersikap baik dengan orang yang berbeda keyakinan dalam hal
duniawi. Tidak membenci dan menyakiti perasaan seseorang yang berbeda keyakinan atau
pendapat dengan kita.

F. Mamfaat Toleransi Beragama


a. Menghindari perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan
agama, sikap bertoleran harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam
wujud interaksi sosial.

b. Memperkokoh tali silaturahmi


Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama yakni menjalin dan memperkokoh tali
silaturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan yang baik. Mengembangkan sikap
toleran beragama bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual
agamanya dengan bebas da tanpa tekanan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tasamuh adakah sikap tenggang rasa, menghormati, dan menghargai kepada orang lain
dalam kehidupan di dalam bermasyarakat. tasamuh yaitu saling menghormati dan
menghargai antara manusia satu dengan lainnya yang dilakukan dalam kehidupan sehari hari
untuk mencapai suatu tatanan sosial yang maslahat, baik dalam
konteks sosial, budaya dan agama. Tasamuh disarkan pada ajaran islam yang tertera dalam
Piagam Madinah
2. Tolereasnsi sesama muslim bisa sdilakukan dengan cara menghormati kebiasaan aliran yang
berbeda kebiasaan, tidak mencela perbuatan mereka, menjalin silaturahim setiap saat.
Menghargai mereka dalam beribadah. Menjaga keharmonisan masyarakat dan menjaga
kebaikan tatanan di dalam masyarakat.
3. Ciri masyrarakat yang teleran yaitu dibagi dua, toleran terhadap satu agama dan toleran
kepada agama lain, antar sesama manusia muslim yang berupa sikap dan perilaku tolong
menolong saling menghargai, saling menyayangi, saling menasehati, dan tidak curiga
mencurigai. Toleran terhadap agama lain seperti menghargai hak-hak mereka selaku
manusia dan anggota masyarakat dalam satu negara.
DAFTAR FUSTAKA

Abdul, R., Uung, J., Chumaidi, A., Karsidi., Tutur, C., Kuntarto, Noor, A., Wahyudin, Nur, L.
2018. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Universitas Jenderal Soedirman.

Al-Quran Digital Versi 2.0. 2004.

Jamarudin, A. 2017. Membangun Tasamuh Keberagamaan dalam Perspektif Al-


Qur’an. Toleransi, 8(2), 170-187.

Nisvilyah, L. 2013. Toleransi Antar umat Beragama dalam Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan
Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto). Kajian Moral dan Kewarganegaraan, 2(1).

Sholeh, A. 2016. Pemahaman Konsep Tasamuh (Toleransi) Siswa dalam Ajaran Islam. J-PAI:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1).

Sholikhan, A. 2015. Piagam madinah, konsessus masyarakat pluralis: Madinah dan Makah suatu
tinjauan teori konflik. Jurnal komunika. 9(1): 85-100.

Siradj, S. A. 2013. Tasawuf Sebagai Basis Tasamuh. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 13(1), 87-
106.

Siti, K., Ulya R., 2017. Hadis Tentang Toleransi Atau Tasamuh. Progam Studi Ilmu Qur’an Tafsir
Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain)Kudus

Ummah, M. 2013. Aktivitas Komunitas The A Team Forbid Surabaya Terhadap Pembentukan


Akhlak Tasamuh Pada Anggota. SKRIPSI. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Yakub, M. 2004. Piagam Madinah acuan dasar negara islam. Analityca islamica. 6(2):172-185

Anda mungkin juga menyukai