Oleh :
Nama : SANDI HAERUL RIZAL
NIM : D0A018052
Kelompok :2
KELAS :G
A. Latar Belakang
Manusia merupakam makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang membutuhkan
adanya orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk berinteraksi dengan individu
lain. Dalam kehidupan sosial dalam masyarakat seorang individu dihadapkan dengan perbedaan
baik antar kelompok satu dengan lainnya dan salah satunya perbedaan agama.
Dalam menjaga keutuhan persatuan dalam masyarakat diperlukan sikap saling menghormati
dan saling menghargai satu sama lain, agar tidak terjadi pertikaian yang akan membesar dan itu pun
dapat dihindari. Masyarakat juga memiliki tugas untuk saling menjaga hak dan kewajiban antara
satu dengan yang lainnya. Islam mengajarkan tentang secara global baik peribadahan dan aktifitas.
karena itu kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar
umat beragama dan menghormati antar setiap perbedaan yang ada.
Di Indonesia tidak hanya terdiri atas satu suku, agama dan ras. Terapi indonesia terdiri atas
bermacam-macam suku, agama dan ras. Kebebasan beragama hakikatnya adalah dasar bagi
kerukunan antar umat beragama. Kebebasan beragama merupakan hak setiap individu manusia.
Hak untuk memeluk agama adalah hak masing-masing bagi setiap orang tanpa ada paksaan, dan
tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
Toleransi antar umat beragama adalah cara untuk menjaga persatuan, tanpa adanya toleransi
pertikaian-pertikaian akan sering terjadi. Untuk dapat membuat toleransi antar perbedaan, juga
dapat diperlukan kesadaran antar individu. Pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama
dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari
dalam bermasyarakat.
B. Tujuan
1. Mengetahui definisi tasamuh.
2. Mengetahui bagaimana cara toleransi dengan sesama muslim.
3. Mengetahui bagaimana ciri masyarakat yang toleransi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasamuh
Tasamuh “samaha” yang dalam bahasa Indonesia biasa diartikan “tenggang rasa” atau dalam
istilah disebut toleransi. Praktisnya, tasamuh adalah mudah dalam berinteraksi, fleksibel,
berperilaku enteng tidak menyulitkan (Jamarudin, A. 2017)
Tasamuh (toleran) dalam Islam bisa dimaknakan membangun sikap untuk saling menghargai,
saling menghormati, saling memberi, saling membantu, dan saling memberi kemudahan antara satu
dengan lainnya. Dengan demikian, tasamuh (toleransi) adalah Sikap (akhlak) dengan teraktualisasi
dengan saling berlaku baik, lemah lembut, membantu, dan saling pemaaf (Ummah, M. 2013)
Tasamuh adalah sesuatu yang fitrah yang melekat pada kedirian manusia, tasamuh pada
gilirannya mengantarkan terwujudnya tatanan sosial agar berjalan dalam kemaslahatan (Siradj, S.
A. 2013).
Tasamuh dari pengertian pengertian diatas dapat diartikan sebagai toleransi. Tasamuh artinya
sikap tenggang rasa, menghormati, dan menghargai kepada orang lain dalam kehidupan di dalam
bermasyarakat. tasamuh yaitu saling menghormati dan menghargai antara manusia satu dengan
lainnya yang dilakukan dalam kehidupan sehari hari untuk mencapai suatu tatanan sosial yang
maslahat, baik dalam konteks sosial, budaya dan agama.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum kafir Quraisy berkata kepada Nabi SAW.:
"Sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami (menyembah berhala) selama setahun, kami
akan mengikuti agamamu selama setahun pula." Maka turunlah Surat Al Kafirun (S.109:1-6).
ِإ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى َساِئ ُر ْال َج َس ِد بِال َّسهَ ِر َو ْال ُح َّمى، َمثَ ُل ْال َج َس ِد، َوت ََرا ُح ِم ِه ْم، َوتَ َعاطُفِ ِه ْم،َمثَ ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم
Artinya: “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan
menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan
susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Bukhari).
َ َس ق
ال قِي َل َ ق ع َْن دَا ُو َد ْب ِن ْال ُح
ٍ صي ِْن ع َْن ِع ْك ِر َمةَ ع َِن ا ْب ِن َعبَّا َ َح َّدثَنِا عبد هللا حدثنى أبى حدثنى يَ ِزي ُد قَا َل أنا ُم َح َّم ُد بْنُ ِإ ْس َحا
أحب الى هللا قال الحنيفيَّة السمحة صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأيُّ اَْأل ْديَا ِن
ُ َ ِ ُول هَّللا
ِ لِ َرس.
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq
dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada
Rasulullah SAW. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-
Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran).” (H.R. Bukhori)
Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam
berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah, akan tetapi toleransi dalam Islam lebih
dititikberatkan pada wilayah mua’malah. Rasulullah SAW. bersabda :
Artinya: Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin ‘Ayyasy telah menceritakan kepada kami
Abu Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin al-
Munkadir dari Jabir bin ‘Abdullah ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda: “Allah merahmati orang
yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan perkara”. (HR.
Bukhari)
Imam al-Bukhari memberikan makna pada kata ‘as-samâhah’ dalam hadis ini dengan kata
kemudahan, yaitu pada “Bab Kemudahan dan Toleransi dalam Jual-Beli”. Sementara Ibn Hajar
al-‘Asqalâni ketika mengomentari hadis ini beliau berkata: “Hadis ini menunjukkan anjuran untuk
toleransi dalam interaksi sosial dan menggunakan akhlak mulia dan budi yang luhur dengan
meninggalkan kekikiran terhadap diri sendiri, selain itu juga menganjurkan untuk tidak mempersulit
manusia dalam mengambil hak-hak mereka serta menerima maaf dari mereka.
Kerukunan umat beragama juga bisa dilakukan dalam hal-hal yang tidak berkenaan dengan
akidah, seperti berkerjasama mengentaskan kemiskinan dan memberikan bantuan bagi para korban
bencana atau musibah tertentu. Tetapi, toleransi tidak bisa dikaitkan dengan peribadahan.
Berdasarkan QS.al-Kafirun, menyatakan bahwa umat Islam tidak menyembah apa yang mereka
(orang beragama lain) sembah dan sebaliknya. Dasar historis membangun kerukunan adalah Piagam
Madinah, yang memberikan perlindungan kepada umat non Muslim. rukun bermakna saling
menghargai satu dengan yang lain, dengan basis historis praktik toleransi dan kerukunan umat
beragama seperti dalam Piagam Madinah.
Toleransi antar umat beragama dan inter umat beragama, sebagai bagian dari masyarakat
multikultural, merupakan hal yang sangat penting. Salah satu penyebeb timbulnya konflik antar
umat beragama dan inter umat beragama adalah lemahnya rasa toleransi. Islam sebagai agama yang
menjadi rahmat bagi alam semesta tidak hanya mengatur toleransi antar umat beragama, tetapi juga
mengatur toleransi dalam masyarakat yang lebih luas yang disebut multikultural. Masyarakat
multikultural terdiri dari berbagai macam suku, bangsa agama, kepercayaan adat istiadat, peradaban
dan dari latar belakang yang berbeda.
.Masyarakat multikultural adalah suatu kenyataan yang dihadapi oleh seluruh bangsa-
bangsa di dunia. Islam, sebagai agama yang menebarkan kedamaian, islam mengarahkan umat
islam agar mengembangkan toleransi atau tasamuh, dalam menyikapi perbedaan dan perselisihan
antara sesama umat manusia. Sikap kerukunan, dirumuskan dalam konsepsebagai berikut:
Islam dalam memberikan keadilan tanpa pandang bulu. Dalam beberapa kisah disebutkan
bahwa ada umat lain yang meminta bantuan dari pemimpin islam untuk mendapat keadilan. Hal
tersebut membuktikan bahwa umat lain menghargai konsekuenitas Islam dalam memberikan
keadilan.
Madinah merupakan kota pertanian yang subur dan makmur pertaniannya. Yathrib adalah
nama kuno dari Madinah, wilayahnya merupakan oasis, subur dan kekayaannya berlimpah serta
dikelilingi batu-batu vulkanis hitam. Madinah penduduknya beragam. Madinah ditempati oleh
masyarakat yang memiliki keyakinan yang berbeda secara garis besarnya terdiri atas:
1. Orang-orang Muhajirin, kaum muslimin yang hijrah dari Makkah keMadinah.
2. Kaum Anshar, yaitu orang-orang Islam pribumi Madinah.
3. Orang-orang yahudi yang secara garis besarnya terdiri atas beberapa
kelompok suku seperti: Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.
4. Pemeluk “tradisi nenek moyang”, yaitu penganut Paganisme atau penyembah berhala.
b. Kondisi Agama
Sebelum adanya Islam, Yasrib telah dihuni berbagai komunitas dan agama. Ada yang berasal
dari komunitas etnis Arab, Yahudi. Agama yang dianut sebagian besar masyarakat adalah Yahudi
dan Nasrani, Selain agama Pagan. Agama Pagan adalah kepercayaan kepada benda-benda dan
kekuatan alam seperti matahari, bintang-bintang dan bulan. Agama Pagan dianut oleh bangsa Arab
di daerah Makkah.
Pemujaan terhadap pohon, batu, sumur, mata air, dan benda benda lain merupakan hal yang
biasa dimana-mana. Di kota Madinah ada pula masyarakat golongan Arab yang menganut agama
ini. Dan disaat pada musim datang, mereka berkunjung ke kota Makkah guna menunaikan ajaran
Nabi Ibrahim. Namun agama mereka tetaplah satu, yakni agama yang diwariskan dari Nabi
Ibrahim. Tetapi setelah Nabi Ibrahim tak lagi ada ajarannya mulai menyeleweng. Masyarakat
memasang berhala disekeliling ka’bah.
Yahudi adalah salah satu agama samawi (yang berdasarkan wahyu dari Allah), agama ini ada
sekitar 2000 tahun sebelum agama Islam turun. Kitab sucinya adalahTaurat yang diturunkan kepada
Nabi Musa as. dan dibawa oleh penganutnya hingga sampai di Yastrib. Tidak sedikit dari mereka
masih sayang berpegang teguh terhadap ajaran-ajaran dari pendahulunya.
c. Kondisi Politik
Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Yastrib, masyarakat dari kalangan aws dan khazraj
sering terjadi konflik yang berkepanjangan. sering terjadi peperangan antar suku, dan ada pula
kesepakatan untuk meredam konflik. Hal ini terjadi oleh campur tangan Yahudi dengan memecah
belah suku-suku Arab khususnya Aws dan Khazraj. Daerah yang terdiri dari berbagai macam
kelompok etnis atau budaya, akan sulit untuk mencapai kebersamaan. Masyarakat Arab mempunyai
kebiasaan berperang . Kebiasaan ini teredapat pula di Madinah.
d. Kondisi Ekonomi
Yasrib tidak memiliki suatu tempat kemulyaan. Dari kalangan Yahudi memiliki semangat
yang kuat untuk menupuk hatta kekayaan, dan menjadi api pertikaian. Orang-orang Yahudi terbagi
menjadi tiga suku, bani Qainuqa', bani Quraidah, dan bani Nadhir. Bani Qainuqa' menempati
perkampungan tukang emas. Disini emas bertumpukdan ada bank-bank yang meminjamkan uang
dengan sistem bunga. Dan tempat ini menjadi tempat peminjaman uang orang arabia.
Suku bani Nadhir dan Quraidah memperolah kedudukan terhormat, mereka memiliki lahan
yang luas yang dan perekonomiannya dari sektor pertanian, teknologi pertanian dan industri.
Bangsa yahudi memberi dampak besar terhadap pertanian dan peternakan dan memberi hasil yang
melimpah.
Dilihat dari perspektif sosial, politik dan keagamaan, Piagam Madinah tersebut mengandung
dasar-dasar koeksistensi hidup berdampingan secara adil, aman dan damai, mengutamakan
semangat pluralisme, prinsip-prinsip inklusivisme, dan jiwa toleransi yang sangat substansial dan
fundamental dalam kehidupan masyarakat majemuk seperti Madinah.
Menurut Sholeh, A. (2016). Setidak-tidaknya ada dua macam tasamuh. Pertama, tasamuh
antar sesama manusia muslim yang berupa sikap dan perilaku tolong menolong saling menghargai,
saling menyayangi, saling menasehati, dan tidak curiga mencurigai. Kedua, tasamuh terhadap
manusia non muslim, seperti menghargai hak-hak mereka selaku manusia dan anggota masyarakat
dalam satu negara. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau
keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah
bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih saying, saling pengertian dan pada akhirnya akan
bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara
tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali kepada Allah.
b. Saling Menghormati
Salah satu contoh toleransi dalam beragama ialah dengan saling menghormati antar
umat beragama. Dengan cara jika ada yang sedang puasa setidaknya kita jangan menggangu
atau merusak puasanya. Dan jika ada yang sedang berdoa tetaplah menjaga ketenangan saat
umat lain beribadah.
c. Tidak Menggangu
Untuk mewujudkan toleransi beragama di dalam masyarakat dengan cara jika ada
upacara agama lain hendaknya tidak melanggar aturan. Misalnya acaranya nyepi janganlah
merusak dengan menciptakan keributan tanpa peduli acara umat lain.
d. Partisipasi
Contohnya saat agama lain sedang merayakan acara besar agama mereka seperti natal,
nyepi, hendaknya kita ikut berpartisipasi dalam merayakan hal tersebut. Karena ini
menunjukkan perwujudan iman yang dewasa dalam masyarakat.
e. Berlapang dada
Ada kalanya terjadi sebuah perbedaan, maka harus berlapang dada dalam menerima
semua perbedaan, karena perbedaan adalah Rahmat Allah swt
f. Tidak mendiskriminasikan
Maksudnya Tidak membeda-bedakan teman yang berbeda keyakinan. Tidak
memaksakan orang lain dalam hal keyakinan (agama). Memberikan kebebasan orang lain
untuk memilih keyakinan (agama).
A. Kesimpulan
1. Tasamuh adakah sikap tenggang rasa, menghormati, dan menghargai kepada orang lain
dalam kehidupan di dalam bermasyarakat. tasamuh yaitu saling menghormati dan
menghargai antara manusia satu dengan lainnya yang dilakukan dalam kehidupan sehari hari
untuk mencapai suatu tatanan sosial yang maslahat, baik dalam
konteks sosial, budaya dan agama. Tasamuh disarkan pada ajaran islam yang tertera dalam
Piagam Madinah
2. Tolereasnsi sesama muslim bisa sdilakukan dengan cara menghormati kebiasaan aliran yang
berbeda kebiasaan, tidak mencela perbuatan mereka, menjalin silaturahim setiap saat.
Menghargai mereka dalam beribadah. Menjaga keharmonisan masyarakat dan menjaga
kebaikan tatanan di dalam masyarakat.
3. Ciri masyrarakat yang teleran yaitu dibagi dua, toleran terhadap satu agama dan toleran
kepada agama lain, antar sesama manusia muslim yang berupa sikap dan perilaku tolong
menolong saling menghargai, saling menyayangi, saling menasehati, dan tidak curiga
mencurigai. Toleran terhadap agama lain seperti menghargai hak-hak mereka selaku
manusia dan anggota masyarakat dalam satu negara.
DAFTAR FUSTAKA
Abdul, R., Uung, J., Chumaidi, A., Karsidi., Tutur, C., Kuntarto, Noor, A., Wahyudin, Nur, L.
2018. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam. Universitas Jenderal Soedirman.
Nisvilyah, L. 2013. Toleransi Antar umat Beragama dalam Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan
Bangsa (Studi Kasus Umat Islam dan Kristen Dusun Segaran Kecamatan Dlanggu
Kabupaten Mojokerto). Kajian Moral dan Kewarganegaraan, 2(1).
Sholeh, A. 2016. Pemahaman Konsep Tasamuh (Toleransi) Siswa dalam Ajaran Islam. J-PAI:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1).
Sholikhan, A. 2015. Piagam madinah, konsessus masyarakat pluralis: Madinah dan Makah suatu
tinjauan teori konflik. Jurnal komunika. 9(1): 85-100.
Siradj, S. A. 2013. Tasawuf Sebagai Basis Tasamuh. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 13(1), 87-
106.
Siti, K., Ulya R., 2017. Hadis Tentang Toleransi Atau Tasamuh. Progam Studi Ilmu Qur’an Tafsir
Jurusan Ushuluddin Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain)Kudus
Yakub, M. 2004. Piagam Madinah acuan dasar negara islam. Analityca islamica. 6(2):172-185