DALAM ISLAM
Dosen
: PAI04 / 7 / 2
Nama Kelompok
(141710101077)
- Ida Fitriana
(141710101089)
(141710101080)
UNIVERSITAS JEMBER
2014
Bab 1. Pendahuluan
1.1;
Latar Belakang
Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan (Imtaq) terhadap Tuhan Yang
Maha Esa merupakan amanat UUD 1945 (amandemen) Pasal 31 ayat (3)
yaitu Tujuan Pendidikan Nasional meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan secara
tegas dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 bahwa peningkatan Imtaq
merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhlak mulia, sehat, beriman, cakap,
kreatif, mandiri, dan warga warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dalam pengertian ini yang menjadi core (inti) tujuan
pendidikan nasional adalah manusia yang beriman dan bertaqwa.
1.2;
Rumusan Masalah
1. Pengertian Imtaq
2. Tanda-tanda orang beriman dan bertaqwa
3. Nilai-nilai Imtaq
4. Implementasi Imtaq
1.3;
Tujuan
1;
2;
3;
4;
Bab 2. Pembahasan
2.1. Pengertian Iman dan Taqwa
2.1.1. Iman
Dalam hadist di riwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman
didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu aqdun bil qalbi
waiqraarun billisaani waamalun bil arkaan). Dengan demikian, iman
merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku
perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup
atau gaya hidup.
2.1.2. Taqwa
2.3.2. Keadilan
Konsep adil dalam Islam berarti meletakkan sesuatu pada
tempatnya, lawan kata adil adalah dzalim. Keadilan harus ditegakkan
apabila ketentraman hidup ingin dicapai, tanpa keadilan manusia akan
resah, gelisah dan tidak puas. Setiap manusian pasti ingin diperlakukan
secara adil, dan keinginan seperti ini adalah wajar, sehingga nampaknya
keadilan ini merupakan ajaran yang bersifat universal dalam konteks
kemanusiaan global.
Menurut Qaradhawi, keadilan adalah keseimbangan antara
berbagai potensi individu, baik moral ataupun material, antara individu
dengan komunitas (masyarakat), antara komunitas dengan komunitas.
Keadilan tidak berarti kesamaan secara mutlak karena menyamakan antara
dua hal yang berbeda seperti membedakan antara dua hal yang sama.
Prinsip keadilan yang ingin dibangun oleh Islam adalah keadilan yang
berbasis kesejahteraan sosial. Negara harus memberikan kesempatan kerja
dan akses yang sama bagi setiap warganya, baik laki-laki maupun
perempuan, miskin ataupun kaya, tidak diskriminatif agar kemakmuran
dapat diciptakan. Kemiskinan yang terjadi di suatu Negara adalah antara
lain karena struktur masyarakat yang tidak adil, yang diistilahkan dengan
kemiskinanan struktural
2.3.3. Kejujuran
Jujur adalah sifat yang baik yaitu termasuk sifat terpuji yang dimiliki
para Rasul. Salah satu tanda kejujuran adalah menyampaikankan amanat
krpada yang memilikinya, dalam al-Quran disebutkan, an-Nisa 4:58
2.3.4. Kesabaran
Sabar adalah satu sifat yang baik, terutama ketika kita menjalani
kehidupan di dunia ini, sabar dan shalat dapat menjadi obat penolong.
Dalam al-Quran Allah SWT menyatakan dalam al-Baqarah 2: 153
2.3.5. Tawakal
Dalam bahasa Arab disebut tawakkal, artinya
berserahdiri/pasrah.Dalam pengertian yang lebih luas, seorang Muslim
harus bertawakkal kepada Allah yaitu menyerahkan dirinya dan segala
persoalannya kepada Allah, karena manusia hanya dapat berusaha dan
berikhtiar, namun ketentuan yang berlaku adalah dari Allah.
Ali Imran 3: 159:
manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), Maka
Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan
di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah
berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan
kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keteranganketerangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah
memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang
hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya.dan Allah selalu
memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia
dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan
Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk
oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
Ummatan wasathan juga mengandung makna bahwa kaum Muslimin
harus dapat mengimbangi antara kepentingan duniawi dan ukhrawi.
Bab 3. Penutup
Kesimpulan :
Iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan
diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Iimaanu aqdun bil qalbi waiqraarun
billisaani waamalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan
atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga
dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup. Sedangkan takwa
adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan dari sesuatu yang ditakuti,
kemudian rasa takut juga dinamakan takwa. Sehingga takwa dalam istilah syarI
adalah menjaga diri dari perbuatan dosa.
Sebagai umat muslim dan hamba Allah swt, ada baiknya kita bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan perintah Allah swt dan meninggalkan segala perbuatan dosa
dan maksiat, baik yang kecil maupun yang besar. Mentaati dan mematuhi perintah
Allah adalah kewajiban setiap muslim. Dan juga, seorang muslim yang bertakwa
itu membersihkan dirinya dengan segala hal yang halal karena takut terperosok
kepada hal yang haram.