Anda di halaman 1dari 5

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI DAN PERKEBUNAN HULU

REMPAH

oleh :
Wasilatul Imma
141710101080
THP-B

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

PENGOLAHAN MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut
juga minyak menguap, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar mudah
menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya.
Dalam keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada
penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak atsiri
harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh, ditutup rapat, serta
disimpan di tempat yang kering dan sejuk (Gunawan & Mulyani, 2004).
Minyak atsiri merupakan salah satu produk yang dibutuhkan pada berbagai
industri seperti industri kosmetik, obatobatan, makanan dan minuman. Minyak atsiri
juga dapat digunakan sebagai aroma terapi (Nurdjannah, 2004).
Isolasi minyak atsiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: penyulingan
(distillation), pengepresan (pressing), ekstraksi dengan pelarut menguap (solvent
extraction), ekstraksi dengan lemak.
1. Metode penyulingan
a) Penyulingan dengan air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung di atas air atau terendam secara
sempurna, tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas model
ini yaitu adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering
disebut penyulingan langsung.
Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan banyaknya rendemen
minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan mutu minyak yang
diperoleh.
b) Penyulingan dengan uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil uap
tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap
jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.
c) Penyulingan dengan air dan uap
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai

permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap
selalu dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan
disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Lutony &
Rahmayati, 1994).
2. Metode Pengepresan
Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan terhadap
bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan minyak atsiri yang
cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang mengandung minyak atsiri
akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir ke permukaan bahan. Contohnya minyak atsiri
dari kulit jeruk dapat diperoleh dengan cara ini (Ketaren, 1985).
3. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap
Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang mudah
menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik pada umumnya digunakan mengekstraksi
minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air, terutama untuk
mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya bunga cempaka, melati,
mawar, dan kenanga. Pelarut yang umum digunakan adalah petroleum eter, karbon tetra
klorida dan sebagainya (Ketaren, 1985).
4. Ekstraksi dengan Lemak Padat
Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan, untuk
mendapatkan mutu dan rendeman minyak atsiri yang tinggi. Metode ekstraksi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.
Sedangkan menurut Gunawan dan Mulyani (2004), minyak Atsiri umumnya diisolasi
dengan empat metode.
1. Metode Destilasi
Di antara metode-metode isolasi yang paling lazim dilakukan

adalah metode

destilasi. Beberapa metode destilasi yang populer dilakukan di berbagai perusahaan


industri penyulingan minyak atsiri, antara lain sebagai berikut:
a. Metode destilasi kering (langsung dari bahannya tanpa menggunakan air).
Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang kering dan untuk minyakminyak
yang tahan pemanasan (tidak mengalami perubahan bau dan warna saat dipanaskan),
misalnya oleoresin dan copaiba.

b. Destilasi air, meliputi destilasi air dan uap air dan destilasi uap air langsung.
Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar dan terutama
digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapat rusak akibat panas kering.
Seluruh bahan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang bentuknya
mirip dandang. Dalam metode ini ada beberapa versi perlakuan.
1) Bahan tanaman langsung direbus dalam air.
2) Bahan tanaman langsung masuk air, tetapi tidak rebus. Dari bawah dialirkan uap air
panas.
3) Bahan tanaman ditaruh di bejana bagian atas, sementara uap air dihasilkan oleh air
mendidih dari bawah dandang.
4) Bahan tanaman ditaruh didalam bejana tanpa air dan disemburkan uap air dari luar
bejana.
2. Metode Penyarian
Metode penyarian digunakan untuk minyak-minyak atsiri yang tidak tahan
pemanasan seperti cendana. Kebanyakan dipilih metode ini karena kadar minyaknya
didalam tanaman sangat rendah/kecil. Bila dipisahkan dengan metode lain, minyaknya
akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak atsiri menggunakan cara ini
diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri yang larut sempurna didalam bahan
pelarut organic nonpolar.
3. Metode Pengepresan atau Pemerasan
Metode pemerasan/pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-minyak atsiri
yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk (citrus). Juga terhadap
minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah akibat pengaruh pelarut penyari.
Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang randemennya relative besar.
4. Metode Enfleurage
Metode enfleurage adalah metode penarikan bau minyak atsiri yang dilekatkan pada
media lilin. Metode ini digunakan karena diketahui ada beberapa jenis bunga yang setelah
dipetik, enzimnya masih menunjukkan kegiatan dalam menghasilkan minyak atsiri sampai
beberapa hari/minggu, misalnya bunga melati, sehingga perlu perlakuan yang tidak
merusak aktivitas enzim tersebut secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, D, Mulyani, S. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Penerbit Penebar
Swadaya. Jakarta.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta.
Lutony, T.L. & Rahmayati, Y. 1994. Produksi Dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta:
Penerbit Penebar Swadaya. Hal. 79 82.
Nurdjannah, N. 2004. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh. Perspektif.Vol. 3(2), 61-70.

Anda mungkin juga menyukai