Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dan jalan hidup yang berdasarkan pada firman

Allah SWT, yang termaksud di dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah

Muhammad SAW. Setiap orang Islam berkewajiban untuk bertingkah laku

dalam seluruh hidupnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan al-Quran dan

Sunnah.1

Manusia dalam hidupnya tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang

lain dan tidak sanggup berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

yang makin hari makin bertambah. Agar manusia dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya tanpa harus melanggar atau merusak kehormatan, maka Allah SWT,

menunjukkan kepada manusia dengan bermuamalat. Salah satu bentuk dari

muamalat tersebut adalah bagi hasil (kerjasama antara pemilik dengan

penggarap dengan pembagian hasil yang telah disepakati).

Adapun bagi hasil menurut Islam, salah satunya adalah mudharabah.

Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak

pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan

pihak lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha secara mudharabah

dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan

apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan karena

kecurangan atau kelalaian si pengelola.2


1
A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002), hlm. 3
2
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm.135
1
2

Para ahli hukum Islam secara sepakat mengakui keabsahan

mudharabah ditinjau dari segi kebutuhan dari manfaat pada suatu segi dank

arena sesuatu dengan ajaran dan tujuan syari’ah dan segi lainnya. Cara

penghitungan keuntungan dalam bagi hasil mudharabah yaitu dalam

pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk persentase antara

kedua belah pihak. Bagi untung dan rugi bila laba besar, maka kedua belah

pihak mendapatkan keuntungan yang besar dan sebaliknya. Menentukan

besarnya keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing

pihak yang berkontrak.

Resiko kerugian dalam mudharabah, menurut ulama fiqh apabila di

dalam transaksi tersebut mengalami kegagalan, yang mengakibatkan sebagian

atau seluruh modal yang ditanamkan pemilik modal habis, maka yang

menanggung kerugian hanya pemilik modal sendiri. Sedangkan penerima

modal sama sekali tidak menanggung atau tidak harus mengganti kerugian

atas modal yang hilang dalam catatan pengelola modal dalam menjalankan

usahanya sesuai dengan aturan yan telah mereka setujui, tidak

menyalahgunakan modal yang dipercayakan kepadanya.3

Salah satu usaha yang menerapkan sistem bagi hasil yaitu usaha

budidaya talas di Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka. Tanaman

talas merupakan salah satu tanaman yang merupakan jenis tanaman pangan

fungsional, karena di dalam umbi talas mengandung bahan bioaktif yang

berkhasiat untuk kesehatan. Kandungan bioaktif dalam tanaman sangat

dipengaruhi oleh teknik budidaya. Tanaman umbi-umbian seperti talas sangat


3
Haroen Nasrun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Medika Pratama, 2007), hlm. 231
3

potensial untuk memenuhi kebutuhan pangan.4 Tanaman talas ini memiliki

banyak manfaat bagi kesehatan terutama bagi penderita penyakit jantung,

diabetes, kanker dan tulang rapuh.

Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan di Desa

Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir pada

tanggal 03 Juni 2023, usaha budidaya talas di desa ini dijadikan sebagai mata

pencaharian yang memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat.

Tanaman talas ini di panen saat berumur 8 bulan. Dalam proses

pembudidayaan talas ini memerlukan tenaga buruh untuk melakukan

pemupukan dan membersihkan rumput dengan upah/gaji perhari sebesar Rp.

100.000,00 oleh beberapa orang. Sementara itu untuk sistem akad bagi hasil

yang terjadi antara pemilik tanah dan penggarap/pengelola dilakukan secara

lisan (tidak tertulis) dan tanpa saksi hanya di dasari suka sama suka. Dan

tidak ada perjanjian mengenai batasan waktu kerja sama antara pemilik modal

dan pengelola sehingga dapat menimbulkan gharar (ketidakpastian).

Pembagian hasil yang dilakukan dengan persentase pembagian 60:40 karena

pupuk serta obat-obatan dari pemilik kebun, 40 untuk penggarap dan 60

untuk pemilik lahan. Perhitungan penjualan perkilogram Rp. 7.000,00 maka

pemilik lahan mendapatkan Rp. 4.200,00 atau (60%) dan penggarap Rp.

2.800,00 atau (40%). Namun, terkadang pemilik lahan tidak memberikan

upah kepada penggarap sesuai dengan persentase pembagian dikarenakan

ketika pemilik lahan mengalami kerugian dari hasil jual talas ini. Untuk
4
Haifa Azzahra, dkk, Teknik Budidaya Tanaman Talas sebagai Upaya Peningkatan Bagi
Hasil Produksi Talas Di Desa Situgede, Jurnal Pusat Informasi Masyarakat, No. 3 Vol. 2, 2020,
hlm. 413
4

penjualan talas ini biasanya di kirim melalui pihak ketiga ke luar kota. Ketika

melakukan proses pengiriman, pemilik sudah memastikan bahwa kondisi

talas sangat bagus dan layak dijual, namun ketika sampai kepada pihak ketiga

mereka mengatakan bahwa talasnya dalam kondisi busuk. Hal ini membuat

pemilik lahan mengalami kerugian dalam penjualan walaupun pada saat

panen talas yang dihasilkan sudah bagus.

Selanjutnya, dikarenakan pihak pemilik lahan mengalami kerugian

pada akhirnya mereka tidak memberikan pembagian hasil sesuai ketentuan

kepada penggarap walaupun hasil panen sudah bagus. Hasil kerjasama yang

harusnya ia terima dikurangi dan sebagai gantinya penggarap diberi ganti

tanaman talas oleh pemilik lahan. Maka hal seperti ini juga lah yang dapat

menimbulkan kerugian salah satu pihak dan menguntungkan salah satu pihak.

Islam menganjurkan dalam bermuamalah secara tunai untuk waktu yang tidak

ditentukan hendaknya ditulis dan jangka waktu harusnya ditentukan, agar

apabila terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan akad tersebut maka akan

mengakibatkan pelanggaran dan dosa bagi yang melakukannya.5

Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap kegiatan sistem bagi hasil usaha budidaya talas yang dilakukan oleh

masyarakat Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka berjudul

“ANALISIS BAGI HASIL USAHA BUDIDAYA TALAS DESA

TANJUNG SIANTAR KECAMATAN BATANG TUAKA DITINJAU

DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM”.

5
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010),
hlm. 246
5

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini hanya pada analisis bagi hasil usaha

budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka ditinjau dalam

perspektif ekonomi Islam. Dan sistem bagi hasilnya difokuskan kepada rukun

dan syarat akad mudharabah yang dilakukan pada kesepakatan awal dalam

sistem bagi hasil pada usaha budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan

Batang Tuaka.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian diatas,

maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana sistem bagi hasil usaha budidaya talas Desa Tanjung Siantar

Kecamatan Batang Tuaka?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap sistem bagi hasil usaha

budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui sistem bagi hasil usaha budidaya talas Desa Tanjung

Siantar Kecamatan Batang Tuaka

2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap sistem bagi hasil

usaha budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka.


6

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk penulis, penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan

intelektual dalam pengembangan ilmu bagi penulis khususnya tentang

analisis bagi hasil sebuah usaha ditinjau dalam perspektif ekonomi Islam.

2. Untuk tempat penelitian, dapat di gunakan sebagai sarana menambah

wawasan keilmuan dan dapat memberikan sumbangan pemikiran dari

pihak-pihak terkait khususnya bagi masyarakat Desa Tanjung Siantar

Kecamatan Batang Tuaka.

3. Untuk peneliti selanjutnya, dapat di jadikan sebagai landasan ataupun

alat untuk menjawab berbagai masalah yang akan di hadapi di masa

mendatang yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini. Dan

dapat menjadi titik tolak bagi peneliti selanjutnya, baik bagi peneliti yang

berhubungan atau yang lain, sehingga penelitian ini dapat

berkesinambungan.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Konsep Mudharabah

a. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau

berjalan dan aldharb fi al-ard yang berarti melalukan perjalanan.

Pengertian memukul atau berjalan ini adalah proses seseorang

memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Mudharabah atau

qiradh termaksud salah satu bentuk akad syirkah (perkongsian).

Istilah mudharabah digunakan oleh orang Irak, sedangkan orang Hijaz

menyebutnya dengan istilah qiradh. Dengan demikian, mudharabah

dan qiradh adalah dua istilah untuk maksud yang sama.6

Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua pihak

atau lebih dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan

seluruh (seratus persen) kebutuhan modal (sebagai penyuntik

sejumlah dana sosial kebutuhan pembiayaan suatu proyek), sedangkan

nasabah sebagai pengelola (mudahrib) mengajukan permohonan

pembiayaan dan untuk ini nasabah sebagai pengelola (mudharib)

menyediakan keahliannya.

Kasmir mengemukakan, bahwa mudharabah merupakan akad

kerjasama antara dua pihak, pihak pertama menyediakan seluruh

modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut


6
Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 223

6
7

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi, maka akan

ditanggung pemilik modal selama kerugian diakibatkan kelalaian

pengelola.7

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa mudharabah

adalah kerja sama bagi hasil yang dilakukan oleh kedua belah pihak

yang berakad dimana suatu pihak memberikan modal dari harta

miliknya sendiri kepada pihak lain sebagai modal usaha produktif dan

keuntungan dari usaha itu dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.

b. Rukun dan Syarat Mudharabah

Dalam sistem bagi hasil ekonomi Islam digunakan akad

mudharabah, yaitu:

1) Rukun Akad Mudharabah

Menurut ulama Syafi’iyah, rukun qiradh atau mudharabah

ada 6 (enam) yaitu:

a) Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya.

b) Orang yang bekerja, yaitu mengelola harta yang diterima dari

pemilik barang.

c) Akad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola

barang.

d) Maal, yaitu harta pokok atau modal.

e) Amal, yaitu pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan

laba.

7
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hlm. 6
8

f) Keuntungan.8

2) Syarat Akad Mudharabah

Syarat-syarat sah mudharabah berhubungan dengan rukun-

rukun mudharabah itu sendiri. Syarat-syarat sah mudharabah adalah

sebagai berikut:

a) Modal atau barang yang diserahkan itu berbentuk uang tunai.

Apabila barang itu berbentuk beras atau perak batangan (tabar),

maka emas hiasan atau barang dagangan lainnya, mudharabah

tersebut batal.

b) Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu

melakukan tasaruf, maka dibatalkan akad anak-anak yang masih

kecil, orang gila, dan orang-orang yang berada dibawah

pengampuan.

c) Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara

modal yang diperdagangkan dan laba atau keuntungan dari

perdagangan tersebut yang akan dibagikan kepada dua belah

pihak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

d) Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola dan pemilik

modal harus jelas presentasenya, umpamanya setengah,

sepertiga atau seperempat.

8
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), hlm.
197
9

e) Melafazkan ijab dari pemilik modal, misalnya aku serahkan

uang ini kepadamu untuk dagang jika ada keuntunngan akan

dibagi dua dan Kabul dari pengelola.

f) Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat

pengelola harta untuk berdagang dinegara tertentu, pada waktu-

waktu tertentu, sementara di waktu lain tidak terkena

persyaratan yang mengikat sering menyimpang dari tujuan akad

mudharabah, yaitu keuntungan.9

c. Prinsip-Prinsip Mudharabah

Secara umum dapat dikemukakan bahwa mudharabah

sebenarnya merupakan sub sistem dari musaqah. Namun, para ahli

fiqih Islam meletakkan mudharabah dalam posisi tersendiri dan

memberikan dasar hukum yang khusus, baik dar segi teks al-Qur’an

maupun dari sunah. Prinsip mudharabah adalah prinsp bagi hasil,

yaitu perjanjian antara pemilik modal (uang atau barang) dengan

pengusaha.

Pada perjanjian ini pemilik modal bersedia membiayai

sepenuhnya suatu proyek tersebut atau usaha, dan pengusaha setuju

untuk pengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil sesuai

dengan perjanjian. Pemilik modal tidak dibenarkan membuat usulan

dan melakukan pengawasan. Apabila usaha yang diawasi mengalami

kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung pemilik

modal, kecuali kerugian itu terjadi karena penyelewengan atau


9
Ibid, hlm. 198
10

penyalahgunaan pengusaha. Apabila terjadi kerugian yang merupakan

konsekuensi bisnis semata (buka karena penyelewengan) maka

kerugian tersebut akan ditanggung secara bersama-sama antara

pemodal dan pengusaha sesuai dengan perjanjian. Dengan prinsip

tersebut semakin jelas terlihat bahwa sistem ekonomi Islam tampak

jelas memiliki sifat dan semangat kebersamaan serta keadilan.10

Prinsip-prinsip mudharabah ini tidak terlepas dari prinsip-

prinsip muamalah Islam. Oleh karenanya mudharabah ini harus tetap

mengacu pada aturan syari‟at Islam dan aturan Fiqih Muamalah

menjadi indikatornya. Artinya sesuai atau tidaknya mekanisme dalam

mudharabah ini sangat ditetukan kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip

mamalah Islam. Adapun prinsp-prinsip mudharabah dalam muamalah

Islam adalah sebagai berikut:

1. Prinsip kebolehan melakukan akad mudharabah

Artinya bahwa akad mudharabah itu dibenarkan oleh Al-

Qur‟an dan sunah Rasul. Dalam mudharabah harus tetap

berpegang teguh pada ketentuan syari’at Islam sebagaimana telah

dijelaskan pada landasan hukum mudharabah (al-Qur’an dan

Sunnah). Mudharabah dibolehkan karena memiliki manfaat bagi

orang banyak, terutama bagi kaum lemah dan pengusaha tidak

dikenakan tanggungan terhadap modal yang rusak (pailit) selama ia

10
Muhammad, Dasar-Dasar Keuagan Islam, (Yogykarta: Ekonosia Kampus Fakultas
Ekonomi UII, 2004), hlm. 84
11

tidak melampaui batas dalam arti kerugian itu disebabkan

konsekuensi dari bisnis.11

2. Prinsip sukarela tanpa paksaan

Akad mudharabah mencerminkan kerelaan untuk bekerja

sama, maka tidak boleh oleh salah satu pihak yang melakukan akad

ini dalam keadaan terpaksa. Selain itu, akad mudharabah bertujuan

untuk membantu kehidupan kaum lemah, bukan semata-mata

mencari keuntungan, bukan pula salah satu cara untuk

mengeksplortir. Untuk itulah dalam bentuk kerja sama ini dituntut

adanya kebebasan ari pengusaha untuk berusaha sesuai dengan

keinginan pemilik modal.12

3. Prinsip mendatangkan manfaat dan menolak kemudharatan

Sebagai mahluk sosial, kebutuhan akan kerja sama antara

satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf hidup

khususnya dalam bidang ekonomi merupakan hal yang tidak bisa

diabaikan. Kenyataan menunjukan bahwa kehidupan manusia

mempunyai modal, tetapi tidak bisa mengelola modal tersebut, dan

berkeinginan membantu orang lain dengan jalan menalihkan modal

yang dia miliki kepada pihak yang membutuhkan dan mampu

mengelola modal tersebut. Berdasarkan kenyataan ini, maka

diperlukan kerja sama antara yang memiliki modal dan orang yang

tidak mempunyai atau kekurangan modal.


11
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam),
(Yogyakarta: Pustaka Fakultas Hukum UII, 1990), hlm. 10
12
Helmi Karim, Op.Cit., hlm. 14
12

Pada bentuk kerja sama mudharabah, pemilik modal dan

pengelola modal sangat diuntungkan, disatu sisi pemilik modal

mendapatkan keuntungan dari investasi yang diberikannya.

Sementara itu, disisi lain bagi orang yang memerlukan modal ia

akan sangat terbantu dengan adanya kerja sama tersebut.

Pengusaha berusaha dalam lapangan ekonomi serta terhindardari

pengangguran, dan dapat meningkatkan taraf hidup mereka.

Dengan demikian, terciptalah kemashlahatan dan terindar dari

kemudharatan seperti kemiskinan dan pengangguran.13

4. Prinsip keadilan

Sifat semangat, kebersamaan dan keadilan tampak jelas

dalam kerja sama mudharabah. Hal ini dapat dilihat melalui

kebersamaan dalam menanggung kerugian yang dialami dalm

usaha, kerugian akan ditanggung pemilik modal apabila kerugian

itu merupakan akibat (konsekuensi) dari bisnis, bukan karena

rekayasa. Pihak pengelola menanggung kerugian skill, dan waktu,

sedangkan apabila mendapatkan keuntungan akan dibagi bersama

sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati oleh kedua belah

pihak.

Berdasarkan uraian mengenai prinsip-prinsip mudharabah di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem kerja sama antara pemilik

modal dan pengelola dalam bentuk akad mudharabah ini sangat terasa

ketika dapat membantu perekonomian kaum lemah yang mempunyai


13
Ibid
13

keahlian tetapi tidak memiliki modal untuk melakukan sebuah usaha

guna memenuhi kebutuhan hidup, dan yang terpenting dapat mencegah

kesenjangan sosial antara orang kaya dan miskin.

d. Hikmah Mudharabah

Islam mensyari’atkan dan membolehkan bagi hasi demi

memberikan kemudahan kepada manusia. Terkadang sebagian dari

mereka memiliki harta, tetapi tidak mampu mengembangkannya dan

sebagian yang lain tidak memiliki harta tetapi memiliki kemampuan

untuk mengembangkannya.

Karenaya syari’at membolehkan muamalah ini agar masing-

masing dari keduanya mendapatkan manfaat. Pemilik modal

memanfaatkan keahlian mudharib (pengelola) dan mudharib

memanfaatkan harta, dengan demikian terwujudlah kerja sama harta

dan amal. Allah SWT. tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk

mewujudkan kemaslahatan dan menolak kerusakan. Jadi hikmah

disyari’atkan mudharabah adalah agar manusia dapat melakukan kerja

sama dengan masalah perdagangan, karena hal ini termasuk juga

saling tolong-menolong.14

Hikmah lain diperbolehkannya kerja sama dengan

menggunakan sistem bagi hasil atau mudharabah ini adalah

terciptanya rasa persaudaraan (khuwah) dan rasa olong-menolong

(ta;awun) yang erat diantara kaum muslimin yang memiliki suatu

14
Briefcase Book, Konsep dan Implementasi Bank Syari’ah, (Jakarta: Renaisan, 2005),
hlm. 39
14

keahlian dalam bidang tertentu, sehingga kecemburuan sosial antara

umat Islam dalam suatu masyarakat dapat dihindarkan.

2. Budidaya Talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka

Penemu Talas Pratama adalah awalnya, talas tersebut

dikembangkan di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Bogor oleh Made

Sri Prana, Tatang Kuswara, dan Maria Imelda yang nama-namanya

diabadikan sebagai singkatan Pratama.

Pratama sendiri adalah singkatan dari nama 3 ilmuwan ini. Tahun

2010, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengukuhkan 3

orang profesor riset, salah satunya adalah Made Sri Prana. Majelis

Profesor Riset LIPI mengukuhkan Dr. Made Sri Prana sebagai Profesor di

bidang plasma nutfah.

Made Sri Prana merupakan pakar talas, ia pernah membuat karya

ilmiah berjudul Konservasi Plasa Nutfah Talas di Indonesia. Varietas

talas besutannya ini sekarang jadi salah satu talas unggulan.

Pembudidayaan talas pratama kabupaten Indragiri Hillir meliputi di

beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Batang tuaka, Kota baru Keritang,

Kecamatan Tempuling dan Kecamatan Gaung. Untuk desa tanjung siantar

kecamatan batang tuaka sebagai maskot Pembudidayaan Talas Pratama

B. Kerangka Berpikir

Rukun
Mudharabah Analisis bagi hasil usaha
budidaya talas Desa
Tanjung Siantar
Kecamatan Batang Tuaka
ditinjau dalam perspektif
ekonomi Islam
15

Syarat-syarat
Mudharabah

Gambar II.1
Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, peneliti hanya meneliti

analisis bagi hasil usaha budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan

Batang Tuaka ditinjau dalam perspektif ekonomi Islam. Dan sistem bagi

hasilnya difokuskan kepada rukun dan syarat akad mudharabah yang

dilakukan pada kesepakatan awal dalam sistem bagi hasil pada usaha

budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
16

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode

deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif

dan kualitatif, dan hasil kualiatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi.15

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tajung Siantar Kecamatan

Batang Tuaka Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

2. Waktu penelitian

Waktu Penelitian yaitu 3 (tiga) bulan sesudah dilaksanakannya

seminar proposal.

C. Subjek dan objek penelitian

1. Subjek penelitian adalah sumber data yang dapat berupa orang, tempat,

dokumen. Subjek pada penelitian ini adalah pemilik dan pengelola usaha

budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka.

2. Sebagai objek penelitian adalah analisis bagi hasil usaha budidaya talas

Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka ditinjau dalam perspektif

ekonomi Islam.

15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 9
17

D. Populasi dan Sampel Penelitian

a) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.16

Populasi dalam penelitian ini adalah 1 orang pemilik dan 1 orang

pengelola usaha budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan Batang

Tuaka.

b) Sampel

Adapun teknik penarikan sampel yang peneliti gunakan dalam

penelitian ini adalah teknik Sampling Jenuh, yaitu teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini

sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang,

atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang

sangat kecil.

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah 1 orang pemilik dan 1

orang pengelola usaha budidaya talas Desa Tanjung Siantar Kecamatan

Batang Tuaka.

E. Sumber Data

1. Data Primer

16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2016), hlm. 80
18

Data primer dalam penelitian ini bersumber dari hasil wawancara

kepada responden yaitu pemilik dan pengelola usaha budidaya talas Desa

Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan untuk mendukung data primer

dalam hal ini penulis menggunakan artikel, hasil seminar, jurnal-jurnal

penelitian sebelumnya, buku-buku dan sumber tertulis lainnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Instrumen

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab. Sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat

yang dinamakan panduan wawancara.17 Dalam hal ini wawancara

dilakukan kepada pemilik dan pengelola usaha budidaya talas Desa

Tanjung Siantar Kecamatan Batang Tuaka.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Dokumen-dokumen

yang berkaitan dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti.

Data yang sudah terkumpul dari hasil angket dan wawancara serta

17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm.206.
19

pengumpulan dokumen-dokumen yang tersedia kemudian di

identifikasikan agar memudahkan peneliti dalam menganalisis.

2. Validitas dan Realibilitas Instrumen

a. Uji validitas

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini

penulis hanya menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi

teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang valid.18

Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data

yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber, untuk dianalisis oleh peneliti, sehingga

menghasilkan kesimpulan yang sudah merupakan kesepakatan

(membercheck) dengan sumber data tersebut. Selain melakukan

wawancara dengan sumber data, peneliti melakukan observasi terlibat

(partisipant observation) berupa dokumen tertulis, arsip, dokumen

sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau

foto. Dengan observasi tersebut, maka akan menghasilkan bukti atau

data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan

(insight) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti.

b. Uji realibilitas

18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), hlm. 372-373
20

Uji reliabilitas dilakukan dengan mengaudit keseluruhan

proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen

yaitu dosen pembimbing skripsi untuk mengaudit keseluruhan

aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti

mulai menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber

data, melakukakn analisis datan melakukkan uji keabsahan dan sampai

kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengelolaan data,

pengelolaan data merupakan proses akhir dari penelitian yang dilakukan.

Prosedur pengelolaan data idealnya tidak kaku dan senantiasa dikembangkan

sesuai kebutuhan dan sasaran penelitian. Beberapa ahli mengemukakan

proses pengelolaan data kualitatif dengan cara yang berbeda.

Sebagian bahan acuan, peneliti menerapkan proses pengelolaan data

meurut pendapat Sugiyono19, yang dilakukan secara kualitatif melalui model

Miles dan Huberman, yakni data reduction, display, dan conclusion

drawing/verification sebagai berikut:

a. Reduction data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari kejelasan makna

jawaban, kesesuaian dengan pertanyaan satu dengan pertanyaan lainnya,

relevansi jawaban dan beragaman kesatuan data berdasarkan substansi

19
Sugiyono, Op.Cit., hlm. 404
21

maksudnya kemudian digolongkan kedalam bagian-bagian pokok atau

sub pokok penelitian.

b. Display Data, yaitu penyajian data, penyajian data dilakukan melalui

bentuk uraian singkat, dengan menyajikan data, maka akan memudahkan

peneliti untuk memehami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Bila pola-pola yang

ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola

tersebut sudah menjadi pola yang baku dan selanjutnya dapat displaykan

pada laporan akhir penelitian.

c. Conclusion Drawing/Verifikasi data, yaitu penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung tahap pengumpulan data berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah, (Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada, 2002)

Haifa Azzahra, dkk, Teknik Budidaya Tanaman Talas sebagai Upaya


Peningkatan Bagi Hasil Produksi Talas Di Desa Situgede, Jurnal Pusat
Informasi Masyarakat, No. 3 Vol. 2, 2020.

Haroen, Nasrun. (2007). Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011)

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo, 2002)

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012)

Muhammad, Dasar-Dasar Keuagan Islam, (Yogykarta: Ekonosia Kampus


Fakultas Ekonomi UII, 2004)

Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001)

Riduwan, (2011). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula, Bandung: Alfabeta.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Syafe’i, Rachmat. (2001). Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia

22
40

Anda mungkin juga menyukai