Anda di halaman 1dari 19

“ TINJAUAN AKAD MUSYARAKAH TERHADAP SISTEM BAGI HASIL DAN

PENGELOLAHAN BUDIDAYA IKAN LELE DI KECAMATAN TULUNGAGUNG”

BAB I

LATAR BELAKANG

Hukum Ekonomi Islam adalah kumpulan norma-norma hukum dari Alquran dan
hadits yang mengatur urusan ekonomi umat Islam, ketika orang melakukan aktivitas dalam
kehidupannya, muncul tanda-tanda yang mengaturnya. Rambu-rambu hukum yang mengatur
hal ini, baik berupa perintah dari Al-Qur'an maupun Hadits1

Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam pemenuhan
kebutuhan harus ada aturan yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya atas dasar
musyawarah dan mufakat. Proses pembuatan kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan
keduanya disebut proses pembuatan kontrak2. Demikian pula salah satu hal yang sangat
penting dalam menjalankan usaha atau bisnis adalah masalah kontrak. Akad sebagai cara
memperoleh kekayaan dalam hukum Islam banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Akad adalah metode yang diridhai Allah dan isinya harus di jaga.

Transaksi musyarakah didasarkan pada keinginan para pihak untuk bekerja sama
untuk meningkatkan nilai aset yang mereka pegang bersama. melibatkan dua pihak atau
lebih, menggabungkan bersama semua bentuk sumber daya, baik berwujud maupun tidak
berwujud3.

Koperasi merupakan salah satu bentuk muamalah yang berlandaskan Al-


Quran dan Hadits, yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan keseimbangan

11
Abdul Manan, Ekonomi Islam Syariah. Fajar Interpratama Mandiri. (Jakarta. 2014), h. 26
2 2
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, cet. ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 47.
33
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan , Edisi Ketiga, PT. Raja
Grafindo Persad a, Jakarta, 2008, h. 102
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam Islam, transaksi
terpenting dalam kegiatan bisnis adalah transaksi riil barang atau jasa.

Berdasarkan uraian di atas dari Bapak. Khamim menunjukkan bahwa kedua


belah pihak telah mengeluarkan modal yang sama dengan bagian keuntungan yang
sama. Namun, tidak diketahui berapa modal yang dikeluarkan oleh kedua investor
sekaligus dan ada keluhan dari pemilik modal kerja, meskipun dalam perjanjian
kemitraan, dua atau lebih investor (Musyarakah) harus mengetahui modalnya.
Kajian akad musyarakah, kajian sistem bagi hasil budidaya lele (Studi).4

Akad merupakan salah satu jalan yang baik supaya apa yang diusahakan oleh
keduanya bisa berjalan dengan baik dan benar dengan harapan tidak akan ada
suatu kendala apapun seperti halnya wanprestasi, walaupun memang terjadi maka
permasalahan tersebut dapat teratasi dengan adanya bukti nyata yang merupakan
kontrak yang telah disepakati bersama.

Kata akad dalam bahasa Arab memiliki arti “terikat kuat” seperti tali pengikat,
Juga dimaksudkan sebagai kepercayaan yang teguh. Akad secara etimologi
mempunyai arti; menyimpulkan, mengikatkan (tali). Sedangkan secara
terminologis berdasarkan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, akad adalah
kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan

atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu.2 Dalam yurisprudensi Islam,


kontrak didefinisikan sebagai “an engagement and agre agreement between two
person in a legally accepted, impactful, and binding manner”, pilar persetujuan
kontrak itu (harus didukung oleh sahnya syarat kontrak itu sendiri), setidaknya:

1. Ijab Qabul
Ijab adalah proposal positif atau pernyataan penawaran, sementara Qabul
merupakan penerimaan atau pernyataan kesetujuan.

4
Mardani, Hukum Perikatan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 52
2. Pihak-pihak yang melakukan kontrak harus memiliki kepastian, mengerti
hak, kewajiban dan tanggung jawabnya.
3. Subjek kontrak, yang harus memenuhi kondisi:

a. Secara prinsipil bersifat legal dalam Islam, bukan sesuatu yang

diharamkan.

b. Dispesifikasikan dan didefinisikan dengan jelas untuk menghindari

ketidakpastian, kebingungan atau ambiguitas.

c. Harus dimiliki dan exist untuk menghindari spekulasi.3

Syarat tersebut merupakan jalan untuk menuju keberhasilan (falah), artinya

para pihak telah melakukan kerja sama sesuai dengan apa yang disyariatkan. Tidak

hanya hukum islam saja, namun juga hukum positif yang mengatur adanya kerja

sama. Kenapa? Karena keduanya sama-sama ingin menciptakan keharmonisan dan

kebahagiaan antara sesama manusia. Dengan adanya syarat tersebut tidak ada

salah satu pihak yang akan merasa dirugikan dan merasa dibohongi karena sudah

terdapat kejelasan yang sudah tertuang dalam akad tersebut dan telah disetujui

bersama-sama.

Kerja sama merupakan suatu kegiatan yang selalu kita lakukan setiap harinya dan

banyak kita jumpai. Ada yang bekerja sama berdasarkan hukum adat yang berawal

dari kebiasaan dan berdasarkan hukum positif yang kita kenal dengan kontrak,

maka dari itu muncullah suatu ketentuan yaitu akad, baik itu dari ketentuan yang

berdasarkan hukum adat atau hukum positif. Akad disini merupakan hal yang

terpenting dan yang paling utama dalam kerja sama, supaya tidak ada salah satu

yang merasa dirugikan. Namun, ada suatu kerja sama dimana ketentuan-ketentuan

itu sudah tidak berlaku lagi, yaitu kerjasama5 yang berdasarkan hubungan

pertemanan. Rasa solidaritas antar teman pasti sudah tidak diragukan lagi, apalagi

5
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm. 306
masalah kepercayaan. Rasa kepercayaan inilah yang dapat menghapus suatu

ketentuan yaitu akad, seperti yang dilakukan oleh pengelola lele didesa pademawu

antara (pemilik modal) dan (pemilik kolam). Kerjasama yang dilakukan oleh

pemilik modal dan pemilik kolam diatas tidak menggunakan ketentuan-ketentuan

seperti akad diatas, karena rasa saling percaya antar teman yang mereka gunakan,

mereka yakin bahwa antara satu dengan yang lainnya tidak akan ada yang

berkhianat atau merugikan yang lainnya.

Kerjasama yang mereka lakukan adalah mengelola lele. Dimana mereka

memulainya dari pembibitan hingga sampai penjualan. Tentunya dalam

membesarkan lele tersebut perlu yang namanya proses dan waktu. Proses tersebut

mulai dari: 1) pembibitan; 2) memberikan pakan; 3) menambah air dalam kolam;

4) pemisahan lele berdasarkan jenis ukurannya; 5) pemanenan; dan 6) penjualan.

Dalam penelitian ini peneliti akan lebih fokus pada proses penjualan dimana

proses penjualan ini bukan hanya dilakukan oleh pemilik kolam, akan tetapi juga

dilakukan oleh Istri dari pemilik kolam, sedangkan pemilik modal tidak ikut

campur dalam proses penjualan tersebut. Jika memang pemilik modal tidak ingin

ikut campur dalam proses penjualan tersebut seharusnya ada pembagian kerja

sehingga keduanya tidak ada yang merasa bebannya yang paling banyak, maka

dari itu perlu adanya akad diantara keduanya untuk mengetahui hak dan kewajiban

mereka masing-masing supaya keadilan bersama dalam kerja sama bisa terlaksana.
Artinya dalam suatu kerjasama harus melakukan akad terlebih dahulu, dan

didalam akad tersebut harus memenuhi ketiga syarat diatas. Jika ketiga syarat

tersebut tidak terpenuhi maka kontrak yang dilakukan bisa dikatakan tidak sah,

dalam kerjasama yang dilakukan oleh pengusaha lele di Desa Pademawu Barat

tersebut melakukan kerjasama antara pemilik modal dan pemilik kolam dengan

sistem bagi hasil dimana keduanya tidak mengerti apa hak dan kewajiban mereka

masing-masing, sehingga memunculkan suatu keambiguitasan terhadap usaha

yang telah mereka jalani. Hak dan kewajiban itu menjadi sangat penting dalam

usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, supaya mereka dapat mengetahui

apa yang harus mereka lakukan dalam usaha tersebut dan apa yang harus mereka

terima dalam usaha tersebut. Dengan mengetahui keduanya mereka bisa

menjalankan dan mengelola usahanya dengan baik dan tentunya berdasarkan

manajemen yang baik, supaya usaha tersebut mendapatkan keuntungan yang baik

pula dalam usaha yang mereka jalani. Jika akadnya saja belum jelas bagaimana

cara mengetahui hak dan kewajiban antara keduanya dan bagaimana cara mereka

mengetahui berapa persen keuntungan yang mereka akan dapatkan dari modal

yang mereka tanamkan dan berapa persen resiko yang akan mereka dapatkan

apabila dikemudian hari terdapat suatu kejadian yang tidak diinginkan.

Kerja sama yang dilakukan oleh pengelola lele tersebut bisa kita sebut

dengan kerja sama pada akad musyarakah. Kenapa memakai akad musyarakah dan

kenapa tidak menggunakan akad mudharabah? Karena akad mudharabah

merupakan akad kerja sama usaha antara pihak dimana pihak pertama (shahibul
mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi

pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan

yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik

modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya

kerugian diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola

harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. 4 Sedangkan akad musyarakah

adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu

dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan

bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan. Dalam musyarakah, keuntungan harus dikuantifikasi dengan jelas

untuk mehindari perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau

penghentian musyarakah.

Dalam pembagian keuntungan tersebut para mitra harus mendapatkan keuntungan

secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang

ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. Seorang mitra boleh

mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau

prosentase itu diberikan kepadanya. Sistem pembagian keuntungan harus tertuang

dengan jelas dalam akad. Kerugian modal dibagi berdasarkan prosentase modal

masing-masing.5 6Jadi, kerja sama yang dilakukan pengelola lele Di Desa Kenayan

Kecamatan Tulungagung tersebut menggunakan akad pembiayaan musyarakah.

Dimana Musyarakah terdiri dari 3 bentuk yaitu: musyarakah tetap, musyarakah

6 4
Hidayanti, Perbandingan Konsep Dan Implementasi Jaminan Pada Akad Pembiayaan Mudharabah
dan Musyarakah Di Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit, Skripsi Uin Syarif Hidayatullah,
(Jakarta: 09 Juni 2019), Hlm. 29.
5
Ibid, hlm. 30.
menurun dan musyarakah mutanaqishah dan kerja sama tersebut termasuk pada

musyarakah mutanaqishah karena usaha yang mereka jalani tersebut merupakan

usaha dalam kurun waktu tertentu. Pada akad musyarakah juga terdapat jenis-jenis

musyarakah yang diantaranya yaitu musyarakah inan, Musyarakah ‘abdan,

musyarakah wujuh dan musyarakah mudharabah. Pada kerja sama tersebut

termasuk pada akad musyarakah inan karena penyertaan atau proporsi modal yang

mereka berikan atau sertakan tidak sama.

B. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana praktik budidaya ikan lele di Kecamatan Tulungagung?

2. Bagaimana prkatik pembagian hasil produksi pada budidaya ikan lele di

Kecamatan Tulungagung?

3. Bagaimana perilaku kedua belah pihak pasca panen terhadap pembagian

keuntungan dan kerugian dalam perspektif musyarakah?


C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana praktik budidaya ikan lele di Kecamatan

Tulungagung

2. Untuk mengetahui bagaimana pembagian hasil produksi pada budidaya ikan

lele di Kecamatan Tulungagung


3. Untuk mengetahui bagaimana perilaku kedua belah pihak pasca panen

terhadap pembagian keuntungan dan kerugian dalam perspektif musyarakah

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan kegunaan dan manfaat

yang besar dalam kontribusi keilmuan.

1. Bagi Penulis

a. Sebagai penunjang tercapainya S1 Hukum Ekonomi Syariah di

Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

b. Sebagai bentuk amal jariyah yang berupa kontribusi keilmuan dengan

harapan bisa dipahami dan dijalankan oleh orang lain.

c. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang Ilmu

Hukum Islam dan dalam kategori Hukum Ekonomi Syariah.

2. Bagi Masyarakat Khususnya Di Kecamatan Tulungagung

a. Penelitian ini dilakukan dengan harapan menjadi bahan kajian dan evaluasi

bagi masyarakat dalam melaksanakan kerjasama dengan sistem bagi hasil

berdasarkan akad musyarakah

b. Sebagai rujukan jika terjadi hal yang sama dengan latar belakang masalah

dalam penelitian ini.

3. Bagi UIN Satu Tulungagung

a. Hasil penelitian ini diharapkan untuk menjadi Referensi penunjang dalam

menghidupkan perpustakaan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali

Rahmatullah Tulungagung sebagai perpustakaan yang lengkap dalam

penyediaan Referensi dalam berbidang ilmu.


b. Sebagai inspirasi baik bagi mahasiswa maupun Universitas Islam Negeri

Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dalam proses pengayaan keilmuan

dan dapat menjadi rujukan dalam penelitian yang memiliki kajian yang

sama.

4. Bagi masyarakat umum, khususnya di Kecamatan Tulungagung

Penelitian ini diharapkan apa yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam

melaksanakan kerja sama dengan menggunakan akad musyarakah harus

sesuai dengan hukum yang berlaku baik hukum Islam ataupun hukum positif.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah ini berguna untuk menghindari perbedaan pengertian dan

kekurang jelasan makna mengenai istilah-istilah yang berhubungan dengan

konsep-konsep pokok dalam penelitian ini.

1. Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan. Dalam penelitian ini,

implementasi yang dimaksud adalah pelaksanaan sistem bagi hasil yang

dilakukan oleh pemilik modal dengan pemilik kolam setelah penjualan pada

pengelolaan lele.

2. Akad Musyarakah merupakan salah satu pembiayaan atas pencampuran

modal untuk suatu usaha tertentu baik berupa uang atau properti, dimana

keuntungan dari usaha tersebut dapat dibagi sesuai dengan kesepakatan

bersama oleh kedua pihak atau lebih dan kerugian dari usaha tersebut dibagi

atas dasar banyaknya pencampuran modal yang mereka kontribusikan.


1
1
3. Budidaya merupakan upaya yang tersusun secara terencana untuk dapat memelihara

dan mengembangbiakkan sehingga dapat memperoleh hasil yang bermanfaat dan

berguna dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Dalam penelitian ini, budidaya

yang dimaksud yaitu memelihara ikan lele dengan cara bekerja sama dengan orang lain

dan hasilnya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.

Pada penelitian ini akad musyarakah yang dimaksud adalah pencampuran modal

yang dilakukan pemilik modal dan pemilik kolam dimana keduanya tidak melakukan

akad secara tertulis sebelumnya, sehingga pembagian keuntungan ataupun kerugian

ditanggung secara merata tanpa adanya kesepakatan dan tidak berdasarkan modal yang

dikontribusikan.
1
F. Sistematis Pembahasan 2

Sistematika Pembahasan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan


penalaahan penelitian. Dalam laporan penelitian , sistematika penulisan terdiri atas
lima bab , masing – masing uraian yang secara garis besar dapat dijelaskan sebagai
berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini merupakan pendahuluan yang materinya sebagaian besar


menyempurnakan usulan penellitian yang berisikan tentang latar belakang,
rumusan masalah , tujuan penelitian , manfaat penelitian dan sistematika
pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan teori teori yang mendasari pembahasan secara
keperinci yang memuat tentang pengertian , tujuan, dasar

BAB III METODE PENELITIAN

terdiri dari metode penelitian, pendekatan dan jenis penelitian,

lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik

pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis

data.

BAB IV HASIL PENELITIAN yang terdiri dari paparan data terkait hasil

dari penelitian kepada Masyarakat Di beberapa KecaMatan Di

tulungagung tinjauan system bagi hasil jual beli ikan lele di

kecamatan tulungagung.

BAB V PEMBAHASAN , bagian ini berisi dari hasil temuan melalui teori

dasar dan juga penelitian terdahulu dalam menjawab rumusan

masalah mengenai pembahasan tentang tinjauan terhadap system

bagi hasil dalam jual beli ikan di kecamatan tulungagung .


1
3

BAB VI Penutup, bab ini meliputi kesimpulan dan saran yang

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Bagian

akhir penelitian berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan

riwayat hidup penulis.

G. Penelitian Terdahulu

1. Nur Nuraisha Penelitian yang Berjudul “ Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Jual Beli Ikan Di laut “.Penelitian yang terkait dengan judul

yang peneliti bahas, diantaranya adalah: “Praktik Jual Beli Ikan di

Pantai dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Pelabuhan

Perikanan Samudera Cilacap” oleh Sarli Prakoter Giing. Hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa dalam hukum Islam transaksi

semacam ini termasuk salah satu transaksi yang dilarang dalam Islam,

yakni transaksi talaqqi ruqban yaitu peristilahan dalam fiqih

muamalah yang menggambarkan proses pembelian barang dengan

cara mencegat barang dagangan sebelum tiba atau sampai di pasar.

Yang dimaksudkan agar pembeli dapat membeli barang di bawah

harga yang berlaku di pasar dan mendapatkan keuntungan yang

berlipat dari jual beli semacam ini.7

7 1
Sarli Prakoter Giing, “Praktek Jual Beli Ikan di Pantai dalam Perspektif Hukum
Islam (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap” (Skripsi Sarjana; Fakultas
Syariah; Purwokerto, 2016), h. 73.
1
4

2. . Ardiansyah, (Skripsi S1, program studi Hukum Ekonomi Syariah

Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam, STAIN Parepare, 2017) dalam

penelitiannya yang berjudul “Sistem Bagi Hasil Nelayan Dan Pemilik

Rumpon Desa Lero Kabupaten Pinrang (Tinjauan Hukum Ekonomi

Islam)” tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

bentuk bagi hasil nelayan dan pemilik rumpon di Desa Lero

Kabupaten Pinrang apabila ditinjau dari hukum ekonomi Islam.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah bentuk kerja sama yang

dilakukan antara nelayan dan pemilik rumpon adalah secara lisan dan

menggunakan sistem perwakilan dalam proses persetujuannya, isi

perjanjian mereka terdiri dari 5 hal. Pertama, semua modal berupa

materi berasal dari pemilik rumpon dan modal berupa kerja berasal

dari nelayan. Kedua, semua kerugian dan resiko secara materi

ditanggung oleh pemilik rumpon. Ketiga, hasil panen di bagi 3, yaitu

2 bagian untuk nelayan dan 1 bagian untuk pemilik rumpon.keempat,

hasil penjualan harus dibuktikan dengan data berupa kwitansi

penjualan ikan. Kelima seluruh proses mulai dari pemasangan rumpon

di laut sampai pada penjualan hasil panen menjadi tanggung jawab

nelayan. Sementara pemilik rumpon hanya menerima bagiannya saja.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sistem bagi

hasil nelayan dan pemilik bagang di Kabupaten Polewali Mandar

menggunakan kapal yang disebut Bagang untuk melaut, sedangkan


1
5
penelitian yang dilakukan Ardiansyah tidak menggunakan kapal

melainkan rumpon, yaitu suatu jenis alat bantu penangkapan ikan

yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun laut dalam.

Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan

agar berkumpul di sekitar rumpon, sehingga ikan mudah ditangkap.8.

3. Leny Novita Sary (Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo, 2017)

dalam penelitiannya yang berjudul “Sistem Kerjasama Antara Pemilik

Perahu Dan Nelayan Dalam Perspektif Ekonomi Islam (studi kasus

pada nelayan di Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten

Demak)” tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana sistem kerjasama antara pemilik perahu dan nelayan di

Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, dan bagaimana

kerjasama tersebut apabila ditinjau dari perspektif ekonomi Islam.

Adapun hasil dari penelitian ini adalah Sistem kerjasama melaut

antara juragan (pemilik perahu) dan jurag (nelayan) di Desa Bungo

yaitu juragan (pemilik perahu) merupakan pemodal, sedangkan jurag

(nelayan) hanya 126 bekerja. Akan tetapi, dalam sistem kerjasama

melautnya juragan (pemilikperahu) juga ikut bekerja melaut bersama

para jurag (nelayan). Dengan demikian, juragan (pemilik perahu) dan

jurag (nelayan) saling bekerjasama dalam melaut. Kerjasama ini

dalam Islam disebut dengan istilah syirkah. Dalam distribusi

8 4
Ardiansyah, Sistem Bagi Hasil Nelayan dan Pemilik Rumpon Desa Lero
Kabupaten Pinrang (Tinjauan Hukum Ekonomi Islam), (Skripsi Sarjana Jurusan Syariah dan
Ekonomi Islam STAIN Parepare,2017).
1
6
pendapatan kerjasama melautnya, para nelayan menerapkan prinsip

bagi hasil yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah

Islam. Dari hasil kerjasamanya terlebih dahulu diambil untuk biaya

pengeluaran melaut (solar dan es batu), dan sisanya dibagikan kepada

pihak- pihak yang terlibat yaitu juragan (pemilik perahu), jurag

(nelayan), dan peralatan melautnya. Adapun perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan adalah, penelitian sebelumnya

menggunakan akad syirkah dengan lebih dari 100 pekerja

berkontribusi dalam melaut, sedangkan penelitian yang akan

dilakukan menggunakan akad mudharabah di mana seluruh modal

dari pemilik modal, dan pemilik modal tidak ikut serta melaut.9

4. Sari Multazam (Skripsi S1, Program Studi Sosial Ekonomi

Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas

Hasanuddin Makassar, 2018) dalan penelitiannya yang berjudul

“Sistem Bagi Hasil Nelayan Punggawa-Sawi Unit Pukat Cincin

(Purse Seine) di PPI Lonrae, Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Kabupaten Bone” tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola

hubungan dan pembagian kerja dan mengetahui pendapatan dan bagi

hasil nelayan pukat Cincin (Purse Seine) di PPI Lonrae Kabupaten

Bone. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Pola hubungan antara

punggawa dengan sawi membentuk struktur yang saling berkaitan dan

9 6
Leny Novita Sari, Sistem Kerjasama antara Pemilik Perahu dan Nelayan dalam Perspektif Ekonomi Islam
(studi kasus pada nelayan di Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak), ( Skripsi Thesis UIN Walisongo
Semarang, 2017), http://eprints.walisongo.ac.id.pdf, (11 Februari 2019).
1
7
mempengaruhi satu sama lain dan di dalamnya terdapat sistem yang

tersirat namun bersifat mengontrol. Sistem bagi hasil yang terjadi

pada kelompok kerja nelayan Lonrae mencerminkan sistem bagi hasil

yang tidak merata dan tidak sesuai dengan Undang-Undang bagi hasil.
7
Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu,

tujuan penelitian sebelumnya yaitu untuk mengetahui pola hubungan

dan pembagian kerja dan mengetahui pendapatan dan bagi hasil

nelayan pukat cincin di PPI Lonrae Kabupaten Bone, sedangkan

tujuan penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui

bentuk akad sistem bagi hasil nelayan dan pemilik bagang di

Kabupaten Polewali Mandar.10.

5. Irin Safitria Penelitian yang Berjudul “Adapun skripsi ini berjudul

“Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Ikan dengan cara

Memancing (Studi di Pemancingan Flobamora Desa Sukajaya

Lempasing Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran

Lampung)”. Untuk itu perlu diuraikan pengertian dari istilah- istilah

judul tersebut sebagai berikut:

Tinjauan adalah hasil meninjau; pandangan; pendapat (sesudah menyelidiki,

10 7
Sari Multazam, Sistem Bagi Hasil Nelayan Punggawa-Sawi Unit Pukat Cincin
(Purse Seine) di PPI Lonrae, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, (Skripsi
Sarjana Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar:,2018),
http://digilib.unhas.ac.id.pdf, (11 Maret 2019).
1
8
mempelajari, dan sebagainya). Tinjauan dalam skripsi ini adalah ditinjau dari pandangan
hukum Islam. Permasalahan dalam penelitian adalah apakah praktik jual beli ikan pada
kolam pemancingan Flobamora tidak ada unsur untung-untungan dan bagaimana tinjauan
hukum Islam dan hukum Positif tentang praktik jual beli ikan dengan cara memancing
di pemancingan Flobamora tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah praktik jual beli ikan pada kolam
pemancingan Flobamora tidak ada unsur untung-untungan dan untuk mengetahui
bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum Positif tentang praktik jual beli ikan dengan
cara memancing di pemancingan Flobamora.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat
deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku
yakni upaya-upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterprestasikan
mengenai apakah praktik jual beli ikan pada kolam pemancingan Flobamora tidak ada
unsur untung-untungan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan teknik editing dan sistematisasi data (sistematizing). Adapun analisis
data secara kualitatif dengan pendekatan berfikir metode induktif. Hasil penelitian
praktik jual beli ikan pada kolam pemancingan Flobamora mengandung unsur
untung-untungan karena adanya ketidak jelasan pada jenis dan jumlah ikan yang
diperjualbelikan11

11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa

(Jakarta: Gramedia, 2011), h. 1470.


1
9

Anda mungkin juga menyukai