BAB I
LATAR BELAKANG
Hukum Ekonomi Islam adalah kumpulan norma-norma hukum dari Alquran dan
hadits yang mengatur urusan ekonomi umat Islam, ketika orang melakukan aktivitas dalam
kehidupannya, muncul tanda-tanda yang mengaturnya. Rambu-rambu hukum yang mengatur
hal ini, baik berupa perintah dari Al-Qur'an maupun Hadits1
Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam pemenuhan
kebutuhan harus ada aturan yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya atas dasar
musyawarah dan mufakat. Proses pembuatan kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan
keduanya disebut proses pembuatan kontrak2. Demikian pula salah satu hal yang sangat
penting dalam menjalankan usaha atau bisnis adalah masalah kontrak. Akad sebagai cara
memperoleh kekayaan dalam hukum Islam banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Akad adalah metode yang diridhai Allah dan isinya harus di jaga.
Transaksi musyarakah didasarkan pada keinginan para pihak untuk bekerja sama
untuk meningkatkan nilai aset yang mereka pegang bersama. melibatkan dua pihak atau
lebih, menggabungkan bersama semua bentuk sumber daya, baik berwujud maupun tidak
berwujud3.
11
Abdul Manan, Ekonomi Islam Syariah. Fajar Interpratama Mandiri. (Jakarta. 2014), h. 26
2 2
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, cet. ke-1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hlm. 47.
33
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan , Edisi Ketiga, PT. Raja
Grafindo Persad a, Jakarta, 2008, h. 102
untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam Islam, transaksi
terpenting dalam kegiatan bisnis adalah transaksi riil barang atau jasa.
Akad merupakan salah satu jalan yang baik supaya apa yang diusahakan oleh
keduanya bisa berjalan dengan baik dan benar dengan harapan tidak akan ada
suatu kendala apapun seperti halnya wanprestasi, walaupun memang terjadi maka
permasalahan tersebut dapat teratasi dengan adanya bukti nyata yang merupakan
kontrak yang telah disepakati bersama.
Kata akad dalam bahasa Arab memiliki arti “terikat kuat” seperti tali pengikat,
Juga dimaksudkan sebagai kepercayaan yang teguh. Akad secara etimologi
mempunyai arti; menyimpulkan, mengikatkan (tali). Sedangkan secara
terminologis berdasarkan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, akad adalah
kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
1. Ijab Qabul
Ijab adalah proposal positif atau pernyataan penawaran, sementara Qabul
merupakan penerimaan atau pernyataan kesetujuan.
4
Mardani, Hukum Perikatan Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 52
2. Pihak-pihak yang melakukan kontrak harus memiliki kepastian, mengerti
hak, kewajiban dan tanggung jawabnya.
3. Subjek kontrak, yang harus memenuhi kondisi:
diharamkan.
para pihak telah melakukan kerja sama sesuai dengan apa yang disyariatkan. Tidak
hanya hukum islam saja, namun juga hukum positif yang mengatur adanya kerja
kebahagiaan antara sesama manusia. Dengan adanya syarat tersebut tidak ada
salah satu pihak yang akan merasa dirugikan dan merasa dibohongi karena sudah
terdapat kejelasan yang sudah tertuang dalam akad tersebut dan telah disetujui
bersama-sama.
Kerja sama merupakan suatu kegiatan yang selalu kita lakukan setiap harinya dan
banyak kita jumpai. Ada yang bekerja sama berdasarkan hukum adat yang berawal
dari kebiasaan dan berdasarkan hukum positif yang kita kenal dengan kontrak,
maka dari itu muncullah suatu ketentuan yaitu akad, baik itu dari ketentuan yang
berdasarkan hukum adat atau hukum positif. Akad disini merupakan hal yang
terpenting dan yang paling utama dalam kerja sama, supaya tidak ada salah satu
yang merasa dirugikan. Namun, ada suatu kerja sama dimana ketentuan-ketentuan
itu sudah tidak berlaku lagi, yaitu kerjasama5 yang berdasarkan hubungan
pertemanan. Rasa solidaritas antar teman pasti sudah tidak diragukan lagi, apalagi
5
Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm. 306
masalah kepercayaan. Rasa kepercayaan inilah yang dapat menghapus suatu
ketentuan yaitu akad, seperti yang dilakukan oleh pengelola lele didesa pademawu
antara (pemilik modal) dan (pemilik kolam). Kerjasama yang dilakukan oleh
seperti akad diatas, karena rasa saling percaya antar teman yang mereka gunakan,
mereka yakin bahwa antara satu dengan yang lainnya tidak akan ada yang
membesarkan lele tersebut perlu yang namanya proses dan waktu. Proses tersebut
Dalam penelitian ini peneliti akan lebih fokus pada proses penjualan dimana
proses penjualan ini bukan hanya dilakukan oleh pemilik kolam, akan tetapi juga
dilakukan oleh Istri dari pemilik kolam, sedangkan pemilik modal tidak ikut
campur dalam proses penjualan tersebut. Jika memang pemilik modal tidak ingin
ikut campur dalam proses penjualan tersebut seharusnya ada pembagian kerja
sehingga keduanya tidak ada yang merasa bebannya yang paling banyak, maka
dari itu perlu adanya akad diantara keduanya untuk mengetahui hak dan kewajiban
mereka masing-masing supaya keadilan bersama dalam kerja sama bisa terlaksana.
Artinya dalam suatu kerjasama harus melakukan akad terlebih dahulu, dan
didalam akad tersebut harus memenuhi ketiga syarat diatas. Jika ketiga syarat
tersebut tidak terpenuhi maka kontrak yang dilakukan bisa dikatakan tidak sah,
dalam kerjasama yang dilakukan oleh pengusaha lele di Desa Pademawu Barat
tersebut melakukan kerjasama antara pemilik modal dan pemilik kolam dengan
sistem bagi hasil dimana keduanya tidak mengerti apa hak dan kewajiban mereka
yang telah mereka jalani. Hak dan kewajiban itu menjadi sangat penting dalam
usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, supaya mereka dapat mengetahui
apa yang harus mereka lakukan dalam usaha tersebut dan apa yang harus mereka
manajemen yang baik, supaya usaha tersebut mendapatkan keuntungan yang baik
pula dalam usaha yang mereka jalani. Jika akadnya saja belum jelas bagaimana
cara mengetahui hak dan kewajiban antara keduanya dan bagaimana cara mereka
mengetahui berapa persen keuntungan yang mereka akan dapatkan dari modal
yang mereka tanamkan dan berapa persen resiko yang akan mereka dapatkan
Kerja sama yang dilakukan oleh pengelola lele tersebut bisa kita sebut
dengan kerja sama pada akad musyarakah. Kenapa memakai akad musyarakah dan
merupakan akad kerja sama usaha antara pihak dimana pihak pertama (shahibul
mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik
adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu
untuk mehindari perbedaan dan sengketa pada waktu alokasi keuntungan atau
penghentian musyarakah.
secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang
ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra. Seorang mitra boleh
dengan jelas dalam akad. Kerugian modal dibagi berdasarkan prosentase modal
masing-masing.5 6Jadi, kerja sama yang dilakukan pengelola lele Di Desa Kenayan
6 4
Hidayanti, Perbandingan Konsep Dan Implementasi Jaminan Pada Akad Pembiayaan Mudharabah
dan Musyarakah Di Bank Syariah Mandiri Cabang Warung Buncit, Skripsi Uin Syarif Hidayatullah,
(Jakarta: 09 Juni 2019), Hlm. 29.
5
Ibid, hlm. 30.
menurun dan musyarakah mutanaqishah dan kerja sama tersebut termasuk pada
usaha dalam kurun waktu tertentu. Pada akad musyarakah juga terdapat jenis-jenis
termasuk pada akad musyarakah inan karena penyertaan atau proporsi modal yang
B. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
Kecamatan Tulungagung?
Tulungagung
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Penelitian ini dilakukan dengan harapan menjadi bahan kajian dan evaluasi
b. Sebagai rujukan jika terjadi hal yang sama dengan latar belakang masalah
dan dapat menjadi rujukan dalam penelitian yang memiliki kajian yang
sama.
sesuai dengan hukum yang berlaku baik hukum Islam ataupun hukum positif.
E. Definisi Istilah
dilakukan oleh pemilik modal dengan pemilik kolam setelah penjualan pada
pengelolaan lele.
modal untuk suatu usaha tertentu baik berupa uang atau properti, dimana
bersama oleh kedua pihak atau lebih dan kerugian dari usaha tersebut dibagi
berguna dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Dalam penelitian ini, budidaya
yang dimaksud yaitu memelihara ikan lele dengan cara bekerja sama dengan orang lain
Pada penelitian ini akad musyarakah yang dimaksud adalah pencampuran modal
yang dilakukan pemilik modal dan pemilik kolam dimana keduanya tidak melakukan
ditanggung secara merata tanpa adanya kesepakatan dan tidak berdasarkan modal yang
dikontribusikan.
1
F. Sistematis Pembahasan 2
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan teori teori yang mendasari pembahasan secara
keperinci yang memuat tentang pengertian , tujuan, dasar
data.
BAB IV HASIL PENELITIAN yang terdiri dari paparan data terkait hasil
kecamatan tulungagung.
BAB V PEMBAHASAN , bagian ini berisi dari hasil temuan melalui teori
G. Penelitian Terdahulu
Terhadap Jual Beli Ikan Di laut “.Penelitian yang terkait dengan judul
semacam ini termasuk salah satu transaksi yang dilarang dalam Islam,
7 1
Sarli Prakoter Giing, “Praktek Jual Beli Ikan di Pantai dalam Perspektif Hukum
Islam (Studi Kasus di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap” (Skripsi Sarjana; Fakultas
Syariah; Purwokerto, 2016), h. 73.
1
4
Adapun hasil dari penelitian ini adalah bentuk kerja sama yang
dilakukan antara nelayan dan pemilik rumpon adalah secara lisan dan
materi berasal dari pemilik rumpon dan modal berupa kerja berasal
8 4
Ardiansyah, Sistem Bagi Hasil Nelayan dan Pemilik Rumpon Desa Lero
Kabupaten Pinrang (Tinjauan Hukum Ekonomi Islam), (Skripsi Sarjana Jurusan Syariah dan
Ekonomi Islam STAIN Parepare,2017).
1
6
pendapatan kerjasama melautnya, para nelayan menerapkan prinsip
dari pemilik modal, dan pemilik modal tidak ikut serta melaut.9
Bone. Adapun hasil dari penelitian ini adalah Pola hubungan antara
9 6
Leny Novita Sari, Sistem Kerjasama antara Pemilik Perahu dan Nelayan dalam Perspektif Ekonomi Islam
(studi kasus pada nelayan di Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak), ( Skripsi Thesis UIN Walisongo
Semarang, 2017), http://eprints.walisongo.ac.id.pdf, (11 Februari 2019).
1
7
mempengaruhi satu sama lain dan di dalamnya terdapat sistem yang
yang tidak merata dan tidak sesuai dengan Undang-Undang bagi hasil.
7
Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu,
10 7
Sari Multazam, Sistem Bagi Hasil Nelayan Punggawa-Sawi Unit Pukat Cincin
(Purse Seine) di PPI Lonrae, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, (Skripsi
Sarjana Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar:,2018),
http://digilib.unhas.ac.id.pdf, (11 Maret 2019).
1
8
mempelajari, dan sebagainya). Tinjauan dalam skripsi ini adalah ditinjau dari pandangan
hukum Islam. Permasalahan dalam penelitian adalah apakah praktik jual beli ikan pada
kolam pemancingan Flobamora tidak ada unsur untung-untungan dan bagaimana tinjauan
hukum Islam dan hukum Positif tentang praktik jual beli ikan dengan cara memancing
di pemancingan Flobamora tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah praktik jual beli ikan pada kolam
pemancingan Flobamora tidak ada unsur untung-untungan dan untuk mengetahui
bagaimana tinjauan hukum Islam dan hukum Positif tentang praktik jual beli ikan dengan
cara memancing di pemancingan Flobamora.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat
deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku
yakni upaya-upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan menginterprestasikan
mengenai apakah praktik jual beli ikan pada kolam pemancingan Flobamora tidak ada
unsur untung-untungan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan teknik editing dan sistematisasi data (sistematizing). Adapun analisis
data secara kualitatif dengan pendekatan berfikir metode induktif. Hasil penelitian
praktik jual beli ikan pada kolam pemancingan Flobamora mengandung unsur
untung-untungan karena adanya ketidak jelasan pada jenis dan jumlah ikan yang
diperjualbelikan11
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa