Dini Abdianti
NIM. 3220038
Prodi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Dosen Pembimbing Lapangan
Linda Yarni S. Ag, M. Si
ABSTRAK
Dalam Islam, unsur-unsur akad sangat diperhatikan, seperti pihak-pihak yang membuat
perjanjian, syarat-syarat dan rukun-rukun akad harus dipenuhi, dan yang terpenting tidak ada
unsur penipuan atau unsur-unsur lain yang dilarang dalam Islam. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan edukasi kepada masyarakat di jorong Taruyan serta membantu masyarakat sekitar
untuk mengetahui akad apa saja yang mereka gunakan dalam transaksi syariah. Metode
penulisan artikel ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik analisis data berupa
analisis deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer.
Pengumpulan jenis data primer dilakukan melalui wawancara. Jenis data sekunder diperoleh dari
beberapa kajian literatur ekonomi Islam. Dalam konteks ekonomi Islam, akad memegang
peranan penting dalam mengatur transaksi dan aktivitas ekonomi agar sesuai dengan hukum
Islam. Prinsip-prinsip utama yang harus dianut dalam suatu kontrak ekonomi syariah adalah
prinsip keabsahan, prinsip keterbukaan, prinsip kerja sama, prinsip tidak memaksakan kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
A. PENDAHULUAN
Kegiatan perekonomian terus mengalami perubahan dalam kehidupan masyarakat,
sehingga perlu perhatian khusus agar tidak ada pihak yang dirugikan dan menimbulkan
ketidakadilan dari beberapa pihak. Dalam hubungan antara manusia dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya, harus ada aturan yang menjelaskan hak dan kewajiban kedua belah
pihak berdasarkan suatu perjanjian. Perjanjian pelaksanaan hak dan kewajiban ini dikenal dengan
istilah akad atau proses berkad. Kontrak yang digunakan untuk bertransaksi sangat bervariasi,
terutama bergantung pada preferensi, karakteristik, dan tujuan para pihak(Tiara Lintang Utami,
2023)
Akad merupakan salah satu cara memperoleh kekayaan dalam Islam yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, akad merupakan suatu
perjanjian dan persetujuan yang dibenarkan oleh syariat, yang menentukan kemauan kedua belah
pihak. Definisi lain juga menyebutkan bahwa akad merupakan pengikatan, penguatan dan
pengukuhan dari satu pihak ke pihak lainnya.(Darmawanti, 2018) Istilah “Akad” dalam ekonomi
Islam juga mengacu pada perjanjian atau kontrak yang digunakan dalam transaksi ekonomi yang
sesuai dengan hukum Islam. Akad-akad tersebut merupakan landasan hukum untuk melakukan
berbagai jenis transaksi ekonomi dalam kerangka yang halal menurut pandangan Islam.
Mengetahui dan memahami akad dalam Islam mempunyai banyak manfaat penting
terutama dalam konteks ekonomi dan keuangan. Ada beberapa alasan mengapa penting untuk
memiliki pemahaman tentang akad dalam Islam, yaitu sesuai dengan prinsip syariah, akad dalam
Islam harus sesuai dengan prinsip syariah. Dengan memahami jenis akad dan prinsip-prinsip
yang terkandung di dalamnya, seseorang dapat memastikan bahwa transaksinya sesuai dengan
hukum Islam dan bebas dari unsur-unsur yang diharamkan.
Seiring dengan perkembangan perekonomian di era yang semakin maju saat ini, di
Nagari Tigo Balai khususnya di Jorong Taruyan masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui atau belum mengetahui akad apa yang mereka gunakan dalam transaksi ekonomi
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan edukasi
tentang akad dalam ekonomi Islam kepada masyarakat di Jorong Taruyan, Nagari Tigo Balai
agar dapat membantu masyarakat sekitar untuk mengetahui akad apa saja yang mereka gunakan
untuk bekerjasama atau bertransaksi secara syariah.
B. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, kualitatif deskriptif
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memahami dan mendeskripsikan suatu
fenomena dalam konteks alam secara mendalam. Pendekatan ini menitikberatkan pada
pemahaman mendalam terhadap fenomena yang diteliti. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis data primer. Pengumpulan jenis data primer dilakukan melalui
wawancara. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dalam penelitian yang
melibatkan interaksi langsung antara peneliti dengan responden atau narasumber dengan tujuan
untuk memperoleh informasi, pandangan dan pendapat.
Jenis data sekunder diperoleh dari beberapa kajian literatur ekonomi Islam. Dalam
tinjauan literatur, peneliti mengumpulkan dan menganalisis berbagai sumber literatur, seperti
jurnal ilmiah, buku, artikel, dan sumber lain yang berkaitan dengan topik yang diteliti yaitu
tentang kontrak yang dijadikan landasan pendukung dalam menganalisis permasalahan yang
berkaitan langsung dengan kontrak. tingkat pemahaman masyarakat terhadap akad dalam
ekonomi Islam, maka verifikasi kebenaran dan validitas penelitian ini
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Akad
Secara etimologis, kata akad berasal dari bahasa Arab, Aqhada- Ya’qhidu- aqdha
yang artinya, membangun atau mendirikan, menahan, menyepakati, mencampurkan,
menyatukan. Dan bisa juga berarti kontrak atau perjanjian. Sedangkan dari segi terminologi
akad ditinjau dari dua segi, yaitu: Hal ini dikemukakan oleh ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan
Hanabilah, yaitu: “Segala sesuatu yang dilakukan seseorang berdasarkan kemauannya
sendiri, misalnya wakaf, perceraian, pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya
memerlukan kemauan dua orang seperti jual beli, perwakilan, dan gadai.” (Nurhadi, 2019)
Akad menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, adalah berkumpulnya dua ujung/ujung tali yang
mengikat salah satunya hingga menyatu, kemudian keduanya menjadi satu benda. Akad juga
merupakan sebab sebab-sebab yang ditentukan oleh syara’ yang menghasilkan beberapa
hukum. (Darmawanti, 2018)
Sedangkan dari segi kekhususannya, pengertian akad dalam pengertian khusus yang
dikemukakan oleh al-Kamal Ibnu al-Humam, yaitu: “Perikatan ditentukan dengan ijab dan
qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak pada objeknya." Berdasarkan pengertian
akad maka dapat dipahami bahwa akad adalah adanya ijab dan qabul. Ijab-qabul adalah suatu
perbuatan atau pernyataan untuk menunjukkan kesediaan dalam suatu akad antara dua pihak
atau lebih, sehingga terhindar dari suatu ikatan yang tidak berdasarkan syara'.
Dalam ekonomi Islam yang dimaksud dengan akad adalah perjanjian atau kontrak
yang sah berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Dalam konteks ekonomi Islam, akad
memegang peranan penting dalam mengatur transaksi dan aktivitas ekonomi agar sesuai
dengan hukum Islam. Prinsip-prinsip utama yang harus diikuti dalam kontrak ekonomi Islam
adalah:
a. Prinsip hukum
Kontrak itu harus dibuat secara sah dan dapat ditegakkan secara hukum dalam Islam.
Dalam hal ini, kebebasan, kejujuran, dan persamaan kondisi bagi semua pihak yang
terlibat sangat penting.
b. Prinsip terbuka
Semua informasi yang relevan harus dikomunikasikan secara jujur kepada semua
pihak yang terlibat dalam kontrak. Tidak boleh ada penipuan atau manipulasi dalam
transaksi ekonomi.
c. Prinsip kerjasama
Kontrak ekonomi Islam didasarkan pada semangat kerjasama dan saling
menguntungkan antara semua pihak yang terlibat.
d. Prinsip tanpa paksaan
Tidak boleh ada faktor pemaksaan atau tekanan pada para pihak dalam kontrak.
Dalam al-Qur’an, setidaknya ada dua istilah yang berhubungan dengan perjanjian,
yaitu al-’aqdu (akad) dan al’ahdu (janji). Kata al-’aqd sebagaimana di dalam al-Quran:
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا َاْو ُفْو ا ِباْلُع ُقْو ِۗد ُاِح َّلْت َلُك ْم َبِهْيَم ُة اَاْلْنَع اِم ِااَّل َم ا ُيْتٰل ى َع َلْيُك ْم َغْيَر ُمِح ِّلى الَّصْيِد َو َاْنُتْم ُحُر ٌۗم ِاَّن َهّٰللا َيْح ُك ُم َم ا
ُيِرْيُد
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Ternak itu
halal bagimu, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yaitu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang menunaikan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum
sesuai dengan apa yang Dia kehendaki.” (Q.S. Al-Maidah : 1)
َبٰل ى َم ْن َاْو ٰف ى ِبَع ْهِدٖه َو اَّتٰق ى َفِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم َّتِقْيَن
Artinya; “sebenarnya siapa yang menepati janji yang dibuatnya dan bertaqwa,
maka sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang bertaqwa”. (Q.S. Ali Imran: 76)
2. Jenis-Jenis Akad
Dalam ekonomi Islam, terdapat beberapa jenis akad yang digunakan untuk
mengatur transaksi dan kegiatan ekonomi. (Semmawi, 2010) Berikut adalah beberapa
jenis akad yang umum digunakan:
a. Mudharabah
1) Pengertian Mudharabah
Secara bahasa diambil dari ungkapan dharaba fil ardh yang berarti perjalanan
sebagai bagian dari perdagangan. Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah mengatur bahwa Mudharabah adalah
akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shaibul mal)
menyediakan seluruh modalnya, dan pihak kedua pihak (shaibul mal) mudharib )
bertindak sebagai pengelola dan perusahaan, keuntungan dibagi di antara mereka
sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan dalam kontrak.
Definisi lain juga menyebutkan bahwa akad mudharabah adalah suatu bentuk
perjanjian usaha dalam hukum Islam yang mana salah satu pihak (shahibul maal)
memberikan dana modal, sedangkan pihak lain (mudharib) memberikan pekerjaan
dan keterampilan untuk mengelola modal tersebut. Keuntungan dari usaha tersebut
dibagi berdasarkan kesepakatan sebelumnya, sedangkan kerugian biasanya
ditanggung oleh pihak pemberi modal (shahibul maal).
b) Hadits
HR Ibnu Majah No.2280 dalam kitab At-Tijarah yaitu : Dari Shalih bin
Shuhaib R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya
terdapat keberkahan: jual beli dengan cara yang keras, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampurkan gandum dengan tepung untuk keperluan
rumah tangga, bukan untuk dijual”.
c) Ijma
Ada 2 pihak, pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (mudharib), yang
harus memenuhi kriteria kesanggupan hukum, yaitu sebagai berikut: Dewasa
(di atas 18 tahun), Tidak gila atau amnesia, Tidak dalam perwalian, Tidak
dilarang oleh hukum.
b) Ijab Qabul
Kedua belah pihak setuju dan qabul menunjukkan kesediaan untuk
menandatangani akad. Syaratnya adalah sebagai berikut: Kedua belah pihak
harus menunjukkan subjek kontrak / kontrak, penerimaan dan penyediaan
modal dilakukan bersamaan dengan kesimpulan kontrak, kontrak dinyatakan
secara tertulis, melalui korespondensi atau dengan cara lain kenyamanan
modern lainnya.
c) Memiliki modal
Modal pilar mudharabah harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Kedua
belah pihak mengetahui jenis dan jumlahnya. Modal berupa uang atau harta
yang nilainya dapat diukur. Modal bukanlah jenis klaim mudharib. Begitu
modal disetor, mudharib akan langsung diterima.
d) Keuntungan
Laba adalah sebagian kelebihan harta dari hasil usaha perusahaan
dibandingkan dengan jumlah modal yang dikeluarkan. Syarat keuntungan
dalam rukun mudharabah adalah sebagai berikut: Harus untuk kedua belah
pihak. Besarnya keuntungan harus diketahui secara jelas oleh kedua belah
pihak.
b. Musyarakah
1) Pengertian Musyarakah
Musyarakah dalam bahasa berarti “al-ikhtilath” yang berarti percampuran
atau percampuran. Maksud dari percampuran adalah agar seseorang
mencampurkan harta miliknya dengan harta orang lain sehingga sulit
membedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Secara etimologi Musyarakah
adalah persatuan, peleburan atau peleburan, Musyarakah berarti kerja sama
kemitraan.(Tiara Lintang Utami, 2023)
Defenisi lain Akad musyarakah adalah bentuk perjanjian bisnis dalam
hukum Islam di mana dua pihak atau lebih menyatukan dana modal, pengetahuan,
keterampilan, atau sumber daya lainnya untuk berbisnis bersama. Keuntungan dan
kerugian dibagi sesuai kesepakatan sebelumnya, dan semua pihak terlibat
memiliki hak dan tanggung jawab yang sama terhadap bisnis tersebut.
Dengan demikian, akad musyarakah adalah perjanjian kerjasama atau
persekutuan antara dua pihak atau lebih yang menyumbangkan modal dalam suatu
usaha patungan. Untung dan rugi dibagi sesuai dengan kesepakatan dan pihak
berelasi juga berbagi tanggung jawab atas hutang dan risiko bisnis.
b) Capaian Tujuan Bisnis: Musyarakah dapat berakhir ketika tujuan bisnis yang
ditetapkan dalam perjanjian telah tercapai. Setelah tujuan tersebut tercapai,
bisnis musyarakah dapat diakhiri dan hasil akhirnya dibagi sesuai
kesepakatan.
c) Kematian atau Keluar Salah Satu Pihak: Musyarakah akan berakhir jika salah
satu pihak yang terlibat meninggal dunia atau memilih untuk keluar dari
bisnis. Biasanya, ada ketentuan dalam perjanjian yang mengatur bagaimana
akibatnya jika salah satu pihak keluar dari bisnis.
e) Pencapaian Hasil Negatif atau Kerugian yang Besar: Jika bisnis musyarakah
mengalami kerugian yang besar atau tidak menguntungkan, para pihak dapat
sepakat untuk mengakhiri akad demi menghindari kerugian lebih lanjut.
Bank akan bertindak sebagai penyedia modal (shahibul maal) yang akan
meninjau kelayakan usaha sebelum menerima pendanaan. Selain itu, bank
secara berkala akan meninjau perkembangan usaha agar keuntungan yang
diperoleh hanya berasal dari kegiatan usaha nasabah.
c. Murabahah
1) Pengertian Murabahah
Murabahah secara bahasa berasal dari kata ربحyang berarti keuntungan, 8
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sama dengan harga beli
ditambah keuntungan yang disepakati, dimana penjual harus mengungkapkan harga
pokok barang kepada pembeli.
a) Pembelian dan Penjualan Barang: Akad murabahah berakhir saat barang atau
aset yang dibeli oleh penjual (dalam hal ini, penjual adalah yang membeli
terlebih dahulu dari pihak ketiga) telah dijual kepada pembeli dengan harga
yang disepakati. Pada titik ini, pembeli menjadi pemilik sah atas barang
tersebut.
c) Waktu yang Ditentukan: Akad murabahah dapat memiliki tanggal jatuh tempo
yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tanggal jatuh tempo ini, pembeli
diharapkan untuk membayar harga yang telah disepakati kepada penjual. Jika
pembayaran ini telah dilakukan, maka akad murabahah dianggap selesai.
d) Kesepakatan Bersama: Para pihak yang terlibat dalam akad murabahah dapat
sepakat untuk mengakhiri akad tersebut sebelum mencapai waktu atau tanggal
jatuh tempo yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan ittifaq
(kesepakatan bersama) antara penjual dan pembeli.
d. Ijarah
1) Pengertian Ijarah
Secara etimologi, al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang artinya pengganti
alias gaji. Secara terminologi, alijarah adalah akad atau transaksi untuk
keuntungan atau jasa dengan imbalan tertentu. Menurut Fatwa DSN-MUI No.
09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah, adalah akad pemindahan hak
pakai (manfaat) barang atau jasa untuk jangka waktu tertentu tergantung
pembayaran sewa /gaji tanpa pengalihan kepemilikan barang atau jasa. barang itu
sendiri.
Akad ijarah adalah perjanjian sewa atau penyewaan dalam hukum Islam di
mana pemilik barang atau aset (mu'jir) menyewakan barang tersebut kepada pihak
lain (musta'jir) dengan imbalan pembayaran sewa. Jadi, akad Ijarah adalah
perjanjian sewa dimana pemilik properti menyewakan propertinya kepada
penyewa dengan imbalan membayar sewa untuk jangka waktu tertentu.
) َقاَل إِّنْي ُأِرْيُد َأْن ُأْنِكَح َك ِإْح َدى اْبَنَتَّى َها َتْيِن َع َلى َأْن26 ( َقاَلْت ِإْح َد اُهَم اَيَأَبِت اْسَتْئِج ْر ُه ِإَّن َخْيَر َم ِنْسَتْأَج ْر َت اْلَقِو ُّي اَأْلِم ْيُن
)27( َتْأُج َرِنى َثَم اِنَي ِح َج ِج َفِإْن َأْتَم ْم َت َع ْش ًرا َفِم ْن ِع ْنِد َك َو َم ا ُأِرْيُد َأْن َأُش َّق َع َلْيَك َس َتِج ُد ِنْى ِإْنَش اَء ُهّللا ِم َن الَّصاِلِح ْيَن
Salah seorang di antara kedua anak perempuan itu berkata: “Wahai ayahku,
berilah upah kepadanya, sesungguhnya orang yang kamu pekerjakan itu adalah
orang yang kuat dan dapat dipercaya.” Sang ayah berkata: “Aku niat
menikahkanmu dengan salah satu putriku dengan syarat kamu menjadi upahanku
selama delapan musim haji.”
ِاْح َتَج َم الَّنِبُّي َص َّلى ُهّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َو َأْع َطى اْلُحَّجاَم َأْج َر ُه: َع ِن اْبِن َعَّباٍس َرِض َي ُهّللا َع ْنُهَم ا َقاَل
Dari Ibnu Abbas r.a. Nabi saw. Berbekam dan beliau memberikan kepada tukang
bekam itu upahnya. (HR. Al-Bukhari)
َأْع ُطْو اَأَأْلِج ْيَر َأْج َرُه َقْبَل َأن َيِج َّف َع َر ُقُه: َقاَل َر ُسْو ُل ِهّللا َص َّلى ُهّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: َو َع ِن اْبِن ُع َم َر َرِض َي ُهّللا َع ْنُهَم ا َقاَل.
Dari Ibnu ‘Umar r.a. ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: berikanlah kepada
tenaga kerja itu upahnya sebelum keringatnya kering. (HR. Ibnu Majah).
Dari ayat Alquran dan hadis di atas jelas bahwa akad ijarah diperbolehkan
dalam Islam, karena hal seperti ini juga diperlukan dalam masyarakat. Tujuan hukum
ijarah adalah untuk meringankan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Ada
orang yang punya uang tapi tidak bisa bekerja, ada pula orang yang berenergi dan
butuh uang. Dengan adanya ijarah maka keduanya saling menguntungkan.
3) Rukun dan Syarat Ijarah
Adapun Rukun ijarah terbagi empat antara lain yaitu:
a) Orang yang berakad
b) Pembuat akad ada dua, yaitu Mu'jir dan Musta'jir. Mu'jir adalah orang yang
menyewakan harta dan menerima ganti rugi. Sedangkan Musta'jir adalah
pihak yang memuji atau menawarkan imbalan.
c) Sighat (ijab dan qabul) Kedua belah pihak melakukan ijab dan qabul, ini
adalah pernyataan dan penjelasan yang diungkapkan oleh salah satu pihak
sebagai representasi dari pelaksanaan akad ijarah. Dalam hukum pertunangan
Islam, ijab adalah janji atau proposal oleh pihak pertama untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Qobul adalah pernyataan oleh penanda tangan
(Musta'jir) untuk menerima keinginan pihak pertama.
d) Sewa atau Upah (ujroh) Ujroh adalah imbalan yang diberikan kepada musta'jir
atas jasa yang diberikan atau keuntungan yang diperoleh mu'ajir.
e) Keuntungan Properti sewa memiliki keuntungan yang jelas bagi kedua belah
pihak.
a. Selesainya Periode Sewa: Akad ijarah akan berakhir ketika periode sewa yang
telah ditentukan sebelumnya berakhir. Pada saat itu, pihak musta'jir harus
mengembalikan barang yang disewa kepada mu'jir.
e. Pencapaian Tujuan: Jika akad ijarah memiliki tujuan tertentu yang telah dicapai,
seperti penyewaan untuk acara khusus yang sudah berakhir, maka akad dapat
dianggap berakhir dengan sendirinya.
e. Wakalah
1) Pengertian Wakalah
Secara bahasa, kata al-wakalah atau al-wikalah berarti al-Tafwidh
(menyerahkan, memberi kuasa, dan memberi tugas) seperti dalam perkataan Itu
berarti: "Saya serahkan urusan saya kepada Tuhan." Tentang kontrak penyerahan
ketika dalam kontrak seseorang menunjuk orang lain untuk bertindak atas
namanya.
Dengan demikian, Akad wakalah merupakan suatu bentuk perjanjian
dalam hukum Islam di mana seorang individu (muwakkil) memberikan
wewenang kepada pihak lain (wakil) untuk melakukan tindakan atau transaksi
atas namanya. Wakalah umumnya berlaku untuk berbagai jenis transaksi, seperti
jual beli, investasi, dan lain sebagainya.
2) Landasan Hukum Akad Wakalah
QS. Al-Kahfi ayat 19:
َو َك َٰذ ِلَك َبَع ْثَٰن ُهْم ِلَيَتَس ٓاَء ُلو۟ا َبْيَنُهْم ۚ َقاَل َقٓاِئٌل ِّم ْنُهْم َك ْم َل ْثُتْم ۖ َقاُلو۟ا َل ْثَنا َيْو ًم ا َأْو َبْع َض َيْو ٍم ۚ َقاُلو۟ا َر ُّبُك ْم َأْعَلُم ا َل ْثُتْم َفٱْبَع ُثٓو ۟ا
ِبَم ِب ِب ِب
َأَح َد ُك م ِبَو ِرِقُك ْم َٰه ِذِهٓۦ ِإَلى ٱْلَم ِد يَنِة َفْلَينُظْر َأُّيَهٓا َأْز َك ٰى َطَع اًم ا َفْلَيْأِتُك م ِبِر ْز ٍق ِّم ْنُه َو ْلَيَتَلَّطْف َو اَل ُيْش ِع َر َّن ِبُك ْم َأَح ًدا
Artinya: “Maka Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya satu sama
lain. Salah seorang di antara mereka berkata: Sudah berapa lama kamu berada (di
sini?)”. Mereka menjawab: “Kami (di sini) sehari atau setengah hari”. Berkata
(yang lain): “Tuhanmu lebih mengetahui sudah berapa lama kamu berada (di
sini). Maka suruhlah salah satu dari kalian pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu, dan biarkan dia melihat makanan mana yang lebih baik, lalu biarkan dia
membawakan makanan itu ke kamu, dan biarlah dia bersikap lemah lembut dan
jangan pernah menceritakan kepada siapa pun tentang kamu.” (QS. Al-Kahfi : 19)
3) Rukun Wakalah
a) Pihak atau Penguasa (muwakkil)
b) Penerima yang berwenang (perwakilan).
c) Subyek akad, yaitu soal atau tugas yang dilimpahkan (al-Taukil)
d) Mempunyai pernyataan kesepakatan wakalah (sighah ijab dan qabul)
4) Syarat Wakalah Muwakkil (perwakilan)
a) Muwakkil adalah nama orang yang terikat secara hukum untuk melakukan apa
yang diberi wewenang.
a) Berakal
b) Memiliki kapasitas hukum untuk bertindak secara hukum untuk diri sendiri
dan orang lain
c) Memiliki pengetahuan yang lengkap tentang sesuatu atau hal yang berkaitan
dengannya
d) Masa Berlaku Akad: Akad wakalah juga bisa ditentukan oleh masa berlaku
tertentu. Jika masa berlaku tersebut habis, maka akad wakalah akan berakhir.
g) Pencabutan oleh Pihak Ketiga: Dalam beberapa kasus, pihak ketiga yang
terlibat dalam transaksi yang dilakukan melalui wakalah juga dapat mencabut
kuasa tersebut.
D. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa akad adalah adanya ijab dan qabul. Ijab-qabul adalah suatu
perbuatan atau pernyataan yang dimaksudkan untuk menyatakan kehendak dalam suatu akad
antara dua pihak atau lebih untuk menghindari atau memperoleh keuntungan dari suatu ikatan
yang tidak berdasarkan syara.
Pada ekonomi Islam, terdapat beberapa jenis akad yang digunakan untuk mengatur
transaksi dan kegiatan ekonomi. Berikut adalah beberapa jenis akad yang umum digunakan:
Mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan wakalah yang di bahas dalam artikel ini.
Dalam konteks ekonomi Islam, akad berperan penting dalam mengatur transaksi dan kegiatan
ekonomi agar sesuai dengan hukum Islam.
Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat di jorong
Taruyan Nagari Tigo Balai tentang akad-akad dalam ekonomi syariah. Karena minimnya
sosialisasi ekonomi syariah kepada masyarakat sekitar, membuat masyarakat kurang taunya akad
apa saja yang dilakukan dalam kegiatan bermuamalah.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawanti, H. (2018). Akad dalam transaksi ekonomi syari’ah. Sulesana: Jurnal Wawasan
Dan Keislaman, 12(2), 143–166.
Nurhadi. (2019). Rahasia Hikmah Dibalik Akad-Akad dalam Ekonomi Islam. JIEI: Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam, 5(01), 42–65.
Roifatus Syauqoti, M. G. (2018). Aplikasi Akad Murabahah Pada Lembaga Keuangan Syariah.
Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 3(1).
Semmawi, R. (2010). Akad Dalam Ekonomi Islam. Jurnal Al-Syir’ah :Jurnal Syari’ Ah Dan
Hukum, 8(2), 498–517.
Tiara Lintang Utami, A. M. N. (2023). ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN
MASYARAKAT TERHADAP SOSIALISASI EKONOMI SYARIAH. Oikos: Jurnal
Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, VII(1), 214–225.