Anda di halaman 1dari 39

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Daun Vicary dan Keon Chee.

Undang-Undang Perkoperasian.1992 . Buku Pintar Keuangan Syari>ah.


Jakarta: Sinar Grafika, 1995 2012. Jakarta: Zaman.
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga
Usaha Kecil dan Menengah, 35.2/ Keuangan Syariah. 2004. Jogyakarta:
Per/M.KUKM/X/2007 tentang Ekonisia.
Pedoman Standar KJKS dan unit Drs. Muhammad, M.Ag. Bank Syari’ah
KJKS. Analisis Kekuatan, Peluang,
Al-Qur’an dan Terjemahnya.Departemen Kelemahan dan Ancaman. 2008.
Agama Republik Indonesia. Yogyakarta: Ekonisia.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Proposal Muh.Nazir.Metode Penelitian. 1990.
. 1989. Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Widiyawati, Ninik. Koperasi dan Kerlinger. Metode Penelitian terapan.
Perekonomian Indonesia . 2008. 2007. Jakarta: Bina Aksara.
Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Gua, Afnil. Undang-undang Usaha Mikro, Sugiono, Prof. Dr. Metode Penelitian
Kecil dan Menengah . 2008. Jakarta: Pendidikan. 2014. Bandung:
Asa Mandiri 1055-S, cetakan Alfabeta.
pertama.
Marzuki, Metodologi Riset .2000.
Anjar, Fancha. Hukum Koperasi Indonesia, Yogyakarta: PT.Prasetya Widia
Pemahaman, Regulasi, Pendirian Pratama.
dan Modal Usaha. 2006. Jakarta:
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian
Kencana.
Kualitatif. 2005. Bandung: PT
Radhikusuma, Sutratya R. Hukum Remaja Rosdakarya.
Perkoperasian Indonesia. 2000.
Arikinto, Suharsimi. Prosedur Penelitian:
Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Suatu Pendekatan Praktek. 2006.
Buchori, NurS. Koperasi Syariah. 2009. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sidoarjo : Kelompok Masmedia
Sugiono, Metode penelitian Kuantitatif,
Buana Pustaka.
2009. Bandung: Alfabeta.
http://esharianomic.com/koperasi-
syariah/unit jasa keuangan syariah
dan syarat pembentukan.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 77


PRINSIP-PRINSIP AKAD DALAM TRANSAKSI
EKONOMI ISLAM

Muhammad Harfin Zuhdi


Fakultas Syari’ah UIN Mataram

Abstrak

Artikel ini membahas tentang konsep dan prinsip-prinsip akad dalam


transakasi ekonomi Islam.Akad adalah perikatan yang ditetapkan
dengan ijab dan qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang berdampak
pada objeknya. Semua perikatan (transaksi) yang dilakukan oleh para
pihak, dua pihak atau lebih tidak boleh menyimpang dan sejalan dengan
kehendak syari’at, tidak boleh ada kesepakatan untuk menipu orang lain,
tidak boleh bertransaksi yang mengandung unsur maghrib (maisir, gharar,
riba,bathil) serta tidak boleh bertransaksi dengan barang atau harta
yang diharamkan (maal ghairu mutaqawwim).Dengan demikian, untuk
menciptakan sebuah kesepakatan sebagai ketentuan yang wajib dipatuhi,
maka dibutuhkan adanya suatu perjanjian atau kontrak yang dalam
hukum Islam disebut sebagai akad. Dalam perspektif ekonomi Islam
(mu’amalah al-iqtishhadiyah), transaksi yang dilakukan oleh para pihak
memiliki beberapa asas akad, diantaranya, asas ilahiyah, asas kebolehan,
asas keadilan, asas persamaan, asas kejujuran dan sebagainya. Asas-asas
tersebut merupakan prinsip yang menjadi landasan suatu akad bagi para
pihak yang bertransaski dalam konsep ekonomi Islam.
Kata Kunci : Akad, ijab-qabul, prinsip akad, ekonomi Islam.

A. Pendahuluan
Dalam setiap kegiatan demikian, untuk menciptakan
ekonomi, manusia membutuhkan sebuah kesepakatan sebagai
suatu kesepakatan agar tidak ketentuan yang wajib dipatuhi,
ada pihak yang dirugikan. maka dibutuhkan adanya suatu
Kesapakatan ini merupakan perjanjian atau kontrak yang dalam
keniscayaan dalam melakukan hukum Islam disebut sebagai akad.
berbagai macam transaksi dan Konsep Ekonomi Islam
kegiatan ekonomi sebagai upaya merupakan payung bagi
untuk meminimalisir terjadinya semua lembaga ekonomi yang
berbagai modus penyimpanangan berlandaskan ajaran Islam. Melalui
dalam bermu’amalah.Dengan konsep ekonomi Islam didalamnya

78 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


terakumulasi nilai, prinsip, teori, serta menjadi bahasan dalam makalah
kaidah ekonomi berbasis ajaran Islam yang sederhana ini, ditambah dengan
yang pada muaranya akan diterapkan ke bagaimana pengembangan suatu akad
dalam berbagai bentuk lembaga usaha. baru yang massif terjadi hari ini apakah
Aktualisasi nilai-nilai ekonomi Islam ekonomi syariah bisa menjangkau
ini menjadi signifikan terutama dalam perkembangan tersebut
upaya mencari solusi dari krisis moral
hazard ekonomi kapitalis, liberalis, neo B. Pengertian Akad
liberal, maupun ekonomi konvensional, Secara etimologi, kata akad berasal
yang orientasinya hanya pada prinip dari kata bahasa Arab, - ‫ يعقد‬- ‫ عقدا عقد‬yang
ekonomi bisnis dan laba oriented. berarti, membangun atau mendirikan,
Di samping itu pelembagaan memegang, perjanjian, percampuran,
sistem ekonomi Islam dalam menyatukan.1Bisa juga berarti kontrak
berbagai operasional kegiatan usaha (perjanjian yang tercacat).2Menurut
perekonomian diharapkan menjadi suatu Sayyid al-Sabiq, akad berarti ikatan atau
modus bagi upaya optimalisasi potensi kesepakatan(al-ittifaq).3Dikatakan ikatan
sumber daya ekonomi masyarakat karena memiliki maksud menghimpun
Muslim sekaligus mengeliminasi praktek atau mengumpulkan dua ujung tali dan
perekonomian yang tidak sesuai dengan mengikatkan salah satunya pada yang
konsep ekonomi syariah. lainnya hingga keduanya bersambung
dan menjadi seutas tali yang satu.4
Salah satu unsur penting dalam kajian
Sedangkan menurut Wahbah al-
ekonomi syariah adalah pembahasan
Zuhaily,5 yaitu:
kontrak atau akad. Akad sangat
menentukan bagaimana corak hubungan ‫الربط بني أطراف الشيء سواء أكان‬
antara para pelaku dan pengguna
‫جانب أو‬ ً
‫ربطا حسييًا أم معنويًا من‬
ekonomi dalam suatu hubungan ٍ
transaksi. Pola hubungan antara pihak
‫من جانبني‬
yang terlibat dalam Lembaga  Keuangan
Syariah tersebut ditentukan dengan “Ikatan antara dua perkara, baik
hubungan akad. Hubungan akad yang ikatan secara nyata maupun ikatan
melandasi segenap transaksi inilah yang
membedakannya dengan Lembaga 1 Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughat wa al-
Keuangan Konvensional. Bagaimana ‘Alam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 518
sebenarnya akad (kontrak) dalam 2 Ahmad Warson Al Munawir, Kamus Arab
Indonesia al-Munawir, (Yogayakarta: Ponpes Al
pandangan ekonomi Islam, apa syarat Munawir, 1984), h. 1023.
dan rukun akad, jenis-jenis akad dalam 3
Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar Al-
ekonomi syariah maupun perbankan Fikr, 1983), jilid 3, Cet. Ke-3, h.127.
syariah, azas atau prinsip apa yang 4
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual,
( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 75.
melandasi suatu akad sehingga disebut
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh,
5

sesuai dengan ekonomi syariah akan (Damsyik: Dar Al-Fikr, 1989), juz. IV, h. 80.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 79


secara maknawi, dari satu segi maupun “Perikatan yang ditetapkan dengan ijab
dari dua segi.” qabul berdasarkan ketentuan syara’
Sedangkan secara terminologi, akad yang berdampak pada objeknya.”
ditinjau dari dua aspek,6 yaitu: Pengertian akad secara khusus yang
1. Pengertian Umum lain adalah perikatan yang ditetapkan
dengan ijab-qabul berdasarkan
Pengertian akad dalam arti ketentuan syara’ yang berdampak pada
umum hampir sama dengan pengertian objeknya.8Berdasarkan rumusan ini,
akad secara bahasa. Hal ini dikemukakan aspek penting bagi terjadinya akad
oleh ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan adalah adanya ijab dan qabul.Ijab-qabul
Hanabilah, yaitu: adalah suatu perbuatan atau pernyataan
untuk menunjukkan suatu keridlaan
‫كل ما عزم املرء على فعله سوا ٌء‬ dalam berakad di antara dua pihak atau
‫صدر بإراد ٍة منفرد ٍة كالوقف واإلبرء‬ lebih, sehingga terhindar atau keluar
dari suatu ikatan yang tidak berdasarkan
‫والطالق واليمني أم إحتاج إىل إرادتني‬ syara’.Oleh karena itu, dalam Islam tidak
‫يف إنشائه كالبيع واإلجيار والتوكيل‬ semua kesepakatan atau perjanjian dapat
dikategorikan sebagai akad, terutama
.‫والرهن‬ kesepakatan yang tidak didasarkan pada
“Segala sesuatu yang dikerjakan oleh keridlaan dan syari’at Islam.9
seseorang berdasarkan keinginannya Berdasarkan definisi tersebut, dapat
sendiri, seperti wakaf, talak, dipahami bahwa akad adalah suatu
pembebasan, atau sesuatu yang perbuatan yang sengaja dibuat oleh dua
pembentukannya membutuhkan pihak atau lebih berdasarkan keridhaan
keinginan dua orang seperti jual-beli, masing-masing pihak yang melakukan
perwakilan, dan gadai.” akad dan memiliki akibat hukum baru
2. Pengertian Khusus bagi mereka yang berakad.

Pengertian akad dalam arti Dengan demikian, persoalan akad


khusus yang dikemukakan al-Kamal adalah persoalan antar para pihak yang
Ibnu al-Humam,7 yaitu: sedang menjalin ikatan.Untuk itu yang
perlu diperhatikan dalam menjalankan
‫بقبول على وج ٍه مشروع‬
ٍ ‫إجياب‬
ٍ ‫إرتباط‬
akad adalah terpenuhinya hak dan
ٍ kewajiban masing-masing pihak tanpa
.‫يثبت أثره يف حمله‬ ada pihak yang terlanggar haknya.Oleh
karena itu, maka penting untuk membuat
batasan-batasan yang menjamin tidak
terjadinya pelanggaran hak antar
6
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung:
Pustaka Setia, 2001), h. 43-44.
8
Syafe’i, Fiqih.., h. 44.
7
Al-Kamal Ibnu al-Humam, Fath al-Qodir, (Beirut:
Dar al-Fikr, t.th), Juz. 5, h. 74 9
Ibid., h. 45.

80 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


pihak yang sedang melaksanakan akad ini. Ahmad menyatakan janji bahwa ia
tersebut. akan menjual sebuah rumah, kemudian
Selanjutnya dalam konteks Mahmud menyatakan janji bahwa ia
mu’amalah (transaksi bisnis)istilah yang akan membeli sebuah rumah, maka
paling umum digunakan adalah istilah dalam hal ini mereka berdua berada
al-‘aqdu.Karena dalam menjalankan pada tahap al-‘ahdu. Apabila mereka
sebuah transaksi harus terjadi perikatan telah bersepakat mengenai harga rumah
yang timbul dari kesepakatan dalam tersebut, maka terjadilah persetujuan.
sebuah perjanjian yang dibuat oleh para Kemudian Mahmud memberikan uang
pihak yang bersangkutan. muka sebagai tanda jadi untuk membeli
rumah Ahmad, maka terjadi perikatan
Menurut Abdoerrauf, perikatan (al- (al-‘aqdu) di antara keduanya.
‘aqdu) terjadi melalui tiga tahap,10 yaitu:
1. Al-‘ahdu (perjanjian), yaitu C. Landasan Hukum
pernyataan dari seseorang untuk Dalam al-Qur’an, setidaknya ada
melakukan atau tidak melakukan dua istilah yang berhubungan dengan
sesuatu dan tidak ada sangkut perjanjian, yaitu al-’aqdu (akad) dan al-
pautnya dengan kemauan orang ’ahdu (janji). Kata al-’aqd sebagaimana
lain. Janji ini mengikat orang ikonfirmasi dalam al-Quran:
yang menyatakannya untuk
melaksanakan janjinya tersebut. ‫ت‬ َ َّ‫يَاأَيُّ َها ال‬
ْ ‫ذين آ َمنُوا أَ ْوفُوا بِالْ ُع ُقو ِد أُ ِح َّل‬
2. Persetujuan, yaitu pernyataan setuju ‫ال ما يُتْلى‏ َعلَيْ ُك ْم‬ َّ ِ‫لَ ُك ْم بَهي َم ُة أْالَنْعام إ‬
dari pihak kedua untuk melakukan
ِ
َّ‫الصي ِد َو أَنْتُم حر ٌم إ َّن ه‬
َ‫الل‬ ِّ
sesuatu atau tidak melakukan ِ ُُ ْ ْ َّ ‫َغ رْيَ محُ ِلي‬
sesuatu sebagai reaksi terhadap janji ُ ‫حَي‬
‫ْك ُم ما يُري ُد‬
yag dinyatakan oleh pihak pertama.
Persetujuan tersebut harus sesuai Artinya: “Hai orang-orang yang
dengan janji pihak pertama. beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
3. Apabila dua janji tersebut dihalalkan bagimu binatang ternak,
dilaksanakan oleh para pihak, maka kecuali yang akan dibacakan kepadamu.
terjadilah al-‘aqdu. Maka yang (yang demikian itu) dengan tidak
mengikat masing-masing pihak menghalalkan berburu ketika kamu
sesudah pelaksanaan perjanjian itu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya
bukan lagi al-‘ahdu melainkan al- Allah menetapkan hukum-hukum
‘aqdu. menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.S.
Al-Maidah:1)
Berdasarkan rumusan ini, dapat
diilustrasikan dengan contoh berikut Secara eksplisit, ayat ini
memerintahkan untuk memenuhi
10
Abdoerrauf, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum: A akad-akad (al-‘uqud). Menurut Qurais
Comparative Study), (Djakarta: Bulan Bintang, 1970),
122-123 Shihab, al-‘uqud adalah jamak ‘aqd

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 81


/akad yang pada mulanya berarti Dasar kedua adalah firman Allah
mengikat sesuatu dengan sesuatu, dalam al-Qur’an:
sehingga tidak menjadi bagiannya dan
tidak berpisah dengannya. Jual beli ‫ين آَ َمنُوا لاَ تَأْ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم‬
َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
misalnya, adalah salah satu bentuk akad
‫اط ِل إِلاَّ أَ ْن تَ ُكو َن جِتَا َر ًة َع ْن‬ ِ َ‫بَيْنَ ُك ْم بِالْب‬
yang menjadikan barang yang dibeli
menjadi milik pembelinya. Pembeli ‫اض ِمنْ ُك ْم َولاَ تَ ْقتُلُوا أَنْ ُف َس ُك ْم إِ َّن‬ ٍ ‫تَ َر‬
dapat melakukan apa saja dengan َّ‫ه‬
‫اللَ َكا َن بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬
barang tersebut, dan pemilik semula,
yakni penjualnya, dengan tertjadinya Artinya:”Wahai orang-orang yang
akad jual beli tidak lagi memiliki beriman, janganlah kamu jangan saling
wewenang sedikitpun atas barang yang memakan harta sesamamu dengan
telah dijualnya.11 Selanjutnya yang jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dimaksud dengan “penuhilah aqad- dalam perdagangan yang berlaku atas
aqad itu” adalah bahwa setiap orang dasar suka sama suka diantara kamu.
mukmin berkewajiban menunaikan Dan janganlah kamu membunuh
apa yang telah dia janjikan dan dirimu, sungguh Allah Maha penyayang
akadkan baik berupa perkataan kepadamu”. (Q.S. Al-Nisa [4]: 29)
maupun perbuatan, selagi tidak bersifat
Ayat ini menegaskan bahwa dalam
menghalalkan barang haram atau
transaksi perdagangan diharuskan
mengharamkan barang halal. Dan
adanya kerelaan kedua belah pihak, atau
kalimat ini merupakan asas al-‘qud.12
yang diistilahkannya dengan istilah ‘an
Sementara kata al-‘ahdu terdapat taradhin minkum. Walau kerelaan adalah
dalam firman Allah berikut ini: sesuatu yang tersembunyi di lubuk hati,
َّ‫بَلَى َم ْن أَوفَى ب َعه ِد ِه َواتَّ َقى فَإ َّن ه‬ tetapi indikator dan tanda-tandanya
َ‫الل‬ ِ ْ ِ ْ dapat terlihat. Ijab dan qabul, atau apa
)76( ‫ني‬ َ ‫ب المُْتَّ ِق‬
ُّ ‫ي‬
ِ ُ‫ح‬ saja yang dikenal dalam adat kebiasaan
sebagai serah terima adalah bentuk-
Artinya; “sebenarnya siapa yang bentuk yang digunakan hukum untuk
menepati janji yang dibuatnya dan menunjukkan kerelaan.13
bertaqwa, maka sesungguhnya Allah
Dengan demikian, dapat dirumuskan
menyukai orang orang yang bertaqwa”.
bahwa akad dapat dipahami dengan
(Q.S. Ali Imran: 76)
beberapa pengertian, pertama, akad
adalah keterkaitan atau pertemuan ijab
dan qabul yang berakibat timbulnya
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, akibat hukum.Ijab adalah penawaran
Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Ciputat: Lintera Hati,
2001), jilid 3, h. 6-7. yang diajukan oleh salah satu pihak,
12
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, “Tafsir Al- dan qabul adalah jawaban persetujuan
Maraghi”, diterjemahkan oleh Bahrun Abubakar dkk.,
Terjemahan Tafsir Al Maraghi, Cet. II (Semarang : PT.
Karya Toha Putra, 1993), Juz VI, h. 81. 13
Shihab, Tafsir al-Misbah.., jilid 2, h. 413.

82 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


yang diberikan mitra akad sebagai melakukan khiyar atas lainnya selama
tanggapan terhadap penawaran pihak keduanya belum berpisah kecuali
yang pertama. Akad tidak akan terjadi jual beli khiyar.” (HR. Bukhari dan
apabila pernyataan kehendak masing- Muslim).14
masing pihak tidak terkait satu sama Sedangkan dasar akad dalam kaidah
lain, karena akad adalah keterkaitan fiqh, yaitu:
kehendak kedua belah pihak yang
tercermin dalam ijab dan qabul. Kedua, ‫األصل يف العقد رضى املتعاقدين‬
akad merupakan tindakan hukum dua
pihak karma akad adalah pertemuan ijab ‫ونتيجته ماإلتزماه بالتعاقد‬
yang mempresentasikan kehendak dari “Hukum asal dalam transaksi adalah
satu pihak dan qabul yang menyatakan keridhaan kedua belah pihak yang
kehendak pihak lain. Ketiga, tujuan akad berakad, hasilnya adalah berlaku
adalah untuk melahirkan suatu akibat sahnya yang diakadkan”.15
hukum, lebih tegas lagi tujuan akad
adalah maksud bersama yang dituju Maksud dari kaidah ini adalah bahwa
dan yang hendak diwujudkan oleh para prinsip utama dalam dalam transaksi
pihak melalui pembuatan akad. ekonomi adalah kerelaan atau keridhaan
kedua belah pihak yang berakad.Oleh
Adapun landasan akad dari hadits karena itu, transaksi dikatakan sah
Nabi Muhammad saw adalah: apabila didasarkan kepada keridlaan
‫ أَ ْخبرََنَا‬، ‫ف‬ َ ‫وس‬ُ ُ‫ح َّدثَنَا َعبْ ُد اهللِ بْ ُن ي‬  َ
kedua belah pihak yang melakukan
transaksi.
‫ َع ْن َعبْ ِد اهللِ بْ ِن‬، ‫ َع ْن نَا ِفع‬، ‫ك‬ ٌ ِ‫َمال‬
ٍ
ِ‫اللُ َعنْ ُه َما أَ َّن َر ُسو َل اهلل‬ َّ‫ ر ِضي ه‬، ‫ُعمر‬ D. Rukun dan Syarat Akad
َ َ ََ Rukun adalah sesuatu yang wajib
ِ ‫ المُْتَبَايِ َع‬: ‫صلى اهلل عليه وسلم قَا َل‬
‫ان‬ ada dalam suatu transaksi (necessary
َ ‫اليَا ِر َعلَى‬ ِ ‫ُك ُّل َو‬
condition).Rukun merupakan faktor
‫احبِ ِه‬
ِ ‫ص‬ ِ ْ‫اح ٍد ِمنْ ُه َما بِ خ‬ esensial yang membentuk suatu
‫(أخرجه‬.‫اليَا ِر‬ ِ ْ‫ال بَيْ َع خ‬َّ ِ‫َما مَلْ يَتَ َف َّرقَا إ‬ perbuatan hukum, dan ketiadaan
rukun membatalkan perbuatan
)‫البخارى ومسلم‬
hukum dan menjadikan tidak adanya
Artinya: Hadist dari Abdullah bin akad.16Sedangkan syarat adalah adalah
Yusuf, beliau mendapatkan hadist dari
Malik dan beliau mendapatkan Hadist 14
Shahih al Bukhari, (Program Maktabah As
Samilah Edisi II) Jilid 3, h. 84; lihat juga Ibn Rusd,
dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar Bidayatul Mujtahid, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), Jilid II,
Rodliyallohu ‘anhuma. Sesungguhnya h. 798.
Rosulalloh Sholallohu ‘alaihi wasallam A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih; Kaidah-kaidah
15

Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah


bersabda : “Dua orang yang jual beli, yang Praktis, ( Jakarta : Kencana, 2006), h. 130.
masing-masing dari keduanya boleh Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta: Raja
16

Grafindo, 2002), h. 70.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 83


sesuatu yang keberadaannya untuk syarat, bukan rukun.19Namun menurut
melengkapi rukun (sufficient condition). Khatib al- Syarbini dalam kitab Mughni
Contohnya, pelaku transaksi harus al Muhtaj-nya, menyatakan bahwa
orang yang cakap hukum (mukalaf) perbedaan mayortitas ulama Hanafi
menurut mazhab Hanafi, jika rukun dengan Jumhur Ulama itu hanya sebatas
sudah terpenuhi, tetapi syarat tidak redaksional. Sebab, kenyataan praktik
terpenuhi, maka rukun menjadi tidak jual beli ala mazhab Hanafi pun tidak
lengkap sehingga transaksi tersebut mengesahkan jual beli tanpa adanya
menjadi fasid (rusak).17 ma’qud alaih dan ‘aqidain.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Berdasarkan beberapa rukun di atas,
rukun akad terdiri dari: agar akad dapat terbentuk dan mengikat
1. Al-‘Aqidain (pihak-pihak yang antar para pihak maka dibutuhkan
berakad) beberapa syarat akad. Oleh karena itu,
rukun dan syarat akad tersebut akan
2. Ma’qud ‘Alaih (objek akad) dijelaskan sebagai berikut:
3. Sighat al-‘Aqd (pernyataan untuk
1. Al-‘Aqidain (pihak-pihak yang
mengikatkan diri)
berakad).
4. Tujuan akad.18 Al-‘Aqidain adalah para pihak yang
Berbeda dengan jumhur ulama, melakukan transaksi, misalnya dalam
mazhab Hanafi berpendapat bahwa hal jual beli mereka adalah penjual dan
rukun akad hanya satu yaitu, sighat pembeli. Terkait dengan ini, Ulama fiqh
al-‘aqd. Bagi Mazhab Hanafi, yang memberikan syarat atau kriteria yang
dimaksud dengan rukun akad adalah harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang
unsur-unsur pokok yang membentuk berakad, yakni ia harus memiliki ahliyah
akad. Unsur pokok tersebut hanyalah dan wilayah.20
pernyataan kehendak masing-masing Ahliyah memiliki pengertian bahwa
pihak berupa ijab dan qabul.Adapun keduanya memiliki kecakapan dan
para pihak dan objek akad adalah unsur kepatutan untuk melakukan transaksi,
luar, tidak merupakan esensi akad.Maka seperti baligh dan berkala.21Dalam
mereka memandang pihak dan objek hal ini ahliyah (kecakapan) dibedakan
akad bukan rukun.Meskipun demikian menjadi kecakapan menerima hukum
mereka tetap memandang bahwa pihak yang disebut dengan ahliyah al-wujub
yang berakad dan objek akad merupakan yang bersifat pasif, dan kecakapan untuk
unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam
akad.Karena letaknya di luar esensi akad,
para pihak dan objek akad merupakan
19
Ibid.
17
Karim, Bank Islam..,h. 47.
20
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh
Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan Implementasinya
18
Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 55-56.
Dalam Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Logung
Pustaka, 2009), hlm. 34. 21
Ibid.

84 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


bertindak hukum yang disebut dengan kecakapan seseorang untuk melakukan
ahliyah al-ada’ yang bersifat aktif.22 tasharruf (tindakan hukum) dan dikenai
Adapun pengertian ahliyah al-wujub pertanggungjawaban atas kewajiban
(kecakapan untuk memiliki hak dan yang muncul dari tindakan tersebut,
memikul kewajiban) adalah kecakapan yang berupa hak Allah maupun
seseorang untuk mempunyai sejumlah hak manusia.Artinya, kecakapan
hak kebendaan, seperti hak waris, ini adalah kemampuan seseorang
hak atas ganti rugi atas sejumlah untuk melahirkan akibat hukum
kerusakan harta miliknya.Ahliyyatul melalui pernyataan kehendaknya dan
wujub ini bersumber dari kehidupan dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
kemanusiaan.Dengan demikian, setiap Sumber atau sandaran dari kecakapan
manusia sepanjang masih bernyawa, ini adalah, pertama, sifat mumayyiz,
maka secara hukum dipandang cakap yakni dapat membedakan antara dua hal
memiliki hak, sekalipun berbentuk janin yang berbeda, seperti antara baik dan
yang masih berada dalam kandungan buruk, salah dan benar dan sebagainya.
ibunya. Hanya saja ketika masih Kedua, berakal sehat.Hanya saja
berada dalam kandungan, kecakapan kecakapan periode tamyiz ini, kecakapan
tersebut belum sempurna, karena bertindak hukum ini belum sempurna
subyek hukum hanya cakap untuk karena tindakan hukumnya hanya
menerima beberapa hak secara terbatas dapat dipandang sah dalam beberapa
dan ia sama sekali tidak cakap untuk hal tertentu.Karena itu, kecakapan
menerima kewajiban. Oleh karena itu, bertindak seseorang yang mumayyiz
kecakapan ini dinamakan kecakapan yang berakal sehat dinamakan ahliyyah
menerima hukum tidak sempurna al-ada al-naqisah(kecakapan bertindak
(ahliyyatul wujub an-naqisah). Setelah yang tidak sempurna). Akad hanya dapat
lahir, barulah kecakapannya meningkat dilakukan sesorang yang mempunyai
menjadi kecakapan menerima hukum kecakapan bertindak secara sempurna
sempurna, yakni cakap untuk menerima (ahliyyah al-ada` al-kamilah), yakni orang
hak dan kewajiban sampai ia meninggal yang telah mencapai usia akil baligh dan
dunia. Hanya saja kecakapan ini ketika berakal sehat.24
berada pada masa kanak-kanak bersifat Sedangkan wilayah dapat diartikan
terbatas, kemudian meningkat pada sebagai hak atau kewenangan seseorang
perode tamyiz dan meningkat lagi pada yang mendapat legalitas syari’ untuk
periode dewasa.23 melakukan transaksi atas suatu obyek
Sedangkan ahliyah al-ada` tertentu. Artinya, orang tersebut
(kecakapan bertindak hukum) adalah merupakan pemilik asli, wali atau wakil
atas suatu obyek transaksi, sehingga
22
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syari’ah,
Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, ( Jakarta:
Rajawali Pers., 2007), h. 109.
24
Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), Jilid IV, h.
23
Ibid., h. 111. 121-122.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 85


ia memiliki hak dan otoritas untuk َ ‫س ِعنْد‬
‫َك‬ َ ْ‫لاَ تَبِ ْع َما لَي‬
mentransaksikannya. 25 Berdasarkan
kedua syarat di atas, setiap transaksi Artinya: “Janganlah engkau menjual
yang tidak memenuhi kedua syarat apa yang tidak ada padamu” (HR. Abu
yaitu ahliyah dan wilayah, maka orang Dawud No. 3503).
yang melakukan transaksi atau akad
Redaksi hadits: ‫س ِع ْن َد َك‬
َ ‫( َما لَ ْي‬yang
tersebut tidak dibenarkan oleh syara’
tidak ada padamu) bersifat umum
dan dinyatakan batal.
mencakup apa yang tidak dimiliki,
2. Al-Ma’qud ‘Alaih (obyek akad). barang yang tidak dapat diserahkan
Al-Ma’qud ‘Alaih adalah obyek akad kepada pembeli akibat tidak adanya
dimana transaksi dilakukan atasnya, kemampuan, dan barang yang belum
sehingga akan terdapat implikasi hukum sempurna pemilikannya.27Dengan
tertentu.Obyek akad ini bisa berupa demikian, jelas bahwa semua barang
aset-aset finansial (sesuatu yang berrnilai yang tidak ada atau bukan miliknya tidak
ekonomis) atau aset non finansial, dapat diserahkan atau diperjualbelikan.
seperti wanita dalam akad pernikahan, Berbeda dengan Ibnu Taimiyah, yang
ataupun bisa berupa manfaat seperti membolehkan obyek akad tidak ada saat
halnya dalam akad sewa-menyewa, jual kontrak, namun obyek tersebut harus
beli, dan lain-lain.26 Oleh karenanya, dapat dipastikan adanya kemudian hari,
untuk dapat dijadikan objek akad, maka sehingga bisa diserahterimakan.28
ia memerlukan beberapa syarat antara Terkait dengan hal itu, ulama fiqh
lain: mengecualikan beberapa bentuk akad
a. Obyek akad harus ada ketika akad yang barangnya belum ada. Seperti
atau kontrak sedang dilakukan. jual beli salam,29istishna’,30ijarah,31 dan
Tidak diperbolehkan bertransaksi musaqah (transaksi antara pemilik
atas obyek yang belum jelas.Hal ini
berdasarkan hadis Nabi Muhammad
SAW yang melarang siapapun 27
http://mtaufiknt.wordpress.com/.../hal-hal-
terlarang-dalam-bisnis-2-perjudi...diakses pada tanggal
menjual barang yang bukan 22 Oktober 2015.
miliknya, atau barangnya tidak ada. 28
Djuwaini, Pengantar..., h. 58
Hakim bin Hazm berkata: Aku 29
Salam adalah pemesanan atau pembelian
berkata kepada Rasulullah SAW: barang yang diserahkan belakangan, sedangkan
pembayarannya dilakukan di awal pemesanan..
‘Wahai Rasulullah, seorang laki-laki
30
Istishna’ adalah adalah kontrak penjualan antara
datang kepadaku hendak membeli pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua
sesuatu yang tidak ada padaku, lalu belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat
lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran.
aku menjual barang dari pasar.’ Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar
Maka Rasulullah SAW bersabda: dan sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau
secara angsuran per bulan atau di belakang.
25
Djuwaini, Pengantar.., h. 56. Ijarah adalah perpindahan kepemilikan jasa
31

dengan imbalan yang sudah disepakati menurut para


26
Ibid., h. 57. fuqaha.

86 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


kebun dan pengelolanya)32 Alasan di kemudian hari maka akadnya tidak
pengecualiaan ini adalah lil hajah, karena sah.
akad-akad seperti ini sangat dibutuhkan b. Obyek akad harus berupa mal
masyarakat dan telah menjadi adat al-mutaqawwim (harta yang
kebiasaan atau ‘urf33 dalam melakukan diperbolehkan syara’ untuk
akad-akad tersebut.34 ditransaksikan) dan dimiliki
Berdasarkan perbedaan tersebut, penuh oleh pemiliknya. Misalnya
35

maka dapat disimpulkan bahwa obyek dalam akad jual beli, barang yang
akad yang tidak ada pada waktu akad, diperjualbelikan harus merupakan
namun dapat dipastikan ada di kemudian benda bernilai bagi pihak-pihak
hari, maka akadnya tetap sah.Sebaliknya, yang mengadakan akad jual beli.
jika obyek yang tidak ada pada waktu Minuman keras bukan merupakan
akad dan tidak dapat dipastikan adanya benda bernilai bagi kaum muslimin.
Oleh karena itu, keadaan ini tidak
memenuhi syarat untuk menjadi
32
Heri Sudarsono dan Hendi Yogi Praboyo, Istlah- objek akad jual beli antara pihak-
Istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta:
UII Press, 2006), cet IV, h. 144, pihak yang keduanya atau salah
33
Istilah ‘adat dan ‘urf meruapakan dua kata yang satu pihak beragama Islam.Begitu
sangat akrab di telinga. Jika ditelusuri secara etimologi, juga barang yang belum berada
istilah al-‘adah terbentuk dari kata masdar (kata
benda/noun) al-‘awd dan al-mu’awadah yang kurang dalam genggaman pemilik, seperti
lebih berarti “pengulangan kembali”. Sedangkan ikan yang masih dalam lautan dan
al-‘urf terbentuk dari akar kata al-muta’aruf yang
mempunyai makna “saling mengetahui”. Dengan burung di angkasa.36Atau juga
demikian, proses terbentuknya adat adalah akumulasi
dari pengulangan aktivitas yang berlangsung terus-
benda-benda negara yang tidak
menerus, yang disebut dengan al-‘awd wa al-mu’adah. boleh menjadi milik perseorangan,
Sedangkan ‘adat dan ‘urf secara terminologis tidak
mempunyai perbedaan prinsipil. Artinya, penggunaan juga tidak memenuhi syarat objek
istilah ‘urf dan ‘adat tidak mengandung perbedaan akad perseorangan, seperti hutan,
signifikan dengan konsekuensi hukum yang berbeda
pula. Ulama fiqh mengartikan ‘urf sebagai kebiasaan jembatan, dan sungai.37
yang dilakukan banyak orang dan timbul dari
kreatifitas-imajinatif manusia dalam membangun nilai- c. Adanya kejelasan tentang objek
nilai budaya. Sedangkan ‘adat diartikan sebagai tradisi akad yang tidak mengandung unsur
secara umum tanpa memandang apakah dilakukan
oleh satu orang atau satu kelompok. Berdasarkan gharar38dan bersifat majhul (tidak
definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diketahui). Artinya, bahwa barang
keduanya memiliki perbedaan, yaitu bahwa ‘adat
hanya menekankan aspek pengulangan pekerjaan, tersebut harus diketahui secara
sementara ‘urf hanya melihat pelakunya. Disamping
itu, ‘adat bisa dilakukan oleh pribadi atau kelompok,
detail oleh kadua belah pihak, hal ini
sementara ‘urf harus dijalani oleh keolompok atau
komonitas tertentu. Adapun perbedaan keduanya
adalah ‘adat dan ‘urf merupakan sebuah pekerjaan 35
Djuwaini, Pengantar.., h. 58
yang sudah diterima akal sehat, tertanam dalam 36
Ibid.
hati, dilakukan berulang-ulang, dan sesuai dengan
karakter pelakunya. Lihat Abdul Haq et.al., Formulasi Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum
37

Nalar Fiqh; Telaah Kaidah Fiqh Konseptual, (Surabaya: Muamalat, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 52.
Khalista, 2006), h. 274- 276.
Gharar adalah transaksi yang mengandung
38
34
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum ketidakjelasan dan atau tipuan dari salah satu pihak.
Islam,( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1988), h. 65. Afandi, Fiqh..,h. 261.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 87


dimaksudkan untuk menghindari akad dapat juga dilakukan secara
terjadinya perselisihan di kemudian perbuatan langsung, tanpa menggunakan
hari.39 kata-kata, tulisan atau isyarat untuk
d. Obyek akad bisa diserahterimakan menyatakan kehendaknya.Akan tetapi,
saat terjadinya akad, atau dilakukan dengan tindakan oleh kedua
dimungkinkan kemudian hari. pihak yang mencerminkan kerelaan
Dengan demikian, walaupun barang dan kesepakatan diantara keduanya.
tersebut ada dan dimiliki, namun Transaksi ini lazim dikenal dengan bai’
tidak bisa diserahterimakan, maka mu’athah, yakni kontrak pertukaran
akad tersebut dinyatakan batal. yang dilakukan dengan tindakan
yang menunjukkan kesepakatan atau
3. Sighat al-‘Aqd (pernyataan untuk keridlaan, tanpa diucapkan dengan ijab
mengikatkan diri). dan qabul.Misalnya, seorang pembeli
Sighat al-‘Aqd merupakan ungkapan secara langsung mengambil barang,
yang menunjukkan kerelaan atau dan kemudian menyerahkan sejumlah
kesepakatan antar dua pihak yang uang sesuai harga yang tertera pada
melakukan akad atau kontrak40 Dalam label barcode harga kepada penjual.
hal ini, adanya kesesuain ijab dan kabul Atau, penjual memberikan barang
(munculnya kesepakatan) dan dilakukan kepada pembeli, dan kemudian pembeli
dalam satu majelis akad.41Satu majelis di membayarnya, tanpa adanya ucapan
sini diartikan sebagai suatu kondisi yang atau isyarat. 
memungkinkan kedua pihak untuk Realitas ini banyak ditemukan
membuat kesepakatan, atau pertemuan dalam transaksi jual beli dewasa ini,
pembicaraan dalam satu objek transaksi. terutama di supermarket atau mal.
Dalam hal ini disyaratkan adanya Barang sudah diberi barcode harga,
kesepakatan antara kedua pihak, tidak kemudian jika cocok, seorang pembeli
menunjukkan adanya penolakan atau bisa mengambilnya kemudian langsung
pembatalan dari keduanya.42 membayarnya di kasir tanpa adanya
Sighat al-‘Aqd (ijab-qabul) dapat ungkapan ijab qabul.Hal ini dibolehkan
diwujudkan dalam berbagai bentuk sighat karena telah mencerminkan sebuah
yang dapat menunjukkan kehendak dan kesepakatan. 
kesepakatan.Bisa dengan menggunakan Ulama berbeda pendapat tentang
ucapan, tindakan, isyarat, ataupun keabsahan akad mu’athah ini. Mazhab
koresponden.43Namun, seiring dengan Hanafiyah dan Hanabilah menyatakan
perekembangan kebutuhan masyarakat, bahwa akad mu’athah sah hanya pada
39
Djuwaini, Pengantar, h. 58. kasus yang bersifat common sense dalam
40
Ibid., h. 51. kehidupan manusia dan sudah menjadi
41
Afandi, Fiqh.., h. 35. kebiasaan (‘urf) baik transaksi tersebut
42
Djuwaini, Pengantar.., h.55
43
Ibid, h. 51.

88 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


dalam jumlah kecil atau besar.44 Sesuatu atau pun isyarat yang menunjukkan
yang menjadi kebiasaan manusia adanya keridlaan tersebut.Namun
menunjukkan adanya kerelaan di terdapat pengikut Syafi’iyah yang
dalamnya.Namun demikian terdapat membolehkannya, yakni Imam
satu syarat, yakni harga obyek transaksi Nawawi, al-Baghawi dan al-Mutawali
harus diketahui dan sudah dimaklumi dalam hal jual beli. Namun demikian,
kedua pihak.  akad mu’athah ini tidak berlaku secara
Sementara menurut pendapat mutlak.Akad nikah tidak bisa dilakukan
mazhab Maliki,45bahwa akadmu’athah secara mu’athah (dengan tindakan),
sah jika dilakukan dengan tindakan seperti memberikan mahar.Akad nikah
yang mencerminkan kerelaan dan ini harus dilakukan shigat ijab-qabul yang
kesepakatan, baik atas hal-hal yang jelas untuk menenteramkan hati wanita
sudah umum dalam masyarakat (‘urf) atas kehendaknya.Selain itu digunakan
atau pun tidak. Pendapat ini lebih luas sebagai landasan untuk memberikan
dan mudah bagi kehidupan manusia. persaksian atas akad nikah yang
Segala tindakan yang merefleksikan dilakukan.Akan terdapat kesulitan bagi
keridlaan atas suatu transaksi, maka saksi untuk memberikan persaksian,
transaksi itu sah adanya.Karena, yang kecuali dengan mendengarkan lafaz ijab
terpenting adalah adanya tindakan yang qabul. 
menunjukkan kehendak kedua pihak 4. Tujuan Akad
untuk melakukan transaksi dengan Tujuan akad merupakan pilar
kesepakatan dan keridlaan.  terbangunnya sebuah akad, sehingga
Sedangkan mazhab Syafi’i, Syi’ah dengan adanya akad yang dilakukan
dan Zhahiri tidak mengakui keabsahan tujuan tersebut tercapai. Oleh karena
akad mu’athah.46 Alasannya, karena tidak itu, tujuan merupakan hal yang
terdapat indikasi kerelaan yang kuat di penting karena ini akan berpengaruh
dalamnya. Kerelaan dan ridla merupakan terhadap implikasi tertentu.47Tujuan
sesuatu yang sifatnya abstrak, dan tidak akad memiliki implikasi yang berbeda
bisa dideteksi kecuali dengan ucapan, sesuai dengan substansi akadnya.Untuk
sementara tindakan tidak sepenuhnya akad jual beli, tujuan akadnya adalah
bisa mencerminkan keridlaan pindahnya kepemilikan barang kepada
tersebut. Oleh karenanya, untuk sahnya pembeli dengan adanya penyerahan
sebuah akad, maka disyaratkan adanya harga jual.Dalam akad ijarah (sewa-
ucapan atau korespondensi yang jelas, menyewa), tujuannya adalah
pemindahan kepemilikan nilai manfaat
Al-Kasani, Badaicu al-Sanāic, (Beirut: Dār al-
44 barang dengan adanya upah sewa.
Kitāb al-‘Arabiy, 1982), jilid IV, h. 134.
Dalam konteks relasi sosial dan
45
Ibnu Qudamah, al-Mughni, (Beirut: Dar al-Fikr,
t.th.), Jilid III, h. 561. interaksi antar manusia diperlukan
Khatib al- Syarbini,  Mughni al Muhtaj, (Beirut:
46

Dar al-Fikr, t.th), jilid III, h. 3. 47


Djuwaini, Pengantar.., h. 59

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 89


konsep akad agar semua urusan yang 1. Pemindahan milik dengan imbalan
dilakukan manusia sesuai aturan ataupun tanpa imbalan (at-Tamlik).
dan panduan yang ditetapkan Islam, 2. Melakukan pekerjaan (al-‘Amal).
sehingga semua hak dan kewajiban para
pihak yang terlibat dalam akad dapat 3. Melakukan persekutuan (al-
dipelihara. Isytirak).

Kedudukan akad sangat penting 4. Melakukan pendelegasian (at-


untuk membedakan status hukum Tafwidh).
suatu urusan mu’amalah atau transaksi 5. Melakukan penjaminan (at-
ekonomi itu sah atau tidak. Sekiranya Tautsiq).48
akad tersebut sah, maka ia akan Pemindahan milik meliputi
mewujudkan tanggungjawab dan hak pemindahan milik atas benda dan
di kalangan para pihak yang berakad. pemindahan milik atas manfaat.Jual-
Sebagai contoh, seseorang menyerahkan beli adalah akad untuk memindahkan
sejumlah uang dengan menggunakan milik atas benda dengan imbalan.
akad bai’ (jual beli), maka hendaklah Hibah adalah pemindahan milik atas
orang yang menerima uang tersebut benda tanpa imbalan.Sewa-menyewa
menggantikannya dengan barang yang adalah pemindahan milik atas manfaat
diminta oleh pembeli. Namun jika dengan imbalan.Pinjam pakai adalah
orang tersebut menyerahkan uangnya akad pemindahan milik atas manfaat
dengan menggunakan kontrak tabarru’, benda tanpa imbalan.Muzara’ah adalah
maka ia tidak memerlukan barang akad untuk melakukan pekerjaan.
pengganti dan pertukaran dalam bentuk Mudharabah adalah akad untuk
barang atau jasa. Bentuk akad tabarru’ melakukan persekutuan modal dan
ini merupakan akad nirlaba atau akad usaha guna membagi hasilnya.Wakalah
kebajikan untuk menolong sesama yang (pemberian kuasa) adalah akad untuk
diberikan secara sukarela dan ikhlas melakukan pedelegasian.Kafalah
dalam bentuk hibah, sedekah, hadiah, (penanggungan) adalah akad untuk
wakaf, dan sebagainya. melakukan penjaminan.
Sedangkan jika seseorang Untuk merealisasikan hukum pokok
menyerahkan uang dengan akad, maka para pihak memikul beberapa
menggunakan akad qard (pinjaman), kewajiban yang sekaligus merupakan
maka si penerima harus membayar hak pihak lain. Misalnya, dalam
kembali jumlah uang yang akad jual-beli, penjual berkewajiban
diterimanya tanpa melebihi kadar yang menyerahkan barang yang merupakan
dipinjamnya. hak pembeli, dan pembekli berkewajiban
Secara umum tujuan akad dapat menyerahkan harga yang merupakan
dikategorikan menjadi lima bagian,
sebagai berikut: https://www.academia.edu/6621531/Fiqh_
48

Muamalah_dan_Konsep _Akad

90 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


hak penjual.Hak dan kewajiban ini Berdasarkan hal ini, maka motif
disebut hak-hak akad, dan disebut juga dengan tujuan itu berbeda, karena motif
akibat hukum tambahan akad.Akibat tidak bisa membatalkan akad.Kalau
hukum tambahan akad ini dibedakan melihat contoh di atas, maka secara
menjadi dua macam, yaitu akad hukum zhahir akad tersebut tetap sah tanpa
yang ditentukan oleh syari’ah dan akibat melihat motif yang tidak sesuai dengan
hukum yang ditentukan oleh para pihak syara’.Motif seperti ini dihukumi
sendiri. makruh tahrim, karena tidak sesuai
Selanjutnya dalam konteks tujuan dengan syara’.Dari penjelasan mengenai
akad dapat dirumuskan bahwa motif49 rukun dan syarat akad di atas.Maka
yang dimiliki oleh seorang tidak bisa dipahami bahwa rukun dan syarat
berpengaruh terhadap bangunan akad. akad merupakan unsur yang penting
Akad akan tetap sah sepanjang motif dalam pembentukan sebuah akad.
yang bertentangan dengan syara’ tidak Oleh karena itu, ulama merumuskan
diungkapkan secara verbal dalam prosesi hal tersebut dalam rangka untuk
akad.50Misalnya, seseorang menyewa mempermudah pihak yang berakad
sebuah gedung atau rumah, maka akad dalam menyelesaikan perselisihan yang
sewa tetap sah dan penyewa berhak akan muncul di kemudian hari.
untuk memiliki nilai manfaat sewa serta Tabel: Unsur-Unsur Akad / Kontrak
berkewajiban untuk membayar upah.
2. 1. Harus jelas
Walaupun mungkin, ia memiliki motif Maksudny
a
akan menggunakan gedung atau rumah Pelaku Kontrak
(A’qidain)
2. Harus
Selaras

tersebut untuk memproduksi narkoba. 3. HarusMen


yambung
(satu majlis
akad)

Obyek Akad 1.
(Ma’qud Alaih)

49
Motif menurut Abdur Razaq al-Sanhuri adalah
kausa. Walaupun hukum Islam tidak merumuskan 1.
konsep kausa ini secara khusus, namun dari
1. Tulisan
berbagai detail perjanjian khusus, konsep kausa ini 2. Isyarat
2. Ada Ketika Kontrak
1.
dapat dirumuskan. Menurutnya, dengan mengkaji 3. Perbuatan( berlangsung
Mu’athah) 2. Jelas dan dikenali
aneka perjanjian khusus tersebut, terlihat hukum 4. Lisan 3. Dapat Diserahkan
Islam berada di antara dua kutub semangat yang Ketika Akad
4. Harus suci
berlawanan. Pertama, hukum Islam yang bercirikan 5. Harus bernilai
Tujuan Akad
semangat objektivisme, yang lebih mementingkan (Maudhu’ al-
dan memberikan perhatian lebih terhadap ungkapan ‘Aqd)
kehendak daripada kehendak itu sendiri. Dalam hal ini,
konsep kausa sulit untuk mendapat tempat dan tidak
berkembang. Kedua, hukum Islam yang dicirikan oleh
semangat dan prinsip etika dan keagamaan, karena 5. Pembagian Akad
hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari
agama itu sendiri. Di sinilah konsep kausa mendapat Menurut ulama fiqh bahwa
tempat yang luas, di mana ia digunakan untuk pembagian akad bisa dilihat dari
mengukur kesucian hati dan niat atau motif seseorang
dalam melakukan perjanjian. Lihat: http://journal.uii. berbagai sudut pandang, diantaranya;
ac.id/index.php/JHI/article/view/153/118 diakses dari aspek keabsahan menurut syara’
pada tanggal 22 Oktober 2015
dan dari segi bernama (al-musamma)
50
Djuwaini, Pengantar.., h. 59.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 91


dan tidak bernama (ghairu al-musamma). menimbulkan perselisihan antara
Berikut ini akan dijelaskan beberapa penjual dan pembeli.53Dengan demikian,
sudut pandang tentang pembagian akad agar akad tersebut tidak dikatakan fasid,
antara lain: maka obyek akad terlebih dahulu harus
Pertama, Akad ditinjau dari segi dijelaskan oleh penjual kepada pembeli.
keabsahannya secara syara’ dibagi Kedua, akad ditinjau dari bentuknya
menjadi dua bagian, yaitu akad sahih dibagi menjadi dua, yaitu akad bernama
dan akad tidak sahih.Akad sahih adalah (al-musamma) dan tidak bernama (ghairu
akad yang telah memenuhi rukun dan al-musamma). Akad bernama adalah yang
syarat-syaratnya.Hukum dari akad tujuan dan namanya sudah ditentukan
sahih ini adalah berlakunya seluruh oleh pembuat hukum dan ditentukan
akibat hukum yang ditimbulkan akad pula ketentuan-ketentuan khusus yang
dan mengikat bagi pihak-pihak yang berlaku terhadapnya dan tidak berlaku
berakad.51Sedangkan akad tidak sahih terhadap akad lain. Adapun tujuan
adalah akad yang terdapat kekurangan akad bernama ini diantaranya; (a)
pada rukun dan syarat-syaratnya, pemindahan hak milik dengan imbalan
sehingga seluruh akad itu tidak berlaku maupun tanpa imbalan, (b) melakukan
dan tidak mengikat pihak-pihak yang pekerjaan, (c) melakukan persekutuan,
berakad.52 (d) melakukan pendelegasian (e)
Terkait dengan akad tidak sahih, melakukan penjaminan.54Dalam akad
mazhab Hanafi membagi menjadi dua bernama ini, ulama berbeda pendapat
macam, yaitu akad yang batil dan akad dalam mengklasifikasikan hal tersebut.
yang fasid.Suatu akad dikatakan batil Pendapat pertama dikemukakan
apabila akad tersebut tidak memenuhi al-Kasani, bahwa akad bernama
salah satu rukunnya atau ada larangan dalam delapan jenis, yaitu; al-
langsung dari syara’.Misalnya, obyek Ijarah (sewa-menyawa), al-Istishna’
jual beli tidak jelas atau terdapat unsur (penempaan), al-Bai’ (jual beli),
tipuan, seperti menjual ikan dalam al-Kafalah (penanggungan), al-
lautan atau salah satu pihak yang Hawalah (pemindahan hutang), al-
berakad tidak cakap bertindak hukum. Wakalah (pemberian kuasa), al-Shulh
Adapun akad dikatakan fasid, yaitu suatu (perdamaian), al-Syirkah (persekutuan),
akad yang pada dasarnya disyariatkan, al-Mudharabah (bagi hasil), al-Hibah
tapi sifat yang diakadkan itu tidak (hibah), al-Rahn(gadai), al-Muzara’ah
jelas. Misalanya, menjual rumah atau (penggarapan tanah), al-Musaqah
kendaraan yang tidak ditunjukkan tipe, (pemeliharaan tanaman), al-Wadi’ah
jenis, dan bentuk rumah dan kendaraan (titipan), ‘Ariyah (pinjaman pakai),
yang dijual tidak disebutkan, sehingga al-Qismah (pembagian), al-Washaya
51
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, ( Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2007), cet 2, h. 106. 53
Dahlan, Ensiklopedi.., h.. 68.
52
Ibid., h. 108. 54
Afandi, Fiqh..., h. 38.

92 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


(wasiat), al-Qard (pinjaman penganti). dan terakhir al-Isha’ (pengangkatan
Sedangkan Wahbah al-Zuhaily55 pengampu).
membagi ke dalam tiga belas jenis akad, Berdasarkan pembagian akad
yaitu; al-Ijarah (sewa-menyewa), al-Bai’ tersebut, maka perlu dikemukakan
(jual beli), al-Kafalah (penanggungan), bahwa pembagian akad tersebut ada
al-Hawalah (pemindahan hutang), al- yang bersifat kehendak pribadi yang tidak
Wakalah (pemberian kuasa), al-Shulh melibatkan kedua belah pihak dalam
(perdamaian), al-Syirkah (persekutuan), mewujudkan akibat hukum. Akan tetapi,
al-Hibah (hibah), al-Wadi’ah (penitipan), ada juga akad yang melibatkan kedua
al-Rahn (gadai), al-I’arah (pinjam pakai), belah pihak yang akibat hukumnya akan
al-Ju’alah (janji imbalan), al-Qardl berimplikasi kepada kedua belah pihak
(pinjam mengganti). yang melakukan akad.
Berbeda dengan ahli hukum Islam Menurut ulama fiqh setiap akad
klasik, Musthafa Ahmad al-Zarqa56 yang mempunyai akibat hukum, yaitu
menurut perhitungannya, akad bernama tercapainya sasaran yang ingin dicapai
diklasifikasikan menjadi duapuluh lima sejak semula.57Artinya, setiap akad yang
jenis, yaitu; al-Ijarah (sewa-menyawa), dibentuk oleh pihak yang melakukan
Bai’ al-Wafa (jual beli opsi), al-Bai’ akad, memiliki tujuan dasar yang
(jual beli), al-Kafalah (penanggungan), ingin diwujudkannya.Contoh, seperti
al-Hawalah (pemindahan hutang), al- perpindahan kepemilikan dalam akad
Wakalah (pemberian kuasa), al-Shulh jual beli, kepemilikan manfaat bagi
(perdamaian), al-Tahkim (arbitrase), al- penyewa dalam akad ijarah (sewa), hak
Mukharajah (pelepasan hak kewarisan), untuk menahan barang dalam akad rahn,
al-Syirkah (persekutuan), al-Mudharabah dan lainnya. Dengan terbentuknya akad,
(bagi hasil), al-Hibah (hibah), al-Rahn akanmuncul hak dan kewajiban di antara
(gadai), al-Muzara’ah (penggarapan pihak yang berakad.58Misalnya dalam
tanah), al-Musaqah (pemeliharaan jual beli, pembeli berkewajiban untuk
tanaman), al-Wadi’ah (titipan), al- menyerahkan uang sebagai harga atas
Riyah (pinjaman pakai), al-Qismah obyek akad dan berhak mendapatkan
(pembagian), al-Washaya (wasiat), al- barang.Sedangkan bagi penjual
Qard (pinjaman penganti), al-‘Umra berkewajiban untuk menyerahkan
(pemberian hak pakai rumah), al- barang, dan berhak menerima uang
Muwalah (penetapan ahli waris), al- sebagai konpensasi barang. Demikian
Qalah (pemutusan perjanjian atas juga dengan akad-akad yang lain
kesepakatan), al-Zawaj (perkawinan), memiliki akibat hukum sesuai dengan
bentuk akad atau transaksi kedua belah
pihak.
55
Al-Zuhaili, al-Fiqh.., h. 84.
57
Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan di
56
Musthafa Ahmad al-Zarqa, al-Fiqh al-Islami fi Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2009), h. 29.
tsaubihi al-Jadid; al-Madkhal al-Fiqh al-Amm, (Bairut:
Daral Fikr, 1968), jilid 1, h. 538. 58
Djuwaini, Pengantar.., h. 64-65.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 93


6. Asas-Asas dan Prinsip-Prinsip hukum.63Dari definisi tersebut apabila
Akad dikaitkan dengan perjanjian dalam
Sebagaimana diketahui bahwa akad hukum kontrak syariah adalah,
merupakan bagian dari fiqh mu’amalah. kebenaran yang dipergunakan
Jika fiqh mu’amalah mengatur sebagai tumpuan berpikir dan alasan
hubungan manusia dengan sesamanya pendapat tentang perjanjian terutama
secara umum, maka transaksi mengatur dalam penegakan dan pelaksanaan
hubungan manusia dengan sesama hukum ekonomi syari’ah.
menyangkut pemenuhan kebutuhan Dalam hukum ekonomi syari’ah
ekonominya.59Dalam perspektif fiqh terdapat asas-asas perjanjian
mu’amalah, akad (transaksi) yang yang melandasi penegakan dan
dilakukan oleh para pihak yang pelaksanaannya.Secara umum, asas
melakukan akad memiliki asas-asas dan prinsip akad dalam ekonomi Islam
tertentu.Asas-asas tersebut merupakan diklasifikasikan menjadi dua bagian;
prinsip yang menjadi landasan dalam pertama, asas-asas akad yang bersifat
suatu akad bagi para pihak yang umum yang tidak berakibat hukum
berkepentingan.60 dan kedua, asas-asas akad yang bersifat
Secara etimologi, kata asas berasal khusus dan memiliki implikasi hukum.
dari bahasa Arab asasun yang berarti Adapun asas-asas akad yang bersifat
dasar, basis dan fondasi.Sedangkan umum antara lain:
secara terminologi asas adalah dasar
1. Asas Ilahiyah (Mabda’ al-Tauhid)
atau sesuatu yang menjadi tumpuan
berpikir atau berpendapat.61 Istilah lain Asas Ilahiyah atau mabda’ al-Tauhid
yang memiliki arti sama dengan kata merupakan prinsip utamayang mengatur
asas adalah prinsip yaitu dasar atau seluruh aktivitas manusia dalam bentuk
kebenaran yang menjadi pokok dasar satu kesatuan yang mengitari prinsip
berpikir, bertindak dan sebagainya.62  ini, seperti kesatuan alam raya, agama,
ilmu, kebenaran dan seterusnya;
Menurut Mohammad Daud
dan mengarah kepada hakikat
Ali, apabila asas dihubungkan dengan
Tauhid.64.Dengan Prinsip Tauhid di atas,
kata hukum, maka berarti kebenaran
akad mengandung unsur spiritualitas
yang dipergunakan sebagai tumpuan
sehingga bersifat transendental, tetapi
berpikir dan alasan pendapat terutama
tetap bertema sentral pada fitrah
dalam penegakan dan pelaksanaan
manusia yang memerlukan unsur materi
untuk kehidupan yang sejahtera secara
59
M. Khafifuddin, Metodologi Kajian Fiqh,
(Situbondo: Ibrahimy Press, 2011), h. 13.
60
Afandi, Fiqh.., h. 46-47.
63
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar
Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta:
61
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Raja Grafindo Persada, 2000), cet. ke-8, h. 50-52.
Bahasa Indonesia, edisi ke-3. ( Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h. 70. Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an,
64

Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat,


62
Ibid. h. 896. (Bandung: Mizan, 2013), h. 69-70.

94 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


bersama dengan masyarakat yang lebih akan lepas dari nilai-nilai ketauhidan
luas, dalam rangka mencapai mashlahah yang memiliki tanggung jawab kepada
bagi seluruh umat manusia.Bersifat Allah, di samping tanggung jawab
transedental berarti pembangunan kepada diri sendiri dan tanggung jawab
ekonomi Islam tidak semata-mata kepada para pihak sebagai mitra dalam
bersandarkan kepada kemampuan berakad. Implikasi dari penerapan asas
intelektual manusia, tetapi dilaksanakan ini adalah seseorang tidak akan berbuat
dengan menggunakan hukum-hukum sekehendak hatinya karena segala
yang ditetapkan Allah Ta’ala.65 Oleh perbuatannya akan mendapat balasan
karenanya, setiap tingkah laku dan dari Allah SWT.66
perbuatan manusia tidak akan luput dari 2. Asas Kebolehan (Mabda’ al-Ibahah)
ketentuan dan pengawasan Allah SWT.
Hal ini sebagaimana dikonfirmasi dalam Asas kebolehan atau al-Ibahah adalah
al-Qur’an: asas umum hukum Islam dalam bidang
mu’amalah secara umum. Asas ini
ِ‫ض في‬ َ ‫ات َو أْالَ ْر‬ َّ ‫ُه َو الَّ ِذي َخلَ َق‬
ِ ‫الس َما َو‬ merupakan asas umum dalam hukum
Islam, dan sesuai qa’idah fiqh fiqh:
‫ش يَ ْعلَ ُم‬ِ ‫استَ َوى َعلَى الْ َع ْر‬ ْ ‫ام ثُ َّم‬ ‫ستَّة أَي‬
ٍ َّ ِ ِ َ َ
‫ض َو َما خَيْ ُر ُج ِمنْ َها َو َما‬ َ
ِ ‫َما يَِل ُج فيِ أْال ْر‬ ِ ْ‫اَأل ْص ُل ِفى اْأل ْشيَا ِء ا‬
‫إل بَا َحة َحتَّى يَ ُد‬
‫َّل اْل َّدلِيْ ُل َعلَى التَّ ْح ِريْ ِم‬
َّ ‫يَنْ ِز ُل ِم َن‬
‫الس َما ِء َو َما يَ ْع ُر ُج ِفي َها َو ُه َو‬
َّ‫َم َع ُكم أَي َن َما ُكنْتُم َو ه‬
‫اللُ مِبَا تَ ْع َملُو َن‬ Artinya:“Pada dasarnya dalam
ْ ْ ْ
muamalah segala sesuatu boleh kecuali
)4( ٌ‫بَ ِصري‬ ada dalil yang melarangnya”.67
Artinya: “Dialah yang menciptakan Kaidah ini memberikan ruang dan
langit dan bumi dalam enam masa: peluang yang seluas-luasnya dalam fiqh
Kemudian Dia bersemayam di atas mu’amalah untuk menciptakan berbagai
‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk inovasi dan kreatifitas akad baru selama
ke dalam bumi dan apa yang keluar tidak bertentangan dengan larangan
daripadanya dan apa yang turun dari universal dalam hukum Islam.
langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dengan demikian, asas ini dalam
Dan Dia bersama kamu di mana saja konteks mu’amalah berarti bahwa
kamu berada.Dan Allah Maha Melihat segala sesuatu itu sah dilakukan
apa yang kamu kerjakan”. (QS.al- sepanjang tidak ada larangan tegas atas
Hadid (57): 4) tindakan tersebut.Bila dikaitkan dengan
Dengan demikian, kegiatan
mu’amalah dalam Islam termasuk akad
66
Muhammad Akram Khan, Economic Message of
The Quran,( Kuwait, Islamic Book Publishers, 1995) h.
dan segala bentuk perjanjian tidak pernah 9-10.
67
Imam Nakha’i dan Moh. Asra Ma’sum, Mengenal
Masyuri, Teori Ekonomi Dalam Islam, (Yogyakarta:
65
Qawa’id Fiqhiyyah, (Situbondo:Ibrahimy Press, 2011),
Kreasi Wacana, 2005), h. 47. h. 63.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 95


tindakan hukum, khususnya akad atau Komitmen tentang penegakan
perjanjian, maka ini berarti bahwa keadilan terlihat dari banyaknya
tindakan hukum dan perjanjian apapun penyebutan kata keadilan dalam al-
dapat dibuat sejauh tidak ada larangan Qur’an.Bahkan, menurut Ali Syariati
khusus mengenai perjanjian tersebut. dua pertiga ayat-ayat al-Qur’an berisi
tentang keharusan menegakkan keadilan
dan membenci kezhaliman, dengan
3. Asas Keadilan (Mabda’ al-‘Adalah)
ungkapan kata zhulm, itsm, dhalal, dan
Asas keadilan merupakan pilar sebagainya.68
penting dalam transaksi ekonomi dan
Perintah penegakan keadilan secara
keuangan Islam. Penegakkan keadilan
eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an:
telah ditekankan dalam al-Qur’an
sebagai misi utama para Nabi dan Rasul
ِ‫ني هلل‬ َ ‫ين َءا َمنُوا ُكونُوا قَ َّوا ِم‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الَّ ِذ‬
sebagaimana firman Allah SWT:
ُ ‫َّك ْم َشنَئ‬
‫َان‬ ُ ‫ُش َهدَآ َء بِالْ ِق ْس ِط َوالَ يجَ ْ ِر َمن‬
‫ات َوأَنْ َزلْنَا‬ِ َ‫للَ َق ْد أَ ْر َسلْنَا ُر ُسلَنَا بِالْبَيِّن‬ َّ َ‫قَ ْوم َعلَى أ‬
‫ب‬ ُ ‫ال تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا ُه َو أَ ْق َر‬ ٍ
ُ ‫َاب َوالمِْي َزا َن لِيَ ُقو َم الن‬
‫َّاس‬ َ ‫َم َع ُه ُم الْ ِكت‬ َ َّ َ َّ
ُ ِ‫لِلتَّ ْق َوى َوات ُقوا اهلل إِن اهلل َخب‬
‫ريمِبَا‬
‫س َش ِدي ٌد‬ ٌ ْ‫بِالْ ِق ْس ِط َوأَنْ َزلْنَا حْالَ ِدي َد ِفي ِه بَأ‬ ‫تَ ْع َملُو َن‬
َّ‫ه‬
ُ‫ص ُره‬ ُ ْ‫َّاس َولِيَ ْعلَ َم اللُ َم ْن يَن‬ ِ ‫َو َمنَا ِف ُع لِلن‬ Artinya: “Hai orang-orang yang
‫اللَ قَ ِو ٌّي َع ِزي ٌز‬ َّ‫َورسلَ ُه بالْ َغيب إ َّن ه‬
ِ ِْ ِ ُُ beriman, hendaklah kamu menjadi
)25( orang-orang selalu menegakkan
kebenaran karena Allah, menjadi saksi
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
mengutus rasul-rasul Kami dengan kebencianmu terhadap suatu kaum,
membawa bukti-bukti yang nyata membuat kamu cenderung untuk
dan telah Kami turunkan bersama berlaku tidak adil. Berlaku adillah,
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) kerena adil itu lebih dekat dengan
supaya manusia dapat melaksanakan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
padanya terdapat kekuatan yang hebat apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. Al-
dan berbagai manfaat bagi manusia, Maidah [5]:8)
(supaya mereka mempergunakan besi Pada tataran implementatif, asas
itu) dan supaya Allah mengetahui keadilan menuntut para pihak yang
siapa yang menolong (agama)Nya dan berkontrak untuk berlaku benar dalam
rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak pengungkapan kehendak dan keadaan,
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha
Kuat lagi Maha Perkasa”. (Q.S. Al- 68 Majid Khadduri, The Islamic Conception of
Justice, ( John Hopkins University Press,1984), h.10;
Hadid [57]: 25) lihat https://jhupbooks.press.jhu.edu/content/
islamic-conception-justice

96 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


memenuhi perjanjian yang telah mereka Allah SWT telah menciptakan
buat, dan memenuhi semua hak dan manusia berbeda-beda, baik dari jenis
kewajiban terhadap perjanjian yang kelamin, suku, bahasa, maupun status
mereka sepakati. sosialnya, seperti kaya dan miskin.
Keanekaragaman ini merupakan
Asas keadilan ini juga berarti sunnatullah. Dalam realitas kehidupan,
bahwa segala bentuk transaksi yang ada orang yang memiliki kelebihan
mengundang unsur kezaliman tidak harta dan ada juga yang memiliki
dibenarkan. Misalnya, eksekusi jaminan kekurangan. Dalam konteks mu’amalah,
atas hutang dengan menghanguskan fungsi manusia sebagai makhluk sosial
semua objek jaminan di mana nilai dituntut untuk saling berinteraksi,
agunan (jaminan) lebih besar daripada saling menolong dan melengkapi
sisa hutang. Hal ini merupakan tindakan satu sama lain, sehingga tercipta
kezaliman jika dalam kontraknya tatanan kehidupan yang harmonis-
kreditur membuat ketentuan apabila berkeseimbangan.Demikian juga dalam
dalam jangka waktu tertentu utang tidak melakukan akad para pihak menentukan
dibayar, barang tanggungan menjadi hak dan kewajiban masing-masing
lebur dan semuanya menjadi milik yang didasarkan pada asas persamaan dan
kreditur. Seharusnya, jika harga agunan kesetaraan.69 Tidak dibolehkan adanya
yang dilelang lebih besar dari utang dominasi, eksploitasi dan kezaliman
nasabah, maka sisanya dikembalikan yang dilakukan dalam akad tersebut.
kepada nasabah, bukan menjadi milik Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT
kreditur. Perusahaan pembiayaan berfirman:
syariah dan multifinance, seharusnya
menerapkan asas keadilan ini, karena ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫َّاس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِّمن َذ َك ٍر َوأُنثَى‬
dalam pembiayaan konvensional praktik
ini masih banyak berlaku. ‫َو َج َعلْنَا ُك ْم ُش ُعوباً َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُوا إِ َّن‬
َّ‫اللِ أَتْ َقا ُكم إ َّن ه‬
‫اللَ َع ِلي ٌم‬ َّ‫أَ ْكر َم ُكم ِعن َد ه‬
Contoh lain misalnya, seseorang ِ ْ ْ َ
menggadaikan sawahnya kepada
kreditur untuk mendapatkan sejumlah
ٌ‫َخبِري‬
uang yang jauh lebih kecil dari hasil Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya
panen sawah tersebut. Jika hutang tidak Kami menciptakan kamu dari seorang
dibayar, maka selamanya hasil panen laki-laki dan seorang perempuan dan
sawah untuk kreditur.Seharusnya jika menjadikan kamu berbangsa-bangsa
nilai panen sangat besar, maka hasil dan bersuku-suku supaya kamu saling
panen dibagi sesuai dengan asas keadilan kenal mengenal. Sesungguhnya orang
dan nisbah yang wajar. yang paling mulia di antara kamu di sisi
4. Asas Persamaan Atau Kesetaraan Allah ialah orang yang paling bertakwa
(Mabda’ al-Musawa) di antara kamu. Sesungguhnya
69
Ibid.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 97


Artinya: “Hai orang-orang yang
Allah Maha Mengetahui lagi Maha
beriman, bertakwalah kamu kepada
Mengenal”.( QS. Al-Hujuraat [49]:
Allah dan katakanlah perkataan yang
13).
benar”. ( QS. Al-Ahzab [33]: 70)
Ayat ini memuat pesan
egalitarianisme, bahwa tidak ada َّ‫ين آ َمنُوا اتَّ ُقوا ه‬
‫اللَ َو ُكونُوا َم َع‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
perbedaan baik laki-laki maupun
perempuan dalam hal apapun, perbedaan ‫ني‬
َ ‫الصا ِد ِق‬ َّ
hanya terletak pada ketaqwaan dan Artinya :“Hai orang-orang yang
kualitas keimanannya kepada Allah beriman bertakwalah kepada Allah, dan
SWT. Ayat ini pula, mengajarkan hendaklah kamu bersama orang-orang
tentang sikap penghargaan terhadap yang benar”.(Q.s. Al-Taubah:119).
orang lain tanpa pembedaan warna
kulit, suku, ras dan sebagainya. Karena Kejujuran hendaknya tidak hanya
sikap penghargaan terhadap seseorang dimaknai secara sempit sebagai
itu berdasarkan prestasi bukan prestise “keselarasan antara kata dan perbuatan,
seperti fanatisme keturunan maupun kesesuaian antara kata dan fakta.” Ia juga
kesukuaan.70 harus bermakna kebenaran dan keadilan
dalam bertindak, serta bijaksana dalam
5.    Asas Kejujuran dan Kebenaran mengambil sikap, sebagaimana firman
(Mabda’ al-Shidq) Allah:
Kejujuran merupakan pondasi
utama atas tegaknya nilai-nilai َِّ‫ني للِه‬
َ ‫ين آ َمنُوا ُكونُوا قَ َّوا ِم‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
kebenaran karena jujur itu identik ُ َ‫َّك ْم َشن‬
‫آن‬ ُ ‫ُش َهدَا َء بِالْ ِق ْس ِط َولاَ يجَ ْ ِر َمن‬
dengan kebenaran.Dengan demikian,
kejujuran dan kebenaran merupakan ‫ب‬ ُ ‫قَ ْو ٍم َعلَى أَلاَّ تَ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا ُه َو أَ ْق َر‬
prinsip akad dalam Islam sebagai syarat
‫اللَ َخبِريٌ مِبَا‬ َّ‫اللَ إ َّن ه‬ َّ‫لِلتَّ ْقوى َواتَّ ُقوا ه‬
sah bagi legalitas suatu akad.Jika asas ini
ِ َ
tidak diterapkan dalam akad, maka akan ‫تَ ْع َملُو َن‬
merusak legalitas suatu akad dan dapat
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman
menimbulkan perselisihan diantara para
hendaklah kamu jadi orang-orang yang
pihak. Perintah menegakkan kejujuran
selalu menegakkan (kebenaran) karena
ditegaskan dalam al-Qur’an:
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
َّ‫ين آ َمنُوا اتَّ ُقوا ه‬
‫اللَ َوقُولُوا‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬ janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong
‫قَ ْولاً َس ِدي ًدا‬ kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa.Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha
70
Nurcholish Madjid, Cita-Cita Masyarakat Islam Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Era Reformasi, ( Jakarta: Paramadina, 1999), h. 108.

98 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


Berkaitan dengan kejujuran, Nabi Selanjutnya suatu akad atau
menegaskan hal ini dalam sabdanya: perjanjian dapat dikatakan benar apabila
memiliki manfaat bagi para pihak yang
‫ َع ِن‬،‫اللُ َعنْ ُه‬ َّ‫اللِ ر ِضي ه‬ َّ‫َع ْن َعب ِد ه‬
َ َ ْ melakukan perjanjian, bagi masyarakat
‫ «إِ َّن‬:‫ص َّلى اهللُ َعلَيْ ِه َو َس َّل َم قَا َل‬ َ ‫َّب‬ِّ ِ‫الن ي‬ dan lingkungannya.Sedangkan
perjanjian yang mendatangkan
ِّ ِ‫الص ْد َق يَ ْه ِدي إِلىَ ر‬
َّ ِ‫ َوإِ َّن ر‬،‫الب‬
‫الب يَ ْه ِدي‬ ِّ madharat dilarang. 72

‫الر ُج َل لَيَ ْص ُد ُق َحتَّى‬ َّ ‫ َوإِ َّن‬،‫إِلىَ اجلَنَّ ِة‬ 6.  Asas Tertulis (Mabda’ al-Kitabah)

َ ‫ َوإِ َّن ال َك ِذ‬.‫يَ ُكو َن ِص ِّدي ًقا‬


َ‫ب يَ ْه ِدي إِلى‬ Suatu perjanjian hendaknya
dilakukan secara tertulis agar dapat
،‫ َوإِ َّن ال ُف ُجو َر يَ ْه ِدي إِلىَ النَّا ِر‬،‫ال ُف ُجو ِر‬ dijadikan sebagai alat bukti apabila di
‫َب ِعنْ َد‬َ ‫ب َحتَّى يُ ْكت‬ ُ ‫الر ُج َل لَيَ ْك ِذ‬
َّ ‫َوإِ َّن‬
kemudian hari terjadi persengketaan.
Hal ini sebagaimana dikonfirmasi al-
(‫اللِ َك َّذابًا رواه البخاري‬ َّ‫ه‬ Qur’an:
Artinya : “Dari Abdullah bin ‫ت ُدوا َكاتِبًا‬ َِ‫َوإِ ْن ُكنْتُ ْم َعلَى َس َف ٍر َو مَلْ ج‬
Umar, dari Nabi Muhammad SAW
bersabda , Sesungguhnya kejujuran ‫ض ُك ْم‬ ُ ‫وض ٌة فَإِ ْن أَِم َن بَ ْع‬ َ ُ‫فَ ِر َها ٌن َمقْب‬
ِ ‫َد الَّ ِذي اؤمُْتِ َن أَ َمانَتَ ُه َولْيَت‬ِّ ‫بَ ْع ًضا فَلْيُؤ‬
itu menunjukan pada kebaikan dan ‫َّق‬
kebaikan akan menunjukan pada
surga, dan niscahya seorang laki-laki ‫الش َها َدةَ َو َم ْن‬ َّ ‫اللَ َربَّ ُه َولاَ تَ ْكتُ ُموا‬ َّ‫ه‬
yang jujur sehingga ditulis Ahli jujur. َّ‫يَ ْكتُم َها فَإنَّ ُه آثِ ٌم قَلْب ُه َو ه‬
‫اللُ مِبَا تَ ْع َملُو َن‬
Dan sesungguhnya dusta menunjukan ُ ِ ْ
pada keji, dan keji akan menunjukan )283( ‫َع ِلي ٌم‬
pada neraka dan niscahya seorang laki-
laki yang dusta di sisi Allah di tulis Ahli Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan
dusta”. (H.R. Bukhari) (dan bermu’amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang
‫التاجر الصدوق األمني مع النبيني‬ penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang
‫والصديقني والشهداء‬ berpiutang). Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain,
Artinya: “Pedagang yang senantiasa
maka hendaklah yang dipercayai itu
jujur lagi amanah akan bersama para
menunaikan amanatnya (hutangnya)
nabi, orang-orang yang selalu jujur dan
dan hendaklah ia bertakwa kepada
orang-orang yang mati syahid”. (HR.
Allah Tuhannya; dan janganlah
Tirmidzi)71
kamu (para saksi) menyembunyikan

72
Rahmani Timorita Yulianti: Asas-Asas
71
Al-Tirmidzi, al-Jami’ al-Shahih Sunan al-Tirmidzi: Perjanjian (Akad) Dalam Hukum Kontrak Syariah,
Kitab al-Buyu’ Bab Ma Ja’a fi al-Tijaroti, (Beirut: Dar La Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol. II, No. 1, Juli
Ihya’ Turas al-‘Arabi, tth.), hadis no. 1130. 2008, (Yogyakarta, 2008), h. 98-99

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 99


persaksian. Dan barangsiapa jiwa. Hal tersebut dapat terlihat dalam
yang menyembunyikannya, maka firman Allah:
sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha ‫َد الَّ ِذي‬ ُ ‫فَإِ ْن أَِم َن بَ ْع‬
ِّ ‫ض ُك ْم بَ ْع ًضا فَلْيُؤ‬
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
.‫اؤمُْتِ َن أَ َمانَتَ ُه‬
( QS.al-Baqarah (2); 283)
Berdasarkan ayat ini dapat dipahami Artinya: “Jika sebagian kamu
bahwa Allah SWT menganjurkan kepada mempercayai sebagian yang lain,
manusia agar suatu perjanjian dilakukan Maka hendaklah yang dipercayai itu
secara tertulis, dihadiri para saksi dan menunaikan amanatnya (hutangnya)”.
diberikan tanggung jawab individu yang ( QS. al-Baqarah: 283)
melakukan perjanjian dan yang menjadi
saksi tersebut.Selain itu dianjurkan pula Adapun maksud asas amanah
jika suatu perjanjian dilaksanakan tidak dalam konteks akad adalah agar para
secara tunai maka dapat dipegang suatu pihak yang melakukan akad memiliki
benda sebagai jaminannya.73 itikad baik dalam bertransaksi dan tidak
dibenarkan salah satu pihak berkhianat
7.  Asas kepercayaan (Mabda’ al-
terhadap pihak lainnya.Khianat artinya
Amanah)
mengingkari tanggung jawab, berbuat
 Secara etimologi, amanah bermakna tidak setia, atau melanggar janji yang
al-wafa (memenuhi/menyampaikan) telah dia buat.Dengan demikian,
dan wadi’ah (titipan), sedangkan secara khianat berarti mengingkari tanggung
terminologi, amanah berarti memenuhi jawab yang telah dipercayakan terhadap
apa yang disampaikan dan dititipkankan dirinya.
kepadanya sehingga muncul ketenangan
Amanah merupakan sifat
hati tanpa kekhawatiran sama sekali.74
orang-orang yang beriman, seperti
Dalam al-Qur’an, lafaz yang diinformasikan al-Qur’an:   
mengarah pada makna amanah atau
kepercayaan disebut sebanyak 20 kali َ ‫َوالَّ ِذ‬
‫ين ُه ْم أل َمانَاتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم‬
yang kesemuanya dalam bentuk isim,
kecuali satu lafaz dalam bentuk fi’il, .‫َرا ُعو َن‬
yaitu ‫اؤمتن‬ . Artinya: “Dan orang-orang yang
Subtansi amanah adalah kepercayaan memelihara amanat-amanat (yang
yang diberikan orang lain terhadapnya dipikulnya) dan janjinya.” (QS. al-
sehingga menimbulkan ketenangan Mu’minuun: 8) 

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar


73 Sebaliknya tidak amanah atau
Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, ( Jakarta, khianat adalah salah satu karakter orang
Kholam Publishing, 2008), h. 306-308.
munafik, sebagaimana disebutkan dalam
74
Muhammad Rasyid ibn ‘Ali Ridha, Tafsir al-
Manar, (Mesir: al-Haiah al-Mishriyyah al-‘Ammah li al- hadisNabi Muhammad saw berikut ini:
Kitab, 1990 M.),  Juz. V, h. 140. 

100 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


َ ‫ث َك َذ‬
‫ب َوإِ َذا‬ َ ‫ إِ َذا َح َّد‬:‫ث‬ ٌ َ‫آيَ ُة المُْنَا ِف ِق ثَال‬ َّ‫ين آ َمنُوا ال خَتُونُوا ه‬
َ‫الل‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
.‫ف َوإِ َذا اؤمُْتِ َن َخا َن‬َ َ‫َو َع َد أَ ْخل‬ ‫الر ُسو َل َو خَتُونُوا أَ َمانَاتِ ُك ْم َوأَنْتُ ْم‬ َّ ‫َو‬
Artinya: “Tanda-tanda orang munafik .‫تَ ْعلَ ُمو َن‬
ada tiga. Jika dia berbicara maka dia
           Artinya: “Hai orang-
berdusta, jika dia berjanji maka dia
orang yang beriman, janganlah
ingkari dan jika dia dipercaya dia
kamu mengkhianati Allah dan Rasul
berkhianat”.75
(Muhammad) dan (juga) janganlah
Bahkan lebih dari itu, Rasulullah kamu mengkhianati amanat-amanat
saw. pernah mengungkapkan bahwa yang dipercayakan kepadamu, sedang
orang yang tidak memegang amanah kamu Mengetahui” (QS. al-Anfal: 27).
berarti dia tergolong orang yang tidak
Dalam hukum Islam, terdapat
beriman.
suatu bentuk perjanjian yang disebut
َ ‫ َوالَ ِد‬، ‫الَ إِميَا َن لمَِ ْن الَ أَ َمانَ َة لَ ُه‬
‫ين لمَِ ْن‬ perjanjian amanah, salah satu pihak
hanya bergantung kepada informasi
‫الَ َع ْه َد لَ ُه‬ jujur dari pihak lainnya untuk
mengambil keputusan untuk menutup
Artinya:“Tidak ada keimanan bagi
perjanjian beresangkutan. Di antara
orang yang tidak mempunyai/
ketentuannya, adalah bahwa bohong
melaksanakan amanah, dan tidak
atau penyembuyian informasi yang
ada agama bagi orang yang tidak
semestinya disampaikan dapat menjadi
melaksanakan janjinya”.76
alasan pembatalan akad bila dikemudian
Berdasarkan ayat dan hadistersebut, hari ternyata informasi itu tidak benar
maka dapat disimpilkan bahwa yang telah mendorong pihak lain untuk
amanah adalah tanggungjawab yang menutup perjanjian. Contohnya adalah
sangat besar yang harus dilaksanakan akad murabahah, yang merupakan salah
oleh siapapun yang diberi amanah. satu bentuk akad amanah.Pada zaman
Sebagai konsekwensi dari kewajiban sekarang wilayah akad amanah tidak
melaksanakan amanah, maka sudah saja hanya dibatasi pada akad seperti
barang tentu mengkhianati amanah murabahah, tetapi juga meluas ke dalam
merupakan hal yang dilarang oleh akad takaful (asuransi) dan sebagainya.
agama. Salah satu ayat yang menjelaskan
tentang larangan mengkhianati amanah 8.  Asas Kemanfaatan dan
antara lain: Kemaslahatan (Mabda’ al-
Mashlahah)
Asas ini mengandung pengertian
75
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Isma’il al-
Bukhari, Shahih al-Bukhari,  (Beirut: Dar Ibn Kasir, bahwa semua bentuk perjanjian
1407 H./1987 M.), Cet. III, Juz. I, h. 21. yang dilakukan harus mendatangkan
76
Ibid., Juz. III, h. 135.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 101


kemanfaatan dan kemaslahatan baik (mudrahat) atau keadaan memberatkan
bagi para pihak yang mengikatkan (masyaqqah). Apabila dalam pelaksanaan
diri dalam perjanjian maupun bagi akad terjadi suatu perubahan keadaan
masyarakat sekitar meskipun tidak yang tidak dapat diketahui sebelumnya
terdapat ketentuannya dalam al Qur’an serta membawa kerugian yang fatal
dan Al Hadis. Asas kemanfaatan dan bagi pihak bersangkutan sehingga
kemaslahatan ini sangat relevan dengan memberatkannya, maka kewajibannya
tujuan hukum Islam secara universal. dapat diubah dan disesuaikan kepada
Sebagaimana dikemukakan para batas yang masuk akal.
fuqaha, seperti al-Ghazali (w.505/1111) Sedangkan asas-asas akad yang
dan al-Syathibi (w 790/1388) yang berakibat hukum dan bersifat khusus
merumuskan tujuan hukum Islam anatara lain:
berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan al-
Hadis untuk mewujudkan kemaslahatan a. Asas Konsensualisme atau Asas
di dunia dan akhirat.Kemaslahatan Kerelaan (Mabda’ al-Ittifaq au
dimaksudkan untuk memenuhi dan Radha’iyyah)
melindungi lima kepentingan pokok Asas konsensuil secara etimologi
manusia yaitu melindungi agama, jiwa- diartikan sebagai asas kesepakatan
raga, akal-pikiran, martabat diri dan (ittifaq). Dalam hukum syariah suatu akad
keluarga, serta harta kekayaan.77 baru lahir setelah dilaksanakan ijab dan
Dengan demikian, maka dapat qabul. Ijab adalah pernyataan kehendak
dirumuskan bahwakemaslahatan melakukan ikatan, sedangkan qabul
adalah suatu perbuatan hukum yang adalah pernyataan penerimaan ikatan.
mengandung manfaat bagi semua Dengan tercapainya kesepakatan antara
manusia sebagai standar dalam para pihak (‘aqidain) yang diwujudkan
memaknai hukum Islam secara dengan ijab dan qabul, maka lahirlah
universal, sehingga kemaslahatan kontrak (akad). Dengan tercapainya
mampu memberikan ruang gerak yang kesepakatan para pihak, maka hal itu
lebih luas kepada pemikiran hukum menimbulkan hak dan kewajiban bagi
Islam dalam merespon permasalahan mereka yang membuatnya, dengan kata
akad dan dan isu-isu kontemporer lain, perjanjian itu bersifat obligatoir
lainnya dalam konteks ekonomi Islam. atau ilzam.78

Berdasarkan paparan tersebut, Asas kerelaan atau konsensualisme


maka asas kemaslahatan dimaksudkan menyatakan bahwa untuk terciptanya
agar akad yang dibuat oleh para suatu perjanjian cukup dengan
pihak bertujuan untuk mewujudkan tercapainya kata sepakat antara
kemaslahatan bagi mereka dan para pihak tanpa perlu dipenuhinya
tidak boleh menimbulkan kerugian formalitas-formalitas tertentu.79 Dalam
78
Amin Suma, Menggali Akar.., h. h. 306-308.
77
Yulianti, Asas-Asas…,h. 98-99. 79
Afandi, Fiqh.., h. 48.

102 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


hukum Islam pada umumnya perjanjian- Asas ini terdapat juga dalam hadis
perjanjian itu bersifat konsensual atau riwayat Ibn Hibban dan al-Baihaqi
kepakatan. Artinya, bahwa asas ini yang artinya: ”Sesungguhnya jual beli
mengutamakan substansi daripada berdasarkan perizinan (rida)”.80
format.Jadi, kerelaan kedua belah pihak Dalam konteks ini berlaku kaidah
yang berakad sebagai substansi dan fiqh:
ijab-qabul sebagai format manifestasi
kerelaan tersebut. ْ‫ا‬
‫ال صل يف العقد ر ضى املتعا قدين و‬
Asas konsensualisme (ittifaq) ‫نتيجته ما التز ما ه با لتعا قد‬
muncul dari ajaran Islam melalui konsep
‘an taradhin (sama-sama ridha dan Artinya: “Hukum asal dalam transaksi
berkehendak) sebagaimana dikonfirmasi adalah keridhaan kedua belah pihak
al-Qur’an: yang berakad, hasilnya adalah berlaku
sahnya yang diakadkan”.
‫يَاأَيُّ َها الَّ ِذي َن َءا َم ُنوا الَت َأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوالَ ُكم‬
Dengan demikian, transaksi yang
‫اط ِل إِال َّ أ َ ْن ت َُكو َن جِتَار َ ًة َعن‬
ِ ‫ب َ ْين َُكم بِالْ َب‬ dilakukan tidak dapat dikatakan telah
mencapai sebuah bentuk kegiatan
‫س ُك ْم إ ِ َّن‬َ ‫نك ْم وَالَت َ ْق ُتلُوا أَن ُف‬ ُ ‫اض ِّم‬ ٍ َ‫تَر‬ yang saling rela diantara para pelaku,
َ
‫اهلل َكا َن ب ِ ُك ْم ر َ ِحي ًما‬ jika di dalamnya ada tekanan, paksaan,
penipuan, dan mis-statement. Tegasnya,
Artinya: “Hai orang-orang yang asas ini mengharuskan tidak adanya
beriman, janganlah kamu saling paksaan dalam proses transaksi dari
memakan harta sesamamu dengan pihak manapun. Misalnya seseorang
jalan yang batil, kecuali dengan jalan dipaksa menjual hartanya, padahal
perniagaan yang berlaku dengan ia masih ingin memilikinya dan
suka sama-suka di antara kamu. dan menggunakannya. Jual beli secara
janganlah kamu membunuh dirimu; paksaan seperti itu dipandang tidak
Sesungguhnya Allah adalah Maha sah. Contoh lain dalam kasus jual beli,
Penyayang kepadamu. (Q.S. Al-Nisa: misalnya seseorang membeli suatu
29) barang, namun ia merasa teripu karena
Ayat ini secara eksplisit menyatakan barang yang dibelinya itu ternyata
bahwa segala bentuk akad atau transaksi palsu.Jual beli ini mengandung unsur
yang dilakukan harus atas dasar suka tipuan, sehingga dapat dibatalkan oleh
sama suka atau asas kerelaan antara pembelinya. Kondisi ridha (rela) ini
para pihak dan tidak diperbolehkan ada diimplementasikan dalam perjanjian
tekanan, paksaan, penipuan, atau mis- yang dilakukan diantaranya dengan
statement. Jika hal ini tidak dipenuhi kesepakatan dalam bentuk shighat akad
maka transaksi tersebut batal. ijab dan qabul.

80
Ibid.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 103


Dengan demikian, dapat perlu memperhatikan rambu-rambu
disimpulkan bahwa bahwa setiap akad hukum antara lain: (1) Akad harus
yang berdasarkan kerelaan, maka memenuhi syarat sebagai suatu kontrak;
hukumnya sah. Sebaliknya setiap akad (2) Akad tidak dilarang oleh undang-
yang tidak dilandasi kerelaan, adanya undang; (3) Akad tidak bertentangan
unsur tekanan, keterpaksaan, dan dengan kebiasaan yang berlaku; (4)
penipuan dari kedua belah pihak, maka Akad harus dilaksanakan dengan itikad
transaksi yang dilakukan menjadi batal. baik; dan (5) Akad tidak menghalalkan
b. Asas Kebebasan Berakad (Mabda’ yang haram dan mengharamkan yang
Hurriyyah al-Ta’aqud) halal.81

Hukum Islam mengakui kebebasan Menurut Faturrahman Djamil,


berakad, yaitu suatu prinsip hukum sebagaimana dikutip Hasbi Hasan
yang menyatakan bahwa setiap orang bahwa, ”Syari’ah Islam memberikan
dapat membuat akad jenis apapun kebebasan kepada setiap orang yang
tanpa terikat kepada nama-nama yang melakukan akad sesuai dengan yang
telah ditentukan dalam undang-undang diinginkan, tetapi yang menentukan
syari’ah dan memasukkan klausul apa syarat sahnya adalah ajaran agama.”82 
saja ke dalam akad yang dibuatnya Dengan demikian, asas kebebasan
tersebut sesuai dengan kepentingannya, berkontrak adalah suatu asas yang
sejauh tidak berakibat pada perbuatan mengajarkan bahwa dalam suatu akad
yang zhalim dan bathil. atau kontrak para pihak bebas untuk
Islam memberikan kebebasan membuat perjanjian, baik isi dan materi
kepada para pihak untuk melakukan perjanjian, menentukan persyaratan-
suatu akad atau perikatan.Bentuk persyaratan, menentukan pelaksanaan,
dan isi perikatan tersebut ditentukan melakukan perjanjian dengan siapapun,
ditentukan oleh para pihak.Apabila membuat perjanjian tertulis atau
telah disepakati bentuk dan isinya, lisan termasuk menetapkan cara-cara
maka perikatan tersebut mengikat penyelesaian bila terjadi sengketa.
para pihak yang menyepakatinya dan Kebebasan membuat perjanian ini
harus dilaksanakan segala hak dan dibenarkan selama tidak bertentangan
kewajibannya.Namun kebebasan ini dengan ketentuan syariah Islam.
tidak absolut.Dalam hukum syariah, Berdasarkan asas kebebasan
asas kebebasan berkontrak tidak berkontrak ini dapat diciptakan akad-
berlaku mutlak (absulut), akan tetapi akad perjanjian baru yang bentuknya
bersifat relatif karena selalu dikaitkan
dengan kepentingan umum (maslahah 81 Agustianto dalam http://www.
‘ammah). Pengaturan substansi kontrak iqtishadconsulting.com/content/read/blog/asas-
asas-akad-kontrak-dalam-hukum-syariah
tidak semata-mata dibiarkan sebebas-
82 Hasbi Hasan, Kompetensi Peradilan Agama
bebasnya kepada para pihak, namun Dalam Penyelesaian Perkara Ekonomi Syariah, ( Jakarta,
Gramata Publishing, 2010) h. 133-137.

104 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


di luar akad-akad musamma (perjanjian bahwa setiap akad perjanjian adalah
bernama), seperti akad musyarakah mengikat para pihak (ilzam/binding),
mutanaqishah, multi level marketing, Ketentuan ini berdasarkan dalil al-
franchising, perjanjian line facility, Margin Qur’an dan hadis:
During Contruction, bay wafa’,gabungan
bay wafa’ dengan syirkah, bay istighlal, َ َّ‫يَاأَيُّ َهاال‬
‫ذين آ َمنُوا أَ ْوفُوا بِالْ ُع ُقو ِد‬
bay’ tawarruq, Ijarah Muntahiyah bit
Artinya : “Wahai orang-orang yang
Tamlik (IMBT), Ijarah Maushufah fiz
beriman, penuhilah akad-akad itu’.
Zimmah, sewa beli, mudharabah bil
(Q,S. Al- Maidah: 1)
wadi’ah, mudharabah muntahiyah bit
tamlik, dan berbagai bentuk akad ‫َو أَ ْو فُوا بِا لْ َع ْه ِد إِ َّن ا لْ َع ْه َد َكا َن‬
kontemporer lainnya.
Asas kebebasan berkontrak ini juga
)34 ( ً‫َم ْسئُو لا‬
menjadi dasar pengembangan hybrid Artinya: “Dan penuhilah janji;
contracts (al-‘ukud al-murakkabah) dalam sesungguhnya janji itu pasti diminta
produk perbankan dan keuangan syariah. pertanggungan jawabnya”.(Q.S. Al-
Dr Mabid Al-Jarhi, mantan direktur IRTI Israa’ : 34)
IsDB menyatakan, bahwa kombinasi
Ayat al-Qur’an ini dengan tegas
akad di zaman sekarang adalah sebuah
memerintahkan setiap pelaku kontrak
keniscayaan. Bentuk akad tunggal sudah
untuk melaksanakan dan memenuhi
tidak mampu lagi meresponi transaksi
apa yang dijanjikan dalam kontrak.
keuangan kontemporer. Saat ini metode
Janji-janji yang telah diucapkan harus
hybrid contracts menjadi unggulan dalam
dilaksanakan.
inovasi produk perbankan dan keuangan
syariah. Sedangkan asas ini berasal dari hadis
Nabi Muhammad saw:
c.  Asas Perjanjian Itu Mengikat
(Mabda’ al-Ilzam)
‫الَ َش ْر ًطا‬ ُ ‫المُْ ْس ِل ُم ْو َن َعلَى‬
ّ ِ‫شر ْو ِط ِه ْم إ‬
Dalam al-Qur’an dan Hadis terdapat ً َ‫َح َر َم َحال‬
banyak perintah agar memenuhi janji. ‫ال أَ ْو أَ َح َّل َح َرا ًما‬ ّ
Berkaitan dengan hal ini, para ushuliyun Artinya: “Orang-orang muslim
merumuskan sebuah qaidah usul fiqih: itu terikat kepada perjanjian-
perjanjian (Klausul-klausul) mereka,
‫االصل فى االمر للوجوب‬ kecuali perjanjian (klausul) yang
Artinya: Perintah itu pada asasnya mengharamkan yang halal atau
menunjukkan wajib. menghalalkan yang haram”.83
Berdasarkan kaidah ini, maka janji Berdasarkan hadis ini dapat dipahami
berarti mengikat dan wajib dipenuhi. bahwa setiap orang yang melakukan
Dengan demikian, dapat dirumuskan
83
Yulianti, Asas-Asas…,h. 98-99.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 105


perjanjian terikat kepada isi perjanjian prestasi melalui harta debitur, namun
yang telah disepakati bersama pihak lain debitur memikul pula kewajiban untuk
dalam perjanjian. Sehingga seluruh isi melaksanakan perjanjian itu dengan
perjanjian adalah sebagai peraturan yang iktikad baik.
wajib dilakukan oleh para pihak yang e. Asas Kepastian Hukum (Asas Pacta
mengikatkan diri dalam perjanjian. Sunt Servanda)
d. Asas Keseimbangan (Mabda’ at- Asas kepastian hukum merupakan
Tawazun fi al-Mu’awadhah) perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan
Meskipun secara faktual jarang terjadi atau ketetapan. Kepastian hukum
keseimbangan antara para pihak dalam merupakan ciri yang tidak dapat
bertransaksi, namun hukum perjanjian dipisahkan dari hukum, terutama
Islam tetap menekankan perlunya untuk norma hukum tertulis. Hukum
keseimbangan itu,baik keseimbangan tanpa nilai kepastian akan kehilangan
antara apa yang diberikan dan apa yang makna karena tidak lagi dapat dijadikan
diterima maupun keseimbangan dalam pedoman perilaku bagi semua orang.
memikul resiko. Asas keseimbangan Asas Kepastian hukum dalam
dalam transaksi (antara apa yang perspektif Islam disebut secara umum
diberikan dengan apa yang diterima) dalam firman Allah:
tercermin pada dibatalkannya suatu akad
yang mengalami ketidakseimbangan ً‫ث َر ُسولا‬ َ ِ‫َو َما ُكنَّا ُم َع ِّذب‬
َ ‫ني َحتَّى نَبْ َع‬
prestasi yang mencolok. Asas
keseimbangan dalam memikul resikso )15(
tercermin dalam larangan terhadap Artinya: “..dan Kami tidak akan
transaksi riba, di mana dalam konsep mengazab sebelum Kami mengutus
riba hanya debitur yang memikul segala seorang rasul”.( QS. Al-Isra’ [17]: 15)
resiko atas kerugian usaha, sementara
kreditor bebas sama sekali dan harus  Selanjutnya dalam ayat lain
mendapatkan prosentase tertentu disebutkan:
sekalipun pada saat dananya mengalami
kembalian negatif. َّ ‫ين آ َمنُوا لاَ تَ ْقتُلُوا‬
‫الصيْ َد‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
Dengan demikian dapat ‫َوأَنْتُ ْم ُح ُر ٌم َو َم ْن قَتَلَ ُه ِمنْ ُك ْم ُمتَ َع ِّم ًدا‬
dirumuskan bahwa yang dimaksudkan ‫ْك ُم‬ُ ‫َل ِم َن النَّ َعم حَي‬ َ ‫ْل َما قَت‬ُ ‫فَ َج َزا ٌء ِمث‬
dengan asas keseimbangan ini adalah ِ
asas yang menghendaki kedua belah ‫بِ ِه َذ َوا َع ْد ٍل ِمنْ ُك ْم َه ْديًا بَالِ َغ الْ َك ْعبَِة‬
pihak memenuhi dan melaksanakan ‫ك‬ َ ِ‫ني أَ ْو َع ْد ُل َذل‬ َ ‫أَ ْو َك َّفا َرةٌ َط َعا ُم َم َسا ِك‬
perjanjian.Dalam hal ini dapat diberikan
‫اللُ َع َّما‬ َّ‫وق َوبَا َل أَمر ِه َع َفا ه‬ َ ‫ِصيَا ًما لِيَ ُذ‬
ilustrasi, kreditur mempunyai kekuatan ِْ
untuk menuntut prestasi dan jika َّ‫اللُ ِمنْ ُه َو ه‬
ُ‫الل‬ َّ‫ف َو َم ْن َعا َد فَينْتَِقم ه‬ َ َ‫َسل‬
diperlukan dapat menuntut pelunasan ُ َ

106 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


mereka tidak boleh melakukan
)95( ‫َع ِزي ٌز ُذو انْتِ َقام‬
ٍ intervensi terhadap substansi kontrak
Artinya: “Hai orang-orang yang yang dibuat oleh para pihak. Asas Pacta
beriman, janganlah kamu membunuh Sunt Servanda dapat disimpulkan dalam
binatang buruan, ketika kamu sedang pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang
ihram. Barangsiapa di antara kamu berbunyi, ”Perjanjian yang dibuat secara
membunuhnya dengan sengaja, maka sah berlaku sebagai undang-undang”.84
dendanya ialah mengganti dengan 7. Jenis-Jenis Akad.
binatang ternak seimbang dengan buruan
Akad dalam tinjauan ada atau tidak
yang dibunuhnya, menurut putusan
adanya kompensasi, dibagi menjadi dua
dua orang yang adil di antara kamu
bagian, yakni akad tabarru’ dan akad
sebagai had-yad yang dibawa sampai
tijarah.
ke Ka’bah atau (dendanya) membayar
kaffarat dengan memberi makan orang- a. Akad Tabarru’
orang miskin atau berpuasa seimbang Akad tabarru’ adalah segala macam
dengan makanan yang dikeluarkan itu, perjanjian yang menyangkut transaksi
supaya dia merasakan akibat buruk dari yang tidak mengejar keuntungan (non
perbuatannya. Allah telah memaafkan profit transaction).Akad tabarru’ dilakukan
apa yang telah lalu. Dan barangsiapa dengan tujuan tolong menolong dalam
yang kembali mengerjakannya, niscaya rangka berbuat kebaikan (tabarru’
Allah akan menyiksanya. Allah Maha berasal dari kata birr dalam bahasa
Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan Arab, yang artinya kebaikan).Oleh
untuk) menyiksa”. (QS.al-Maidah [5]: karenanya, pihak yang berbuat kebaikan
95) tersebut tidak berhak mensyaratkan
Berdasarkan ayat ini, maka dapat imbalan apapun kepada pihak lainnya.
dipahami bahwa Allah mengampuni Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari
apa yang terjadi di masa lalu, dan dapat Allah, bukan dari manusia.Namun
disimpulkan bahwa asas kepastian demikian, pihak yang berbuat kebaikan
hukum harus ditegakkan dan tidak ada tersebut boleh meminta kepada rekan
suatu perbuatanpun dapat dihukum transaksinya untuk sekedar menutupi
kecuali atas kekuatan ketentuan biaya yang dikeluarkannya untuk dapat
peraturan perundang-undangan yang melakukan akad, tanpa mengambil laba
ada dan berlaku untuk perbuatan dari tabarru’ tersebut.
tersebut. Adapun dasar hukum akad tabarru’
Asas kepastian hukum ini terkait adalah al-Qur’an dan hadis Nabi, antara
dengan akibat perjanjian.Dalam hal lain:
ini hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang ‫ب َوالتَّ ْق َوى َولاَ تَ َعا َونُوا‬
ِّ ِ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى الْ ر‬
dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang, 84
Hasan, Kompetensi... h. 133.

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 107


َّ‫اللَ إ َّن ه‬
َ‫الل‬ َّ‫ه‬ ِ ‫َعلَى الإْ ِثْ ِم َوالْ ُع ْد َو‬ kafalah, wadiah, hibah, waqf, shadaqah,
ِ ‫ان َواتَّ ُقوا‬ dan hadiah.85
)2( ‫اب‬ ِ ‫َش ِدي ُد الْ ِع َق‬ Secara substansi, akad tabarru’
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu adalah meminjamkan sesuatu (lending
dalam (mengerjakan) kebajikan dan something) dan memberikan sesuatu
takwa, dan janganlah kamu tolong- (giving something).
menolong dalam (mengerjakan) dosa 1. Akad Tabarru’ dalam bentuk
dan permusuhan. Dan bertakwalah meminjamkan uang (lending of
kamu kepada Allah, sesungguhnya money)
Allah amat berat siksa-Nya.langgara”.  Ada tiga jenis akad dalam bentuk
(QS. Al-Maidah: 2) meminjamkan uang yaitu:
a. Qard, merupakan pinjaman
ُ
ِ‫َو اهلل فيِ َع ْو ِن الْ َعبْ ِد َما َكا َن الْ َعبْ ُد في‬ yang diberikan tanpa adanya
‫َع ْو ِن أَ ِخي ِه‬ syarat apapun dengan adanya
batas jangka waktu untuk
Artinya: “Dan Allah menolong mengembalikan pinjaman uang
hamba selama hamba menolong tersebut.
saudaranya.”(HR. Muslim)
b. Rahn adalah menahan salah
Berdasarkan ayat al-Qur’an dan satu harta milik sipeminjam
hadis Nabi tersebut, maka jelas dalam sebagai jaminan atas pinjaman
akad tabarru’, pihak yang berbuat yang diterimanya. Barang yang
kebaikan tidak berhak mensyaratkan ditahan tersebut memiliki
imbalan apa pun kepada pihak lainnya. nilai ekonomis, dengan
Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari demikian pihak yang menahan
Allah Swt., bukan dari manusia.Namun memperoleh jaminan untuk
demikian, pihak yang berbuat kebaikan dapat mengambil kembali
tersebut boleh meminta kepada counter- seluruh atau sebagian
part-nya untuk sekedar menutupi biaya piutangnya
(cover the cost) yang dikeluarkannya
c. Hiwalah, merupakan bentuk
untuk dapat melakukan akad tabarru’
pemberian pinjaman uang
tersebut.Namun ia tidak boleh sedikit
yang bertujuan mengambil
pun mengambil laba dari akad tabarru’
alih piutang dari pihak
tersebut.Contoh akad-akad tabarru’
lain atau dengan kata lain
adalah qard, rahn, hiwalah, wakalah,
adalah pemindahan hak atau
kewajiban yang dilakukan
85
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis Fiqih
dan Keuangan, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013),
h. 66.

108 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


seseorang (pihak pertama) Amanah dan Wadi’ah Yad al-
yang sudah tidak sanggup lagi Dhamanah.
untuk membayarnya kepada 1. Wadi’ah Yad al-Amanah
pihak kedua yang memiliki adalah akad Wadi’ah dimana
kemampuan untuk mengambil barang yang dititipkan tidak
alih atau untuk menuntut dapat dimanfaatkan oleh
pembayaran utang dari/atau penerima titipan dan penerima
membayar utang kepada pihak titipan tidak bertanggung jawab
ketiga. atas kerusakan atau kehilangan
2. Dalam bentuk meminjamkan Jasa barang titipan selama si
Ada tiga jenis akad dalam penerima titipan tidak lalai.
meminjamkan jasa yakni : 2. Wadi’ah Yad al-Dhamanah
a. Wakalah, merupakan akad adalah akad Wadi’ah dimana
pemberian kuasa (muwakkil) barang atau uang yang
kepada penerima kuasa (wakil) dititipkan dapat dipergunakan
untuk melaksanakan suatu oleh penerima titipan dengan
tugas (taukil) atas nama pemberi atau tanpa ijin pemilik barang.
kuasa. Dapat  dilakukan dengan dari hasil penggunaan barang
cara kita melakukan sesuatu baik atau uang ini si pemilik dapat
itu bentuknya jasa , keahlian, diberikan kelebihan keuntungan
ketrampilan atau lainya yang dalam bentuk bonus dimana
kita lakukan atas nama orang pemberiannya tidak mengikat
lain. dan tidak diperjanjikan.

b. Wadi’ah, dapat dilakukan c. Kafalah, merupakan akad


dengan cara kita memberikan pemberian jaminan yang
sebuah jasa untuk sebuah diberikan satu pihak kepada
penitipan atau pemeliharaan pihak lain dimana pemberi
yang kita lakukan sebagai ganti jaminan bertanggung jawab
orang lain yang mempunyai atas pembayaran kembali
tanggungan. Wadi’ah adalah suatu hutang yang menjadi hak
akad penitipan barang atau jasa penerima jaminan.
antara pihak yang mempunyai
barang atau uang dengan pihak 3.        Memberikan Sesuatu (giving
yang diberi kepercayaan dengan something)
tujuan menjaga keselamatan, Adapun yang termasuk ke dalam
keamanan, serta keutuhan bentuk akad memberikan sesuatu
barang atau uang tersebut. adalah akad-akad: hibah, wakaf,
Pembagian wadi’ah ada dua shadaqah, hadiah, dan sebagainya.
macam, yaitu Wadi’ah Yad Al- Dalam semua akad-akad tersebut,

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 109


seseorang memberikan sesuatu kepada Skema akad tabarru’ dan tijaroh
orang lain. Apaila penggunaannya
untuk kepentingan umum dan agama,
maka akadnya  dinamakan wakaf. Objek
Boleh
wakaf ini tidak boleh diperjual belikan
Tijaroh
begitu sebagai aset wakaf. Sedangkan
hibah dan hadiah adalah pemberian Tabarru’
sesuatu secara sukarela kepada orang
lain. X
Tidak boleh
Ketika akad tabarru’ telah disepakati,
maka tidak boleh dirubah menjadi akad
tijarah yang tujuannya mendapatkan
Skema Akad Tabarru’
keuntungan, kecuali atas persetujuan
antar kedua belah pihak yang berakad.
Akan tetapi lain halnya dengan akad
tijarah yang sudah disepakati, akad ini
boleh diubah kedalam akad tabarru bila
pihak yang tertahan haknya merelakan
haknya, sehingga menggugurkan
kewajiban yang belum melaksanakan
kewajibannya.
Adapun fungsi dari akad tabarru’
ini selain orientasi akad ini bertujuan
mencari keuntungan akhirat, bukan
untuk keperluan komersil.Akan tetapi
dalam perkembangannya akad ini sering
berkaitan dengan kegiatan transaksi
komersil, karena akad tabarru’ ini
bisa berfungsi sebagai perantara yang
menjembatani dan memperlancar akad
tijarah.86
b. Akad Mu’awadhah Dan Akad
Tijarah
 Secara bahasa, Mu’awadhah
berasal dari kata ‘awadha dalam bahasa
arab yang artinya tukar-menukar,
86Agustianto dalam http://www.
mengganti kerugian, membalas jasa,
iqtishadconsulting.com/content/read/blog/asas- menebus dan memberi kompensasi.
asas-akad-kontrak-dalam-hukum-syariah
Mu’awadhah adalah akad yang dilakukan

110 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


karena adanya motif bisnis seperti jual Dalam NCC, kedua belah pihak
beli, sewa atau lainnya sehingga cara saling mempertukarkan aset
yang ditempuh dapat berupa pertukaran yang dimilikinya, karena itu objek
harta dengan uang atau uang dengan jasa pertukarannya (baik barang maupun
(sewa benda atau upah untuk tenaga). jasa) harus ditetapkan di awal akad
Atau Akad muawadhah yaitu akad-akad dengan pasti, baik jumlahnya (quantity),
yang berlaku atas dasar timbal balik, mutunya (quality), harganya (price)
seperti jual beli, sewa-menyewa, shulh, dan waktu penyerahannya (time of
terhadap harta dengan harta. delivery). Jadi, kontrak-kontrak ini secara
 Secara bahasa, Tijarah berasal sunnatullah (by theirnature) menawarkan
dari bahasa Arab yang artinya return yang tetap dan pasti. Yang
perdagangan, perniagaan, dan bisnis. termasuk kedalam kategori ini adalah
Tijarah adalah akad perdagangan yaitu kontrak-kontrak yang berbasis jual beli,
mempertukarkan harta dengan harta upah-mengupah, dan sewa-menyewa,
menurut cara yang telah ditentukan yaitu:a.  Akad jual beli (al-Bai’, Salam,
dan bermanfaat serta dibolehkan oleh dan istishna’); dan b. Akad sewa-
syariah. Semua bentuk akad yang menyewa (ijarah dan IMBT).87
ditujukan untuk tujuan komersial, yaitu Dalam akad-akad diatas, pihak-
akad yang ditujukan untuk memperoleh pihak yang bertransaksi saling
keuntungan.Atau Akad tijarah adalah mempertukarkan asetnya (baik real
semua bentuk akad yang dilakukan assets maupun financial assets).Jadi
untuk tujuan komersial, yaitu akad masing-masing pihak tetap berdiri
yang ditujukan untuk memperoleh sendiri (tidak saling bercampur
keuntungan. membentuk usaha baru), sehingga
Akad Mu’awadah dan Akad Tijarah tidak ada pertanggungan risiko
memiliki sedikit perbedaan dari segi bersama. Juga tidak ada percampuran
pengertian secara bahasa, namun aset si A dan dengan aset si B. Yang
keduanya memiliki persamaan pada ada misalnya adalah si A memberikan
prinsip dan tujuan yaitu untuk mencari barang ke B, kemudian sebagai gantinya
keuntungan (for profit transaction). B menyerahkan uang kepada A. Di
Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan sini barang ditukarkan dengan uang,
mencari keuntungan, karena itu bersifat sehingga terjadilah kontrak jual beli (al-
komersil. ba’i)
Berdasarkan tingkat kepastian dari b. Natural Uncertainty Contract
hasil yang diperolehnya, akad tijarah (NUC)
dibagi menjadi dua kelompok besar,
yakni :
87
Agustianto dalam http://www.
a. Natural Certainty Contracts (NCC) iqtishadconsulting.com/content/read/blog/asas-
asas-akad-kontrak-dalam-hukum-syariah

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 111


Dalam NUC, pihak-pihak yang Contoh akad Natural Uncertainty
bertransaksi saling mencampurkan Contract antara lain:
asetnya (baik real assets maupun 1. Musyarakah ( wujuh,
financial assets) menjadi satu kesatuan, ‘inan, abdan, muwafadhah,
dan kemudian menanggung risiko mudharabah).
bersama-sama untuk mendapatkan
keuntungan. Percampuran yang 2. Muzara’ah
dimaksud dalam teori ini adalah 3. Musaqah
mencampurkan atau menggabungkan 4. Mukhabarah
aset menjadi satu kesatuan, selanjutnya
kedua belah pihak terkait akan E. Simpulan
menanggung resiko dari kegiatan usaha Berdasarkan paparan elaborasi
yang dilakukan bersama tersebut dan tentang akad tersebut, maka dapat
membagi keuntungan atau laba sesuai dirumuskan sebuah kesimpulan
kesepakatan bersama. Berdasarkan teori bahwa teori akad merupakan salah
percampuran ini, akad atau perjanjian satu aspek yang penting dalam rangka
yang biasa digunakan bertujuan untuk merespon perkembangan ekonomi dan
investasi sehingga dalam hal ini tidak bisnis syari’ah dewasa ini khususnya
memberikan kepastian imbalan (return) bagi para akademisi dan pemerhati
di awal. Konsep dalam berinvestasi yaitu ekonomi dan bisnis Islam.Karena akad
bahwa tingkat return yang diperoleh tersebut menentukan sah dan tidaknya
dapat bersifat positif (untung), negatif transaksi yang dilakukan.Selain itu,
(rugi), atau nol (balik modal).88 perlu diperhatikan juga adalah implikasi
  Di sini, keutungan dan hukum terhadap para pihak yang
kerugian ditanggung bersama.Karena melakukan transaksi setelah akad
itu, kontrak ini tidak memberikan tersebut terbentuk.
kepastian pendapatan (return), baik Oleh karena itu, para pihak
dari segi jumlah (amount), maupun yang sedang berakad hendaknya
waktu (timing)-nya.Yang termasuk memperhatikan asas-asas akad yang
dalam kontrak ini adalah kontrak- telah dijelaskan di atas.Sehingga
kontrak investasi. Kontrak investasi ini transaksi yang dilakukan benar-benar
secara sunnatullah (by their nature) bermanfaat terhadap para pihak yang
tidak menawarkan return yang tetap berakad dan sesuai dengan maqashid
dan pasti. Jadi sifatnya tidak fixed and syariah. Jadi, antara aktivitas transaksi
predetermined. ekonomi dan bisnis dengan asas dan
prinsip hukum Islam (maqashid syariah)
tidak bisa dipisahkan, keduanya saling
88
Ashfia, Tazkia, dkk. Analisis Pengaturan
Akad Tabarru’ dan Akad Tijarah Pada Asuransi Syariah terkait satu sama lain.
Menurut Fatwa DSN Nomor 21/DSN-MUI/X/2001
Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah, Jurnal,hlm. Dalam perspektif hukum ekonomi
4. Islam, akad -ditinjau dari keabsahannya-

112 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih;
akad sah, akad fasid dan akad bathil. Akad Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
yang sah adalah akad yang implikasi Menyelesaikan Masalah-masalah
hukumnya berlaku secara legal di dunia yang Praktis, ( Jakarta : Kencana,
dan di akhirat.Sementara akad yang fasid 2006)
adalah akad yang rusak, yakni terdapat Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum
ketidaksempurnaan dalam perkara Muamalat, (Yogyakarta: UII Press,
cabang, bukan kecacatan pada jenis 2000)
akad atau salah satu rukunnya, sehingga
implikasi akadnya dapat diberlakukan Ahmad Mustafa Al-Maraghi, “Tafsir
tapi ada kemungkinan untuk dibatalkan Al-Maraghi”, diterjemahkan
jika salah satu pihak mempermasalahkan oleh Bahrun Abubakar dkk.,
kecacatan tersebut. Sedangkan akad Terjemahan Tafsir Al Maraghi,
bathil adalah akad yang mengandung (Semarang : PT. Karya Toha Putra,
kerusakan pada rukunya atau ada a 1993)
larangan pada jenis akad itu sendiri, Ahmad Warson Al Munawir, Kamus Arab
sehingga implikasi hukumnya akadnya Indonesia al-Munawir, (Yogayakarta:
harus dibatalkan.[] Wallahu a’lamu bi al- Ponpes Al Munawir, 1984)
shawab. Al-Kamal Ibnu al-Humam, Fath al-Qodir,
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th)
Daftar Pustaka Al-Kasani, Badaicu al-Sanāic, (Beirut: Dār
al-Kitāb al-‘Arabiy, 1982)
Abdoerrauf, Al-Qur’an dan Ilmu Hukum: Al-Tirmidzi, al-Jami’ al-Shahih Sunan
A Comparative Study), (Djakarta: al-Tirmidzi: Kitab al-Buyu’ Bab Ma
Bulan Bintang, 1970) Ja’a fi al-Tijaroti, (Beirut: Dar Ihya’
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Turas al-‘Arabi, tth.)
Islam,( Jakarta: Ichtiar Baru Van Ashfia, Tazkia, dkk. Analisis
Hoeve, 1988) Pengaturan Akad Tabarru’ dan
Abdul Haq et.al., Formulasi Nalar Fiqh; Akad Tijarah Pada Asuransi Syariah
Telaah Kaidah Fiqh Konseptual, Menurut Fatwa DSN Nomor 21/
(Surabaya: Khalista, 2006) DSN-MUI/X/2001 Tentang Asuransi
Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Isma’il Syariah
al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,  Departemen Pendidikan Nasional,
(Beirut: Dar Ibn Kasir, 1407 Kamus Besar Bahasa Indonesia,
H./1987 M.) edisi ke-3. ( Jakarta: Balai Pustaka,
Adiwarman A.Karim, Bank Islam Analisis 2002)
Fiqih dan Keuangan, ( Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2013)

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 113


Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muhammad Akram Khan, Economic
Muamalah, (Bandung: Pustaka Message of The Quran, (Kuwait:
Setia, 1997) Islamic Book , 1995)
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Muhammad Amin Suma, Menggali
Kontekstual, ( Jakarta: Raja Grafindo Akar Mengurai Serat Ekonomi dan
Persada, 2002) Keuangan Islam, ( Jakarta, Kholam
Hasbi Hasan, Kompetensi Peradilan Publishing, 2008)
Agama Dalam Penyelesaian Perkara Muhammad Harfin Zuhdi, Muqaranah
Ekonomi Syariah, ( Jakarta, Gramata Mazahib Fil Mu’amalah, (Mataram:
Publishing, 2010) Sanabil, 2015)
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta: M. Khafifuddin, Metodologi Kajian Fiqh,
Raja Grafindo, 2002) (Situbondo: Ibrahimy Press, 2011)
Heri Sudarsono dan Hendi Yogi Praboyo, Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-
Istlah-Istilah Bank dan Lembaga Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian
Keuangan Syariah, (Yogyakarta: UII Al-Qur’an, (Ciputat: Lintera
Press, 2006) Hati, 2001)------------------------,
Ibnu Qudamah, al-Mughni, (Beirut: Dar Membumikan Al Qur’an, Fungsi
al-Fikr, t.th.) dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan,
Ibn Rusd, Bidayatul Mujtahid, (Beirut: 2013)
Dar al-Fikr, t.th)
Muhammad Rasyid ibn ‘Ali Ridha, Tafsir
Imam Nakha’i dan Moh. Asra Ma’sum, al-Manar, (Mesir: al-Haiah al-
Mengenal Qawa’id Fiqhiyyah, Mishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab,
(Situbondo:Ibrahimy Press, 2011) 1990)
Khatib al- Syarbini,  Mughni al Muhtaj, Musthafa Ahmad al-Zarqa, al-Fiqh al-
(Beirut: Dar al-Fikr, t.th) Islami fi tsaubihi al-Jadid; al-Madkhal
Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughat wa al-Fiqh al-Amm, (Bairut: Daral Fikr,
al-‘Alam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1968)
1986) Mohammad Daud Ali, Hukum Islam:
Majid Khadduri, The Islamic Conception of Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Justice, ( John Hopkins University Hukum Islam di Indonesia, ( Jakarta:
Press,1984) Raja Grafindo Persada, 2000)
Masyuri, Teori Ekonomi Dalam Islam, Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah,
(Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005) ( Jakarta: Gaya Media Pratama,
Muhammad, Model-Model Akad 2007)
Pembiayaan di Bank Syariah,
(Yogyakarta: UII Press, 2009)

114 | Iqtishaduna Jurnal Ekonomi Syariah


Nurcholish Madjid, Cita-Cita Masyarakat Yazid Afandi, Fiqh Muamalah dan
Islam Era Reformasi, ( Jakarta: Implementasinya Dalam Lembaga
Paramadina, 1999) Keuangan Syariah, (Yogyakarta:
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, Logung Pustaka, 2009)
(Bandung: Pustaka Setia, 2001) http://www.iqtishadconsulting.com/
Rahmani Timorita Yulianti: Asas-Asas content/read/blog/asas-asas-
Perjanjian (Akad) Dalam Hukum ak ad-kontr ak-dalam-hukum-
Kontrak Syariah, LaRiba Jurnal syariah
Ekonomi Islam, Vol. II, No. 1, Juli http://mtaufiknt.wordpress.com/.../
2008, (Yogyakarta, 2008) hal-hal-terlarang-dalam-bisnis-2
Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: https://www.academia.edu/6621531/
Dar Al-Fikr, 1983) Fiqh_Muamalah_dan_Konsep _
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Akad
Syari’ah, Studi tentang Teori Akad http://journal.uii.ac.id/index.php/
dalam Fikih Muamalat, ( Jakarta: JHI/article/view/153/118
Rajawali Pers., 2007) https://jhupbooks.press.jhu.edu/
Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa content/islamic-conception-
Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, justice
1989)

Iqtishaduna Volume viii, Nomor 2, Juni 2017 | 115

Anda mungkin juga menyukai