Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. HUBUNGAN EKONOMI DAN HUKUM DALAM PERSPEKTIF SYRIAH


Ø Pengertian Hukum Ekonomi Syariah.
Bila merumuskan pengertian Ekonomi syariah dalam persi undang-undang no. 3
tahun 2006 tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan
agama, maka Ekonomi syariah adalah perbuatan dan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan
menurut prinsif syariah, antara lain :
a) Bank Syariah
b) Lembaga Keuangan mikro syariah
c) Asuransi syariah
d) Reasuransi syariah,
e) Reksa dana syariah
f) Obligasi Syariah dan surat berharga berjangka menengah syariah
g) Sekuritas Syariah
h) Pembiayaan Syariah
i) Pegadaian Syariah
j) Dana pension Lembaga keuangan syariah
k) Bisnis syariah.
l) Pengertian ekonomi syariah diatas, dapat dipahami

Disampi pengertian Ekonomi Syariah diatas ada juga pengetian lain


yang disebut dengan Ekonomi Islam. Prof. Dr. H. Zainuddin Ali berpendapat bahwa
pengertian Ekonomi Islam adalah kumpulan norma hukum yang bersumber dari Al-qur’an
dan Hadist yang mengatur mengatur Perekonomian umat manusia.

Ø HUBUNGAN EKONOMI DAN HUKUM


Pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan kehidupan social
masyarakat secara keseluruhan tidak terlepas dari hubungannya dengan permasalahan hukum.
Pertalian hukum dan ekonomi merupakan suatu ikatan klasik antara hukum dan kehidupan
social.
Dalam dekade belangan ini diakui adanya hubungan antara ekonomi dengan hukum
sehingga sering disebut pula hukum ekonomi. Hukum ekonomi merupakan keseluruhan
kaidah hukum yang mengatur dan yang mempengaruhi segala sesuatu yang berkaitn dengan
kegiatan dan kehidupan perekonomian. Hukum ekonomi ini bersifat lintas sektoral, nasional,
interdisipliner, dan trans nasional.
Menurut posner, sebagaimana dikutip Hikmahanto juana berperannya hukumharus
dilihat dari segi nilai, falue,keuangan, utility dan efisiensi (efficiency). Hukum dan ekonomi
merupakan dua sub system dari satu system kemasyarakatan yang saling berinteraksi satu
sama lain.
Setidaknya menurut studi yang diakukan para ahli,hukum dapat berperan dalam
bidang ekonomi karna kemampuannya menciptakan stabilitas, meramalkan dan fairness.

RUANG LINGKUP HUKUM EKONOMI ISLAM


Secara garis besar system matika hukum ekonomi islam dapat dikelompokan menjadi
3 yaitu:
1. Hukum I’tiqadiyyah (akidah).
Hukum ini mengatur hubungan rohaniyah manusia dengan Yang Maha Kuasa dalam masalah
keimanan dan ketaqwaan.
2. Hukaum Khuluqiyah (ahklah)
Hukum ini mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dan mahkluk lainnya.
3. Hukum Amaliyah (syari’ah)
Hukum ini mengatur hubungan lahiriyah antara manusia dengan sesama dan mahkluk lain.
Hukum muamalah dalam literature terinci kepada:
1. Hukum perdata (muamalat)
2. Hukum perkawinan (munakahat)
3. Hukum waris (al-mirats)
4. Hukum pidana (jinayat)
5. Politik (siyasah)
Dasar Hukum Ekonomi Islam

Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai sebuah
bagian dari konsep pengetahuan, demikian pula dengan ekonomi islam. Ada
beberapa dasar hukum yang menjadi landasan pemikiran dan penentuan konsep
ekonomi islam.

Beberapa dasar hukum Islam tersebut diantaranya adalah:


1. Al Qur'an. Ini merupakan dasar hukum utama konsep ekonomi islam, karena
Al Qur'an merupakan ilmu pengetahuan yang berasal langsung dari Allah.
Beberapa ayat dalam Al Qur'an merujuk pada perintah manusia untuk
mengembangkan sistem ekonomi yang bersumber pada hukum islam.
Diantaranya terdapat pada QS. Fuskilat:42, QS. Az Zumar:27, QS. Al Hasy:22
2. Hadist dan Sunnah. pengertian hadist dan sunnah adalah sebuah perilaku
Nabi yang tidak diwajibkan dilakukan manusia, namun apabila mengerjakan
apa yang dilakukan Nabi Muhammad maka manusia akan mendapatkan
pahala. Keduanya dijadikan dasar hukum ekonomi islam mengingat Nabi
Muhammad SAW sendiri adalah seorang pedagang yang sangat layak untuk
dijadikan panutan pelaku ekonomi modern.
3. Ijma', yaitu sebuah prinsip hukum baru yang timbul sebagai akibat adanya
perkembangan jaman. Ijma' adalah konsensus baik dari masyarakat maupun
cendikiawan agama, dengan berdasar pada Al Qur'an sebagai sumber hukum
utama.
4. Ijtihad atau Qiyas. Merupakan sebuah aktivitas dari para ahli agama untuk
memecahkan masalah yang muncul di masyarakat, dimana masalah tersebut
tidak tersebut secara rinci dalam hukum islam. Dengan merujuk beberapa
ketentuan yang ada, maka Ijtihad berperan untuk membuat sebuah hukum
yang bersifat aplikatif, dengan dasar Al Qur'an dan Hadist sebagai sumber
hukum yang bersifat normatif.

Asas muamalah
Dalam muamalah, harus dilandasi beberapa asas, karena tanpa asas ini, suatu tindakan
tidak dinamakan sebagai muamalah, Asas muamalah terdiri dari:
a. Asas ‘adalah
Asas ‘adalah (keadilan) atau pemerataan adalah penerapan prinsip keadilan dalam
bidang muamalah yang bertujuan agar harta tidak hanya dikuasai oleh segelintir orang saja,
tetapi harus didistribusikan secara merata di antara masyarakat, baik kaya maupun miskin,
dengan dasar tujuan ini maka dibuatlah hukum zakat, shodaqoh, infaq.
b. Asas Mu’awanah
Asas mu’awanah mewajibkan seluruh muslim untuk tolong menolong dan membuat
kemitraan dengan melakukan muamalah, yang dimaksud dengan kemitraan adalah suatu
startegi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan.
c. Asas Musyarakah
Asas musyarakah menghendaki bahwa setiap bentuk muamalah kerjasama antar pihak
yang saling menguntungkan bukan saja bagi pihak yang terlibat melainkan bagi keseluruhan
masyarakat, oleh karena itu ada harta yang dalam muamalat diperlakukan sebagai milik
bersama dan sama sekali tidak dibenarkan dimiliki perorangan.
d. Asas Manfaah (tabadulul manafi’)
Asas manfaah berarti bahwa segala bentuk kegiatan muamalat harus memberikan
keuntungan dan manfaat bagi pihak yang terlibat, asas ini merupakan kelanjutan dari prinsip
atta’awun (tolong menolong/gotong royong) atau mu’awanah (saling percaya) sehingga asas
ini bertujuan menciptakan kerjasama antar individu atau pihak –pihak dalam masyarakat
dalam rangka saling memenuhi keperluannya masing-masing dalam rangka kesejahteraan
bersama.
Asas manfaah adalah kelanjutan dari prinsip pemilikan dalam hukum Islam yang
menyatakan bahwa segala yang dilangit dan di bumi pada hakikatnya adalah milik Allah
SWT, dengan demikian manusia bukanlah pemilik yang berhak sepenuhnya atas harta yang
ada di bumi ini, melainkan hanya sebagai pemilik hak memanfaatkannya.
e. Asas Antarodhin
Asas antaradhin atau suka sama suka menyatakan bahwa setiap bentuk muamalat antar
individu atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-masing, Kerelaan disini dapat
berarti kerelaan melakukan suatu bentuk muamalat, maupun kerelaan dalam arti kerelaan
dalam menerima dan atau menyerahkan harta yag dijadikan obyek perikatan dan bentuk
muamalat lainnya.
f. Asas Adamul Gharar
Asas adamul gharar berarti bahwa pada setiap bentuk muamalat tidak boleh ada gharar
atau tipu daya atau sesuatu yang menyebabkan salah satu pihak merasa dirugikan oleh pihak
lainnya sehingga mengakibatkan hilangnya unsur kerelaan salah satu pihak dalam melakukan
suatu transaksi.
g. Kebebasan Membuat Akad
Kebebasan berakad/kontrak merupakan prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap
orang dapat membuat akad jenis apapun tanpa terikat pada nama-nama yang telah ditentukan
dalam undang-undang syariah dan memasukkan klausul apa saja dalam akad yang dibuatnya
itu sesuai dengan kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta bersama dengan jalan
batil.
h. Al Musawah
Asas ini memiliki makna kesetaraan atau kesamaan, artinya bahwa setiap pihak pelaku
muamalah berkedudukan sama.
i. Ash shiddiq
Dalam Islam manusia diperintahkan untuk menjunjung kejujuran dan kebenaran, jika
dalam bermuamalah kejujuran dan kebenaran tidak dikedepankan, maka akan berpengaruh
terhadap keabsahan perjanjian. Perjanjan yang didalamnya terdapat unsur kebohongan
menjadi batal atau tidak sah.

Asas-Asas Filsafat Hukum Ekonomi Islam


Dasar ekonomi Islam membimbing aktivitas ekonomi, sehingga sesuai dengan kaidah-kaidah
Islam. Sedangkan akhlak membimbing aktivitas ekonomi manusia agar senantiasa
mengedepankan moralitas dan etika untuk mencapai tujuan. Akhlak yang terpancar dari iman
akan membentuk integritas yang membentuk good corporate governance dan market diciplin
yang baik. Asas-Asas Filsafat Hukum ekonomi Islam terdiri atas tiga asas pokok, yaitu:
1. Dunia ini, semua harta dan kekayaan alam semesta milik Allah swt., dan menurut
kepada kehendak-Nya “Kepunyaan-Nyalah semua yang ada dilangit, semua yang
dibumi, semua yang diantara keduanya, dan semua yang di bawah tanah” (QS. Taha
ayat 6)
2. Allah swt itu Esa, pencipta segala mahluk dan semua yang diciptakan tunduk kepada-
Nya. Salah satu hasil ciptaan-Nya ialah manusia yang berasal dari subtansi yang
sama, serta sama memiliki hak dan kewajiban sebagai khalifah Allah dimuka bumi.
Alam ini, semua flora dan fauna ditundukan oleh Allah SWT sebagai sumber manfaat
ekonomis dan keindahan bagi umat manusia.
3. Iman kepada hari pengadilan (kiamat), hal ini akan mempengaruhi tingkah laku
ekonomi manusia menurut horizon waktu. Seorang muslim yang melakukan aksi
ekonomi tertentu akan mempertimbangkan akibatnya pada hari kemudian. artinya,
menurut dalil ekonomi (economic jargon), orang akan membandingkan manfaat dan
biaya (benefit-cost) dalam memilih kegiatan ekonomi dengan menghitung nilai
sekarang dari hasil yang akan dicapai pada masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. 2013. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Anda mungkin juga menyukai