Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya untuk melakukan aktivitas bisnis,


untuk memperoleh penghasilan guna mencukupi kebutuhan sehari baik itu untuk dirinya
sendiri atau untuk keluarganya, serta sebagai bekal dalam melaksanakan ibadah kepada
Allah SWT.

Berbagai macam jenis usaha dapat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan, seperti
bekerja sebagai buruh, sebagai pengusaha atau sebagai investor yang kesemuanya
tergantung pada bidang keahlian yang dimiliki. Kesemuanya itu boleh dilakukan selama
tidak melanggar ketentuan agama yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadis.

Salah satu bentuk aktifitas ekonomi yang dapat dilakukan sebagai pengusaha yaitu
musyarakah. Yakni perserikatan antara dua orang atau lebih dalam usaha untuk
memperoleh keuntungan dengan hasil ditanggung bersama. Yang dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai musyarakah.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah

1. Apa yang dimaksud dengan akad musyarakah?

2. Apasaja rukun dan syaratnya?

3. Apasaja jenis-jenis akad musyararakah?

4. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk akad musyarakah?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ini bertujuan untuk:


1. Untuk memahami pengertian dari akad musyarakah.
2. Untuk memahami rukun dan syarat akad musyarakad
3. Untuk memahami jenis jenis akad musyrakah
4. Untuk memahami bagaimana perlakuan akuntansi akad musyarakah.

1
1.4. Manfaat

Adapun manfaat penulisan ini bertujuan untuk:

1. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian dari akad musyarakah.


2. Agar mahasiswa dapat memahami rukun dan syarat akad musyarakad
3. Agar mahasiswa dapat memahami jenis jenis akad musyrakah
4. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana perlakuan akuntansi akad musyarakah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akad Musyarakah

Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The Muslim School
Trust , secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua
orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat
dipisahkan. Istilah lain dari akad musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.

PSAK No. 106 mendefinisikan musyarakah sebagai  akad kerja sama antara dua pihak
atau lebih untuk suatu usaha tertentu, di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan porsi kontribusi dana. Para
mitra bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai  sebuah usaha tertentu dalam
masyarakat, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru, apabila salah satu mitra
dapat mengembalikan dana tersebut dan bagi hasil yang telah disepakati nisbahnya secara
bertahap atau sekaligus kepada mitra lain.

Investasi musyarakah  dapat dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas.
Musyarakah merupakan akad kerja sama di antara para pemilik modal yang mencampurkan
modal mereka dengan tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah, para mitra sama-
sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja bersama
mengelola usaha tersebut. Dimana modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan
pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya.

Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam pekerjaan dan Ia menjadi wakil mitra
lain juga sebagai agen bagi usaha kemitraan. Sehingga seorang mitra tidak dapat lepas
tangan dari aktivitas yang di lakukan mitra lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis yang
normal. Dengan bergabungnya dua orang atau lebih hasil yang diperoleh diharapkan jauh
lebih baik dibandingkan jika dilakukan sendiri karena di dukung oleh kemampuan
akumulasi modal yang lebih besar, relasi bisnis yang lebih luas, keahlian yang lebih
beragam, wawasan yang lebih luas, pengendalian yang lebih tinggi, dsb.

Apabila usaha tersebut  untung maka keuntungan akan dibagikan kepada para mitra
sesuai dengan nisbah yang telah disepakati (baik persentase maupun periodenya harus

3
secara tegas dan jelas ditentukan di dalam perjanjian), sedangkan bila rugi akan
didistribusikan kepada para mitra sesuai dengan porsi modal dari setiap mitra. Hal tersebut
sesuai dengan prinsip system keuangan syariah yaitu pihak-pihak yang yang terlibat dalam
suatu transaksi harus bersama-sama menanggung (berbagi) risiko.

Pada dasarnya, atas modal yang ditanamkan tidak boleh ada jaminan dari mitra lainnya
karena bertentangan dengan prinsip untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al
ghurmi). Namun demikian, untuk mecegah mitra melakukan kelalaian, melakukan
kesalahan yang disengaja atau melanggar perjanjian yang sudah disepakati, diperbolehkan
meminta jaminan dari mitra lain atau pihak ketiga.

PSAK NO 106 par 7 memberikan contoh yang disengaja yaitu :

1. Pelanggaran terhadap akad; antara lain penyalahgunaan dana investasi, manipulasi biaya,
dan pendapatan operasional.

2. pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dalam musyarakah, dapat
ditemukan aplikasi ajaran islam tentang ta’awun (gotong royong), ukhwah (persaudaraan)
dan keadilan.

Selain musyarakah, terdapat juga kontrak investasi untuk bidang pertanian yang pada
prinsipnya sama dengan prinsip syirkah. Bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada
tanaman pertanian setahun dinamakan muzara’ah.Bila bibitnya berasal dari pemilik tanah,
maka disebut mukhabarah. Sedangkan bentuk kontrak bagi hasil yang diterapkan pada
tanaman pertanian tahunan disebut musaqat (Karim, 2003). Untuk menghindari
persengketaan di kemudian hari, sebaiknya akad kerja sama dibuat secara tertulis dan
dihadiri oleh para saksi. Akad perjanjian tersebut harus mencakup berbagai aspek antara lain
terkait dengan besaran modal dan penggunaannya (tujuan usaha musyarakah), pembagian
kerja di antara mitra, nisbah yang digunakan sebagai dasar pembagian laba dan periode
pembagiannya dsb.

Apabila terjadi hal yang tidak diinginkan, atau terjadi persengketaan, para pihak dapat
merujuk kepada kontrak yang telah disepakati bersama. Apabila terjadi sengketa dan tidak
terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa maka penyelesaiannya dilakukan
berdasarkan keputusan institusi yang berwenang, misalnya badan arbitrasi syariah.

4
2.2. Jenis Akad Musyarakah

Berdasarkan pendapat ulama fikih, akad syirkah dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

1. Syirkah Al Milk
Mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaannya muncul
apabila dua orang atau lebih memperoleh kepimilikan bersama (joing) atas suatu
kekayaan (asset) misalnya dua orang atau lebih menerima warisan/hibah/wasiat
sebidang tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik yang dapat dibagi atau tidak
dapat dibagi-bagi.
Contoh lain, berupa kepemilikan suatu jenis barang (misalnya, rumah) yang dibeli
bersama.

Keterangan:
1. Mitra 1 dan Mitra 2 menyepakati akad musyawarakah
2. proyek usaha sesuai akad musyawarah dikelola bersama
3. proyek usaha menghasilkan laba/rugi
4. jika untung dibagi sesuai nisbah.
Jika rugi, dibagi sesuai proporsi modal.

5
2. Syirkah Al’uqud (kontrak)
Syirkah Al’uqud yaitu kemitraan yang tercipta dengan kesepekatan dua orang atau
lebih untuk bekerja sama dalam mecapai tujuan tertentu. Setiap mitra dapat
berkontribusi dengan modal/dana dan atau dengan bekerja, serta berbagi keuntungan
dan kerugian. Berbeda dengan syirkah al milk, dalam kerja sama jenis ini setiap mitra
dapat bertindak sebagai wakil dari pihak lainnya Syirkah Al’quid dapat dibagi menjadi
sebagai berikut :
a. Syirkah Abdan (syirkah fisik), disebut juga syirkah a’mal (syirkah kerja) atau
syirkah shanaa’I (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah
penerimaan).
b. Syirkah wujuhadalah kerja sama antara dua pihak di mana masing-masing pihak
sama sekali tidak menyertekan modal. Mereka menjalankan usahanya
berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
c. Syirkah ‘Inan (negosiasi) adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan kompisisi
pihak-pihak yang terlibat didalamnya adalah tidak sama, baik dalam hal modal
maupun pekerjaan.
d. Syirkah Mufawwadhah adalah bentuk kerja sama di mana posisi dan kompisisi
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya harus sama, baik dalam hal modal,
pekerjaan, agama, keuntungan, maupun risiko kerugian.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) akad syirkah dibagi
dalam beberapa jenis yaitu:
1. Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No. 106 par
04). Contohnya : antara mitra A dan mitra P yang melakukan akad musyarakah
menanamkan modal yang jumlah awal masing-masing Rp20.000.000 , maka sampai
akhir masa akad syirkah modal mereka masing-masing tetap Rp20.000.000.
2. Musyarakah Menurun atau Musyarakah Mutanaqisah adalah musyarakah dengan
ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra
lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad mitra lain
tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut. (PSAK No.106 par 04)
contohnya : antara mitra A dan mitra P melakukan akad musyarakah, mitra P
menanamkan Rp 10.000.000 dan menanamkan Rp 20.000.000 . seiring berjalannya

6
kerjasama akad musyarakah tersebut, modal mitra P Rp 10.000.000 tersebut akan beralih
kepada mitra A melalui pelunasan secara bertahap yang dilakukan oleh mitra A .

2.3. Dasar Syariah

2.3.1. Sumber Hukum Akad Musyarakah

1. Al-Quran
“Maka mereka berserikat pada sepertiga.” (QS 4:12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh.”  (QS 38:24).
2. As-Sunah
Hadis Qudsi: “Aku (Allah) adalah pihak ketiga dari dua orang yang berserikat,
sepanjang salah seorang dari keduanya tidak berkhianat terhadap lainnya. Apabila
seorang berkhianat terhadap lainnya maka Aku keluar dari keduanya.”  (HR. Abu
Dawud dan Al-Hakim dari Abu Hurairah)
“Pertolongan Allah tercurah atas dua pihak yang berserikat, sepanjang keduanya
tidak saling berkhianat.” (HR. Muslim)
Berdasarkan keterangan Al-Quran dan Hadis tersebut, pada prinsipnya
seluruh ahli fiqih sepakat menetapkan bahwa hokum musyarakah adalah mubah,
meskipun mereka masih memperselisihkan keabsahan hukum dari beberapa jenis
akad musyarakah.
2.3.2. Rukun dan Ketentuan Syariah dalam Akad Musyarakah
Unsur yang harus ada dalam akad musyarakah atau rukun akad musyarakah ada
empat, yaitu:
1. Pelaku, terdiri dari atas para mitra
2. Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya akad
musyarakah yaitu harus ada modal dan kerja.
3. Ijab kabul/serah terima
4. Nisbah keuntungan
Ketentuan yang harus diperhatikan dalam melakukan akad musyarakah yaitu:
1. Pelaku: para mitra yang harus cakap dari hukum dan baligh.
2. Objek musyarakah
Objek musyarakah merupakan suatu konsekuensi dengan dilakukannya akad
musyarakah yaitu modal dan kerja.

7
a. Modal
1) Modal yang diberikan harus tunai.
2) Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, perak, aset
perdagangan, atau aset tidak berwujud seperti lisensi, hak paten, dsb.
3) Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus
ditentukan nilai tunainya terlebih dahulu dan harus disepakati bersama.
4) Modal yang diserahkan oleh setiap mitra harus dicampur. Tidak
dibolehkan pemisahan modal dari masing-masing pihak untuk
kepentingan khusus.
5)  Dalam kondisi normal, setiap mitra memiliki hak untuk mengelola aset
kemitraan.
6) Mitra tidak boleh meminjam uang atas nama usaha musyarakah, demikian
juga meminjamkan uang kepada pihak ketiga dari modal musyarakah,
menyumbang atau menghadiahkan uang tsb. Kecuali, mitra lain telah
menyepakatinya.
7) Seorang mitra tidk diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan
modal itu untuk kepentingannya sendiri.
8) Pada prinsipnya dalam musyarakah tidak boleh ada penjaminan modal,
seorang mitra tidak bisa menjamin modal mitra lainnya, karena
musyarakah didasarkan prinsip al-ghunmu bi al ghurmi-hak untuk
mendapat keuntungan berhubungan dengan risiko yang diterima.
9) Modal yang ditanamkan tidak boleh digunakan untuk membiayai proyek
atau investasi yang dilarang oleh syariah.
b. Kerja
1) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan
musyarakah.
2) Tidak dibenarkan bila salah seorang diantara mitra mengatakan tidak ikut
serta menangani pekerjaan dalam kemitraan tsb.
3) Meskipun porsi kerja antara satu mitra dengan mitra lainnya tidak harus
sama. Mitra yang porsi kerjanya lebih banyak boleh meminta bagina
keuntungan yang lebi besar.
4) Setiap mitra bekerja atas nama pribadi atau mewakili mitranya.
5) Para mitra harus menjalankan usaha sesuai denga syariah

8
6) Seorang mitra yang melaksanakan pekerjaan di luar wilayah tugas yang ia
sepakati, berhak mempekerjakan orang lain untuk menangani pekerjaan
tersebut.
7) Jika seorang mitra yang mempekerjakan pekerja lain untuk melaksanakan
tugas yang menjadi bagiannya, biaya yang timbul harus di tanggungnya
sendiri.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak
pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah
a. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh
para mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan diantara para mitra dapat
dihilangkan.
b. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Keuntungan harus dapat dikuantifikasi dan ditentukan dasar perhitungan
keuntungan tersebut. Misalnya, bagi hasil atau bagi laba.
d. Keuntungan yang dibagikan tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan
tetapi harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.
e. Mitra tidak dapat menentukan bagian keuntungannya sendiri.
f. Pada prinsipnya keuntungan milik para mitra namun diperbolehkan
mengalokasikan keuntungan untuk pihak ketiga bila disepakati.

2.3.3. Berakhirnya Akad Musyarakah

Akad musyarakah akan berakhir, jika:

1. Salah seorang mitra menghentikan akad.

2. Salah seorang mitra meninggal, atau hilang akal.

Dalam hal ini mitra yang meninggal atau hilang akal dapat digantikan oleh salah
seorang ahli warisnya yang cakap hukum (baligh dan berakal sehat). Apabila
disetujui oleh semua ahli waris lain dan mitra lainnya.

3. Modal musyarakah hilang/habis.

9
Apabila salah satu mitra keluar dar kemitraan baik dengan mengundurkan diri,
meninggal atau hilang akal maka kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena
musyarakah berawal dari kesepakatan utuk bekerja sama dan dalam kegiatan
opersaional setiap mitra mewakili mitra lainnya. Salah seorang mitra tidak ada
lagi berarti hubungan perwakilan itu sudah tidak ada.

2.4. Penetapan Nisbah Dalam Akad Musyarakah

Nisbah dapat ditentukan melalui dua cara, yaitu:

1. Pembagian keuntungan proporsional sesuai modal


Dengan cara ini, keuntungan harus dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai
modal yang disetorkan, tanpa memandang apakah suatu jumlah pekerjaan yang
dilaksankan oleh para mitra sama ataupun tidak sama. Apabila salah satu pihak
menyetorkan modal lebih besar, maka pihak tersebut akan mendapatkan proporsi laba
yang lebih besar.
Jika para mitra mengatakan “keuntungan akan dibagi diantara kita”, berarti keuntungan
akan di alokasikan menurut porsi modal masing-masing mitra.
2. Pembagian keuntungan tidak proporsional dengan modal
Dengan cara ini, dalam penetuan nisbah yang dipertimbangkan bukan hanya modal yang
disetorkan, tapi juga tanggung jawab, pengalaman, kompetensi atau waktu kerja yang
lebih panjang. Nisbah bisa ditentukan sama untuk setiap mitra 50:50 atau berbeda 70:30
misalnya proporsional dengan modal masing-masing mitra. Begitu para mitra sepakat
atas nisbah tertentu berarti dasar inilah yang digunakan untuk pembagian keuntungan.

2.5. Perlakuan Akuntansi (PSAK 106)

Perlakuan Akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu Mitra Aktif dan Mitra Pasif. Mitra aktif adalah pihak yang mengelola usaha
musyarakah baik mengelola sendiri ataupun merujuk pihak lain untuk mengelola atas
namanya, mitra aktif juga bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sehingga mitra
aktif yang akan melakukan pencatatan akuntansi, atau jika dia menunjuk pihak lain untuk
ikut mengelola usaha maka pihak tersebut yang akan melakukan pencatatan akuntansi;
sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha biasanya adalah
lembaga keuangan.

10
2.5.1. Akuntansi Untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif

Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif dianggap sama, Karena dalam
illustrasi ini pencatatan akuntansi ini untuk usaha musyarakah dilakukan oleh pihak
ketiga yang ditunjuk agar lebih muda di illustrasikan. Jadi, pada hakikatnya jurnal
yang dibuat oleh pihak ketiga atau Mitra Aktif adalah sama. Perbedaannya jika
pencatatan dilakukan oleh Mitra Aktif, maka ia harus membuat akun buku besar
pembantu untuk memisahkan pencatatan dari transaksi musyarakah dengan transaksi
lainnya.

1. Pengakuan investasi musyarakah


Investasi Musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas untu
usaha musyarakah.
2. Biaya Pra-akad
Biaya pra-akad yang terjadi akibat musyarakah (misalnya biaya studi kelayakan)
tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada persetujuan
dari seluruh mitra musyarakah.
Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluarkan biaya :
Dr.Uang muka akad xxx
Kr.Kas xxx

Apabila mitra lain sepakat, biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka dicatat sebagai nilai investasi musyarakah.
Jurnal :
Dr.Investasi musyarakah         xxx
Kr.Uang muka akad             xxx

Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka akan di catat sebagai beban.
Jurnal :
Dr.Beban musyarakah             xxx
Kr.Uang muka akad             xxx

3. Pengukuran investasi musyarakah


Penyerahan kas atau aset nonkas sebagai modal untuk investasi musyarakah

11
a. apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang
diserahkan, maka jurnal :
Dr.Investasi musyarakah-kas xxx
Kr.Kas                     xxx

b. Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka di nilai sebesar nilai wajar
dan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku,
maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset
musyarakah ( dilaporkan dalam bagian ekuitas), maka Jurnal:
Dr.Investasi musyarakah-aset nonkas xxx
Dr.Akumulasi penyusutan xxx
Kr.Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Kr.Aset nonkas                             xxx

Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad


musyarakah menjadi keuntungan.
Jurnal :
Dr.Selisih penilaian aset musyarakah xxx
Kr.Keuntungan                      xxx

Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku, maka
selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset
nonkas.

Jurnal :

Dr.Investasi musyarakah-aset nonkas xxx

Dr.akum.Penyusutan xxx

Dr.Kerugian penurunan nilai xxx

Kr.Aset nonkas                         xxx

Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan diakhir akad akan diterima
kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai

12
wajar, dengan masa manfaat berdasarkan masa akad atau masa manfaat
ekonomi aset

Jurnal :

Dr.Beban Depresiasi             xxx

Kr.Akumulasi Depresiasi  xxx

Untuk mitra pasif, akun selisih penilaian aset musyarakah digantikan dengan
akun keuntungan tangguhan dan diamortisasikan selama masa akad. Apabila
aset nonkas dikembalikan di akhir akad maka akun investasi musyarakah
nonkas akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan aset yang
diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan.

4. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan maka jurnal :


Dr.Kas/piutang                 xxx
Kr.Pendapatan bagi hasil         xxx

Apabila dari investasi yang dilakukan rugi maka jurnal :


Dr.Kerugian                 xxx
Kr.Penyisihan Kerugian             xxx

5. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang disepakati
ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika akad musyarakah berkhir, aset
nonkas akan di likuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari
penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dan nilai jual) didistribusikan pada
setiap mitra sesuai nisbah.

Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan poenjualan
aset nonkas menghasilkan keuntungan , maka jurnal :

Dr.Kas                     xxx

Kr.Investasi musyarakah         xxx

Kr.Keuntungan                 xxx

13
Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan aset
nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal :

Dr.Kas                      xxx

Dr.Penyisihan kerugian xxx

Kr.Investasi musyarakah         xxx

Kr.Keuntungan xxx

Pencatatan diakhir akad :

a. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas. Jika tidak ada kerugian,
maka jurnal:

Dr.Kas                     xxx

Kr.Investasi musyarakah         xxx

Jika ada kerugian, maka jurnal :

Dr.Kas                     xxx

Dr.Penyisihan kerugian             xxx

Kr.Investasi musyarakah xxx

b. Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam bentuk
aset nonkas yang sama pada akhir akad. Jika tidak ada kerugian , maka jurnal :
Dr.Aset nonkas                      xxx
Kr.Investasi musyarakah             xxx

Jika ada kerugian , mitra yang menyerahkan aset nonkas harus menyetorkan uang
sebesar nilai kerugian, maka jurnal :

Dr.Penyisihan Kerugian             xxx

Kr.Kas                     xxx

Dr.Aset nonkas  xxx

Kr.Investasi musyarakah          xxx

14
6. Bagian mitra aktif untuk jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian
dana mitra secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah kas
atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah jumlah
dana syirkah temporer yang telah dikembalikan pada mitra pasif dikurangi rugi
jika ada.Sedangkan bagian mitra pasif nilai investasi musyarakahnya sebesar kas
atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal akad dikurangi dengan
pengembalian dari mitra aktif jika ada.

7. Penyajian

Mitra aktif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan sebagai berikut:

a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang diterima oleh
mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah
b. Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai unsur dana
syirkah temporer
c. Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagai unsur ekuitas

Mitra pasif menyajikan hal-hal yang terkait dengan usaha musyarakah dalam
laporan keuangan sebagai berikut:

a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai
investasi musyarakah.

b. Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan


pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari
musyarakah.

8. Pengungkapan

Mitra mengungkapkan hal-hal yang terkait transaksi musyarakah, tetapi tidak


terbatas, pada:

a. Isi kesepakatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian hasil
usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain-lain;
b. Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif; dan
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.

15
2.5.2. Akuntansi untuk Pengelola Dana

Akuntansi untuk pengelola musyarakah dilakukan oleh mitra aktif atau pihak
yang mewakilinya.Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif
diakui sebagai dana syirkah temporer sebesar:

1. Penerimaan dana musyarakah dari mitra fasif atauu mitra aktif diakui sebagai dana
syirkah temporer sebesar:

a. Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas, dan jurnal:

Dr. Kas                    xxx

Kr. Dana Syirkah Temporer        xxx

Selanjutnya untuk dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam bentuk sub
ledger) antara dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra pasif.

b. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan dicatat
sebesar nilai wajarnya dan jurnal:

Dr. Aset Nonkas         xxx

Kr. Dana Syirkah Temporer xxx

Apabila di akhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang mencatat
beban depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar dan disusutkan
selama masa akad atau selama umur ekonomis.Sedangkan jika dikembalikan,
yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang menyerahkan aset nonkas
sebagai modal investasinya.

Dr. Beban depresiasi             xxx

Kr. Akumulasi Depresiasi xxx

2. Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan mitra pasif

Saat mencatat pendapatan:

Dr. Kas/Piutang               xxx

Kr. Pendapatan                 xxx

16
Saat mencatat beban:

Dr. Beban xxx

Kr. as/Utang xxx

Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh keuntungaan:

Dr. Pendapatan                   xxx

Kr. Beban                         xxx

Kr. Pendapatan yang Belum Dibagikan         xxx

Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana:

Dr. Beban Bagi Hasil Musyarakah xxx

Kr. Utang Bagi Hasil Musyarakah             xxx

Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:

Dr. Utang bagi hasil Musyarakah xxx

Kr. Kas xxx

Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikan dan beban bagi hasil
ditutup.Jurnal:

Dr. Pendapatan yang Belum Dibagikan      xxx

Kr. Beban bagi hasil                     xxx

Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:

Dr. Pendapatan xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Beban xxx

Jika kerugin akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha, maka
kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha
musyarakah.Jurnal:

17
Dr. Penyisihan Kerugian-Mitra Aktif xxx

Kr. Kerugian yang Belum Dialokasikan xxx

3. Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad.

a. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa kas, maka jurnal:

Dr. Dana Syirkah Temporer xxx

Kr. Kas xxx

Kr. Penyisihan Kerugian xxx

b. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
dikembalikan, maka jurnal:

Dr. Dana Syirkah Temporer xxx

Kr. Aset Nonkas xxx

Jika aset harus dikembalikan, dan terjadi kerugian maka mitra yang menyerahkan
aset nonkas harus menyerahkan kas untuk menutup kerugian.Jurnal:

Dr. Kas xxx

Kr. Penyisihan Kerugian xxx

c. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir akad
akan dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus dilikuidasi/dijual
terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara
nilai buku dengan nilai jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai kesepakatan.
Jika penjualan tersebut menghasilkan keuntungan maka akan menambah dana
mitra. Jurnal:

Dr. Kas xxx

Dr. Akumulasi Depresiasi xxx

Kr. Aset Nonkas xxx

Kr. Keuntungan xxx

18
Keuntungan ditutup ke dana syirkah temporer, jurnalnya:

Dr. Keuntungan xxx

Kr. Dana Syirkah Temporer xxx

Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akan di tagih kepada mitra, maka
jurnal:

Dr. Kas xxx

Dr. Akumulasi Depresiasi xxx

Dr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Aset Nonkas xxx

Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari penjualan aset
nonkas mengalami keuntungan, jurnal:

Dr. Dana Syirkah Temporer xxx

Kr. Kas xxx

Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan aset nonkas
mengalami keuntungan, jurnal:

Dr. Dana Syirkah Temporer xxx

Kr. Penyisihan Kerugian xxx

Kr. Kas xxx

Contoh kasus :

Kerja sama mengalami kerugian sebesar Rp 80 juta akibat kerusakan persediaan kayu
(gelondongan dan gergajian). Dana bank belum dapat dikembalikan seluriuhnya
karena tertanam dalam piutang yang baru akan dibayar 3 bulan mendatang. Adapun
dana yang tersedia untuk angsuran bank sebesar Rp 200 juta saja.

19
Jurnal:

Pengembalian porsi/dana bank

Rekening Debet Kredit

Giro-Rp-Debitur Rp 200 juta

Pembinaan-musyawarah Rp 200 juta

Distribusi Kerugian

Misalnya sesuai perbandingan modal,bank dibebani sebesar Rp 60 juta.

Rekening Debet Kredit

Kerugian-Musyarakah Rp 60 juta

Pembiayaan-Musyarakah Rp 60 juta

Adapaun sisa pembiyaan musyarakah sebesar Rp 40 juta masih berupa tagihan.

Perhitungan:

= Porsi bank-dana yang dikembalikan-rugi beban ban

=Rp 300 juta- Rp 200 juta- Rp 60 juta

Rekening Debet Kredit

Piutang-Musyarakah Rp 40 juta

Pembiayaan-Musyarakah Rp 40 juta

20
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Investasi musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
menjalankan sesuatu usaha tertent dengan tujuan mencari keuntungan dimana masing
masing pihak memberikan kontribusi modal dan kerja. Hal ini yang membedakan antara
musyarakah dengan mudharabah, dimana dalam mudharabah hanya salah satu pihak saja
sebagai penyandang dana.

Setiap mitra harus memberi kontribusi dalam pekerjaan dan ia menjadi wakil mitra
lain yaitu sebagai agen bagi usaha kemitraan. Oleh karena itu, seorang mitra tidak dapat
lepas tangan dari aktivitas yang dilakukan mitra lainnya dalam menjalankan aktivitas bisnis
yang normal. Apabila usaha tersebut untung maka keuntungan akan dibagikan kepada para
mitra sesuai dengan nisbah yang disepakati (baik berdasarkan modal maupun cara lain yang
disepakati), sedangkan bila rugi akan didistribusikan pada para mitra seusuai dengan porsi
modal dari setiap mitra.

Musyarakah adalah transaksi halal, karena atas sumber hukum yang kuat baik Al-
Quran maupun As-Sunah, sepanjang seluruh rukun dan ketentuan syariah nya terpenuhi.
Untuk pencatatan akuntansi musyarakah telah diatur pada PSAK No. 106. Tanggung jawab
pencatatan berada dipihak mitra aktif sebagai pengelola, namun mitra aktif dapat
melakukannya sendiri atau menunjuk pihak lain untuk melakukannya. Jika mitra aktif
memilih melakukannnya sendiri maka mitra aktif harus melakukannya secara terpisah
dengan catatan lainnya, minimal ada buku besar pembantu yang berfungsi untuk melakukan
pencatan terpisah untuk transaksi musyarakah tersebut.

3.2. Saran

1. Bagi para pengusaha yang usahanya berbentuk akad musyarakah suapaya dapat
memahami dengan benar mengenai aturan dan pencatatan yang diatur dalam akuntansi
dan menghindari transaksi yang mengandung unsur-riba.

2. Kritik dan saran dari pembaca semua sangat kami harapkan demi kesempurnaan
penulisan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri, Wasilah. 2013. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi Ke-4. Jakarta: Salemba
Empat.

Suwiknyo,Dwi,2010 . Pengantar Akuntansi Syariah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

22

Anda mungkin juga menyukai