Pertanian
Oleh :
Ulfa Muallifah
i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………...2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kerjasama…………………………………………………………………….4
B. Bentuk Kerjasama Lahan Pertanian Dalam Islam………………………………………..5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………...12
ii
01
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Meski dibekali akal
pikiran untuk memenuhi kebutuhan sendiri, tetapi manusia tidak dapat hidup sendiri
tanpa bantuan manusia lain. Salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan melakukan kerja sama. Setiap manusia selalu melakukan kerja
sama dengan manusia lain dalam berbagai bidang kehidupan. Kerja sama antar
sesama manusia berarti setiap manusia saling membantu satu sama lainnya dalam
melaksanakan suatu kegiatan untuk mewujudkan tujuan bersama.
1
B. Rumusan Masalah
01
Apa Pengertian
Kerjasama?
02
Apa Saja Bentuk Kerjasama
Lahan Pertanian dalam Islam?
2
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui Pengertian
Kerjasama
01 02
3
02
Pembahasan
A. Pengertian Kerjasama
● Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerja sama adalah kegiatan atau usaha
yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk mencapai
tujuan bersama.
● Menurut Kamus Oxford kerja sama adalah bekerja bersama menuju akhir yang sama.
● Soerjono Soekanto menyatakan kerja sama merupakan suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu.
● Basrowi menyatakan kerja sama merupakan proses sosial di mana di dalamnya terdapat
aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu
dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing.
● Pamudji mengartikan kerja sama adalah pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan melakukan interaksi antar individu yang melakukan kerja sama sehingga tercapai
tujuan yang dinamis. Menurut Pamudji, ada tiga unsur yang terkandung dalam kerja sama
yaitu, orang yang melakukan kerja sama, adanya interaksi dan adanya tujuan yang sama.
● Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan kerja sama adalah bentuk hubungan
antara manusia yang satu dengan manusia lainnya yang saling berinteraksi dan saling
menguntungkan untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan hal tersebut, maka terdapat
tiga prinsip dalam kerja sama yaitu, berorientasi pada tercapainya tujuan yang baik,
memperhatikan kepentingan bersama dan saling menguntungkan.
4
B. Bentuk Kerjasama Lahan Pertanian dalam Islam
1. Muzara’ah
Secara etimologi, muzara’ah berarti kerjasama di bidang pertanian antara pihak
pemilik tanah dan petani yang akan menggarap lahan. Secara terminologi, terdapat beberapa
definisi muzara’ah yang dikemukakan ulama fiqih.
Ulama Malikiyah, mendefinisikan muzara’ah sebagai perserikatan dalam pertanian.
Ulama Hanbaliah, mendefinisikan muzara’ah merupakan penyerahan tanah pertanian kepada
petani untuk digarap dan hasilnya dibagi berdua.
Ulama Syafi’I, mendefinisikan muzara’ah merupakan pengelolaan tanah oleh petani dengan
imbalan hasil pertanian, sedangkan bibit pertanian disediakan penggarap tanah.
Ulama Hanafiyah, muzara’ah ialah akad untuk bercocok tanam dengan sebagian yang keluar
dari bumi.
Jadi muzara’ah yaitu kerjasama antara pemilik tanah dan penggarap tanah dengan
perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, sedangkan benih (bibit)
tanaman berasal dari pemilik tanah.
5
a. Dasar Hukum Muzara’ah
Muzara’ah hukumnya diperselisihkan oleh para fuqaha. Imam Abu Hanafiah dan Zufar,
Imam Asy-Syafi’I tidak membolehkannya, akan tetapi sebagian Syafi’iyah membolehkannya, dengan
alasan kebutuhan (hajah). Dengan landasan hadist Nabi SAW berikut :
ِ ِ
َ اللْه َعلَيْ ْه َو َسلَّ َْم ََنَى َع ِْن ال همَز َار َع ْة َواََمَْر ِِبملهَؤ
ْاجَرِة ّ صلَّى ِّْ الله َعن ْهه اَ َّْن َر هسو هْل
َ الل ّْ اك َر ِض َْي
ِْ َّح ِْ ِو َعنْ ََثب
َ ت ب ِْن الض
“Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW melakukan kerjasama (penggarapan tanah)
dengan penduduk Khaibar dengan imbalan separuh dari hasil yang keluar dari tanah
tersebut, baik nuah-buahan maupun tanaman.” (Muttafaq ‘alaih)
6
Imam Bukhari mengatakan bahwa telah berkata Abu Ja’far, “Tidak ada satupun di Madinah
kecuali penghuninya mengelola tanah secara muzara’ah dengan pembagian hasil 1/3 dan 1/4”. Hal ini telah
dilakukan oleh Sayyidina Ali, Sa’ad bin Abi Waqash, Ibnu Mas’ud , Umar bin Abdul Aziz, Qasim, Urwah,
keluarga Abu Bakar, dan Keluarga Ali bin Abi Thalib.
• Pemilik dan penggarap tanah harus orang yang sudah baligh dan berakal
• Benih yang akan ditanam harus jelas dan akan menghasilkan
• Syarat yang menyangkut tanah pertanian adalah sebagai berikut :
Tanah yang akan digarap harus jelas bahwa akan menghasilakan, tidak boleh tanah yang tandus
dan kering.
Batas-batas tanah itu jelas.
Tanah diserahkan sepenuhnya kepada petani untuk digarap dan pemilik tanah tidak boleh ikut
menggarap tanah.
• Syarat yang menyangkut hasil panen sebagai berikut :
Pembagian hasil panen harus jelas.
Hasil panen benar-benar milik bersama orang yang berakad, tanpa boleh ada pengkhususan.
Pembagian hasil panen harus ditentukan : setengah, sepertiga, atau seperempat, dari awal akad,
sehingga tidak timbul perselisihan dikemudian hari, dan penentuannya tidak boleh berdasarkan jumlah
tertentu secara mutlak, contohnya satu kwintal untuk pekerja, atau satu karung, karena kemungkinan hasil
seluruh panen jauh dibawah itu atau dapat juga jauh melampaui jumlah itu.
• Syarat yang menyangkut jangka waktu juga harus dijelaskan sejak akad, karena akad muzara’ah
mengandung makna akad al-ijarah (sewa-menyewa) dengan imbalan sebagian hasil panen. Oleh karena
itu, jangka waktunya harus jelas.
8
d. Berakhirnya Akad Muzara’ah
e. Hikmah Muzara’ah
Sebagian orang ada yang memiliki hewan ternah, memiliki sawah dan dapat menggarap dan
mengembangkan sawahnya. Tetapi jika seseorang memiliki hewan ternak dan tidak memiliki lahan untuk
ditanami ataupun sebaliknya, maka dengan muzara’ah kita belajar untuk saling bekerjasama demi bisa
memnuhi kebutuhan masing-masing. Kerjasama dalam muzara’ah, dimana pemilik lahan menyerahkan
lahan dan bibit, sedangkan penggarap tanah mengelola dan bekerja menggunakan hewan ternaknyadan akan
mendapatkan bagiannya masing-masing, maka yang terjadi adalah kemakmuran bumi, dan semakin luasnya
daerah pertanian yang merupakan sumber kekayaan terbesar.
9
2. Mukhabarah
10
03
Penutup
A. Kesimpulan
kerja sama adalah bentuk hubungan antara manusia yang satu dengan
manusia lainnya yang saling berinteraksi dan saling menguntungkan untuk mencapai
tujuan bersama.
Bentuk kerjasama lahan pertanian didalam islam ada 2 yaitu yang
dikenal dengan istilah muzara’ah dan mukhabarah.
Muzara’ah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan penggarap tanah dengan
perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, sedangkan
benih (bibit) tanaman berasal dari pemilik tanah.
Sedangkan mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan penggarap tanah
dengan perjanjian bagi hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama,
sedangkan benih (bibit) tanaman berasal dari penggarap tanah.
Kedua bentuk kerjasama dalam mengolah lahan pertanian ini memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing dan untuk
mensejahretakan hidup.
11
Daftar Pustaka
Nugraha, Yoni. Jujun Kurnia. Muhammad Saleh. Muhammad Habib. 2017. “Sistem Bagi
Hasil Pengelolaan Lahan Pertanian dalam Perspektif Ekonomi Islam”. Jurnal. 19-20.
Saputra, Ariansyah Jaya. 2016. “Kerjasama Pengelolaan Lahan Pertanian dalam Perspesktif
Ekonomi Islam”. Skripsi. Palembang: Universitas Raden Fatah.
http://jurnal.iailm.ac.id/index.php/mutawasith/article/download/154/134/
12
Jazakumullahu
Khairan !