Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH TAFSIR JUZ ‘AMMA

TAFSIR SURAH AL-FALAQ DAN SURAH AN-NAAS

Dosen Pengampu :

Rumba Triana, S.Th.I., M.Pd.I

Disusun Oleh :

Ulfa Muallifah ( 202031029 )

KELAS B

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

STAI AL HIDAYAH BOGOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya


tugas makalah yang berjudul “Tafsir Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas” ini
sebagai syarat yang menunjang nilai mata kuliah Tafsir Juz ‘Amma. Makalah ini
berisi penjelasan tafsir dari Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas, Asbabun Nuzul
diturunkannya Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas, hubungan Surah Al-Falaq dan
Surah An-Naas dan berisi hikmah dari mempelajari isi kandungan Surah Al-Falaq
dan Surah An-Naas.

Penulisan makalah ini tentu tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Ustadz Rumba Triana, S.Th.I., M.Pd.I, selaku dosen mata kuliah Tafsir Juz ‘Amma
atas bimbingan dan arahannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam makalah ini. Oleh


karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya
makalah ini selanjutnya. Semoga makalah ini dapat membawa membawa manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca, sehingga menambah wawasan para pembaca
dan juga dapat memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Juz ‘Amma.

Bogor, 10 Desember 2021

Penulis,

Ulfa Muallifah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Asbabun Nuzul Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas ........................ 3


B. Ayat dan Terjemah Surah Al-Falaq .................................................. 4
C. Arti dan Penjelasan Mufrodat Surah Al-Falaq .................................. 4
D. Penjelasan Ayat Surah Al-Falaq ....................................................... 6
E. Ayat dan Terjemah Surah An-Naas .................................................. 11
F. Arti dan penjelasan Mufrodat Surah An-Naas .................................. 12
G. Penjelasan Ayat Surah An-Naas ....................................................... 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 20

A. Kesimpulan ....................................................................................... 20
B. Hikmah dan Keutamaan Membaca Surah Al-Falaq dan Surah
An-Naas............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Meminta perlindungan (isti’adzah) merupakan ibadah. Karena
menghilangkan marabahaya dan kejelekan tidak ada yang mampu
melakukannya selain Allah subhanahu wa ta’ala. Segala sesuatu yang tidak ada
yang mampu melakukannya kecuali Allah, maka hal yang demikian tidaklah
boleh dilakukan (ditujukan) kecuali pada Allah semata. Apabila hal semacam
ini diminta kepada selain Allah, termasuk perbuatan syirik. Ta’awudz
(isti’adzah) adalah meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
agar terhindar dari marabahaya.1
Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas, keduanya disebut al-mu’awwidzatain.
Yakni dua surat yang menuntun pembacanya menuju tempat perlindungan.
Surah Al-Falaq disebut al-mu’awwidzah al ‘ula. Sedangkan Surah An-Naas
disebut al-mu’awwidzah ats tsaaniyah. Oleh Al-Qurthubi dua Surah ini juga
disebut al-muqasyqisyatain. Yaitu yang membebaskan manusia dari
kemunafikan. Surah ini turun bersama surah Al-Falaq. Menurut pendapat
Hasan, Atha’, Ikrimah dan Jabir, Surah An-Naas adalah surah Makkiyah. Ini
merupakan pendapat mayoritas. Namun ada juga yang berpendapat Surah An-
Naas adalah Madaniyah berdasarkan riwayat Ibnu Abbas dan Qatadah.
Latar belakang diturunkannya Surah A-Falaq dan Surah An-Naas adalah
terkait dengan peristiwa ketika Rasulullah SAW sakit parah akibat disihir
seorang Yahudi yang bernama Lubaid bin A’sham. Lubaid bin A’sham
menyihir Rasulullah dengan media pelepah kurma berisi rambut beliau yang
rontok ketika bersisir, beberapa gigi sisir beliau serta benang yang terdapat 11
ikatan yang ditusuk jarum. Atas kejadian itu, Allah menurunkan Surah Al-Falaq
dan Surah al-Naas. Jumlah ayat kedua Surah ini sebanyak 11 ayat (Surah Al-
Falaq terdiri dari 5 ayat, sementara Surah An-Naas terdiri dari 6 ayat). Setiap
kali satu ayat yang dibaca dari kedua surah ini, setiap kali itu pula satu simpul

1
I’anatul Mustafid; Mutiara Faedah Kitab Tauhid, 95

1
sihir terbuka hingga Rasulullah merasa lebih ringan. Ketika seluruh ayat telah
dibacakan, terlepaslah seluruh ikatan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Asbabun Nuzul Diturunkannya Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas?
2. Bagaimana Bunyi Ayat dan Terjemah Surah Al-Falaq?
3. Bagaimana Arti dan Penjelasan Dari Mufrodat Surah Al-Falaq?
4. Bagaimana Penjelasan Ayat Surah Al-Falaq?
5. Bagaimana Bunyi Ayat dan Terjemah Surah An-Naas?
6. Bagaimana Arti dan Penjelasan Dari Mufrodat Surah An-Naas?
7. Bagaimana Penjelasan Ayat Surah An-Naas?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Asbabun Nuzul Diturunkannya Surah Al-Falaq dan Surah An-
Naas
2. Mengetahui Bunyi Ayat dan Terjemah Surah Al-Falaq
3. Mengetahui Arti dan Penjelasan Dari Mufrodat Surah Al-Falaq
4. Mengetahui Penjelasan Ayat Surah Al-Falaq
5. Mengetahui Bunyi Ayat dan Terjemah Surah An-Naas
6. Mengetahui Arti dan Penjelasan Dari Mufrodat Surah An-Naas
7. Mengetahui Penjelasan Ayat Surah An-Naas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asbabun Nuzul Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas


Surah Al Falaq merupakan surah ke-113 dalam Al Quran. Namun dalam
urutan turunnya, ia merupakan surah ke-20. Surah Al Falaq terdiri dari lima
ayat. Kata Al Falaq yang berarti “yang terbelah” diambil dari ayat pertama. Ia
disebut pula surah “Qul a’udzu birabbil falaq”. Sedangkan Surah An-Naas
merupakan surah yang terakhir dalam Al-Qur’an yaitu surah ke-114. Yang
mana surah ini terdiri dari 6 ayat termasuk surah yang turun di kota Mekah.
Kata ‫( الناس‬An-Nas) disebut sebanyak lima kali dalam surat ini yang mempunyai
arti “manusia” diambil dari ayat pertama atau disebut pula surah “Qul a’udzu
birobbin naas”.
Bersama surat An Nas, keduanya disebut al mu’awwidzatain. Yakni dua
surat yang menuntun pembacanya menuju tempat perlindungan. Surat Al Falaq
disebut al mu’awwidzah al ‘ula. Sedangkan Surat An Nas disebut al
mu’awwidzah ats tsaaniyah. Surat Al Falaq dan Surat An Nas juga disebut al
muqasyqisyatain. Yaitu dua surat yang membebaskan manusia dari
kemunafikan. Surat ini turun satu paket dengan surat An Nas. Menurut pendapat
Hasan, Atha’, Ikrimah dan Jabir, keduanya adalah surat makkiyah. Ini
merupakan pendapat mayoritas. Namun ada juga yang berpendapat keduanya
adalah madaniyah berdasarkan riwayat Ibnu Abbas dan Qatadah.

Asbabun nuzul surat Al Falaq ini, kafir Quraisy Makkah berupaya


mencederai Rasulullah dengan ‘ain. Yakni pandangan mata yang merusak atau
membinasakan. Ada kepercayaan tertentu bahwa mata melalui pandangannya
bisa membinasakan. Dan memang ada orang-orang tertentu yang matanya
demikian. Maka Allah menurunkan dan mengajarkan Surat Al Falaq dan Surat
An Nas kepada Rasulullah untuk menangkalnya. Ini asbabun nuzul yang
menjadi tumpuan pendapat bahwa Surat Al Falaq adalah makkiyah. Asbabun
nuzul yang menjadi dasar pendapat ayat ini Madaniyah, surat ini diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad saat seorang Yahudi Madinah bernama Lubaid

3
bin A’sham menyihir beliau. Lubaid bin A’sham menyihir Rasulullah dengan
media pelepah kurma berisi rambut beliau yang rontoh ketika bersisir, beberapa
gigi sisir beliau serta benang yang terdapat 11 ikatan yang ditusuk jarum. Lalu
Allah menurunkan Surat Al Falaq dan An Nas.Setiap satu ayat dibacakan,
terlepaslah satu ikatan hingga Rasulullah merasa lebih ringan. Ketika seluruh
ayat telah dibacakan, terlepaslah seluruh ikatan tersebut. Namun riwayat ini
ditolak oleh Ibnu Katsir. Beliau menguatkan pendapat bahwa surat Al Falaq dan
An Nas adalah surat makkiyah.

B. Ayat dan Terjemah Surah Al-Falaq

‫( َوِمن َش ِر‬٣) ‫ب‬ ‫ق‬


َ ‫و‬ ‫ا‬‫ذ‬
َ ِ
‫إ‬ ٍ
‫ق‬ ِ َ‫( وِمن َش ِر غ‬٢) ‫( ِمن َش ِر ما َخلَ َق‬١ ) ‫ب ۡٱل َفلَ ِق‬
‫اس‬ ِ ‫قُ ۡل أَعُوذُ بِر‬
َ َ َ َ َ
ۡ
(٥ )‫س َد‬‫ح‬ ‫ا‬
ََ َ ‫ذ‬ِ
‫إ‬ ٍ
‫د‬ ِ
‫اس‬ ‫ح‬ ِ
‫ر‬ ‫ش‬
َ َ َ ‫ن‬ ِ
‫م‬‫و‬ (٤) ِ
‫د‬ َ ُ ‫ت ِِف‬
‫ق‬ ‫ع‬‫ٱل‬ ََّّٰ ‫ٱلن‬
ِ َ‫َّف َّٰث‬

artinya :
(1) Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
(2) dari kejahatan makhluk-Nya,
(3) dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
(4) dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-
buhul ,
(5) dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”.

C. Arti dan Penjelasan Surah Al-Falaq


ۡ
Ayat 1 ‫قُ ۡل أَعُوذُ بَِر ِب ٱل َفلَ ِق‬
‫قُ ۡل‬ artinya katakanlah. Yakni “katakanlah wahai Muhammad dan
ajarkanlah juga kepada umatmu.”

terambil dari kata ‘audz (‫ )عوذ‬yakni menuju kepada sesuatu


ُ‫أَعُوذ‬
untuk menghindar dari sesuatu yang ditakuti.

‫بَِر ِب‬ Ar Rabb adalah Tuhan yang memelihara, Yang mengarahkan,


Yang menjaga dan Yang melindungi

ۡ berasal dari kata falaqa (‫ )فلق‬yang artinya membelah. Kata ini


‫ٱل َفلَ ِق‬ dapat berarti subjek sehingga maknanya “pembelah” juga bisa
berarti objek yang maknanya “yang dibelah.”

4
Ayat 2 ‫ِمن َش ِر َما َخلَ َق‬
‫ِمن‬ berarti dari
berarti buruk atau mudharat. Lawan dari khair (‫ )خير‬yang
berarti baik. Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan, syar
‫َشر‬ mencakup dua hal yaitu sakit (pedih) dan yang mengantar
kepada sakit (pedih). Penyakit, kebakaran, tenggelam adalah
sakit. Sedangkan kekufuran, maksiat dan sebagainya
mengantar kepada sakit atau kepedihan siksa Ilahi
‫َما‬ berarti apa
adalah bentuk kerja masa lampau (madhi) dalam arti yang
‫َخلَ َق‬ telah diciptakan. Sehingga maa khalaq (‫ )ما خلق‬berarti
makhluk ciptaanNya.

ِ ٍِ ِ
Ayat 3
َ َ‫َومن َش ِر َغاسق إ َذا َوق‬
‫ب‬
‫َوِمن‬ berarti dan dari
artinya adalah malam, berasal dari kata ghasaqa (‫ )غسق‬yang
ِ ‫َغ‬
‫اس ٍق‬ berarti penuh. Malam dinamai ghaasiq karena kegelapannya
memenuhi angkasa.
‫إِ َذا‬ berarti apabila
berasal dari kata al waqb (‫ )الوقب‬yaitu lubang yang terdapat
‫ب‬
َ َ‫َوق‬
pada batu sehingga air masuk ke dalam lubang itu. Sehingga
ayat ini bermakna malam yang telah masuk ke dalam
kegelapan sehingga ia menjadi sangat kelam.

ۡ ِ َّٰ
Ayat 4 ‫ت ِِف ٱلعُ َق ِد‬َ‫َوِمن َش ِر ٱلن ََّّف َّٰث‬
merupakan bentuk jamak dari an naffaatsah (‫)النفاثة‬. Berasal
ِ َ‫ٱلن َََّّّٰف َّٰث‬
‫ت‬ dari kata nafatsa (‫ )نفث‬yang artinya meniup sambil
menggerakkan lidah namun tidak mengeluarkan ludah.
merupakan bentuk jamak dari ‘uqdah (‫ )عقدة‬berasal dari kata
ۡ ‘aqada (‫ )عقد‬yang artinya mengikat. Kata ini bisa bermakna
‫ٱلعُ َق ِد‬ hakiki yang berarti tali yang mengikat. Bisa pula bermakna
majazi yang berarti kesungguhan dan tekad untuk
mempertahankan isi kesepakatan.

5
Ayat 5 ‫اس ٍد إِذَا َح َس َد‬
ِ ‫وِمن َش ِر ح‬
َ َ
artinya iri hati atas nikmat yang dimiliki orang lain disertai
‫اس ٍد‬
ِ‫ح‬
َ harapan kiranya nikmat itu hilang darinya, baik diperoleh
yang iri atau tidak.
Permohonan perlindungan terhadap kejahatan orang-orang

َ ‫إِ َذ‬
yang hasad dikaitkan dengan idzaa hasad (‫)إذا حسد‬. Saat masih
‫اح َس َد‬ berada dalam hati, yang hasad disebut haasid, tapi
kejahatannya belum menimpa orang lain

D. Penjelasan Ayat Surah Al-Falaq


1. Tafsir Ayat Pertama
ۡ
ِ ‫قُ ۡل أَعُوذُ بِر‬
(١ ) ‫ب ٱل َفلَ ِق‬ َ
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh”

Yang dimaksud dengan ‘Robbil Falaq’ adalah Allah. Al Falaq berasal


dari kata ‘falaqo’ yang berarti ‘membelah’. Dalam ilmu shorof ‘Al Falaq’
bermakna isim maf’ul sifat musyabbahah yang berarti ‘terbelah’.
Lebih khusus ‘Al Falaq’ bisa bermakna Al Ishbah (pagi/shubuh) karena
Allah membelah malam menjadi pagi.
Secara umum ‘Al Falaq’ bermakna segala sesuatu yang muncul/keluar
dari yang lainnya. Seperti mata air yang keluar dari gunung, hujan dari
awan, tumbuhan dari tanah, anak dari rahim ibunya. Ini semua dinamakan
‘Al Falaq’.
Allah SWT berfirman,

‫إِ َّن اللَ فَالِ ُق ح‬


ِ َ‫اْل‬
‫ب َوالن ََّوى‬
“Sesungguhnya Allah yang menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan
biji buah-buahan.” (QS. Al-An’am [6] : 95)
Allah SWT juga berfirman,
ۡ
ِ َ‫ٱۡل ۡصب‬
…‫اح‬ ِ ‫فَالِ ُق‬

“Dia menyingsingkan pagi…” (QS. Al-An’am [6] : 96)


Allah juga memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk meminta perlindungan kepada-Nya sebagaimana pada awal surat Al

6
Falaq dan An Naas. Dan perintah untuk Rasulullah berarti juga perintah
untuk umatnya karena umatnya memiliki kewajiban untuk meneladani
beliau.
Allah juga menyatakan bahwa meminta perlindungan kepada selain Allah
termasuk kesyirikan sebagaimana pada ayat,
ِ ِ ِ‫وأَنَّه َكا َن ِرجال ِمن ح‬
ُ ‫س يَعُوذُو َن بِ ِر َج ٍال م َن ا حْل ِن فَ َز ُاد‬
‫وه حم َرَهقا‬ ِ ‫اْلنح‬ َ َ ُ َ
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-
jin itu menambah bagi mereka rasa takut.” (QS. Al Jin [72] : 6)
Maksudnya adalah Allah akan menambahkan kepada manusia rasa
takut. Oleh karena itu, ini adalah hukuman dari perbuatan mereka sendiri
yang meminta perlindungan pada jin. Dan hukuman pasti diakibatkan
karena dosa. Maka ayat ini menunjukkan celaan bagi manusia semacam ini
karena telah meminta perlindungan kepada selain Allah.
2. Tafsir Ayat Kedua

(٢) ‫ِمن َش ِر َما َخلَ َق‬


“dari kejahatan makhluk-Nya”

Ayat ini mencakup seluruh yang Allah ciptakan baik manusia, jin,
hewan, benda-benda mati yang dapat menimbulkan bahaya dan
dari kejelekan seluruh makhluk.
Dengan kata lain, dari kejahatan semua makhluk yaitu diantaranya
adalah nafsu. Karena nafsu itu selalu memrintahkan kepada keburukan.
Maka setiap kali seseorang mengucapkan ayat ini, maka yang pertama kali
tercakup dalam ayat tersebut adalah dirinya sendiri. Jadi dia berlindung dari
kejelekan dirinya sendiri, yang mungkin sering ujub (berbangga diri) atau
yang lainnya. Sebagaimana yang terdapat dalam khutbatul hajjah:

7
ِ ‫نَعوذُ ِِب‬
‫لل ِم حن ُش ُرحوِر أَنح ُف ِسنَا‬ ‫ُح‬
“Aku berlindung kepada Allah dari kejelekan diriku sendiri.” (HR. At
Tirmidzi. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if
Sunan At Tirmidzi no. 1105)2
3. Tafsir Ayat Ketiga
ِ ٍِ ِ
َ َ‫َومن َش ِر َغاسق إ َذا َوق‬
‫ب‬
“dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita”

Ghosiq dalam ayat ini adalah Al Lail (malam) dan juga ada yang
mengatakan Al Qomar (bulan). Sedangkan Idza Waqob bermakna apabila
masuk.3 Mujahid mengatakan bahwa ‘ghosiq’ adalah Al Lail (malam)
ketika matahari telah tenggelam sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari
dan Ibnu Abi Najih.
Allah SWT berfirman,
ِ ُ‫أَقِِم الصالة لِ ُدل‬
‫وك الشمس إىل َغ َس ِق الليل‬
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam.” (QS. Al Israa’ [17] : 78)
Sedangkan bulan merupakan bagian dari malam. Dan di malam harilah
setan serta manusia dan hewan yang suka berbuat kerusakan
bergentayangan ke mana-mana (Adhwaul Bayan). Sering kali kejahatan
direncanakan dan terjadi pada waktu malam. Mulai dari pencuri, perampok,
pembunuh, hingga binatang buas dan penjaja maksiat. Namun malam tidak
selalu identik dengan kejahatan karena waktu terbaik mendekat kepada
Allah juga pada malam hari. Maka ayat ini tidak mengajarkan berlindung
dari malam tetapi berlindung dari kejahatan yang terjadi di waktu malam.
Mujahid mengatakan bahwa maksud Surat Al Falaq ayat 3 ini adalah bila
matahari telah tenggelam. Abu Hurairah mengatakan maksudnya adalah
bintang, sedangkan hadits dari Aisyah mengisyaratkan artinya adalah

2
Tafsir Juz ‘Amma, 294-295
3
Tafsir Juz ‘Amma, 295; Adhwaul Bayan

8
rembulan. Ibnu Katsir memadukan ketiganya dan menyimpulkan bahwa
artinya tidak bertentangan. Karena rembulan adalah tanda malam, demikian
pula dengan bintang. Kepada Allah-lah kita meminta perlindungan dari
kejahatan dan kejelekan seperti ini.

4. Tafsir Ayat Keempat

ۡ ِ َّٰ
‫ت ِِف ٱلعُ َق ِد‬َ‫َوِمن َش ِر ٱلن ََّّف َّٰث‬

“dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada


buhul-buhul”

Dalam ayat ini disebut dengan ’An Nafatsaat’ yaitu tukang sihir wanita.
Karena umumnya yang menjadi tukang sihir adalah wanita. Namun ayat ini
juga dapat mencakup tukang sihir laki-laki dan wanita, jika yang
dimaksudkan adalah sifat dari nufus (jiwa atau ruh).4
Namun perlu diingat bahwa dalam syari’at ini terdapat pula penyembuhan
penyakit dengan do’a-do’a yang disyari’atkan dan dikenal dengan ruqyah.
Dari Abu Sa’id, beliau menceritakan bahwa Jibril pernah mendatangi
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Lalu mengatakan, ”Ya
Muhammad, apakah engkau merasa sakit?” Nabi shallallahu ’alaihi wa
sallam mengatakan,”Iya”. Kemudian Jibril meruqyah Nabi dengan
mengatakan,
ِ َّ ‫اس ٍد‬ ِ‫يح‬ ٍ ‫يك ِم حن َش ِر ُك ِل نَ حف‬ ِ ٍ ِ َِّ ‫ِِبس ِم‬
‫يك ِِب حس ِم‬
َ ‫اللُ يَ حشف‬ َ ِ ‫س أ حَو َع ح‬ َ ‫يك ِم حن ُك ِل َش حىء يُ حؤذ‬
َ ‫الل أ حَرق‬ ‫ح‬
‫يك‬ِ َِّ
َ ‫الل أ حَرق‬
”Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang
menyakitimu, dari kejelekan (kejahatan) setiap jiwa atau ’ain orang yang
hasad (dengki). Semoga Allah menyembuhkanmu. Dengan menyebut nama

4
Ruhul Ma’ani; Tafsir Juz ’Amma, 295

9
Allah, aku meruqyahmu.” (HR. Muslim no. 2186. Ada yang berpendapat
bahwa kejelekan nafs (jiwa) adalah ’ain, yakni pandangan hasad).

5. Tafsir Ayat Kelima

‫اس ٍد إِ َذا َح َس َد‬


ِ ‫وِمن َش ِر ح‬
َ ‫َ ح‬

“dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”

Hasad adalah berangan-angan hilangnya nikmat yang ada pada orang


lain baik agar pindah kepada diri kita ataupun tidak (Aysarut Tafasir). Allah
menutup surat ini dengan hasad, sebagai peringatan bahayanya perkara ini.
Hasad adalah memusuhi nikmat Allah. Sebagian Ahli Hikmah mengatakan
bahwa hasad itu dapat dilihat dari lima ciri yaitu:
a. membenci suatu nikmat yang nampak pada orang lain
b. murka dengan pembagian nikmat Allah
c. bakhil (kikir) dengan karunia Allah, padahal karunia Allah diberikan
bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya
d. tidak mau menolong wali Allah (orang beriman) dan menginginkan
hilangnya nikmat dari mereka
e. menolong musuhnya yaitu Iblis. (Al Jaami’ liahkamil Qur’an)
Salah satu dari bentuk hasad adalah ’ain (pandangan hasad). Apabila
seseorang melihat pada orang lain kenikmatan kemudian hatinya merasa
tidak suka, dia menimpakan ’ain (pandangan mata dengan penuh rasa
dengki) pada orang lain. ’Ain ini dapat menyebabkan seseorang mati, sakit
atau gila. ’Ain ini benar adanya dengan izin Allah Ta’ala.
Allah memerintahkan kepada kita untuk berlindung kepada-Nya dari malam
apabila gelap gulita, dari sihir yang ditiupkan pada buhul-buhul, dan dari
orang yang hasad apabila dia hasad, karena ketiga hal ini adalah perkara
yang samar. Banyak kejadian pada malam hari yang samar yang dapat
memberikan bahaya kepada kita. Begitu juga sihir adalah suatu hal yang
samar, jarang kita ketahui. Dan begitu juga hasad dari orang lain, itu adalah

10
hal yang samar. Dan ketiga kejelekan (kejahatan) ini masuk pada
keumuman ayat kedua,

‫ِم حن َش ِر َما َخلَ َق‬


“dari kejahatan makhluk-Nya.” 5
Cara supaya terhindar dari kejelekan (kejahatan) hasad yaitu :
a. bertawakkal pada Allah, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah
Ta’ala.
b. membaca wirid-wirid (dzikir-dzikir) yang dapat membentengi dan
menjaga dari segala macam kejelekan. Bacaan dzikir merupakan
benteng yang paling kokoh dan lebih kuat daripada benteng ’Ya’juj dan
Ma’juj’.6

E. Ayat dan Terjemah Surah An-Naas

ۡ
ِ ‫( ِمن َش ِر ٱل َو ۡس َو‬٣ )‫َّاس‬
‫اس‬ ِ ‫ ( إِ َّٰلَ ِه ٱلن‬٢ )‫َّاس‬ ِ ِ‫( مل‬١ ) ‫َّاس‬
ِ ‫ك ٱلن‬ َ ِ ‫قُ ۡل أَعُوذُ بِر‬
ِ ‫ب ٱلن‬ َ
ۡ
ِ ‫ ) ِم َن ا ْْلِن َِّة َوالن‬۵( ‫َّاس‬
) ۶( ‫َّاس‬ ِ ‫ص ُد ْوِرالن‬
ُ ِ
‫ِف‬ ‫س‬‫و‬ِ ‫س‬‫و‬ ‫ي‬
ُ ْ َُ ْ ‫ي‬ ِ ( ٤ ) ‫َّاس‬
‫الذ‬ ِ ‫ن‬ َ‫ٱۡل‬

Artinya :

(1) Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan


menguasai) manusia. (2) Raja manusia. (3) Sembahan manusia. (4)
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, (5) yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, (6) dari (golongan)
jin dan manusia.

5
Tafsir Juz ’Amma, 296
6
Tafsir Juz ’Amma, 296

11
F. Arti dan penjelasan Mufrodat Surah An-Naas

Ayat 1 ِ ‫قُ حل أَعُوذُ بَِر ِب الن‬


‫َّاس‬
yang berarti “katakanlah” membuktikan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan segala sesuatu
‫قُ حل‬ yang diterimanya dari ayat-ayat Al Quran yang disampaikan
oleh malaikat Jibril.
terambil dari kata ‘audz (‫ )عوذ‬yakni menuju kepada sesuatu
ُ‫أَعُوذ‬ untuk menghindar dari sesuatu yang ditakuti.

‫بَِر ِب‬ mengandung makna kepemilikan dan kepemeliharaan serta


pendidikan yang melahirkan pembelaan serta kasih sayang.
berarti kelompok manusia. Berasal dari kata an naws (‫)النوس‬
yang berarti gerak, ada juga yang berpendapat dari kata unaas
(‫ )أناس‬yang berarti tampak. Kata an nas terulang sebanyak 241
ِ ‫الن‬
‫َّاس‬ dalam Al Quran. Kadang kata ini digunakan Al Quran dalam
arti jenis manusia seperti Surat Al Hujurat ayat 13 atau
sekelompok tertentu dari manusia seperti Surat Ali Imran ayat
173.

ِ ِ‫مل‬
ِ ‫ك الن‬
‫َّاس‬
Ayat 2 َ
artinya raja, biasanya digunakan untuk penguasa yang
mengurus manusia. Berbeda dengan Maalik (‫ )مالك‬yang artinya
pemilik, biasanya digunakan untuk menggambarkan kekuasaan
ِ ِ‫مل‬
‫ك‬ َ si pemilik terhadap sesuatu yang tidak bernyawa. Maka wajar
jika ayat kedua ini tidak dibaca maalik dengan memanjangkan
huruf mim sebagaimana dalam Surat Al Fatihah. Demikian
penjelasan Tafsir Al Misbah.

Ayat 3 ِ ‫إِلَِه الن‬


‫َّاس‬
berasal dari kata aliha – ya’lahu (‫ )أله – يأله‬yang berarti menuju
dan bermohon. Disebut ilah karena seluruh makhluk menuju
‫إِلَِه‬ serta bermohon kepadaNya dalam memenuhi kebutuhan
mereka. Pendapat lain mengatakan kata tersebut awalnya
berarti menyembah atau mengabdi sehingga ilah adalah Dzat
yang disembah dan kepadaNya tertuju segala pengabdian.

12
Ayat 4 ِ ‫اْلَن‬
‫َّاس‬ ِ ‫ِم حن َش ِر الح َو حس َو‬
‫اس ح‬
Kata syar (‫ )شر‬pada mulanya berarti buruk atau mudharat.
Lawan dari khair (‫ )خير‬yang berarti baik. Ibnu Qayyim Al
Jauziyah menjelaskan, syar mencakup dua hal yaitu sakit
‫َشر‬ (pedih) dan yang mengantar kepada sakit (pedih). Penyakit,
kebakaran, tenggelam adalah sakit. Sedangkan kekufuran,
maksiat dan sebagainya mengantar kepada sakit atau
kepedihan siksa Ilahi.
awalnya berarti suara yang sangat halus. Makna ini kemudian
berkembang menjadi bisikan-bisikan, biasanya adalah bisikan
ِ ‫الح َو حس َو‬
‫اس‬ negatif. Karenanya sebagian ulama memahami kata ini dalam
arti setan. Karena setan sering membisikkan rayuan dan
jebakan dalam hati manusia.
berasal dari kata khanasa (‫ )خنس‬yang artinya kembali, mundur,
bersembunyi. Kata yang digunakan ayat ini mengandung
makna sering kali atau banyak sekali. Dengan demikian ia
ِ ‫ا حْلَن‬
‫َّاس‬ bermakna, setan sering kali kembali menggoda manusia pada
saat ia lengah dan melupakan Allah. Sebaliknya, setan sering
kali mundur dan bersembunyi saat manusia berdzikir dan
mengingat Allah.

ِ ‫ص ُدوِر الن‬ ِ َّ
Ayat 5 ‫َّاس‬ ُ ‫س ِِف‬
ُ ‫الذي يَُو حس ِو‬
‫الَّ ِذي‬ berarti yang

ُ ‫يَُو حس ِو‬
‫س‬ berarti membisikkan (kejahatan)

‫ِِف‬ berarti kedalam


artinya adalah dada, yang dimaksudkan adalah tempat hati
manusia. Maka ketika menjelaskan ayat ini, Syaikh Wahbah
menjelaskan: “Yang menebarkan pikiran-pikiran buruk dan
‫ص ُدور‬
ُ jahat di dalam hati. Dalam ayat tersebut disebutkan kata ash
shudur karena dada adalah tempat hati. Pikiran-pikiran itu
tempatnya di hati, sebagaimana dikenal dalam dialektika
orang-orang Arab.”
ِ ‫الن‬
‫َّاس‬ berarti manusia

13
Ayat 6 ِ ‫ِم َن ا حْلِن َِّة َوالن‬
‫َّاس‬
Kata min (‫ )من‬dalam ayat ini bermakna sebagian. Karena
‫ِم َن‬ memang sebagian manusia dan jin melakukan bisikan-bisikan
negatif, tidak semuanya.
Kata al jinnah (‫ )الجنة‬adalah bentuk jamak dari jinny (‫)الجني‬
yang ditandai dengan ta’ marbuthah untuk menunjukkan
bentuk jamak muannats. Kata jinn berasal dari akar kata janana
‫ا حْلِن َِّة‬ (‫ )جنن‬yang berarti tertutup atau tidak terlihat. Anak yang masih
dalam kandungan disebut janin karena ia tidak terlihat. Surga
dan hutan yang lebat disebut jannah karena mata tidak dapat
menembusnya. Dinamai jin karena ia makhluk halus yang
tidak terlihat.
Dalam ayat ini kata (‫ )الجنة‬yang artinya jin dan kata ( ‫)النَّاس‬
yang artinya manusia disandingkan karena seluruh makhluk
yang menggoda dan mengajak kepada kemaksiatan disebut
ِ ‫َوالن‬
‫َّاس‬ setan, baik dari jenis jin maupun manusia. Setan jin
tersembunyi tapi setan manusia tampak.Dan yang biasa
menggoda manusia bukan hanya dari jenis jin saja tetapi juga
dari manusia itu sendiri,

G. Penjelasan Ayat Surah An-Naas

1. Tafsir Ayat Pertama

ِ ‫قُل أَعُوذُ بِر‬


ِ ‫ب الن‬
( ١) ‫َّاس‬ َ ْ

Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan


menguasai) manusia”.

Dia adalah Allah Azza wa Jalla. Dia adalah Rabb manusia dan
selainnya. Dia adalah Rabb manusia, Rabb para malaikat, Rabb jin,
Rabb semua lapisan langit, Rabb bumi, Rabb matahari, Rabb bulan, dan

14
Rabb segala sesuatu. Akan tetapi untuk keseharian dikhususkan sebagai
Rabb manusia.7

2. Tafsir Ayat Kedua

ِ ِ‫مل‬
ِ ‫ك ٱلن‬
(٢ )‫َّاس‬ َ

“Raja manusia.”

Dengan kata lain, Raja yang memiliki kekuasaan tertinggi atas


manusia dan bersikap dengan sempurna, Dia adalah Allah Azza wa
Jalla.8

3. Tafsir Ayat Ketiga

ِ ‫إِ َّٰلَ ِه ٱلن‬


(٣ )‫َّاس‬

“Sembahan manusia.”

Dengan kata lain, Tuhan dan sesembahan mereka. Sesembahan yang


berhak untuk disembah, dituhankan, dicintai, diagungkan, Dia adalah
Allah Azza wa Jalla.9

Ketika menafsirkan Surat An Nas ayat 1 sampai 3 ini, Ibnu Katsir


menjelaskan:

Ketiga ayat yang pertama merupakan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Yaitu sifat rububiyah, sifat mulkiyah dan sifat uluhiyah. Dia adalah Tuhan
segala sesuatu, Yang memilikinya dan Yang disembah oleh semuanya.

7
Tafsir Juz ‘Amma Syaikh Al-Utsmani, 519
8
Ibid,.
9
Ibid, 520.

15
Maka segala sesuatu adalah Makhluk yang diciptakanNya dan milikNya
serta menjadi hambaNya. Orang yang memohon perlindungan
diperintahkan agar dalam permohonannya menyebutkan sifat-sifat tersebut
agar dihindarkan dari godaan yang tersembunyi, yaitu setan yang selalu
mendampingi manusia. Karena tidak seorang manusia pun melainkan
memiliki qarin (pendamping) dari kalangan setan yang menghiasi fahisyah
hingga kelihatan bagus olehnya. Setan juga tidak segan-segan mencurahkan
segala kemampuannya untuk menyesatkan melalui bisikan dan godaannya.
Yang terhindari dari bisikannya hanyalah orang yang dipelihara oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah bersabda, “Tidak seorang pun dari kalian melainkan telah


ditugaskan terhadapnya qarin yang mendampinginya.” Sahabat bertanya,
“Termasuk engkau juga ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Ya. Hanya
saja Allah membantuku dalam menghadapinya akhirnya ia masuk Islam.
Maka ia tidak menyuruh kecuali hanya kebaikan.”

Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir Al Munir, “Karena


sifat kasih Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita, Allah mengajari kita
tentang tata cara untuk berlindung dari setan manusia dan jin. Dia
memberitahu kita tentang tiga sifatNya; rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah.
Dengan sifat-sifatNya tersebut, Allah akan menjaga hamba yang meminta
perlindungan dari kejahatan setan-setan dalam agama, dunia dan akhirat.”

4. Tafsir Ayat Keempat

ۡ ۡ
ِ ‫ِمن َش ِر ٱل َو ۡس َو‬
ِ ‫اس ٱۡلَن‬
(٤ ) ‫َّاس‬

“Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,”

16
ۡ
ِ ‫ٱل َو ۡس َو‬
‫اس‬ ‘bisikan setan’. Para ulama mengatakan, “Kata itu adalah

mashdar yang dimaksudnya isim fa’il.” Dengan kata lain, ‘pembisik”.


Waswasah adalah apa-apa yang dilontarkan ke dalam hati berupa
berbagai godaan pikiran, keraguan, dan khayalan yang tidak memiliki
kenyataan.
ۡ
ِ ‫‘ ٱْلَن‬yang biasa bersembunyi’. Adalah yang bersembunyi, kalah,
‫َّاس‬
melarikan diri dan membelakangi ketika ada dzikir kepada Allah Azza
wa Jalla, dan dia adalah setan. Oleh sebab itu jika diserukan untuk
sholat (adzan), maka setan itu membelakangi dan dia lari sampai
terkentut-kentut (karena saking takutnya) sehingga tidak terdengar suara
adzan olehnya.10
Saat menafsirkan Surat An Nas ayat 4 ini, Ibnu Abbas menjelaskan,
“Setan bersemayam di atas hati anak Adam. Apabila ia lupa dan lalai
kepada Allah, setan menggodanya. Apabila ia ingat kepada Allah, maka
setan bersembunyi.”

Abu Dzar Al Ghifari pernah ditanya seseorang, “apakah ada setan


manusia?” Ia pun menjawab ada lalu membaca firmanNya:

‫ف الح َق حوِل‬ ٍ ‫ض ُه حم إِ َىل بَ حع‬ ِ ِ ِ ‫اۡلنح‬ ِ‫ي ح‬ ِ ِ ِ


َ ‫ض ُز حخ ُر‬ ُ ‫س َوا حْل ِن يُوحي بَ حع‬ َ ‫ك َج َع حلنَا ل ُك ِل نَِ ٍب َع ُد ًّوا َشيَاط‬
َ ‫َوَك َذل‬

‫غُرورا‬
ُ

“Dan demikian itu, Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi musuh, yaitu setan-
setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka
membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah-indah untuk
memperdaya.” (QS. Al An’am: 112)

10
Tafsir Juz ‘Amma Syaikh Al-Utsaimin, 520.

17
5. Tafsir Ayat Kelima

ِ
) ۵( ‫َّاس‬ ُ ‫س ِِف‬
ِ ‫ص ُد ْوِرالن‬ ُ ‫الذ ْي يُ َو ْس ِو‬

“yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,”

Allah menerangkan dalam ayat ini tentang godaan tersebut, yaitu


bisikan setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia,
yang mungkin datangnya dari jin atau manusia, sebagaimana dalam ayat
lain Allah berfirman:

“Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan musuh yang


terdiri dari setan-setan manusia dan jin.” (al-An'am/6: 112)

Setan-setan jin itu seringkali membisikkan suatu keraguan dengan


cara yang sangat halus kepada manusia. Dan sebab dari penggunaan kata
( ‫" ) صدور الناس‬dada manusia" sebagai ganti dari kata ( ‫" ) قلوب الناس‬hati

manusia" karena hati adalah tempat akal manusia, dan tempatnya iman,
dan bisa juga sebagai bentengnya iman, maka bisikan itu tidak dapat
menampakkannya.

6. Tafsir Ayat Keenam

ِ ‫ِم َن ا ْْلِن َِّة َوالن‬


) ۶( ‫َّاس‬

“dari (golongan) jin dan manusia”.

Ibnu Katsir menjelaskan, Surah An-Naas ayat 6 merupakan tafsir


dari Surat An Nas ayat 5. Sebagaimana pengertian setan dalam Surat Al-
An’am ayat 112 berikut :

18
“Dan demikianlah untuk setiap Nabi Kami menjadikan musuh yang
terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan
kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan
kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak melakukannya,
maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-
adakan”. (QS. Al-An’am [6] : 112)

Sayyid Qutb menjelaskan, bisikan jin tidak dapat diketahui


bagaimana terjadinya, namun dapat dijumpai bekas-bekas pengaruhnya
dalam realitas jiwa dan kehidupan.

Lanjutnya dalam Tafsir Fi Zilalil Quran. “Kita mengetahui pula


bahwa di antara bisikannya itu ada yang lebih berat daripada bisikan
setan jin.” Allah Ta'ala menjelaskan macam-macam dari bisikan,
bahwasanya bisikan itu ada yang datang dari jin dan manusia, karena
sesungguhnya tanpa disadari manusia selalu menyangka bahwa bisikan
buruk itu dari setan, tetapi hakikatnya itu dari manusia, bahkan
dampaknya bisa menjadi perkara yang lebih berbahaya, maka pantaslah
manusia memohon perlindungan dari bisiskan-bisikan itu, karena
mereka saling berdekatan tetapi dapat membahayakan satu sama lain,
dan bahwasanya mereka kepada pintu kesesatan lebih dekat dan lebih
mungkin.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Surah Al-Falaq yang merupakan salah satu dari surah pendek dari Juz
‘Amma atau juz ke-30 ini tergolong surat makkiyah. Sedangkan Surah An-Naas
merupakan surah yang terakhir dalam Al-Qur’an yaitu surah ke-114. Arti surah
Al-Falaq dan Surah An-Naas menerangkan bahwa hanya Allah lah tempat yang
tepat untuk meminta pertolongan dan perlindungan dari segala macam mara
bahaya yang terus mengintai di permukaan bumi. Nabi Muhammad kemudian
membaca surah ini sebelum tidur. Selain surah Al-Falaq, Rasulullah juga
membaca surah pendek lainnya yaitu surah Al-Ikhlas dan An-Naas kemudian
setelah membacanya, Beliau meniup kedua telapak tangannya kemudian diusap
ke seluruh tubuhnya. Surah An-Naas merupakan surah yang terakhir dalam Al-
Qur’an yaitu surah ke-114.
Hubungan antara surat Al-Falaq dan An Nas adalah kedua surat ini sama-
sama berisi permohonan kepada Allah untuk meminta perlindungan dari bahaya
yang mengintai. Amalan sunnah yang dilakukan Nabi ini dapat Anda amalkan
juga dalam keseharian Anda agar Anda senantiasa selalu terlindungi dari
bahaya. Maka untuk menangkal bisikan-bisikan setan itu, baik dari golongan
jin maupun manusia, kita harus memohon perlindungan kepada Allah. Surah
An-Naas ini mengajarkan demikian. Membaca Surah An-Naas adalah bagian
dari upaya perlindungan diri dari semua bisikan itu.
Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas merupakan pengarahan dari Allah SWT
kepada Nabi-Nya dan seluruh kaum muslimin agar berlindung di bawah
perlindungan Allah. Dialah Rabb yang menguasai subuh dan seluruh makhluk.
Maka orang yang beriman harus memohon perlindungan-Nya dari kejahatan
seluruh makhluk. Surat Al Falaq telah merangkum segala bentuk kejahatan
yang kita minta perlindungan kepadaNya. Namun disebutkan tiga kejahatan
yang lebih detil agar menjadi perhatian. Yakni kejahatan yang terjadi di waktu
malam, kejahatan wanita-wanita tukang sihir, serta kejahatan pendengki bila ia
dengki.

20
B. Hikmah dan Keutamaan Membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas
1. Manusia diingatkan untuk selalu memohon perlindungan dari Allah
SWT
Allah SWT membimbing umat-Nya untuk senantiasa selalu memohon
perlindungan dari kejahatan yang dilakukan makhluk ciptaan Allah. Sifat
buruk ini biasanya muncul dalam kegelapan malam hingga waktu subuh.
Ayat kedua dan ketiga surat Al-Falaq mengandung makna tentang
permohonan untuk mendapat perlindungan dari keburukan makhluk ciptaan
Allah SWT. Baik yang datang dari diri sendiri maupun dari makhluk
lainnya, baik yang sudah dialami atau belum dialami seseorang.
2. Berlindung dari kejahatan dengan membaca Surah Al-Falaq dan
Surah An-Naas
Untuk menangkal berbagai upaya jahat makhluk-makhluk Allah SWT,
dengan membaca surah Al-Falaq dan Surah An-Naas sebelum tidur, bangun
tidur, atau menjelang malam (dzikir petang).
3. Membaca surah Al-Falaq dan Surah An-Naas untuk menyembuhkan
sakit
Membaca surah Al-Falaq sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah
SAW yakni membaca lalu meniupkan ke kedua telapak tangan, lalu
mengusapannya ke wajah, kepala, dan anggota badan lain. Artinya kita
memohon perlindungan kepada Allah dengan membaca doa untuk
menghilangkan penyakit dan Allah yang akan menyembuhkannya.
4. Gambaran tentang sifat buruk manusia yang perlu dijauhi
Salah satu sebab utama munculnya kejahatan adalah iri hati (hasad).
Hasad adalah iri hati atas nikmat yang dimiliki orang lain dengan harapan
nikmat itu hilang darinya. Hasad juga berarti kedengkian terhadap orang
lain dengan harapan orang itu terus menerus berada dalam kekurangan dan
kepedihan. Surah Al-Falaq juga memberikan gambaran umum tentang
kehidupan. Maknanya bahwa kehidupan tidak terlepas dari upaya-upaya
jahat yang dilakukan seseorang untuk mencelakai orang lain, terutama
karena sifat buruk seperti dengki dan hasud untuk bisa melakukan apa pun.

21
5. Dasar kejahatan adalah dengki
Kejahatan dari semuanya itu berdasar dari sifat dengki yang dimiliki
seseorang. Karena dengki munculnya dari hati, dan dari hatilah semua
perbuatan itu bisa dilakukan.
6. Menangkal sihir
Sebagaimana asbabun nuzul di atas, surah Annas bermanfaat menangkal
sihir yang menyerang seseorang muslim. Hal ini telah terbukti dengan apa
yang dialami oleh Rasulullah SAW sendiri. Untuk menangkal kejahatan
makhluk, penyakit ‘ain dan sihir hingga was-was dari setan, Allah
mengajarkan Surah Al-Falaq dan Surah An-Naas.

7. Mendapat keamanan saat tidur

Setan dan jin dapat menggoda manusia dalam keadaan tidur. Maka dari
itu sebaiknya membaca surah Al-Falaq dan Surah An-Naas sebagai banteng
diri saat tidur.

22
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Asmuni (Penerjemah). 2018. Tafsir Juz ‘Amma Syaikh Al-Utsaimin. Cetakan
VII. Bekasi: Darul Falah.

____________. 2007. Takhrij Hadist dan Atsar. Cetakan I, Jakarta: Darul Falah.

Fajriani, Irami. 2006. Konsep Isti’adzah Pada Tafsir Al-Falaq dan An-Naas Karya
Ibn Qayyim Al-Jawziyyah. Skripsi. Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah.

Mukhlisin. 2018. Surat Al-Falaq Terjemah, Tafsir dan Asbabun Nuzul. Bersama
Dakwah.

____________. 2018. Surat An-Naas Terjemah, Tafsir dan Asbabun Nuzul.


Bersama Dakwah.

Tausikal, Muhammad Abduh. 2010. Memahami Tafsir Surah Al-Falaq. Diakses 31


Maret 2010, dari Rumaysho.com.

____________. 2020. Tafsir Surah An-Naas dari Tafsir Jalalain. Diakses 07


Agustus 2020, dari Darush Sholihin.

https://tafsirweb.com/13144-surat-an-nas-ayat-5.html

23

Anda mungkin juga menyukai