Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FAWATIH AL-SUWAR

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah studi Al-Qur’an dan Hadist)

Disusun oleh:

ATIL TAULAN NUARI

Dosen pengampu:

Dr. jalwis, S.Ag, M.Ag

PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM (AHWAL SYAKHSHIYYAH)

PASCA SARJANA (S2)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) KERINCI

TAHUN AJARAN 2023

1
Bab I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Al-Qur’annul karim merupakan kitab suci yang keauntikannya dijamin oleh

Allah SWT, dan ia merupakan ki tab yang senantiasa dipelihara hingga hari kiamat.

Hal itu ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

‫ِاَّنا َنْح ُن َنَّز ْلَنا الِّذْك َر َو ِاَّنا َلٗه َلٰح ِفُظْو َن‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti kami
(pula) yang memeliharanya”.

Demikianlah Allah menjamin keauntikan Al-Qur’an, jaminan yang diberukan

atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang

dilakukan oleh makhluk-mahklk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat

diatas, setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-

Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah Saw.

dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi Saw.

Al-Qur’an adalah wahyu atau kalam Allah, seluruh defenisi yang diberikan para

ahli selalu diawali oleh penyebutan bahwa Al-Qur’an adalah kalam atau wahyu Allah

Swt. Sebagai wahyi Allah, Al-Qur’an tentu saja bukan puisi para penyihir (Pujangga),

bukan pula mantra-mantra tukang tenung, bisiskan setan terkutuk, dan bukan pula

sabda Nabi Muhammad Saw.

2
Seiring dengan berjalannya waktu, ilmu-ilmu yang mempelajari tentang Al-Qur’an

semakin beragam, diantaranya adalah ilmu Nuzul Al-Qur’an, ilmu Ijaz AL-Qur’an,

I;mu Rasmi Al-Qur’an, ilmu tajwid Al-Qur’an, ilmu Qiraah Al-Qur’an, ilmu fawatih

asl-Suwar, ilmu Muhkamat dan Mutasyabihat, ilmu Nasakh Al-Qur’an, dan laim-

lain.salah satu ilmu yang cukup menarik perhatian penulis adalah ilmu fawatih al-

Suwar, bagaimana sesungguhnya ilmu itu akan penulis bahas dalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah

A. Bagaimana pengertian Fawatihus Suwar?

B. Bagaimana bentuk macam-macam fawatihus Suwar?

C. Bagaimana diskursu fawatihus Suwar oleh para ulama?

3
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Fawatihus Suwar

Istilah Fawatih as-suwar adalah jama’ dari kata Fatih yang secara bahasa berarti

pembuka, sedangkan Suwar adalah jama’ dari kata Surah sebagai sebutan

sekumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dengan nama tertentu. Jadi Fawatih as-Suwar berarti

pembukaan-pembukaan surah karena posisinya di awal surah-surah Al-Qur’an

(Shofaussamawati, 2015, hal: 271).

Fawatih as-suwar adalah pembuka-pembuka surah, dikarenakan posisinya yang

mengawali perjalanan teks-teks suatu surah. Apabila dimulai dengan huruf-huruf

hijaiyah yang terputus, huruf tersebut sering disebut dengan huruf muqaththa’ah

(huruf yang terpisah-pisah), karena posisi dari huruf-huruf tersebut yang cendrung

‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk kalimat secara kebahasaan. Dari segi

pembacaannya pun tidaklah berbeda dari lafal yang diucapkan pada huruf hijaiyah.

Menurut Ibn Abi Al-Isba’ dalam kitab Al-Khawatir Al-Shawanih Fi Asrar Al-

Fawatih yang ditulisnya, dia menggunakan istilah ‘Al-fawatih’ dengan arti jenis-jenis

perkataan yang membuka surat-surat dalam Al-Qur’an (Labib, 2021, hal:3).

Rahasia huruf potong pada permulaan surah, para ulama tafsir telah membahas

masalah rahasia huruf potong pada permulaan surat yang terdapat dalam Al-Qur’an

4
secara panjang lebar menurut visi (tinjauan) mereka masing-masing. Imam Az-

Zamakhsyari dalam Al-Kasyasyaaf menyebutkan jumlah huruf potong yang

digunakan pada permulaan surah-surah yang 29 itu ada 14 huruf, yang berarti separuh

huruf hijaiyah. Seolah-olah isyarat itu memberi kesan bahwa siapa yang menuduh Al-

Qur’an itu bukan ayat-ayat Allah Swt. Dipersilahkan menggunakan huruf-huruf

selebihnya untuk menyusun suatu kalimat yang sanggup memadai Al-Qur’an. Alif

dan lam, dalam bahasa arab, paling banyak terpakai dalam susunan kalimat. Subhi

soleh mengatakan Fawatih as-suwar ini menjadi bukti kepada bahasa arab, bahwa

Al-Qur’an diturunkan dengan mempergunakan huruf-huruf yang mereka kenal.

Para ulama salaf dalam menyikapi ayat-ayat Mutasyabihat yang terletak di awal

surah berpendapat bahwa ayat-ayat tersebut telah tersusun sejak Azali sedemikian

rupa, melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkan yang seperti

Al-Qur’an Karena kehati-hatiannya, mereka tidak berani memberi penafsiran dan

tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf itu. Dan mereka

berkeyakinan bahwa Allah sendiri yang mengetahui tafsirnya. Sekalipun sebagian

ulama tetap mengatakan huruf-huruf potong itu adalah rahasia Ilahi yang ada dalam

Al-Qur’an dan tidak mungkin diketahui melainkan oleh Allah Swt saja. Namun,

tidaklah menghalangi orang untuk menggali terus segala rahasia yang terdapat di

dalamnya. Ibnu abbas mengatakan huruf-huruf potong itu merupakan singkatan dari

nama-nama Allah, misalnya:

Alif Singkatan dari Allah

5
Lam Singkatan dari Latif

Mim Singkatan dari Majid

Kaf Singkatan dari Karim

Ha Singkatan dari Hadi

ya Singkatan dari Hakim

‘Ain Singkatan dari ‘Alim

Sad Singkatan dari Sadiq

Mujahid, seorang Tabi’in besar berpendapat, permulaan surah dengan huruf

potong itu dimasukkan sebagai peringatan atau menyadarkan pembaca akan

pentingnya makna pada ayat berikutnya. Kebiasaan demikian pada syair yang dibuat

orang arab pada masa itu adalah dengan memakai huruf-huruf tanbih (peringatan

untuk menarik perhatian orang) seperti: ala tau ama yang berarti ingatlah. Al-Qur’an

memunculkan sesuatu yang baru yang tidak dikenal manusia sebelumnya untuk

menunjukkan keistimewaan Al-Qur’an itu bagi si pendengar. Al-Khuwaibi

mengatakan bahwa Muhammad sebagai manusia biasa tentu saja sewaktu-waktu

tidak terpusat benar pikirannya ketika menerima wahyu, maka jibril menurunkan

sebagian surah dengan terlebih dahulu menyebutkan alif-lam-mim, alif-lam-ra, dan

seterusnya. Agar nabi mengenali suara jibril, sehingga nabi segera sadar bahwa

wahyu akan diturunkan.(Mugni & Munira, 2022, hal: 22).

6
B. Macam-Macam Fawatihus Suwar

Jika dilihat dari segi kedudukannya, fawatihus suwar menjadi tanbih (peringatan)

yang dapat memberikan perhatian baik bagi nabi, maupun umatnya dan menjadi

pembuka komunikasi dalam Al-Qur’an. Subhan Afifi menyampaikan bahwa Al-

Qur’an memberikan perhatian yang sangat penting pada urusan komunikasi. Dalam

Al-Qur’an banyak sekali disinggung terkait dengan komunikasi, misalnya pada surah

Ash-Shaf ayat 2-3 yang membicarakan bahwa komunikasi membutuhkan

pembuktian, perkataan yang diikuti dengan perbuatan. Begitu juga dalam Al-Qur’an,

fawatihus suwar menjadi pembuka komunikasi dan penafsiran untuk ayat-ayat

selanjutnya. Dalam hal ini, beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang

pembukaan surah dalam Al-Qur’an. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ibnu

Abi Al Asyba’ yang menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang

bab Fawatihus Suwar, yaitu kitab Al khawathir Al sawanih Fi Asrar Al Fawatih

(Mugni & Munira, 2022 hal: 25).

Fawatihus Suwar secara umum dipandang sebagai pembuka surat, macam-

macam Fawatihus Suwar (Shofaussamawati, 2015, hal: 272), sebagai berikut:

1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (Al-Istiftah bi As-Sana) ada 2

macam:

a. Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan lafadz. Pertama,

Alhamdulillah yang terdapat dalam 5 surat yaitu al-fatihah, al-an’am, al-

7
kahfi, saba, dan fatir. Kedua, menggunakan lafadz Tabarak yang terdapat

dalam 2 surah yaitu al-furqan dan al-mulk.

b. Mensucikan Allah dari sifat negative (tanzih al-sifatin Naqshin) dengan

menggunakan lafadz tasbih yang terdapat pada 7 surah yaitu al-isra, al-

ala, al-adid, al-asyr, ad-aff, al-jumu’ah, dan at-tagabun.

2. Pembukaan dengan huruf yang terputus-putus (al-ahruf al-muqatta’ah),

pembukaan dengan huruf ini terdapat pada 29 surah dengan memakai 14

huruf tanpa diulang yakni, alif, ha’, sin, sad, ta’, ‘ain, qaf, kaf, lam, Mim,

nun, ha, dan ya’, pembuka surah yang diawali dengan huruf hijaiyah, adalah:

a. Fawatih as-suwar yang terdiri dari satu huruf, untuk jenis pertama ini

dapat dijumpai di tiga empat, yaitu QS. Ad; 1 yang diawali dengan huruf

sad, QS. Qaf: 1 yang diawali dengan huruf Qaf; dan QS. Al-qalam:1 yang

diawali dengan Nun.

b. Fawatih as-suwar yang terdiri dari dua huruf. Jenis yang kedua ini dapat

dijumpai pada sepuluh tempat. Tujuh diantaranya diawali dengan dua

huruf ‘a Mim, sehingga ketujuh surah itu biasa disebut juga dengan nama

hawaMim, yang merupakan bentuk jamak dari ha Mim. Setujuh surah

dumaksud adalah QS. Al-mukmin: 1, QS. Fussilat: 1, QS. Asy-syura: 1,

QS. Az-zukhruf: 1, QS. Ad-dukhan: 1, Qs. Al-jasiyah: 1, an QS. Al-ahqaf:

1. Sementaran itu, tiga surah lainnya adalah QS. Taha: 1 yang diawali

dengan huruf , QS. An-naml: 1 yang diawali dengan Ta sin, dan QS.

Yasin: 1 yang diawali dengan Ya Sin.

8
c. Fawatih as-suwar yang tediri dari tiga huruf, hal ini dapat ditemukan pada

13 tempat, enam diantaranya diawali dengan huruf alif lam Mim, yaitu

pada QS. Al-baqarah, QS. Alimran, QS. Al-ankabut, QS. Ar-rum, QS.

Luqman, dan QS. As-sadjah. Lima surat lainnya diawali dengan huruf-

huruf alim lam ra yaitu terdapat pada QS. Yunus, QS. Hud, QS. Yusuf,

QS. Ibrahim, Qs. Al-hijr. Sedangkan dua surat lainnya diawali dengan

huruf ta sin Mim, seperti yang terdapat pada QS. Asy-syu’ara, dan Qs. Al-

qasas.

d. Fawatih as-suwar yang terdiri dari empat huruf, di antaranya terdapat

pada dua tempat, yaitu QS. Al-a’raf:1 yang diawali dengan alif lam Mim

sad, dan QS. Ar-rad: 1 yang diawali dengan alif lam Mim ra’.

e. Fawatuh as-suwar yang terdiri dari lima huruf, untuk jenis yang terakhir

ini dapat ditemui pada satu tempat, yaitu pada QS. Maryam: 1 yang

diawali dengan kaf ha’ ya ain sad.

3. Pembukaan dengan panggilan (Al-Istifta’ bi An-Nida’) yang terbagi menjadi

tiga macam, untuk nabi, orang beriman dan manusia pada umumnya, terdapat

dalam 9 surah:

a. Nida’ kepada Nabi dengan term ya ayyuha an-nabiyyu pada surah at-

tahrim dan at-talaq.

b. Nida’ kepada Nabi dengan term ya ayyuha al-Muzammil pada surah al-

Muzammil.

9
c. Nida’ kepada Nabi dengan term ya ayyuha al-Mudassir yang terdapat

pada surah al-Mudassir.

d. Nida’ untuk orang beriman dengan term ya ayyuha allaz ina amanu pada

surat al-ma’idah, al-hujarat, dan al-mumta’anah.

e. Nida’ untuk manusia secara umum dengan term ya ayyuha an-nasu pada

surat an-nisa’ dan al-hajj.

Allah membuka sejumlah surah dengan mengedepankan panggilan 9al-

Nida), terdapat dalam 9 surah yaitu Nida’ untuk Rasulullah Saw.

berjumlah 4 surah, 5 Nida’ lainnya ditujukam kepada umat. Panggilan

kepada Rasulullah Saw tentu dengan tujuan agar menjadi perhatian Rasul

yang sudah semestinya juga perhatian umatnya. Sedangkan, panggilan

yang ditujukan kepada umat adalah sebagai bukti kasih sayang Allah

kepada mereka, dan agar apa yang disampaikan berupa perintah atau

larangan yang ditegaskan setelah panggilan itu benar-benar diperhatikan

dan diamalkan atau ditinggalkan dengan kesadaran, yakni dengan

pemantauan dan pengendalian pada diri sendiri (Junaid, 2022, hal: 706).

4. Pembukaan dengan pernyataan berita (al-Istiftah bi al-Jumlah al-

khabariyah). Pernyataan berita yang tersebar dalam 23 surah merupakan

pernyataan-pernyataan yang sangat penting agar manusia menghargai dalam

menerima, memahami, mengerti, dan mengamalkannya. Semuanya perlu

pada sikap positif manusia, baik akidah, ibadah, maupun lainnya. Allah Swt

dibeberapa surah mengedepankan pernyataan berita , baik ditunjukkan

10
kepada Rasulullah maupun kepada umat. Kalimat berita dalam pembukaan

surat ada 2 macam yaitu:

a. Kalimat nomina (Jumlah al-ismiyah) terdapat pada 11 surah yaitu: at-

Taubah, an-Nur, az-Zumar Muhammad, al-fath, ar-Rahman, al-Haqqah,

Nun’, al-Qadr, al-AQari’ah, dan al-Kausar.

b. Kalimat verba (jumlah al-Istiftah bi al-Qasam Fi’liyah) terdapat pada 12

surah yaitu: al-Anfal, An-Nahl, al-Qamar, al-Mu’minun, al-Anbiya’, al-

Mujadalah, al-Ma’arij, al-Qiyamahm al-Balad, ‘Abasam al-Bayyinah,

dan at-Takasur.

5. Pembukaan dengan sumpah (al-Istiftah bi al-Qasam) sumpah yang

digunakan dalam pembukaan surah-surah Al-Qur’an ada 3 macam dan

terdapat dalam 15 surah.

Allah mengedepankan al-Qasam (sumpah-Nya) dalam beberapa surah. Disis

Allah bersumpah dengan menyebut sebagian makhluk-Nya sebagai Muqsam

bih. Diawal surah as-Saffat. Ia bersumpah dengan malaikat yang berbaris

bersaf-saf. Dalam dua surah, al-Buruj dan al-Tariq. Ia bersumpah dengan

langit (as-Sama’). Dalam surah al-Najm, ia bersumpah dengan bintang.

Disurah lain ditemukannya sumpa-Nya dengan menyebut fajar yang

menandai dimulainya waktu siang, matahari yang ada pada siang hari, malam

yang menjadi tanda gelap yang kelam, duha di pagi hari, asar diwaktu yang

lain. Tegasnya Allah bersumpah dengan sejumlah waktu. Dalam dua surah, ia

bersumpah dengan angina (al-Hawa) yang merupakan unsur alam yang

11
penting sekali, yaitu dalam surah al-Zariyat dan surah al-Mursalat. Demikian

pula Allah bersumpah dengan menyebut bermacam-macam makhluk-Nya

seperti dalam surah ath-Tur, al-Tin, al-Nazi’at, dan al-‘Adiyat (Junaid, 2022,

hal: 707).

6. Pembukaan dengan syarat (al-Istuftah bi asy-Syarat) syarat-syarat yang

digunakan dalam pembukaan surat-surat Al-Qur’an ada 2 macam dan

digunakan dalam 7 surat yakni surat at-Takwirm al-Infitar, al-Insyiqaq, al-

Waqi’ah, al-Munafiqun, az-Zalzalah, dan an-Nashr.

Allah Swt. Menyebutkan kejadian-kejadian tertentu dengan mengaitkannya

dengan syarat. Penyebutan syarat tersebut dibagian pertama surah-surah

tertentu untuk menunjukkan bahwa kejadian itu merupakan hal yang pasti

akan terjadi, bukan hal yang mungkin terjadi atau mustahil terjadi. Semua

surah tersebut dibuka dengan syarat idza yang artinya “apabila”, ungkapan

syaratm “apabila terjadi hari kiamat” (al-Waqi’ah), “apabila orang-orang

munafik datang kepadamu” (al-Munafiqun), “apabila matahari digulung’ (al-

takwir), “apabila langit terbelah” dan apabila bumi berguncang dengan

guncangan yang dahsyat” (al-Zalzalah), dan “apabila terlah datang

pertolongan dan kemenangan (al-Nasr), semuanya itu pasti akan terjadi

didalam kenyataan yang tidak dapat dihindari, syarat idza digunakan untuk

hal-hal yang pasti terjadi (Junaid, 2022, hal:708).

7. Pembukaan dengan kata kerja perintah (al-Istiftah bi al-Amr) berdasarkan

penelitian para ahli ada sekitar 6 kata kerja perintah yang menjadi pembukaan

12
surat-surat Al-Qur’an yaitu surat al-‘Alaq, Jin, al-Kafirun, al-Ikhlasm al-

Falaq, dan an-Nas.

Dalam surah-surah tersebut Allah memulai firman-Nya dengan f’il amr

“qul” yang artinya “katakanlah”. Perintah “qul” dimaksudkan agra apa yang

disebutkan setelah kata perintah itu diterima, dijadikan sikap dan diyakini,

sehingga benar-benar menjadi keyakinan yang kukuh. Misalnya, kita

menerima firmannya: qul huwallahu ahad (katakanlah Dia itu Allah Maha

Esa). Itu berarti kita diperintah Allah untuk menerima, berkata, bersikap dan

mempunyai arti bahwa Allah itu Tuhan Yang Esa (Junaid, 2022, hal:708).

8. Pembukaan dengan kata pertanyaan (al-Istiftah bi al-Istifham) ada 2 bentuk

pertanyaan:

a. Pertanyaan positif, yaitu pertanyaan dengan kalimat positif, yang

digunakan pada 4 surat yaitu: surat ad-Dahr, an-Naba’, al-Gasyiyah, dan

al-Ma’un.

b. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan kalimat negatif yang

digunakan pada 2 surta yaitu surah al-Insyirah dan al-Fil.

Pertanyaan-pertanyaan Allah itu bukanlah berarti Allah Swt. Tidak

mengetahui masalah-masalah dibalik pertanyaan, tetapi sebagai metode atau

jembatan dalam rangka menjelaskan lebih jauh apa-apa yang hendak

dipaparkan-Nya, shingga siapapun yang menjadi mitra bicara Allah menjadi

tahu dan jelas serta mengerti.

13
9. Pembukaan dengan doa/vonis (al-Ustiftah bi ad-Du’a) yang terdapat pada 3

surat, yaitu al-Mutaffifin, al-Humazah, dan al-Lahab.

Allah Swt menvonis celaka kepada pihak-pihak yang semestinya celaka

dipermulaan beberapa surah, yakni surah al-Mutaffifin/83 dengan vonis

wailul lil mutaffifin (celakalah bagi orang-orang yang curang), dalam surah

al-Humazah/104 dengan vonis wailul likulli humazaat al-lumazah (selakalah

bagi setiap pengumpat dan pencela), dan dalam surah al-Lahab/111 dengan

vonisnya tabbat yada abi lahabiw watab (binasalah diri Abu Lala, dan benar-

benar binasa dia) (Junaid, 2022, hal:709).

10. Pembukaan dengan alasan (al-Istiftah bi at-Ta’lil) pembukaan dengan alasan

ini hanya terdapat pada surah al-Quraisy.

Alasan dalam surah itu ditempatkan lebih dahulu dari sesuatu yang

diperintahkan-Nya seperti yang diletakkan pada ayat 3. Dalam kata lain,

dalam surah ini Allah lebih mendahulukan keterangan alasan dari pada

penyebutan sesuatu yang seharusnya dilakukan (taqdim al-Ta’lil ‘anil-amri).

Allah memerintahkan sesuatu dengan terlebih dahulu disampaikan alasannya,

agar perintah yang disampaikan itu benar-benar diperhatikan atau dijalankan

(Junaid, 2022, hal:710).

C. Diskursus Fawatihus Suwar Oleh Para Ulama

Para ulama berbeda pendapat dalam memberikan penafsiran terhadap fawatihus

suwar karena perbedaan pandangan tentang hakikat huruf-huruf itu, dari usaha-usaha

14
yang telah dilakukan itu, setidaknya telah berkembang penafsiran mereka di sekitar

dua sudut pandang yang berbeda, yaitu:

Pertama, penafsiran yang memandang huruf-huruf tersebut termasuk ke dalam

kategori ayat-ayat Mutsyabihat yang maknanya hanya diketahui oleh Allah Swt.

Kelompok ini, banyak dianut oleh para ulama salaf, ketika menghadapi huruf-huruf

yang demikian, mereka lebih bersikap hati-hati. Kelompok ini dianggap sebagai

kelompok yang tidak memiliki solusi yang jelas dan bahkan tidak mengajukan solusi

apapun mengenai makna fawatihus suwar ini. Hal ini disebabkan karena mereka

berpendapat bahwa huruf-huruf yang mengawali surat Al-Qur’an itu usdah

dikehendaki Allah sejak zaman Azali, dan berfungsi sebagai argumen untuk

mematahkan kesanggupan manusia dalam membuat yang semisal dengan Al-Qur’an.

Menurutnya bahwa fawatihus suwar merupakan kelompok ayat-ayat Mutasyabih

yang tidak dapat diketahui Ta’wilnya kecuali hanya Allah semata. Diantara para

ulama yang berpendapat demikian adalah Ali bin Abi Thalib yang mengatakan

:”Sesungguhnya setiap kitab suci mempunyai keistimewaan (Safwah), dan

keistimewaan kitab suci ini adalah huruf-huruf Tahajji (Hijaiyah)”. Juga ucapan Abu

Bakar al-Shiddiq sebagai berikut: “setiap kitab suci mempunyai rahasia, dan rahasia

kitab Al-Qur’an adalah huruf-huruf yang mengawali surat-surat (awail as-suwar)”.

Demikian juga para ahli hadis yang mengetengahkan sebuah riwayat yang datangnya

dari Ibn Mas’ud bahwa Khulafa ar-Rasyidun berkata: “Sesungguhnya huruf-huruf ini

15
(fawatihus suwar) merupakan ilmu yang tertutup dan mengandung rahasia yang

diketahui oleh Allah semata”. (Shofaussamawati, 2015, hal: 276).

Kedua, bahwa makna huruf-huruf yang terpotong-potong itu dapat diketahui oleh

Allah Swt. Dan bisa dipahami oleh manusia terutama oleh orang-orang yang

mendalami pengetahuannya. Mereka yang memilih pendapat ini banyak sekali, tetapi

masing-masing memiliki pendirian sendiri-sendiri, ada yang dekat kepada kebenaran,

dan ada pula yang jauh. Diantara mereka yang mengikuti pendapat ini ialah: Ibnu

Abbas dalam berbagai riwayat cenderung menta’wilkan huruf-huruf tersebut dengan

cara mengaitkannya dengan nama dan sifat Allah swt. Setiap huruf dapat menunjuk

pada lebih dari sebuah nama atau sifat-Nya. Contoh penta’wilan Ibn Abbas terhadap

huruf-huruf muqatta’ah ini secara komprehensif antara lain dapat dilihat dalam Al-

Burhan fi ‘Ulum al-QAur’an karya Zarkasyi dan Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an karya

al-Suyuthi.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hal ini, di sini akan

dikemukakan contoh penta’wilan Ibn Abbas dimaksud, yaitu ketika beliau

menta’wilkan huruf alif lam Mim dengan Ana Allah A’lam (Aku Tuhan Maha

Mengetahui), huruf alif lam shad dengan Ana Allah Afdhal (Aku Tuhan yang Lebih

Baik), dan huruf alif lam ra’ dengan Ana Allah Ara (Aku Tuhan yang Maha

Mengetahui), dan lain sebagainya. Demikian juga ketika menafsirkan huruf Kaf-ha-

Ya-Ain-Shad ia mengatakan Kaf berarti Karim (Maha Pemurah), Ha berarti Hadin

(Maha Pemberi Petunjuk), Ya’ berarti Hakim (Maha Bijaksana), Ain berarti ‘Alim

16
(Maha Mengetahui), dan Sad berarti Sadiq (Maha Benar). Sementara itu, dalam

riwayat yang lain disebutkan bahwa ketika menta’wilkan Huruf Kaf-Ha-ya-Ain-Sad

Ibn Abbas mengatakan: Kafin Hadin Aminin Azizin Sadiqin.

Pendapat as-Suyuti tentanng huruf tersebut adalah sebagai berikut: diantaranya:

‫ الم‬berarti Ana Allah A’lam yang berarti hanya aku yang paling tahu kemudian ‫لص‬

yang berarti A’lamu wa Afs ilu yaitu hanya aku yang paling mengetahui dan yang

menjelaskan suatu perkara, sedangkan ‫ املر‬berarti Ana Ara yang berarti aku melihat.

Diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas bahwa makna ‫ كهيعص‬yitu Kaf dari Karim yang

berarti mulia, Ha adalah Hadin yang berarti memberi petunjuk, Ya adalah Hakim

yang berarti yang maha bijaksana, Ain yaitu Alim yang berarti maha menbetahui, dan

Sad yaitu Sadiq yang berarti yang maha benar dan sebagainya. Dikatakan bahwa

pendapat ini hanyalah dugaan saja, kemudian as-Suyuti menerangkan bahwa hal itu

merupakan rahasia yang hanya Allah Swt. Sendiri yang mengetahuinya

(Shofaussamawati, 2015, hal: 277).

Menurut M. Quraishi Shihab para ulama’ dan para pakar berbeda-beda dalam

memahami makna huruf-huruf yang berbeda pada awal sejumlah surat Al-Quran

sebagai contoh:

1. Huruf-huruf yang dipilih sebagai pembuka surat sebanyak 14 huruf, yang

ditemukan dalam 29 surat, dengan demikian seperdua dari huruf-huruf

Hijaiyah. Keempat belass huruf tersebut dirangkai sementara ulama, dengan

17
kalimat na karim, qat’I lahu sir (teks mulia yang bersifat pasti dan memiliki

rahasia).

2. Huruf-huruf yang terpilih itu mewakili makharij al-Huruf, yakni tempat-

tempat keluarnya huruf. Seperti Alif tempat keluarnya adalah kerongkongan,

sementara Mim, keluar dari bibir atas dan bibir bawah, maka dari itu Alif,

Lam, Merupakan awal, tengah dan akhir.

3. Dengan membaca Alif Lam Mim, dibuktikan bahwa al-Qur’an tidak dapat

dibaca tanpa bantuan pengajar. Karena pada surat al-Fil huruf Alif Lam Mim

dibaca Alam. Dalam tafsir at-Tabari disebutkan bahwa, bagi orang-orang

yahudi bahwa huruf-huruf penggalan (huruf al-Mutaqatta’ah) tersebut

penafsirannya dihubungkan dengan angka-angka. Menurutnya bahwa dengan

angka-angka itu dapat diketahui berapa lama dominasi islam secara politis

(Shofaussamawati, 2015, hal: 278).

18
DAFTAR PUSTAKA

Junaid, J. Bin. (2022). fawatih Alsuwar dalam Al-Qur’an. Jurnal Al-Wajid, 3(2), 697-

716.

Labib, H. A. (2021). Kajian Ayat Fawatih al-Suwar dalam Alquran. An-Nuur, 11(2),

1-19. https://doi.org/10.58403/annuur.v11i2.54

Mugni, A., & Munira. (2022). Fawatihus Suwar Pembuka Komunikasi Dalam Al-

Qur’an. Muhkamat: Jurnal Ilmu Al-Quran Dan Tafsir, 1(1), 18-35.

Shofaussamawati. (2015). Konsep Fawatih al-Suwar Imam al-Maraghi dalam Tafsir

al-Maraghi. Hermeneutik, 9(2), 265-286.

19

Anda mungkin juga menyukai