Anda di halaman 1dari 23

ILMU FAWATIHUS SUWAR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah


ULUMUL QUR’AN

Dosen Pengampu:
Yanti Nurnianti,M.Pd

Disusun Oleh:

1. Eva Perissa
2. Ima Halimatussa’diyah
3. Yola Yuliana

PROGRAM STUDI ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN UMAT

ISLAM MAJALENGKA

2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “ILMU FAWATIHUS SUWAR”tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, manusia istimewa yang seluruh
perilakunya patut untuk diteladani dan seluruh ucapannya adalah kebenaran.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an yang
ditugaskan oleh dosen pengampu yaitu Bu Yanti Nurnianti,M.Pd.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, oleh karena itu, kritik serta saran pembaca yang sifatnya
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas ini. Semoga isi dari
makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi siapa saja yang
membacanya, terutama teman-teman mahasiswa STAI-PUI Majalengka.

Majalengka, 18 Maret 2024

Penyusun

i
T
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
ILMU FAWATIHUS SUWAR...............................................................................................3
A. Pengertian Fawatihus Suwar...........................................................................................3
B. Macam macam Fawatihus Suwar....................................................................................4
C. Kedudukan Fawatihus Suwar........................................................................................12
D. Pendapat Ulama tentang Huruf Fawatihus Suwar...........................................................13
BAB III....................................................................................................................................17
PENUTUP...............................................................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fawatihus suwar pada dasarnya merupakan cabang ilmu dalam al-
qur’an yang di gunakan untuk mempelajari pembuka surat-surat. Istilah
fawatihus suwar terdiri dari dua kata, yaitu fawatih dan as-suwar. Fawatih
merupakan jamak dari faatihah yang berarti pembuka. Sedangkan as-suwar
adalah jamak dari suurah, yang berarti surat dan as-suwar bermakna
surahsurah. Dengan demikian istilah fawatih as-suwar secara harfiah
berarti pembuka surah-surah. Manna’ Khalil Al Qhatthan dalam kitabnya
Mabahits fi ulumil Qur’an mengidentikan fawatihus suwar dengan huruf-
huruf yang terpisah (Al ahruful muqotho’ah). Yakni huruf potong yang
posisinya berada pada permulaan surat Al-Qur’an.
Dalam Al-quran ada kalimat pembuka ( Fawatihus suwar ) atau
awal dari setiap surat dalam alquran. Kalimat pembuka ini sangat penting
sebagai pembuka awal komunikasi agar maksud komunikator dengan
komunikan tercapai. Dalam Komunikasi ada trik dan hal yang menjadi
dasar sebagai pembatas yang dapat membangun hubungan baru adalah
dengan memahami bukan menjawab. Stephen Covey, penulis buku best-
seller Habits of Highly Effective People, mengatakan “Sebagian besar
orang tidak mendengarkan untuk memahami, mereka mendengarkan hanya
untuk memberikan jawaban”. Ini adalah pengamatan yang akurat pada
banyak di antara kita, namun jarang kita sadari.
Penyataan Stephen Covey menekankan pentingnya mendengarkan
( jika sifatnya suara ) dan penting memahami maksud teks ( jika tulisan ).
Bagi orang Muslim kitab suci suatu keharusan untuk meyakini, meyakini
sumbernya dari Allah dan meyakini kebenarannya bersifat mutlak. Untuk
mencapai kayakinan akan kebenaran maksud dalam teks maka perlu
memahami maksud daripada teks itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
masalah yang masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian Fawatihus Suwar?
2. Apa macam macam Fawatihus Suwar?
3. Apa kedudukan Fawatihus Suwar?
4. Apa Pendapat Ulama tentang Huruf Fawatihus Suwar?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian Fawatihus Suwar.
2. Untuk mengetahui macam macam Fawatihus Suwar.
3. Untuk mengetahui kedudukan Fawatihus Suwar.
4. Untuk mengetahui Pendapat Ulama tentang Huruf Fawatihus Suwar.

2
BAB II

ILMU FAWATIHUS SUWAR

A. Pengertian Fawatihus Suwar


Menurut bahasa fawatih adalah jamak dari kata fatihah, yang berarti
pembukaan atau permulaan atau awalan. Sedangkan kata as-suwar adalah
jamak dari kata as-surah yaitu sekumpulan ayat-ayat Al-qur’an yang
mempunyai awalan dan akhiran.
Dari segi makna bahasa, fawatih as-suwar berarti pembukaan-
pembukaan surah karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks
setiap surah. Bila sebuah surah dimulai oleh huruf-huruf hijaiyah, huruf itu
bisa dinamakan ahruf muqatta’ah (huruf huruf yang terpisah) karenaposisi
huruf tersebut cenderung “menyendiri”, tidak bergabung untuk membentuk
sebuah kalimat serta kebahasaan. Namun, segi pembacaannya tidak bebeda
dari lafaz yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
Ibnu Abi al-Asba’ menulis sebuah kitab yang membahas tentang
bab “pembuka surah-sutah” ini secara lebih mendalam, yaitu kitab al-
khaqatir as-sawanih fi asrar al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan
tentang beberapa kategori dari pembukaan pembukaan surah yang ada
dalam Al-qur’an. Pertama, pujian terhadap Allah yang dinisbatkan pada
sifat-sifat kesempurnaan tuhan. Kedua, penggunaan huruf-huruf hijaiyah
yang terdapat di 29 surah. Ketiga, penggunaan kata seru atau sapaan (al-
hurufun nida’) yang terdapat di 10 surah dengan rincian : 5 seruan di
tujukan kepada Rosul secara khusus, dan 5 seruan lainnya ditujukan kepada
umat. Keempat, berbentuk sumpah (al-aqsam) yang terdapar di 15 surah.
Fawatihus Suwar adalah beberapa pembukaan dari surah-surah Al-
qur’an atau beberapa macam awalan dari surah-surah Al-qur’an. Sebab,
seluruh surah al-qur’an yang berjumlah 114 buah surah itu dibuka dengan
sepuluh macam pembukaan, tidak ada satu surahpun yang keluar dari
sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu

3
mempunyai rahasia/hikmah sendiri-sendiri, hingga perlu sekali untuk
dipelajari.
Istilah fawatihus suwar ini sering dijumbuhkan orang dengan al-
huruful muqaththa’ah (huruf terputus-putus yang terdapat di permulaan
surah-surah al-qur’an) seperti Dr. Shubhi Ash-Shahih dalam
kitabnya Mabahits fi’Ulumil Qur’an. Karena itu, perlu ditegaskan bahwa
fawatihus suwar itu berbeda dengan huruful muqaththa’ah yang hanya
mempunyai salah satu macam dari fawatihus suwar yang ada sepuluh
macam yang hanya menjadi pembahasan dari 29 surah dari 114 surah-surah
Al-qur’an.

B. Macam macam Fawatihus Suwar


Beberapa ulama telah melakukan penelitian tentang pembukaan
surat Al-Qur‟an, diantaranya yang dilakukan oleh Ibnu Abi Al Asyba‟
menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang bab ini,
yaitu kitab Al-Khawatîr Al Sawanih fî Asrar Al Fawatiḥ. Ia mencoba
menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan
surat yang ada di dalam Al-Qu‟ran. Pembagian karakter pembukaannya
adalah sebagai berikut.
Pertama, pujian terhadap Allah swt. yang dinisbatkan kepada sifat-
sifat kesempurnaanNya. Kedua, dengan menggunakan huruf-huruf
hijaiyah: terdapat dalam 29 surat. Ketiga, dengan menggunakan kata
seruan (ahrūfun nidâ); terdapat dalam 23 surat. Keempat, dalam bentuk
sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat.
Sedangkan menurut Badruddin Muhammad Az-Zarkasy, Allah swt.
Telah memberikan pembukaan kepada kitab-Nya dengan sepuluh macam
bentuk dan tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam
pembukaan itu. Al Qasthalani dan Abu Syamah sebagaimana dikutip oleh
As-Suyuti memaparkan sepuluh macam pembukaan tersebut. Berikut
adalah pemaparan yang diutarakan oleh Al-Qasthalani:
1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah bi al-itsana). Pujian
kepada Allah ada dua macam, yaitu Menetapkan sifat-sifat terpuji
dengan menggunakan salah satu lafal berikut:

4
a. Memakai lafal hamdalah (‫( الحمدهلل‬terdapat dalam 5 surat yaitu: Q.S
AlFatiḥah, Al-An‟âm, Al-Kahfi, Sabâ‟ dan Fâṭir.  Memakai lafal
‫ تبرك‬yang terdapat dalam 2 surat yaitu Al-Furqan dan AlMulk.
b. Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih al-sifatin naqshin)
dengan menggunakan lafal tasbih terdapat dalam 7 surat yaitu: Al-
Isra‟, al-A‟la, alHadîd, al-Hasyr, al-Saf, al-Jum‟ah, dan al-
Tagabun.

2. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus (Al-Ahruful


Muqoto‟ah). Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29
surat dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yakni ‫ط ص س ر ح ا ي ه‬
‫ ن م ل ك ق ع‬enggunaan suratsurat tersebut dalam pembukaan surat-
surat Al-Quran disusun dalam 13 rangkaian yang terdiri dari
kelompok berikut:
a. Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3
surat, yakni:
 Surat al-qalam yang dimulai dengan huruf ‫ه‬
 Surat Shad yang dimulai dengan huruf ‫ص‬
 Surat Qof yang dimulai dengan huruf ‫ق‬.

b. Kelompok yang terdiri dari dua huruf, terdapat dalam 10 surat,


yakni
 ‫ حم‬yakni dalam surat al-mu‟min, fushshilat, asy-syura,
azukhruf, addukhan, al-jatsiyah, dan al-ahqaf.
 ‫ طه‬yakni terdapat dalam surat thoha.
 ‫ طس‬yakni terdapat dalam surat an-naml, dan.

 ‫ يس‬yakni terdapat dalam surah yaasin

c. Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, terdapat dalam 3 rangkaian


dan 13 surat, yakni:
 terdapat pada surat Al-baqarah, Ali-imrân, Al-Ankabūt, Al-
rūm, Luqmân, dan Sajadah.
 terdapat pada surat Yunūs, Hūd, Ibrahîm, Yūsūf dan Al-Hijr.

5
 terdapat pada surah Al-Qaṣaṣ dan Al--Syu‟ara.
d. Kelompok yang terdiri dari 4 huruf, terdapat dalam 2 rangkaian
dan 2 surat, yakni ‫ر‬k‫ )الم‬QS Al-Ra‟d) dan ‫ )المص‬QS Al-A‟raf)
Kelompok yang terdiri dari 5 huruf terdapat dalam 1 surat, yakni
‫كهيعص‬terdapat dalam surah maryam.

3. Pembukaan dengan panggilan (al-istiftah bin nidâ)


Allah membuka sejumlah surat dengan mengedepankan
panggilan (al-nidâ), terdapat dalam 10 surah yaitu nida untuk
Rasulullah Saw. Berjumlah 5 surat, terdapat dalam surah al-Ahzab/33,
al-Tahrîm/66 dan Al-Talaq/65, al-Muzammîl/73 dan al-Mudaṣir/74. 5
nidâ lain di tujukan kepada umat, yaitu sebagaimana terlihat diawal
surah Al-Nisâ/4, Al-ma‟idah/5, Al-Haj/22, Al-Hujarat/49, dan Al-
mumtahannah/60.
Panggilan kepada Rasulullah SAW tentu dengan tujuan agar
menjadi perhatian rasul yang sudah semestinya juga perhatian
umatnya. Sedangkan panggilan yang ditujukan kepada umat adalah
sebagai bukti kasih sayang Allah kepada mereka, dan agar apa yang
disampaikan berupa perintah atau larangan yang ditegaskan setelah
panggilan itu benar-benar diperhatikan dan diamalkan atau
ditinggalkan dengan kesadaran, yakni dengan pemantauan dan
pengendalian pada diri sendiri.
Dengan demikian, satu fakta sangat jelas bahwa panggilan
Allah dalam al-Qur‟an tidak hanya ditunjukkan kepada Rasulullah
selaku penerima wahyu, tetapi juga kepada umatmanusia terutama
umat Islam, karena al-Qur‟an itu memang sebagai petunjuk bagi umat
manusia (hudan lil nas).

Adapun hikmah dan rahasia adanya pembukaan surat-surat


dengan nida’ yaitu untuk memberi perhatian dan peringatan, baik bagi
Nabi, umatnya, maupun untuk menjadi pedoman kehidupan ini.

6
4. Pembukaan dengan jumlah khabariyah (al istiftah bi al-jumlah al
khabariyah).
Allah di beberapa surah mengedepankan jumlah khabariyah
(pernyataan berita), baik ditujukan kepada Rasulullah maupun kepada
umat. Hal itu dapat dilihat dalam surat Al-Taubah/9, Al-Nūr/24, Al-
Zumar/39, Muḥammad/47, Al-Fatḥ/48, AlRaḥman/55, Al-Hâqqah/69,
Nūh/71, Al-Qadr/97, Al-Qari‟ah/101, Al-Kauṣar/108, Al-Anfâl/8,
An-Naḥl/16, Al-Qamâr/54, Al-Mu‟minūn/23, Al-Anbiyâ/21,
AlMujâdalah/58, Al-Ma‟arij/70, Al-Qiyâmah/75, Al-balâd/90,
„Abasa/98, dan AlTakaṣur/102.
Pernyataan berita yang tersebar dalam 23 surah diatas
merupakan pernyataanpernyataan yang sanagt penting agar manusia
menghargai dalam menerima, memahami, mengerti, dan
mengamalkannya. Semuannya perlu pada sikap positif manusia, baik
akidah, ibadah, maupun lainnya.

Jumlah ismiyyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11


surat, yaitu:

i. (‫( )براءة من هللا ورسوله‬Inilah pernyataan) pemutusan hubungan


dari Allah dan rasul-Nya (QS. Al-Taubah).
ii. (‫ناها‬k‫ا وفرض‬k‫ورة انزلناه‬k‫( )س‬ini adalah) satu surat yang Kami
nuzulkan dan kami wajibkan (QS. Al-Nur).
iii. (‫ )تنزيل الكتاب من هللا العزيز الحكيم‬/Kitab Alquran ini dinuzulkan
oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS.
Al-Zumar).
iv. (‫بيل هللا‬kk‫لوا عن س‬kk‫( )الذين كفروا زص‬orang-orang kafir dan menghalang-
halangi (manusia), dari jalan Allah), (QS. Muhammad).
v. (‫ا‬kk‫ا مبين‬kk‫ك فتح‬kk‫ )ان فتحنال‬Sunngguh kami telah, memberikan
keapdamu kemenangan yang nyata (QS. Al-Fath).
vi. (‫ران‬k‫ )الرحمان علم الق‬/Alah Yang Maha Pemurah. Yang telah
mengajarkan, (QS. Al-Rahman).
vii. (‫ة‬k‫ )الحاقة ماالحاق‬/ Kiamat, apakah hari kiamat itu? (QS. Al-
Haqqa).

7
viii. (‫وم‬kk‫ )ان ارسلنانوحا الي ق‬/Sungguh telah mengutus Nuh kepada
kaumnya (QS. Nuh).
ix. (‫در‬kkk‫ة الق‬kkk‫ه في ليل‬kkk‫ا انزلن‬kkk‫ )ان‬/Sungguh telah menurunkannya
(Alquran) pada malam al-Qadr (QS. Al-Qadr); QS. Al-
Qadr;
x. (‫ )القارعة ما القارعة‬/Hari Kiamat, apakah Hari kiamat itu?(QS.
Al-Qari’ah).
xi. (‫وثر‬kkkk‫اك الك‬kkkk‫ا اعطين‬kkkk‫ )ان‬/Sungguh kami telah memberikan
kepadamu nikmat yang banyak (QS. Al-Kawtsar).

Jumlah fi’liyah yang menjadi pembuka surat-surat Alquran


terdapat dalam 12 surat, yaitu:

a. (‫ال‬kkkkkk‫ئلونك عن االنف‬kkkkkk‫ )يس‬/Mereka bertanya kepadamu tentang


pendistribusian harta rampasan perang (QS. Al-Anfal)
b. (‫تعجلوه‬kk‫ )اتي امرهللا فال تس‬/Telah pasti datangnya ketetapan Allah itu,
maka janganlah minta disegerakan (QS. Al-Nahl)
c. (‫ )اقترب للناس حسابهم‬/Telah dekat datangnya saat itu (QS. Al-Qamar)
d. (‫ون‬kk‫دافلحل المئمن‬kk‫ )ق‬/Sungguh beruntung orang-orang yang beriman
(QS. Al-Mukminun
e. (‫ )اقتربت الساعة‬/telah dekat kepada manusia hari menghisab segala
amalam mereka (QS. Al-Anbiya);
f. (‫ )قدسمع هللا قول التي تجادلك‬/Seseorang telah meminta kedatangan azab
yang akan menimpanya (QS. Al-Ma’arij)
g. (‫ة‬kk‫وم القيام‬kk‫م بي‬kk‫ )القس‬/Aku bersumpah dengan hari kiamat (QS. Al-
Qiyamah).
h. (‫ذا البالد‬kk‫م به‬kk‫ )الاقس‬/Aku bersumpah dengan kota ini, Makkah (QS.
Balad).
i. (‫ )عبس وتولي‬/Dia (Muhammad) bermuka Masam dan berpaling (QS.
‘Abasa).
j. (‫اب‬kk‫ل الكت‬kk‫روا من اه‬k‫ذين كف‬k‫ )لم يكن ال‬/Dia Orang-orang kafir, yakni ahli
kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak
akan meninggalkan agamanya (QS. Al-Bayyinah).
k. (‫اثر‬k‫ )الهاكمتك‬/Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (QS. Al-
Takatsur).

8
5. Pembukaan dengan sumpah (al-istiftah bil qasam)
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat Al-quran ada tiga
macam dan terdapat dalam 15 surat.
a. Sumpah dengan benda-benda angkasa, misalnya (‫( )والصفات‬Demi
rombongan yang bersaf-saf) dalam QS. Al-Shaffat; (‫( )والنجم‬Demi
bintang) dalam surat al-Najm; (‫الت‬kkk‫( )زالمرس‬Demi malaikat-
malaikat yang mencabut nyawa) dalam QS. Al-Nai’at; ( ‫والسماء ذات‬
‫( )البروج‬Demi lagit yang memiliki gugusan bintang) dalam QS. Al-
Buruj; (‫( )والسماء و الطارق‬Demi langit dan yang datang pada malam
harinya) dalam QS al-Thariq; (‫ر‬kk‫ال عش‬kk‫( )والفجرولي‬Demi fajar dan
malam yang sepuluh) dalam QS. Al-Fajr; dan ( ‫حه‬kk‫مس والض‬kk‫والش‬
‫( )ا‬Demi matahari dan cahanyanya di waktu duha) dalam QS. Al-
Syams.
b. Sumpah dengan benda-benda bawah, misalnya (‫ذاريات‬kkkk‫وال‬
‫( )ذروا‬Demi angin yang menerbangkan debu dengan sekuat-
keuatnya) dalam QS. Al-Dzariyyat; (‫ور‬kk‫( )والط‬Demi bukit Thur)
dalam QS. Al-Thur; (‫( )والتين‬Demi buah Tin) dalam QS. Al-Thin; (
‫اديت‬kk‫( )والع‬Demi kuda perang yang berlari kencang) dalam QS.
Al-‘Adiyat.
c. Sumpah dengan waktu, misalnya (‫( )واليل‬Demi malam) dalam QS.
Al-Layl; (‫حي‬kk‫( )والض‬Demi waktu duha) dalam QS. Al-Dhuha; (
‫( )والعصر‬Demi waktu) dalam QS. Al-Ashr.
Hikmah dari fawatih al suwar dengan sumpah ini, pertama, agar
manusia meneladani sikap bertanggung jawab; berbicara harus
benar dan jujur dan berani berbicara untuk menegakkan keadilan;
kedua, agar dalam bersumpah manusia harus senantiasa memakai
nama-nama Allah bukan selain-Nya; ketiga, digunakannya
beberapa benda sebagai sumpah Allah dimaksudkan agar benda-
benda itu diperhatikan manusia dalam rangka mendekatkan diri
keapda Allah, karena pada dasarnya, benda-benda itu ciptaan
Allah.

9
6. Pembukaan dengan syarat (al-istifat bis syarat)
Syarat yang digunakan dalam pembukaan surat Al-Quran ada dua
macam dan digunakan dalam 7 surat, yakni:
a. (‫ )اذالشمس كورت‬/ Apabila matahari digulung dalam QS. Al-Takwir;
b. (‫ )اذالشماء انفطرت‬/Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Infithar;
c. (‫ )اذالشماء انشقت‬/Apabila langit terbelah, dalam QS. Al-Insyiqaq,
d. (‫ة‬kk‫ )اذا واقعت الواقع‬/Apabila terjadi hari kiamat , dalam QS. Al-
Waqi’ah;
e. (‫ )اذاجاءك المنافقون‬/Apabila orang-orang munafik datang kepedamu,
dalam QS. Al-Munafiqun;
f. (‫ا‬kk‫زلت االرض زلزاله‬kk‫ )اذا زل‬/Apabila bumi dogoncangkan dengan
goncangan yang dahsyat, dalam QS. Al-Zaljalah;
g. (‫ )اذاجاءنصرهللا والفتح‬/Apabila telah datang pertolongan Allah dan
kemenangan, dalam QS. Al-Nashr.

7. Pembukaan dengan perintah (al istiftah bil amr)


Allah membuka surah-surah tertentu dengan menekankan al-
amr (perintah)-Nya yang diarahkan kepada Rasulullah, yang juga
kepada umatnya. Hal ini seperti terlihat dalam surah Al-Alaq/96, Al-
Jîn/72, Al-Kafirūn/109, Al-Falâq/113, dan Al-Nas/114.

a. Dengan (‫ )اقرأ‬bacalah, yang hanya terdapat dalam QS. Al-Alaq

b. Dengan (‫ )قل‬katakanlah, yang terdapat dalam QS al-Jin, QS. Al-


Kafirun, QS. Al-Falaq dan QS. Al-Nas.
Dalam surah-surah tersebut Allah memulai firman-Nya
dengan f‟il amr “qul” yang artinya “katakanlah”. Perintah “qul”
dimaksudkan agar apa yang disebutkan setelah kata perintah itu
diterima, dijadikan sikap dan diyakini, sehingga benar-benar
menjadi keyakinan yang kukuh. Misalnya, kita menerima firman-
Nya: qul huwallahu ahad (katakanlah Dia itu Allah Maha Esa). Itu
berarti kita diperintah Allah untuk menerima, berkata, bersikap
dan mempunyaibahwa AllahTuhan Yang Esa.

10
8. Pembukaan dengan pertanyaan (al istiftah bil istifham).
Bentuk pertanyaan ini ada dua macam yaitu:
a. Pertanyaan, positif yang pertanyaan dengan menggunakan
kalimat positif. Pertanyaan ini digunakan dalam 4 pendahuluan

surat Alquran, yaitu: (‫دهر‬kk‫ال‬ ‫ان حين من‬kk‫ل اتي علي االنس‬kk‫)ه‬
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa dalam

QS. Al-Dahr, (‫إالعجيم‬kk‫الب‬ ‫ عن‬. ‫اءلون‬kk‫ )عم يتس‬Tentang apakah


mereka saling bertanya tentang berita yang besar, dalam QS al-

Naba, (‫ية‬kk‫ديث الغاش‬kk‫اك ح‬kk‫ل ات‬kk‫)ه‬ Sudah datangkah kepadamu

berita tentang hari pembalasan? Dalam QS. Al-Ghasyiyah , (


‫دين‬kk‫ذب بال‬kk‫ذي يك‬kk‫)ارايت ال‬ Tahukah kamu orang-orang yang
mendustakan agama? Dalam QS. Al-Ma’un.
b. Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan

kalimat; negatif, yang hanya terdapat dalam dua surat, yakni (‫الم‬

‫)نشرح لك صدرك‬ Bukankah kami telah melapangkan dadamu

untukmu, dalam QS. Al-Insyirah dan (‫ك‬kk‫رب‬ ‫ل‬kk‫ف فع‬kk‫الم تركي‬


‫)بأصحب الفيل‬ Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana
Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah dalam QS. Al-
Fil.

9. Pembukaan dengan doa/vonis (Al Istiftah bid du‟a)

Pembukan dengan doa ini terdapat dalam tiga surat. Yaitu: (‫ل‬kk‫وي‬

‫)للمطففين‬
Kecelakaan besar bagi orang-orang yang curang, dalam QS. Al-Muthaffifin ,

(‫زة‬kk‫)ويل لكل همزةلم‬ Kecelakaan bagi setiap pengumpat lagi pencela

dalam QS. Al-Humazah, (‫وتب‬ ‫دا ابي لهب‬kk‫)تبتي‬ Binasalah tangan Abu
Lahab dan sungguh dia akan binasa dalam QS. Al-lahab.
Allah swt memvonis celaka kepada pihak-pihak yang mestinya
celaka di permulaan beberapa surah, yakni surah Al-Mutaffifîn/83
11
dengan vonis wailul lil mutaffifin (celakalah bagi orang-orang yang
curang); dalam surah Al-Humazah/104 dengan vonis wailul likulli
humazat al-lumazah (celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela),
dan dalam surah Al-Lahab/111 dengan vonis-Nya tabbat yada abi
lahabiw watab (binasalah diri Abu Lahab, dan benar-benar binasa
dia).
Vonis-vonis Allah tersebut disampaikan-Nya setimpal dengan
keburukan dan kejahatan masing-masing yang disebut dalam surah-
surah terkait.

10. Pembukaan dengan alasan (al istiftah bit ta‟lil).


Allah dalam satu-satunya surah, yaitu surah Al-Quraisy/106
mengedepankan penjelasan alasan (at-ta‟lil). Alasan dalam surah itu
ditempatkan lebih dahulu dari sesuatu yang diperintahkan-Nya seperti
yang diletakkan pada ayat 3. Dalam kata lain, dalam surah ini Allah
lebih mendahulukan keterangan alasan dari pada penyebutan sesuatu
yang seharusnya dilakukan (taqdim Al-ta‟lil „anîl-amri). Jadi, Allah
memerintahkan sesuatu dengan terlebih dahulu disampaikan
alasannya, agar perintah yang disampaikan itu benar-benar
diperhatikan atau dijalankan.

C. Kedudukan Fawatihus Suwar


Fawatihus Suwar Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dari
segi makna dan kebahasaan.Fawatihus suwar merupakan salah satu realitas
keistimewaan misterius yang terdapat di dalam Al_Qur’an . Pemaparan
tentang fawatihus Suwar, khusunya menyangkut Al-Huruf Al Muqotta’ah,
tidak banyak bahkan hampir tidak ada yang berhasil mengungkapkan latar
belakang ataupun keterangan yang valid yangsecara historis bisa
membuktikn hubungan-hubungan fawaitus suwar.Dari segimakna, memang
banyak sekali penafsiran-penafsiran spekulatif terhadap huruf-huruf
itu.Dikatakan spekulatif, karena penafsiran-penafsiran mengenai hal itu
tidak didahului pengungkapan konteks historisnya. Lain halnya dengan
Fawatihus Suwar dalam bentuk lain misalnya Al Qosam (sumpah), An

12
Nida’ (seruan), Al Amr (perintah),Al Istifham (pertanyaan) dan lain-
lain.Urgensi terhadap fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks
penafsiran Al-Qur’an. Pengggalian-penggalian makna yang terlebih dahulu
akan memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada data
historisyang konkrit ataupun penafsiran yang menduga-duga. Lebih dari itu
tentu saja kitatetap meyakini eksistensi Al-Qur’an, kebesarannya,
keagungannya, juga rahasiakemu’jizatannya. Adapun beberapa manfaat
fawatihus suwar:
 Sebagai Tanbih ( peringatan ) dan dapat memberikan perhatian baik
bagi nabi,maupun umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan
ini.
 Sebagai pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa
dalamfawatih as-suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung rahasia
- rahasia Allahyang kita tidak dapat mengetahuinya.
 Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT

Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur,an terutama bagi


kaum muslimin yang masih lemah imannya karena sangat mudah
terpengaruh oleh perkataanmusuh -musuh islam yang mengatakan bahwa
al-qur’an itu adalah buatan Muhammad. dengan mengkaji Fawatih al-
Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan bahasa al-Qur’an itu sendiri
bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah SWT.

D. Pendapat Ulama tentang Huruf Fawatihus Suwar


Ketika akan membicarakan fenomena potongan huruf-huruf
hijaiyah yang terdapat dalam al-Qur’an, dapat dikatakan bahwa tidak
ditemukan orang Arab yang mengenal ataupun menggunakan gaya bahasa
seperti itu dalam permulaan ucapan mereka. Begitu juga kita tidak
menemukan satu makna pun bagi huruf-huruf tersebut selain
penyebutannya dalam huruf-huruf hijaiyah. Bahkan tak ditemukan satu pun
hadis yang diriwayatkan oleh Rasulullah Saw mengenai tafsir huruf-huruf
tersebut yang dapat dijadikan pegangan. Barangkali inilah yang menjadi
pemicu banyaknya pendapat para
13
ulama dan perbedaan sudut pandang di antara mereka tentang penafsiran
huruf-huruf tersebut. Secara ringkas, pendapat para ulama dapat
dikemukakan ke dalam 2 sudut pandang utama, yakni:
 Penafsiran yang memandang huruf-huruf tersebut masuk ke dalam
kategori ayat-ayat mutasyabihat yang maknanya hanya diketahui oleh
Allah SWT.
 Penafsiran yang memandang huruf muqatta’ah yang terdapat pada
fawatih al-suwar adalah huruf-huruf yang dapat ditafsiri maknanya.

Pandangan kelompok pertama yang diwakili oleh imam Al-suyuti,


dalam menyikapi huruf-huruf hijaiyah yang terletak pada awal surah
sebagai ayat-ayat mutasyabihat. Sekelompok Ulama yang termasuk
mayoritas muhadditsin me-mauquf-kan maknanya kepada Allah dengan
pernyataan “Allah a’lam”, hanya Allah yang maha mengetahui. Mereka
meyakini bahwa huruf-huruf yang menjadi pembuka surah (fawatih al-
suwar) tersebut merupakan rahasia yang hanya diketahui oleh Allah dan
tidak dapat diterka oleh akal manusia. Demikian pula ahli-ahli hadis
menukilkan dari Ibnu Mas’ud (w. 32 H./6523 M.) dan empat Khulafa al-
Rasyidin, bahwa mereka berkata:

“Sesungguhnya huruf-huruf ini, adalah ilmu yang tersembunyi dan


rahasia yang terdinding, yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya”.

Karenanya, ulama-ulama yang memaknakan fawatih al-suwar ini,


tidak berani memberikan pendapat secara pasti, mereka hanya menyerahkan
penafsirannya yang hakiki kepada Allah Swt.

Kelompok kedua, yang memandang huruf-huruf hijaiyah pada


fawatih al-suwar itu sebagai simbol yang mewakili tempat-tempat
keluarnya huruf (makhararij al-huruf), seperti alif tempat keluarnya adalah
kerongkongan, lam tempat keluarnya adalah lidah, dan mim tempat
keluarnya adalah dengan mempertemukan antara bibir atas dan bawah.
Dengan demikian alif, lam dan mim adalah huruf-huruf yang makhraj-nya
berada diawal, tengah dan akhir yang dapat diartikan bahwasannya
sepatutnya awal, tengah dan akhir dari setiap manusia adalah dzikir kepada
Allah. Di samping ulama yang berusaha mengungkapkan hikmah yang

14
terkandung di dalam huruf-huruf tersebut, ada pula yang lebih jauh dari itu,
yakni mencoba menafsirkan huruf demi huruf karena bagi mereka mustahil
Allah Swt menurunkan ayat yang tidak dapat dimengerti artinya. Misalnya,
dengan menurut pandapat ibnu Abbas, huruf-huruf yang terdapat di awal
surah al-Baqarah (‫ )الم‬ditafsiri dengan “‫ا هللا اعلم‬kkk‫ ”ان‬atau alif ditafsiri “
‫ ”هللا‬lam ditafsiri “‫ ”جبريل‬dan mim ditafsir “‫ ”محّم د‬jadi ‫ الم‬berarti ‫القران ُم َنَّز ٌل ِم ن‬
‫ ِهللا ِبلَس اٍن جبريل على محّم د‬. Demikian juga dengan huruf-huruf yang terdapat di
awal surah-surah yang lain dalam al-Qur’an. Seperti (‫ر‬k‫ )ال‬yang terdapat
disurah yunus: 1, Hud: 1, Yusuf: 1, Ibrahim: 1, al-Hijr: 1, diartikan dengan
“)‫ (المر‬.”‫ انا هللا ارئ‬yang terdapat dalam surah al-Ra’d: 1, ditafsiri dengan “‫انا‬
‫ ”هللا اعلم وارى‬demikian juga dengan “‫ ”المص‬yang terdapat di surah al-A’raf:
1 ditafsiri dengan “‫ل‬kk‫ا هللا اعلم وافص‬kk‫”ان‬. Ada pula ulama yang berpendapat
bahwa huruf muqattha’ah tersebut merupakan kunci dari Asma’
Allah (nama-nama Allah). Sehingga berdasarkan pandangan ini maka (
‫ )كهيعص‬yang terdapat dalam surah Maryam: 1, ditafsiri dengan “‫انا هللا الكريم‬
)‫ (ق‬,”‫ الهادى الحكيم العليم الصادق‬ditafsiri dengan (‫ادر‬kk‫الق‬/‫اهر‬kk‫ )الق‬dan (‫ )ن‬ditafsiri
dengan (‫النور‬/‫)الناصر‬. Gagasan pemikiran yang dilontarkan oleh kelompok
kedua ini mendapat tantangan keras dari para mutakallimin. Mereka
menegaskan bahwa merupakan sesuatu yang mustahil apabila ada kalimat
dalam al-Qur’an yang tidak dapat dipahami maknanya. Untuk menguatkan
pendapatnya mereka berargumentasi dari beberapa ayat al-
Qur’an diantaranya: (

Disamping ayat tersebut, mereka juga mengemukakan argumentasi


logis yaitu: “Seandainya ada ayat al-Qur’an yang tidak dapat dimengerti
maksudnya, maka mengungkapkan ayat tersebut merupakan pengungkapan
sia-sia, yang hal itu tidak mungkin dilakukan oleh Allah Swt.

Namun demikian Argumentasi yang dikemukakan oleh


kelompok mutakallimin ini juga ditentang oleh pendukung kelompok kedua
diatas. Penolakan mereka terhadap pandangan
para mutakallimin didasarkan pada firman Allah yang terdapat didalam
surah Ali ‘imran ayat 7.

15
Didalam membaca ayat tersebut mereka mewajibkan waqaf
setelah lafadz al-jalalah “‫ ”اال هللا‬sebab seandainya “‫خون فى العلم‬kkk‫را س‬kkk‫”وال‬
di ‘atafkan kepada “‫ ”اال هللا‬maka niscaya “‫ ”يقولون امّنا به‬menjadi kalimat yang
terputus dengan kalimat sebelumnya . hal ini tidak boleh terjadi sebab “
‫ه‬kkk‫ون امّن ا ب‬kkk‫ ”يقول‬akan menjadi jumlah yang tidak berfaedah. Adapun
argumentasi logis yang mereka kemukakan adalah bahwasanya segala
perbuatan (ibadah) yang diperintahkan Allah kepada manusia terbagi
dua: pertama, sesuatu yang secara global hikmahnya dapat dipahami oleh
rasionalitas manusia. Sedangkan yang kedua adalah sesuatu yang
hikmahnya tidak dapat diterka oleh manusia yang penuh dengan
keterbatasan. Taat dengan beribadah dalam kategori yang pertama belum
bisa membuktikan adanya ketundukan yang sempurna kepada sang Maha
pencipta. Sebab memungkinkan adanya tendesi lain yang berupa
pencapaian kemaslahatan yang dapat dimengerti oleh rasionalitas manusia.
Sedangkan taat dengan melakukan perintah dalam kategori yang kedua,
dapat membuktikan adanya ketundukan yang sempurna. Sebab dengan
tanpa mengetahui hikmah yang jelas dari ibadah yang dilakukan, maka
tidak aka nada pretense lain dari ketaatan itu kecuali kepatuhan dan
penghambaan secara totalitas kepada yang Maha Mengetahui hikmah.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fawatihus Suwar adalah beberapa pembukaan dari surah-surah
Al-qur’an atau beberapa macam awalan dari surah-surah Al-qur’an.
Sebab, seluruh surah al-qur’an yang berjumlah 114 buah surah itu
dibuka dengan sepuluh macam pembukaan, tidak ada satu surahpun
yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam
pembukaan itu mempunyai rahasia/hikmah sendiri-sendiri, hingga
perlu sekali untuk dipelajari.
menurut Badruddin Muhammad Az-Zarkasy, Allah swt. Telah
memberikan pembukaan kepada kitab-Nya dengan sepuluh macam
bentuk dan tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam
pembukaan itu. Al Qasthalani dan Abu Syamah sebagaimana dikutip
oleh As-Suyuti memaparkan sepuluh macam pembukaan tersebut.
Adapun kedudukan fawatihus suwar: 1. Sebagai Tanbih
(peringatan ) dan dapat memberikan perhatian baik bagi nabi,maupun
umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini. 2. Sebagai
pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa
dalamfawatih as-suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung

17
rahasia - rahasia Allahyang kita tidak dapat mengetahuinya. 3. Sebagai
motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Secara ringkas, pendapat para ulama dapat dikemukakan ke
dalam 2 sudut pandang utama, yakni: 1. Penafsiran yang memandang
huruf-huruf tersebut masuk ke dalam kategori ayat-ayat mutasyabihat
yang maknanya hanya diketahui oleh Allah SWT. 2. Penafsiran yang
memandang huruf muqatta’ah yang terdapat pada fawatih al-suwar
adalah huruf-huruf yang dapat ditafsiri maknanya.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan maupun isinya. Makalah ini
hanya untuk sebagai penunjang atau dasar dalam mengetahui penjelasan
mengenai kerangka berfikir aliran aliran ilmu kalam. Sebaiknya para
pembaca lebih mencari referensi lainnya untuk memahami materi ini lebih
dalam atau lebih luas lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.iainbone.ac.id/index.php/alwajid/article/download/3804/1511
(diakses pada tanggal 18 maret)

https://www.academia.edu/41451807/
AL_QUR_AN_ILMU_FAWATIHUS_SUWAR_(diakses pada tanggal
18 maret)

https://jurnal.iainbone.ac.id/index.php/alwajid/article/view/3804 (diakses pada


tanggal 18 maret)

file:///C:/Users/EVA%20PERISSA/Downloads/503007449-Pendapat-ulama-
tentang-fawatihus-suwar.pdf (diakses pada tanggal 18 maret)

19
20

Anda mungkin juga menyukai