Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

UMULUL QUR’AN
FAWATIH AL- SUWAR

KELOMPOK 9 :

SESAR ALVINA SHALEHATI

UMI HANIFATUN HASANAH

PURNOMO SAPUTRA

HANIFA

WAHYU DWI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SAINS AL-QUR,AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Segala Puji bagi Allah SWT semata. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, setiap orang yang
mengikti petunjuk serta ajaranya. Berkat pertolongan dan petunjuk Allah SWT makalah ini
kami buat sebagai syarat untuk memenuhi tugas kelompok serta menambah pengetahuan dan
wawasan .
Terimakasih saya ucapkan kepada orang-orang yang sudah terlibat dalam pembuatan
makalah ini serta kepada ibu dosen yang mengampu mata kuliah “ULUMUL QUR’AN”.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
saya mengharapkan sumbang saran yang bermanfaat bagi makalah kami pada periode
berikutnya.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, dan selalu di berkahi Allah
SWT.

Wassalamualaikum wr. Wb

Wonosobo, 16 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAM JUDUL....................................................................
KATA PENGANTAR................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................
BAB I PENDAHULUAN ........................................................
1.1 Latar Belakang...........................................................
1.2 Rumusan masalah.....................................................
1.3 Tujuan Penulisan....................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................22
2.1 Pengertian Fawatih Al-Suwar............................................22
2.2 Macam-macam Fawatih Al-Suwar
2.3 Kedudukan pembuka pada surah Al- Quran
2.4 Pendapat para ulama tentang Fawatih Al-Suwar
2.5 Manfaat mempelajari Fawatih Al-Suwar pada Al-Qur’an
BAB III PENUTUP........................................................22
3.1 Simpulan....................................................22
3.2 Saran.......................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an terdiri dari 114 surah dan 29 dari surat-surat tersebut diawali
dengan satu huruf/ sekelompok huruf yang dibaca sebagai kelompok huruf terpisah,
oleh mayoritas ahli tafsir disebut sebagai huruf Muqatha’ah ada pula yang
menyebutnya sebagai huruf tahajji. Huruf- huruf ini misterius tidak ada penjelasan
yang memuaskan mengenai artinya walaupun ada juga penjelasan artinya namun tidak
di dapatkan alasan tentang kemunculanya di awal-awal surat dalam Al-Qur’an. Dalam
menyikapi huruf-huruf yang Muqatha’ah (terputus) tersebut para ahli tafsir
menafsirkan dengan “Allahu a’lamu bi murodihi” tentunya ini tidak memuaskan
banyak pihak. Bagaimanapun ini harus kita pelajari dan kita bahas secara khusus
dalam usaha untuk mencapai hikmahnya.
Studi atas Al-qur’an telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana
tempo dulu termasuk para sahabat di zaman Rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari
disiplin dan keahlian yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Ada yang mencoba
mengolaborasi dan melakukan ekspolari lewat perspektif keimanan historis, bahasa
dan sastra, pengkodifikasian, kemujizatan penafsiran serta telaah kepada huruf-
hurufnya. Kondisi semacam itu hanya merupakan artikulasi tanggung jawab seorang
muslim untuk memahami bahasa-bahasa agamanya. Tetapi sudah berkembang kepada
nuansa lain yang menitik beratkankepada studiyang bersifat ilmiah yang memberikan
konstribusi dalam perkembangan pemikiran dalam dunia islam. Kalangan sarjana
barat banyak yang melibatkan diri dalam pengkajian Al-qur’an, dengan motivasi dan
latar belakang kultural maupun intelektual yang berbeda-beda.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian fawatih al-suwar?
2. Apa saja macam-macam fawatih al-suwar?
3. Apa saja kedudukan pembuka surah Al-Qur’an
4. Bagaimana pendapat para ulama tentang Fawatih Al-Suwar?
5. Apa manfaat mempelajari fawatih al-suwar?
1.3 Tujuan pembahasan
1. Menetahui pengertian fawatih al-suwar
2. Mengetahui macam-macam fawatih al-suwar
3. Menetahui kedudukan surah al-fatihah sebagai pembuka al-qur’an
4. Mengetahui pendapat para ulama tentang huruf hijaiyah
5. Mengetahui manfaat mempelajari fawatih al-suwar
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fawatih Al-Suwar


Dari segi bahasa, fawatih al suwar terdiri dari dua kata, yaitu fawatihun (‫)فواتح‬
dan suwarun (‫)سور‬. Fawatihun (‫ )فواتح‬adalah bentuk jama dari mufrad fatihun ( ‫)فاتح‬
yang artinya adalah pembuka. Sedangkan suwarun (‫ )سور‬adalah bentuk
jama dari mufrad suratun (‫)سورة‬. Dari arti dua kata pembentuk tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa fawatih as-suwar adalah pembuka-pembuka atau awal dari surah-
surah al-Quran. Istilah Fawatih Al Suwar sering dijumbuhkan orang dengan al-
hurufful muqatha’ah. Diantaranya adalah Dr. Subhi Ash-Shalih dalam kitabnya
Mabahits Fi ‘Ulumil Qur’an. Karena itu, perlu ditegaskan bahwa fawatih as-suwar itu
berbeda dengan hurufful muqatha’ah yang hanya mempunyai salah satu macam dari
fawatih as-suwar yang ada sepuluh macam itu.
2.2 Macam- macam fawatih al-suwar
Menurut kajian yang dilakukan oleh imam Al-Qashtalani, bahwa terdapat
sepuluh macam bentuk Fawatih al-suwar dalam Al-Qur’an. Kesepuluh macam bentuk
fawatih al-suwar tersebut sebagai berikut :
1. Istiftah bi al-sana’ (pembukaan dengan memakai pujian kepada Allah). Terdapat
pada 14 surah, yang terbagi menjadi 2 yaitu:
isbat li sifat al-madh (penetapan untuk sifat-sifat terpuji) seperti lafal tahmid
terdapat pada lima surah (surah ke 1,6,18,34, dan 35) dan lafal tabarak, terdapat
pada dua surah yaitu: surah ke 25 dan 67.
2. Istiftah bi al huruf al-Muqatta’ah (pembukaan dengan memakai huruf-huruf
hijaiyah yang terputus putus). Pembukaan seperti ini terdapat di 29 surat dalam
Al-Qur’an, yang disusun dalam 14 rangkaian huruf sebagai berikut:
-terdiri dari satu huruf (sad,qaf, dan nun), terdapat pada 3 surah yaitu surah ke 38,
60 dan 68.
- terdiri dari 2 huruf terdapat pada 10 surah. 7 surah diantaranya dinamakan
haamim, karena surah-surah ini dimulai dari huruf ha dan mim. Yaitu surah ke
(40, 41,42,43,44,45 dan46). Tig surah yang lainya adalah surah ke 20 yang siawali
dengan taha, surah ke 27 yang diawali dengan tosin dan surat ke 28 yasin terdiri
dari 3 huruf yang berjumlah 13 surah., yaitu surah ke 2,3,29,30,31, dan 32.
Adapun 5 surah yaitu surah ke 10,11, 12.14. dan 15. Dua buah surah lainya yang
diawali dengan 3 huruf adalah surah ke 26 dan 28.
3. Istiftah bi al nida’ (pembukaan dengan memakai kata- kata panggilan atau seruan)
yang terdapat pada 10 surah. Panggilan ini ada 2 macam, yaitu:
-panggilan untuk nabi terdapat pada surah ke (33,65,66,73 dan74)
- panggilan untuk umat manusia terdapat pada surah ke (4,5,22,49, dan 60)
4. Istiftah bi Al-jumal al khabariyah (pembukaan dengan memakai kalimat berita).
Adapun struktur kalimat berita yang dipakai pada awal surat ada 2 macam:
-struktur jumlah ismiyah, yang menjadi pembukaan sebelas surah, yaitu surah ke
(9,24,39,47,48,55,69,7,97,101 dan 108)
-jumlah fi’liyah, yang menjadi pembuka 12 surah sebagai berikut: surah ke
(8,16,21,23,54,58,70,75,80,90,98, dan 102)
5. Istiftah bi al qasam (pembukaan dengan memaai kata-kata sumpah). Sumpah yang
digunaan dalam Al-Qur’an ada tiga macam
6. Istiftah bi al-syart (pembukaan dengan memakai kata-kata syarat). Pembukaan
surat dengan menggunakan kata syarat dapat di jumpai di 7 surat dalam Al-
Qur’an, yaitu surah ke 56, 63, 81, 82, 84, 99, dan 110.
7. Istiftah bi al-amr (pembukaan dengan menggunakan kata kerja perintah) menurut
penelitian para ahli, ada enam kata kerja perintah yang dipakai dalam pembukaan
al-qur’an yaitu : qul dan iqra’. Terdapat pada enam surah yaitu : surah ke 72, 96, 109,
112, 113, dan 114.
8. Istiftah bi al-istifham (pembuaan dengan pertanyaan). Bentuk pertanyaan ini ada
dua macam, yaitu : pertanyaan positif, bentuk pertanyaan dengan kalimat positif,
terdapat pada empat surah yaitu : surah ke 76, 78, 88, dan 107. Pernyataan negatif,
bentu pertanyaan dengan kalimat negatif, terdapat pada dua surah yaitu surah ke
94 dan 105.
9. Istiftah bi al-du’a’ (pembukaan dengan doa). Pembukaan dengan doa ini terdapat
dalam tiga surat yaitu surat ke 83, 104, 111.
10. Istiftah bi al-ta’lil (pembukaan dengan alasan) pembukaan dengan alasan ini
hanya terdapat dalam satu surat saja yaitu surat ke 106
2.3 Kedudukan pembuka surah Al-Qur’an
  Menurut As-Suyuti, pembukaan-pembukaan surat (awail Al-suwar) atau
huruf-huruf potongan (Al-huruf Al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat.
Sebagai ayat-ayat mutasyabihat, para ulama berbeda pendapat lagi dalam memahami
dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama pada pokoknya terbagi dua.
Pertama, pertama ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya diketahui
oleh Allah. As-Suyuti memandang pendapat ini sebagai pendapat yang mukhtar
(terpilih). Ibnu Al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika Al-Syabi ditanya tentang
pembukaan-pembukaan surat ini berkata;

‫ان لكل كتاب صفوة وصفوة هذا الكتاب حرزف التهجي‬


Artinya: “Sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari
patiKitab (Al-Quran) ini adalah huruf-huruf ejaannya”.
Abu Bakar juga diriwayatkan pernah berkata:
‫في كل كتاب سر وسره في القران اوائل السور‬
Artinya:“Pada setiap kitab ada rahasia, dan rahasianya dalam Al-Quran
adalah permulaan-permulaan suratnya”.
Kedua, pendapat yang memandang huruf-huruf di awal surat-surat ini
sebagai huruf-huruf yang mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia.
Karena itu penganut pendapat ini memberikan pengertian dan penafsiran kepada
huruf-huruf tersebut.
Dengan keterangan di atas, jelas bahwa pembukaan-pembukaan surat ada 29
macam yang terdiri dari tiga belas bentuk. Huruf yang paliang banyak terdapat dalam
pembukaan-pembukaan ini adalah huruf Alif (‫ )ا‬dan lam (‫)ل‬, kemudian Mim (‫)م‬, dan
seterusnya secara berurutan huruf Ha (‫)ح‬, Ra (‫)ر‬, Sin (‫ )س‬Ta (‫)ط‬, Sad (‫)ص‬, Ha (‫)ه‬, dan
Ya’ (‫)ي‬, ‘Ain (‫ )ع‬dan Qaf (‫)ق‬, dan akhirnya Kaf (‫)ك‬, dan Nun (‫)ن‬.
Seluruh huruf yang terdapat dalam pembukaan-pembukaan surat ini dengan
tanpa berulang berjumlah 14 huruf atau separuh dari jumlah keseluruhan huruf ejaan.
Karena itu, para mufassir berkata bahwa pembukaan-pembukaan ini disebutkan untuk
menunjukkan kepada bangsa Arab akan kelemahan mereka. Meskipun Al-Quran
tersusun dari huruf-huruf ejaan yang mereka kenal, sebagiannya datang dalam
AlQuran dalam bentuk satu huruf saja dan lainnya dalam bentuk yang tersusun dari
beberapa huruf, namun mereka tidak mampu membuat kitab yang dapat
menandinginya. Pendapat ini telah dijelaskan secara panjang lebar oleh Al-
Zamakhsari (wafat 538 H) dan Al-Baidhawi (wafat 728 H). pendapat ini dikuatkan
oleh Ibn Taimiyah (wafat 728 H) dan muridnya, Al-Mizzi (wafat 742 H). Mereka
menguraikan tantangan Al-Quran di turunkan dalam bahasa Mereka sendiri. Akan
tetapi, mereka tidak mampu membuat kitab yang menyerupainya. Hal ini
menunjukkan kelemahan mereka di hadapan Al-Quran dan membuat mereka tertarik
untuk mempelajarinya.
Berikut ini dikemukakan beberapa riwayat dan pendala ulama:
1.“Dari Ibn Abbas tentang firman Allah: (‫)الم‬, berkata Ibn Abbas:” Aku Allah
lebih mengetahui”, tentang (‫ )المص‬berkata Ibn Abbas:” Aku Allah akan memperinci”,
dan tentang (‫ )الر‬berkata Ibn Abbas: “Aku Allah melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi
Hatim dari jalan Abu Al-Duha).
2. “Dari Ibn Abbas, berkata ia: “alif lam ra, ha’mim, dan nun adalah huruf-
huruf al-Rahman yang dipisahkan (dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan
Ikrimah)”.
3. “Dari Ibn Abbas tentang Kaf, Ha’, Ya’ Ain, Sad, berkata ia: “Kaf dari
Karim (pemurah). Ha dari Hadin (pemberi petunjuk), Ya, dari Hakim (bijaksana),
‘Ain dari ‘Alim (Maha Mengetahui), dan Sad dari Sadiq (yang benar). (Dikeluarkan
oleh Al-Hakim dan lainnya dari jalan Sa’id Ibn Jubair)
4.“Dari Salim Abd Ibn Abdillah berkata ia: (‫ الم‬،‫ )حم‬dan (‫ )ن‬dan seumpamanya
adalah nama Allah yang dipotong-potong”, (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
Dari Al-Saddiy, ia berkata: “Pembukaan-pembukaan surat adalah nama dari
nama-nama Tuhan Jalla Jalaluh yang dipisah-pisah dalam Al-Quran”. (Dikeluarkan
oleh Ibn Abi Hatim).
Dari Ibn Abbas, berkata ia: (‫ الم‬،‫ طسم‬،‫ )ص‬dan yang seumpamanya adalah
sumpah yang Allah bersumpah dengannya, dan merupakan nama-nama Allah juga”.
(Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan lainya dari jalan Ali Ibn Abi Talhah).
Ada pendapat mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi Al-
Quran, seperti Al-Furqan dan Al-Zikir. Pendapat lain mengatakan bahwa huruf-huruf
tersebut adalah pembuka bagi surat-surat Al-Quran sebagaimana hanya qasidah sering
diawali dengan kata (‫ )بل‬dan (‫)ال‬.
Dikatakan juga huruf-huruf ini merupakan peringatan-peringatan (tanbihat)
sebagaimana halnya dalam panggilan (nida). Akan tetapi, di sini tidak digunakan
kata-kata yang biasa digunakan dalam bahasa Arab, seperti (‫ )أال‬dan (‫ )أما‬karena kata-
kata ini termasuk lafal yang sudah biasa dipakai dalam percakapan. Sedangkan al-
Quran adalah kalam yang tidak sama dengan kalam yang biasa sehingga digunakan
alif (‫)ا‬. Sebagai peringatan (tanbih) lebih terkesan kepada pendengar. Yang
belum pernah digunakan sama sekali sehingga lebih terkesan kepada pendengar.
Dalam hubungan ini sebagian ulam memandangnya peringatan (tanbih) kepada
rasul agar dalam waktu-waktu kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada
Jibril untuk mendengarkan ayat-ayat yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian
yang lain memandangnya sebagai peringatan (tanbih) kepada orang-orang Arab agar
mereka tertarik mendengarkannya dan hati mereka menjadi lunak kepadanya.
Tampaknya, pandangan yang pertama kurang tepat karena Rasul sebagai utusan Allah
dan yang terus-menerus merindukan wahyu tidak perlu diberi peringatan. Sedangkan
pandangan yang kedua adalah lebih kuat karena orang-orang Arab yang selalu
bertingkah, keras hati dan enggan mendengarkan ketenaran perlu diberi peringatan
(tanbih) agar perhatian mereka tertuju kepada ayat-ayat yang disampaikan.
Di katakana juga bahwa Thaha (‫ )طه‬dan Yasin (‫ )يس‬berarti hai laki-laki atau
hai Muhammad atau hai manusia. Pendapat lain memandang kedua Thaha (‫ )طه‬dan
Yasin (‫ )يس‬sebagai nama bagi Nabi Saw.
2.4 Pendapat para ulama tentang fawatih al suwar
Pendapat-pendapat Ulama’tentang Fawatihus Suwar:
1. Para mufassir berpendapat bahwa huruf muqatha’ah dalam Al-Qur’an,
termasuk ayat mutasyabihat, yang tidak dapat diketahui makananya (yang
tersirat) kecuali hanya oleh Allah SWT. Namun Ibnu Qutaibah mengatakan,
Allah tidak menurunkan sesuatupun dari Al-Qur’an , kecuali supaya
hambanya bisa mengambil manfa’at dan memahami makna yang
dikehendakinya. Ia berkata: Jika ayat mutasyabihat tidak dapat diketahui
kecuali hanya oleh Allah, niscaya kita mendapat celaan.[4] Pendapat yang
mengatakan bahwa fawatihus suwar termasuk mutasyabih adalah ulama’
salaf.[5] Dan juga termasuk pendapat ulama’ salaf seperti tokoh-tokah
sebagai berikut: Sahabat Abu Bakar Ash-Sidiq pernah berkata: “ Pada tiap –
tiap kitab ada rahasianya, rahasia dalam Al-Qu’an adalah permulaan-
permulaan surat”, dan perkataan Sahabat Ali bin Abi Tholib: “ Sesungguhnya
bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya, dan saripati Al-Qur’an adalah huruf
Tahajji.
2. Ulama’ tasawuf berpendapat bahwa fawatihus Suwar adalah huruf-huruf yang
tepotong-potong yang masing-masing diambil dari nama Allah, atau yang
tiap-tiap hurufnya merupakan penggantian dari suatu kalimat yang
berhubungan dengan yang susudahnya atau huruf itu menunjukkan kepada
maksud yang dikandung oleh surat yang surat itu dimulai dengan huruf-huruf
yang terpotong-potong.
3. Mufassir orientalis yang bernama Noldeke dari Jerman berpendapat yang
paling jauh menyimpang dari kebenaran, bahwa awalan surat itu tidak lain
adalah teks Al-Qur’an, bersama Schwally karena tulisannya tentang sejarah
Al-Qur’an ia berpendapat bahwa awalan surat itu tidak lain adalah huruf
depan dan huruf belakang dari nama-nama para sahabat Nabi. Misalnya:
Huruf Sin adalah dari nama Sa’ad Bin Abi Waqosh, Mim adalah huruf depan
dari nama Al-Mughiroah, huruf nun adalahdari nama Usman Bin Affan.
4. Al-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat- kalimat itu merupakan tanbih bagi
Nabi. Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam alam manusia dalam
keadaan sibuk maka Jibril memerintahkannya untuk mengucapkannya agar
Nabi mendengar ucapan Malaikat Jibril maka Nabi mendengarkannya dengan
seksama.
5. As-Sayyid Rasyid Ridha tidak membenarkan al-Khuwaibi diatas, karena nabi
senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu.
Rasyid ridha berpendapat bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada
orang-orang musyrik mekkah dan ahli kitab madinah. Karena orang-orang
kafir apabila nabi membaca al-Qur’an mereka satu sama lain menganjurkan
untuk tidak mendengarkannya,seperti dijelaskan dalam surat Fushshilat ayat
26.
2.5 Manfaat mempelajari fawatih al-suwar
Banyak sekali manfaat urgensi yang kita dapat dalam mempelajari Fawatih
As-Suwar, yakni sebagai berikut:
1. Sebagai pengetahuan bagi kita (umat muslim) yang senantiasa mengkajinya
bahwa di dalam Fawatihus suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung
rahasia-rahasia Allah yang tidak dapat kita ketahui sehingga dapat kita jadikan
sebagai motivasi untuk selalu mencari ilmu dan dalam rangka lebih
mendekatkan diri kepada Allah swt. Yaitu dengan cara beriman danberamal
shaleh dan menambah keyakinan kita, bahwa Al-Qur’an ituadalah benar-benar
kalam Allah SWT.
2. Untuk menghilangkan keraguan kita (umat manusia) terhadap Al-Qur’an
terutama bagi kaum muslimin yang masih lemah imannya karena sangat
mudah terpengaruh oleh perkataan musuh-musuh Islam yang mengatakan
bahwa Al-Qur’an itu adalah buatan Nabi Muhammad Saw.
3. Dan dengan kita mengkaji Fawatihus suwar kita akan merasakan keindahan
bahasa Al-Qur’an itu sendiri yang menyatakan bahwa Al Qur’an itu datang
dari Allah swt.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat,
karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila
dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung ‘menyendiri’ dan tidak
bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya
pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
Ibnu Abi Al Asba’ menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang
bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba
menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-pembukaan surat yang
ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai berikut.
Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan
Tuhan. Kedua, yang menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat.
ketiga, dengan mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh
surat. lima seruan ditujukan kepada Rasul secara khusus. Dan lima yang lain
ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah khabariyah); terdapat dalam
23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15 surat
3.2 Saran
Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang sudah
kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita dan pemahaman kita mengenai
fawatih al-suwar dan demikian makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kata-kata
yang kurang berkenan di hati atau belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, kami mohon maaf.
Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami agar dalam tugas-
tugas selanjutnya, kami dapat menyelesaikannya dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSAKA
al-Suyuti, Al-Itqan fi Ulum  Al-Quran, (Semarang: Toha Putra, 1982).
az-Zamakhsyari. Al-Kasy-syaf  fi Ulumul Quran , (Semarang: Toha Putra, 1982).
https://jogjamawon.blogspot.com/2015/06/pengertian-fawatihus-suwar.html
Hermawan,Acep. 2011.’ Ulumul Qur’an Ilmu Untuk Memahami Wahyu. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
http://aliyahalhuda.blogspot.com/2008/05/fawatih-al-suwar-dan-khawatim-al-suwar.html
http://muhamri03.blogspot.com/2013/12/fawatihus-suwar.html

Anda mungkin juga menyukai