Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ULUMUL AL-QURAN

ILMU FAWATIH AL-SUWAR

KELOMPOK 10:
ANDI NUR NILAM SARI
742352022007

ANDI NURUL FATIMAH


742352022008

FEBBRI NOVITA FALENTINE


742352022018

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. yang telah memberi kenimatan

berupa nikamat kesehatan, nikmat kehidupan yang layak, serta yang terpenting

nikmat Islam dan iman. Tak lupa Shalawat serta Salam senantiasa kita sampaikan

kepada baginda Nabi besar Muhammad Saw. yang merupakan suri teladan dalam

menjalankan kehidupan sehari-hari. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu

tuntutan tugas pada mata kuliah Ulum Al-Qur‟an dengan judul makalah “Al- Makkiy

wa Al- Madaniy”. Dan Alhamdulillah makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat

pada waktunya.

Terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah

berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini termasuk di dalamnya dosen mata kuliah

dan juga teman-teman lainnya. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa

makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dalam penyampaian maupun

penulisan masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan krtitik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi

terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Besar harapan penulis semoga makalah

yang disusun ini bisa bermanfaat untuk teman-teman pembaca dan dapat

dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Watampone,

Tim penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fawatih Al Suwar

B. Macam-macam Fawatih Al Suwar

C. Pendapat Ulama

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an terdiri dari 114 surah dan 29 dari surat-surat tersebut diawali dengan

satu huruf atau sekelompok huruf yang dibaca sebagai kelompok huruf terpisah, oleh

mayoritas ahli tafsir disebut sebagai huruf muqatha'ah ada pula yang menyebutnya

sebagai huruf tahajji. Huruf-huruf ini misterius tidak ada penjelasan yang memuaskan

mengenai artinya walaupun ada juga penjelasan artinya namun tidak didapatkan

alasan tentang kemunculannay di awal surah dalam Al-Qur'an. Dalam menyikapi

huruf-huruf yang muqatha'ah (terputus) tersebut para ahli tafsir menafsirkan dengan

"Allahu a'lamu bi murodihi" tentunya ini tidak memuaskan banyak pihak.

Bagaimanapun ini harus kita pelajari dan kita bahas secara khusus dalam usaha untuk

mencapai hikmahnya. Oleh karena itu pada makalah ini kami akan membicarakan

tentang muqatha'ah dalam pembahasan fawatihus al-suwar.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Fawatih Al- Suwar?

2. Apa Saja Macam-macam Fawatih Al-Suwar?

3. Pendapat Para Ulam Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat?

4. Manfaat Mempelajari Fawatihus Al-Suwar


C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui Pengertian Fawatih Al- Suwar

2. Mengetahui Macam-macam Fawatih Al-Suwar

3. Mengetahui Pendapat Ulama tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat

4. Mengetahui Manfaat Mempelajari Fawatihus Al-Suwar


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fawatih Al-Suwar

Istilah Fawatih as-Suwar terdiri dari dua kata yaitu fawatih dan as-suwar.

Fawatih merupakan jamak dari fatihah yang berarti pembuka. Sedangkan as-suwar

adalah jamak dari surah, yang berarti surah, dan as-suwar bermakna surah-surah.

Dengan demikian, istilah fawatih as-suwar secara harfiah berarti “pembuka surah-

surah”. Berdasarkan makna harfiah tersebut, maka secara istilah fawatih as-suwar

berarti suatu ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk huruf, kata, atau kalimat

permulaan surah-surah al-Qur’an.1

Dari segi makna bahasa, fawatih as-suwar berarti pembukaan-pembukaan surah

karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks setiap surah. Bila sebuah surah

dimulai oleh huruf-huruf hijaiyah, huruf itu biasa dinamakan ahraf muqatta’ah (huruf-

huruf yang terpisah) karena posisi huruf tersebut cenderung “menyendiri”, tidak

bergabung untuk membentuk sebuah kalimat secara kebahasaan. Namun, segi

pembacaannya tidak berbeda dari lafaz yang diucapkan pada huruf hijaiyah.

Fawatih as-suwar adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surah-

surah, ia merupakan bagian dari ayat mutasyabihat. Karena ia bersifat mujmal,

mu’awwal, dan musykil. Jadi dapat disimpulkan bahwa fawatih as-suwar adalah

pembuka-pembuka surah yang mengawali sebuah surah dalam al-Qur’an.

1
Rusydie Anwar,dkk, “Pengantar Ulumul Qur'an dan Ulumul Hadits Teori Dan
Metodologi”, (Yogyakarta: 2015), h. 6.
B. Macam – macam Fawatih Al-Suwar

1. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-Istiftāh bi as-Sanā);

a) Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan lafadz:

 Pertama, menggunakan lafadz “Alhamdulillāh” yang terdapat dalam 5 surat

yaitu al-Fātihah, al-‘An’ām, al-Kahfi, Saba dan Fāthir.

Contoh:

“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan

gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan

Tuhan mereka.” (QS. Al-An’am: 1).

 Kedua, menggunakan lafadz “Tabārak” yang terdapat dalam 2 surat yaitu

alFurqān dan al-mulk.

Contoh:

“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa

atas segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk: 1).


b) Mensucikan Allah dari sifat negatif dengan menggunakan lafadz tasbīh yang

terdapat pada 7 surat yaitu al-Isrā’, al-‘Alā, al-hadīd, al-’asyr, as-Shaff, Al-Jumu’ah

dan at-Thagābun.

 al-Isrā’

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al

Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar

Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.

Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi MahaMengetahui. “ (QS. Al-Isra: 1)

2. Pembukaan dengan huruf yang terputus-putus (al-ahrufalmuqatta’ah)

Dalam Al-qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan huruf-huruf muqatha’ah,

yaitu huruf-huruf yang membentuk sebuah kalimat ‫ص‬, ‫س‬, ‫ر‬, ‫ح‬, ‫ا‬, ‫ي‬, ‫ه‬, ‫ن‬, ‫م‬, ‫ل‬, ‫ك‬, ‫ق‬, ‫ ع‬:

dipahami dan diartikan bisa tidak yang .,‫ط‬

3. Pembukaan dengan panggilan (al-istiftā’ bi an-nidā’)

Allah membuka sejumlah surat dengan mengedepankan panggilan (an-nida), yang

terbagi menjadi tiga macam:

a) Nidā’ (panggilan) untuk Nabi:


Dengan term: yā ayyuha an-nabiyyu, Yā ayyuha al-Muzammil, dan yā ayyuha al-

Mudatstsir.

b) Nidā’ untuk orang yang beriman Dengan term: yāayyuha alladzīna āmanū

c) Nidā’ untuk manusia secara umum Dengan term: yāayyuha an-nāsu

4. Pembukaan dengan kalimat-kalimat berita (al-Istiftāh bi al-Jumlahal

Khabariyah)

Allah, di beberapa surah mengedepankan jumlah khabariyah (pernyataan berita), baik

ditujukan kepada Rasulullah maupun kepada umat. Seperti:

“ (ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan

hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan didalamnya ayat ayat yang

jelas, agar kamu selalu mengingatinya.” (QS. AnNur).

5. Pembukaan dengan sumpah (al-Istiftāh bi al-Qasam)

Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat-surat Al-Qur’an terdapat dalam 15

surat. Allah mengedepankan al-qasam (sumpah-Nya) dalam beberapa surah. Di satu

sisi Allah bersumpah dengan Atas nama sebagian makhluk- Nya sebagai Muqsam

bih. Dan pada sisi yang lain, Allah, Swt., bersumpah dengan atas nama dzatnya

sendiri.
6. Pembukaan dengan syarat (al-Istiftah bi asy-Syarāt)

Allah swt. menyebutkan kejadian-kejadian tertentu dengan mengaitkannya

dengan syarat. Penyebutan syarat tersebut dibagian pertama surat-surat tertentu untuk

menunjukkan bahwa kejadian itu merupakan hal yang pasti akan terjadi, bukan hal

yang mungkin terjadi atau mustahil terjadi. Surat at-Takwir, al-Infitar, al-Insyiqaq, al-

Waqi’ah, al-Munafiqun, azZalzalah, dan an-Nashr.

7. Pembukaan dengan kata pertanyaan (al-Istiftah bi al-Istifhaām)

ada 2 bentuk pertanyaan:

a) Pertanyaan positif, yaitu pertanyaan dengan kalimat positif, yang digunakan pada 4

surat yaitu: surat ad-Dahr, an-Naba’, alGhasyiyah, dan al-Ma’un.

b) Pertanyaan negatif, yaitu pertanyaan dengan kalimatmnegatif yang digunakan pada

2 surat yaitu surat al-Insyirah dan al-Fil.

8. Pembukaan dengan do’a (al-Istiftah bi ad-Du’a)

Yang terdapat pada 3 surat, yaitu al-Muthaffifin, al-Humazah, dan al-Lahab.

9. Pembukaan dengan alasan (al-Istiftah bi at-Ta’lil)

Pembukaan dengan alasan ini hanya terdapat pada surat al-Quraisy.2

2
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, “Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur'an &
Tafsir”, (Semarang: PT. Pustaka Rezki Putra: 2015), h. 11.
C. Pendapat Ulama

 Ulama Salaf

Kata Fawatih al-Suwar berasal dari bahasa Arab, sebuah kalimat yang terdiri

dari susunan dua kata, fawatih dan al-Suwar. Memahami ungkapan ini, sebaiknya kita

urai terlebih dahulu kepada pencarian makna kata perkata.

Kata ‫ ف\\\واتح‬yang berarti pembuka adalah jamak Taksir dari (‫)فاتحة‬, yang

mempunyai arti permulaan, pembukaan, dan pendahuluan. Sedangkan ‫ السور‬adalah

jamak dari ‫ سورة‬yang secara etimologi mempunyai banyak arti, yaitu: tingkatan atau

martabat, tanda atau alamat, gedung yang tinggi nan indah, susunan sesuatu atas

lainnya yang bertingkat tingkat.

Secara terminologi surah dimaknai secara berbeda, menurut Manna’ al-

Qaththan bahwa surah adalah sekumpulan ayat ayat al-Quran yang mempunyai

tempat bermula dan sekaligus tempat berhenti. Sebaliknya al-Ja’barimengatakan

bahwa surah adalah sebagian al-Qur’an yang mencakup beberapa ayat yang memiliki

permulaan dan penghabisan (penutup), paling sedikit tiga ayat.3

Dari pengertian diatas maka dapat dipahami dari segi makna fawatih al-suwar

berarti pembuka-pembuka surah karena posisinya yang mengawali perjalanaan teks-

teks setiap surah. Sebahagian Ulama ada yang mengidentikkan fawatih al-suwar

dengan huruf al-muqatta'ah atau huruf-huruf yang terpisah dalam al-Quran. Seperti

misalnya, Manna' Khalil al-Qaththan dalam bukunya"Mabahis Fi Ulum al-Quran".

Namun bila diteliti lebih jauh, sesungguhnya keduanya sama sekali berbeda. Sebab

huruf al-muqatta'ah ini tidak terdapat pada semua awal surah yang jumlahnya 114

3
Syaikh Manna' Al-Qatthan, “Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur'an”, (Jakarta: 2017), h. 15.
dalam al-Qur'an. Ia tak lebih hanya merupakan salah satu bagian dari beberapa

bentuk "fawatih al-Suwar " yang ada dalam al-Qur'an.

Pembahasan-pembahasan yang dilakukan oleh para ulama menunjukkan bahwa

pembuka surat yang berbentuk huruflah yang sering menimbulkan kontroversi

diantara mereka. Sehingga tak heran apabila huruf-huruf tersebut sering

dikategorikan kedalam ayat-ayat mutasyabihat, yang tak seorangpun mengetahui

artinya kecuali Allah SWT atau bahkan disebut sebagai salah satu bentuk rahasia

Tuhan yang terdapat didalam Al-Qur’an.

Para ulama yang membicarakan masalah ini ada yang berani menafsirkannya,

di mana huruf-huruf itu merupaka rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahui-

Nya. Ulama salaf berpendapat bahwa “Fawatih Suwar” telah disusun semenjak

zaman azali sedemikian rupa supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia

dari mendatangkannya seperti Al-Quran.

Oleh karena i'tiqad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya, maka

banyaklah orang yang tidak berani mentafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan

pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf itu. Huruf-huruf itu dipandang masuk

golongan mutasyabihat yang hanya Allah sendiri yang mengetahui tafsirnya. Huruf-

huruf itu, sebagai yang pernah ditegaskan oleh Asy-Syabi, ialah rahasia dari pada Al-

Quran ini.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Sesungguhnya bagi tiap-tiap Kitab ada

saripatinya. Saripati Al-Quran ini ialah, huruf-huruf Hijaiyah”.

Abu baker As-Shiddieqi pernah berkata: “Di tiap-tiap kitab ada rahasianya.

Rahasianya dalam Al-Quran ialah permulaan-permulaan surat”. Dalam hal ini Prof.

Hasbi As-Shiddieqi menegaskan bahwa dibolehkannya mentakwilkan huruf-huruf


tersebut asal tidak menyalahi penetapan Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam pada itu

yang lebih baik kita serahkan saja kepada Allah.

 Ulama Rasyad Khalifah

Salah satu pendapat terbaru adalah yang dikemukakan Rasyad Khalifah

sebagaimana yang dikutip M.Quraish Shihab-bahwa huruf-huruf itu adalah isyarat

tentang huruf-huruf yang terbanyak dalam surah-surahnya. Dalam surah al-Baqarah,

huruf terbanyak adalah alif, kemudian lam dan mim. Demikian juga pada surah-surah

yang lainnya, masing-masing sesuai dengan huruf-huruf yang disebut pada awalnya,

kecuali surah Yasin. Kedua huruf yang dipilih pada surah tersebut adalah huruf paling

sedikit digunakan oleh kata-kata surah itu. Ini karena huruf ya’ (‫ )ي‬dalam susunan

alphabet Arab berada sesudah huruf sin (‫ )س‬sehingga kedua huruf itu mengisyaratkan

huruf yang terbanyak, tetapi yang paling sedikit.[40] Tentunya perlu penelitian yang

seksama sebelum membenarkan teori ini.

D. Tujuan Fawatih al-Suwar

Menurut Ibnu Abi al-Asba seperti dikutip Ahmad bin Mustafa, bahwa

pembuka-pembuka surat itu untuk menyempurnakan dan memperindah bentuk-

bentuk penyampaian, dangan sarana pujian atau melalui huruf-huruf. Selain itu ia

dipandang merangkum segala materi yang akan disampaikan lewat kata-kata awal.

Dalam hal ini surat Al-fatihah dapat digunakan sebagai ilustrasi dari suatu pembuka

yang merangkum keseluruhan pesan ayat dan surat yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Lebih khusus tentang fawatih al-suwar berupa huruf muqatha’ah, menurut al-

Hubbi, merupakan peringatan Nabi SAW. Dikatakan bahwa Allah mengetahui


bagian-bagian waktu Nabi sebagai seorang manusia kadang sibuk. As-Syafi’i

berpendapat bahwa huruf awal surat merupakan rahasia Al-Qur’an.

Imam Fakhrurazi seperti dikutip oleh Aisyah Abdurrahman bin As-Syati lebih

memperhatikan kepada hikmah pembukaan surat yang diikuti al-kitab, al-Tanzil atau

Al-Qur’an.Ia menyatakan : “hikmah dari itu semua, bahwa al-Qur’an yang agung itu

diturunkan secara berat (tsaqil) dan setiap surat yang diawalnya menerangkan tentang

Al-Qur’an. Tsaqilnya Al-Qur’an bukanlah bukanlah ditunjukkan dan dikhususkan

oleh pembukaan surat melalui huruf-huruf itu, karena ada pula ayat-ayat yang

berbicara tentang Al-Qur’an pada ayat-ayat awalnya, tidak dibuka oleh huruf-huruf

itu, seperti surat Al-kahfi, Al-furqan, al-Qalam dan al-Zumar.4

Tidak disangsikan bahwa semua interpretasi yang ada tentang hal diatas

mempertegas sensitivitas ulama kuno bahwa “ambiguitas” makna huruf-huruf

tersebut membentuk salah satu karakteristik teks. Fenomena ini merupakan fenomena

ambiguitas semantic yang dapat dijelaskan dan diungkap oleh bagian lain teks.

Dengan demikian, fenomena tersebut merupakan fenomena ambiguitas yang

memunculkan perbedaan teks secara internal. Perbedaan ini sebenarnya salah satu

mekanisme teks, melalui mekanisme ini teks dapat mewujudkan keistimewaannya

dan berarti dapat mewujudkan kemampuannya untuk berinteraksi dengan kebudayaan

dalam ruang dan waktu.

4
DR. Subhi As-Shalih, “Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur'an”, (Jakarta: Tim Pustaka Firdaus:
2008), h. 4.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah: Fawatih

as-suwar adalah pembuka-pembuka surat, karena posisinya di awal surat dalam Al-

Qu'an. Seluruh surat dalam Al-Qur'an dibuka dengan sepuluh macam pembukaan

tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam tersebut. Para ulama

berpendapat bahwa huruf-huruf fawatih as-suwar itu secara umum telah Saking

kunonya, banyak sarjana yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani

mengeluarkan pendapat yang tegas tentang arti huruf-huruf tersebut. Adapun urgensi

mempelajari fawaih as-suwar pada dasarnya adalah bagaimana meningkatkan

keimanan dan keyakinan kita akan kebenaran ayat-ayat Allah.

B. Saran

Sebagai umat muslim yang meyakini rukun iman yang salah satunya iman

kepada kitab-kitab Allah, diantaranya Al-Qur'an merupakan hal yang sangat penting

untuk mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur'an yang salah satunya cabangnya adalah

Fawatihus Al-Suwar. Karena semakin dikaji ayat Al-Qur'an itu, maka semakin luas

pengetahuan kita. Semoga makalah ulumul Qur'an tentang Fawatihus Al-Suwar ini

dapat menjadi tambahan referensi untuk mengkaji tentang Fawatihus Al-Suwar.

DAFTAR PUSTAKA
Pengantar Ulumul Qur'an dan Ulumul Hadits Teori Dan Metodologi, Rusydie Anwar,

S.Thi, IrCi5oD, Yogyakarta 2015.

Sejarah & Pengantar Ilmu Al-Qur'an & Tafsir, Teungku Muhammad Hasbi Ash-

Shiddieqy, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2014.

Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur'an, Syaikh Manna' Al-Qatthan, Ummul Qura, Jakarta 2017

Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, DR. Subhi As-Shalih, Tim Pustaka Firdaus, Jakarta

2008.

Anda mungkin juga menyukai