Anda di halaman 1dari 13

FAWATIHUS SUWAR

MAKALAH

DISKUSI KELOMPOK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Diskusi Kelompok

Mata Kuliah: Ulumul Qur’an

Pembimbing : Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad EQ, MA. & Suparman, M.Ag.

Disusun oleh : Kelompok 9

1. Fitriani Nur Hidayah (1195010050)


2. Jatmika Aji Santika (1195010070)
3. Lukman (1195010078)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM (SPI)


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Izin-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa pula kami
haturkan terima kasih kepada dosen pembimbimbing yang telah membina kami dan kepada
teman-teman yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang kami susun ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai “ Fawatih Al-Suwar dan Khawatim Al-suwar ”. Dalam menyusun makalah
ini kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga bagi pembaca sangat kami harapkan
agar memberikan kritik dan sarannya, semoga menjadi refrensi wawasan pengetahuan dan bisa
bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, September 2019

Tim kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Fawatihus Suwar
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Studi atas al-Qur’an telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu,
termasuk para sahabat di zaman Rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian
yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Al-Qur’an adalah lautan ilmu yang tidak habis-
habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Bahkan orientalisnya pun tidak ketinggalan untuk
mengetahui rahasia dibalik teks-teks Al-Qur’an tesebut. Ada yang mencoba mengelaborasi dan
melakukan eksploritasi lewat perspektif keimanan, historis, bahasa dan satra, Pengkodifikasian ,
kemukjizatan , penafsiran , dan telaah huruf-hurufnya ,sosio cultural dan hermeneutika.

Salah satu pengkajian ,Sekaligus pembuktian kemukjizatan Al-Qur’an adalah kajian


terhadap kata-kata pembuka dan kata-kata penutup Al-Qur’an. Surah-surah Al-Qur’an yang
terdiri atas 114 surah ,ternyata diawali dengan beberapa macam pembuka ( Fawatih Al-Suwar )
dan diakhiri dengan berbagai macam penutup ( khawatim Al-Suwar ). Pembuka dan penutup ini
memiliki maksud dan tujuan yang semuanya akan berimplikasi pada pengungkapan isi suatu
surah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Fawatihus Suwar


2. Macam-Macam Fawatihus Suwar
3. Kedudukan Fawatihus Suwar
4. Pendapat Ulama Tentang Huruf Fawatihus Suwar

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian fawatihus suwar


2. Untuk mengetahui macam-macam fawatihus suwar
3. Untuk mengetahui kedudukan fawatihus suwar
4. Untuk mengetahui pendapat ulama tentang fawatihus suwar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fawatihus Suwar

Secara etimologis, fawatih al Suwar berartipembukaan-pembukaan surat, karena posisinya berada di awalsurat-
surat dalam Al Qur’an. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf tersebut sering dinamakan dengan
Ahruf Muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi dari huruf tersebut yang cenderung menyendiri dan
tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari
lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah. Manna Khalil Al Qhatthan dalam kitabnya Mabahits fi ulumil Qur’an
mengidentikan fawatihus suwardengan huruf-huruf yang terpisah (Al ahruful muqotho’ah). Menurut Ibnu Abi Al
Asba’, seperti dikutip Ahmad bin Musthafa, bahwa pembuka-pembuka surat itu untuk menyempurnakan dan
memperindah bentuk-bentuk penyampaian, dengan sarana pujian atau melalui huruf-huruf.

B.Macam-macam Fawatihus Suwar

Berikut adalah pemaparan yang diutarakan oleh Al Qasthalani :


a. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-istiftahbil al tsana). Pujian kepada Allah ada dua macam, yaitu :

1) Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan salah satu lafal berikut :

Memakai lafal hamdalah yakni dibuka dengan‫ الحمدهلل‬, yang terdapat dalam 5 surat yaitu : Q.S. Al Fatihah, Al An’am,
Al Kahfi, Saba, dan Fathr.
Memakai lafal ‫تبارك‬, yang terdapat dalam 2 surat yaitu : Q.S. Al Furqon dan Al Mulk.
2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih‘ans sifatin naqshin) dengan menggunakan lafal tasbih terdapat
dalam 7 surat yaitu : Q.S. Al Isra, al A’la, al Hadid, al Hasyr, as shaff, al jum’ah, dan at Taghabun.

b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Al AhrufulMuqoto’ah).

c.Pembukaan dengan panggilan (al istiftah bin nida).

d.Pembukaan dengan kalimat (jumlah) khabariyah (al istiftah bi al jumal al khabariyah).


Jumlah khabariyah dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu :

Jumlah Ismiyyah
Jumlah Fi’liyyah
e. Pembukaan dengan sumpah (al istiftah bil qasam).
f. Pembukaan dengan syarat (al istiftah bis syarat).
g. Pembukaan dengan kata kerja perintah (al istiftah bil amr).
h. Pembukaan dengan pertanyaan (al istiftah bil istifham).
i. Pembukaan dengan do’a (Al Istiftah bid du’a).
j. Pembukaan dengan alasan (al istiftah bit ta’lil).
NO.

FAWATIH AL-SUWAR

NAMA SURAT

1.

‫الم‬

Al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, al-Rum, Luqman dan al-Sajadah

2.

‫المص‬

Al-A’raf

3.

‫الر‬

Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, al-Hijr

4.

‫المر‬

Al-Ra’d

5.

‫كهيعص‬

Maryam

6.

‫طه‬

Tha ha

7.

‫طس‬

Al-Naml

8.

‫طسم‬

Al-Syu’ara, al-Qashash
9.

‫يس‬

Ya Sin

10.

‫ص‬

Shad

11.

‫حم‬

Al-Mu’min, Fushshilat, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf

12.

‫حمعسق‬

Al-Syura

13.

‫حق‬

Qaf

13.

‫ن‬

Al-Qalam

C.Kedudukan Pembuka Surat Al-Quran

Menurut As-Suyuti, pembukaan-pembukaan surat (awail Al-suwar) atau huruf-huruf potongan (Al-huruf
Al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat mutasyabihat, para ulama
berbeda pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama pada
pokoknya terbagi dua. Pertama, pertama ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya
diketahui oleh Allah. As-Suyuti memandang pendapat ini sebagai pendapat yang mukhtar (terpilih). Ibnu
Al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika Al-Syabi ditanya tentang pembukaan-pembukaan surat ini
berkata;

‫ان لكل كتاب صفوة وصفوة هذا الكتاب حرزف التهجي‬

Artinya:

“Sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari pati Kitab (Al-Quran) ini adalah huruf-huruf
ejaannya”.

Abu Bakar juga diriwayatkan pernah berkata:

‫في كل كتاب سر وسره في القران اوائل السور‬

Artinya:

“Pada setiap kitab ada rahasia, dan rahasianya dalam Al-Quran adalah permulaan-permulaan suratnya”.

Kedua, pendapat yang memandang huruf-huruf di awal surat-surat ini sebagai huruf-huruf yang
mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia. Karena itu penganut pendapat ini
memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf-huruf tersebut.

Dengan keterangan di atas, jelas bahwa pembukaan-pembukaan surat ada 29 macam yang terdiri dari
tiga belas bentuk. Huruf yang paliang banyak terdapat dalam pembukaan-pembukaan ini adalah huruf
Alif (‫ )ا‬dan lam (‫)ل‬, kemudian Mim (‫)م‬, dan seterusnya secara berurutan huruf Ha (‫)ح‬, Ra (‫)ر‬, Sin (‫ )س‬Ta (
‫)ط‬, Sad (‫)ص‬, Ha (‫)ه‬, dan Ya’ (‫)ي‬, ‘Ain (‫ )ع‬dan Qaf (‫)ق‬, dan akhirnya Kaf (‫)ك‬, dan Nun (‫)ن‬.

Seluruh huruf yang terdapat dalam pembukaan-pembukaan surat ini dengan tanpa berulang berjumlah
14 huruf atau separuh dari jumlah keseluruhan huruf ejaan. Karena itu, para mufassir berkata bahwa
pembukaan-pembukaan ini disebutkan untuk menunjukkan kepada bangsa Arab akan kelemahan
mereka. Meskipun Al-Quran tersusun dari huruf-huruf ejaan yang mereka kenal, sebagiannya datang
dalam AlQuran dalam bentuk satu huruf saja dan lainnya dalam bentuk yang tersusun dari beberapa
huruf, namun mereka tidak mampu membuat kitab yang dapat menandinginya. Pendapat ini telah
dijelaskan secara panjang lebar oleh Al-Zamakhsari (wafat 538 H) dan Al-Baidhawi (wafat 728 H).
pendapat ini dikuatkan oleh Ibn Taimiyah (wafat 728 H) dan muridnya, Al-Mizzi (wafat 742 H). Mereka
menguraikan tantangan Al-Quran di turunkan dalam bahasa Mereka sendiri. Akan tetapi, mereka tidak
mampu membuat kitab yang menyerupainya. Hal ini menunjukkan kelemahan mereka di hadapan Al-
Quran dan membuat mereka tertarik untuk mempelajarinya.

Berikut ini dikemukakan beberapa riwayat dan pendala ulama:

“Dari Ibn Abbas tentang firman Allah: (‫)الم‬, berkata Ibn Abbas:” Aku Allah lebih mengetahui”, tentang (
‫ )المص‬berkata Ibn Abbas:” Aku Allah akan memperinci”, dan tentang (‫ )الر‬berkata Ibn Abbas: “Aku Allah
melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Abu Al-Duha).

“Dari Ibn Abbas, berkata ia: “alif lam ra, ha’mim, dan nun adalah huruf-huruf al-Rahman yang dipisahkan
(dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Ikrimah)”.

“Dari Ibn Abbas tentang Kaf, Ha’, Ya’ Ain, Sad, berkata ia: “Kaf dari Karim (pemurah). Ha dari Hadin
(pemberi petunjuk), Ya, dari Hakim (bijaksana), ‘Ain dari ‘Alim (Maha Mengetahui), dan Sad dari Sadiq
(yang benar). (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dan lainnya dari jalan Sa’id Ibn Jubair)

“Dari Salim Abd Ibn Abdillah berkata ia: ( ‫ الم‬،‫ )حم‬dan (‫ )ن‬dan seumpamanya adalah nama Allah yang
dipotong-potong”, (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).

Dari Al-Saddiy, ia berkata: “Pembukaan-pembukaan surat adalah nama dari nama-nama Tuhan Jalla
Jalaluh yang dipisah-pisah dalam Al-Quran”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).

“Dari Ibn Abbas, berkata ia: (‫ الم‬،‫ طسم‬،‫ )ص‬dan yang seumpamanya adalah sumpah yang Allah bersumpah
dengannya, dan merupakan nama-nama Allah juga”.

(Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan lainya dari jalan Ali Ibn Abi Talhah).

Ada pendapat mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi Al-Quran, seperti Al-Furqan
dan Al-Zikir. Pendapat lain mengatakan bahwa huruf-huruf tersebut adalah pembuka bagi surat-surat Al-
Quran sebagaimana hanya qasidah sering diawali dengan kata (‫ )بل‬dan (‫)ال‬.
Dikatakan juga huruf-huruf ini merupakan peringatan-peringatan (tanbihat) sebagaimana halnya
dalam panggilan (nida). Akan tetapi, di sini tidak digunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam
bahasa Arab, seperti (‫ )أال‬dan (‫ )أما‬karena kata-kata ini termasuk lafal yang sudah biasa dipakai dalam
percakapan. Sedangkan al-Quran adalah kalam yang tidak sama dengan kalam yang biasa sehingga
digunakan alif (‫)ا‬.

Sebagai peringatan (tanbih) lebih terkesan kepada pendengar. Yang belum pernah digunakan sama
sekali sehingga lebih terkesan kepada pendengar.

Dalam hubungan ini sebagian ulam memandangnya peringatan (tanbih) kepada rasul agar dalam waktu-
waktu kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada Jibril untuk mendengarkan ayat-ayat
yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian yang lain memandangnya sebagai peringatan (tanbih)
kepada orang-orang Arab agar mereka tertarik mendengarkannya dan hati mereka menjadi lunak
kepadanya. Tampaknya, pandangan yang pertama kurang tepat karena Rasul sebagai utusan Allah dan
yang terus-menerus merindukan wahyu tidak perlu diberi peringatan. Sedangkan pandangan yang kedua
adalah lebih kuat karena orang-orang Arab yang selalu bertingkah, keras hati dan enggan mendengarkan
ketenaran perlu diberi peringatan (tanbih) agar perhatian mereka tertuju kepada ayat-ayat yang
disampaikan.

Di katakana juga bahwa Thaha (‫ )طه‬dan Yasin (‫ )يس‬berarti hai laki-laki atau hai Muhammad atau hai
manusia. Pendapat lain memandang kedua Thaha (‫ )طه‬dan Yasin (‫ )يس‬sebagai nama bagi Nabi Saw.[3]

D. Pendapat Para Ulama Tentang Huruf Hijaiyah Pembuka Surat

Para ulama yang membicarakan masalah ini ada yang berani menafsirkannya, di mana huruf-huruf itu
merupaka rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahui-Nya.

Az-Zamarksyari berkata dalam tafsirnya “Al-Qasysyaf” huruf-huruf ini ada beberapa pendapat yaitu:

Merupakan nama surat

Sumpah Allah

Supaya menarik perhatian orang yang mendengarkannya.

As-Sayuti menukilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut:

(‫ )الم‬berarti (‫)انا هللا اعلم‬, (‫ )المص‬berarti (‫)انا هللا اعلم و افصل‬, (‫ )الر‬berarti (‫)انا هللا اري‬, (‫ )كهيعص‬diambil dari ( – ‫كريم‬
‫ صادق‬- ‫ )هاد – حكيم – عليم‬juga berarti (‫ صادق‬- ‫ )كان – هاد – تمين – عالم‬Adh Dhahak berpendapat bahwa (‫)الر‬
ialah: ‫اناهللا اعلم وارفع‬

dikatakan pendapat hanyalah dugaan belaka. Kemudian As-Suyuti menerangkan bahwa hal itu
merupakan rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
al-Quwaibi mengatakan bahwasanya kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi, mungkin pada suatu saat
Nabi dalam keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk memberikan perhatian terhadap apa yang
disampaikan kepadanya.

As-Sayid Rasyid Ridha tidak membenarkan Al-Quwaibi di atas, karena Nabi senantiasa dalam keadaan
sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu.

Rasyid Ridha berpendapat sesuai dengan Ar-Razi, bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada
orang-orang Musyrik Mekkah dan Ahli Kitab Madinah. Karena orang-orang kafir apabila Nabi
membacakan Al-Quran mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak mendengarkannya.

Disebut dalam surat Fusilat ayat 26:

Artinya:

“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al
Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". (QS.
Fusyilat: 26)

Ulama salaf berpendapat bahwa “Fawatih Suwar” telah disusun semenjak zaman azali sedemikian rupa
supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkannya seperti Al-Quran.

Oleh karena i'tiqad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya, maka banyaklah orang yang
tidak berani mentafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf
itu. Huruf-huruf itu dipandang masuk golongan mutasyabihat yang hanya Allah sendiri yang mengetahui
tafsirnya.

Huruf-huruf itu, sebagai yang pernah ditegaskan oleh Asy-Syabi, ialah rahasia dari pada Al-Quran ini.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata:

“Sesungguhnya bagi tiap-tiap Kitab ada saripatinya. Saripati Al-Quran ini ialah, huruf-huruf Hijaiyah”.

Abu baker As-Shiddieqi pernah berkata:

“Di tiap-tiap kitab ada rahasianya. Rahasianya dalam Al-Quran ialah permulaan-permulaan surat”.Dalam
hal ini Prof. Hasbi As-Shiddieqi menegaskan bahwa dibolehkannya mentakwilkan huruf-huruf tersebut
asal tidak menyalahi penetapan Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam pada itu yang lebih baik kita serahkan
saja kepada Allah.[4]

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya yang
mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf
cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi
pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.Ibnu Abi Al Asba’
menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-
Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-
pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai
berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan.
Kedua, yang menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan
mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada
Rasul secara khusus. Dan lima yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah
khabariyah); terdapat dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15
surat
DAFTAR PUSTAKA

Chirzin Muhammad, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an. PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1998.

Halimuddin, Pembahasan Ilmu Al Qur’an I. Rineka Cipta, 2003

Anda mungkin juga menyukai