MAKALAH
DISKUSI KELOMPOK
Pembimbing : Prof. Dr. H. Nurwadjah Ahmad EQ, MA. & Suparman, M.Ag.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Izin-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa pula kami
haturkan terima kasih kepada dosen pembimbimbing yang telah membina kami dan kepada
teman-teman yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang kami susun ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai “ Fawatih Al-Suwar dan Khawatim Al-suwar ”. Dalam menyusun makalah
ini kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga bagi pembaca sangat kami harapkan
agar memberikan kritik dan sarannya, semoga menjadi refrensi wawasan pengetahuan dan bisa
bermanfaat bagi pembaca.
Tim kelompok 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Fawatihus Suwar
BAB I
PENDAHULUAN
Studi atas al-Qur’an telah banyak dilakukan oleh para ulama dan sarjana tempo dulu,
termasuk para sahabat di zaman Rasulullah SAW. Hal itu tidak lepas dari disiplin dan keahlian
yang dimiliki oleh mereka masing-masing. Al-Qur’an adalah lautan ilmu yang tidak habis-
habisnya untuk dikaji dari berbagai sisi. Bahkan orientalisnya pun tidak ketinggalan untuk
mengetahui rahasia dibalik teks-teks Al-Qur’an tesebut. Ada yang mencoba mengelaborasi dan
melakukan eksploritasi lewat perspektif keimanan, historis, bahasa dan satra, Pengkodifikasian ,
kemukjizatan , penafsiran , dan telaah huruf-hurufnya ,sosio cultural dan hermeneutika.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Secara etimologis, fawatih al Suwar berartipembukaan-pembukaan surat, karena posisinya berada di awalsurat-
surat dalam Al Qur’an. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf tersebut sering dinamakan dengan
Ahruf Muqatta’ah (huruf-huruf yang terpisah) karena posisi dari huruf tersebut yang cenderung menyendiri dan
tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari
lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah. Manna Khalil Al Qhatthan dalam kitabnya Mabahits fi ulumil Qur’an
mengidentikan fawatihus suwardengan huruf-huruf yang terpisah (Al ahruful muqotho’ah). Menurut Ibnu Abi Al
Asba’, seperti dikutip Ahmad bin Musthafa, bahwa pembuka-pembuka surat itu untuk menyempurnakan dan
memperindah bentuk-bentuk penyampaian, dengan sarana pujian atau melalui huruf-huruf.
Memakai lafal hamdalah yakni dibuka dengan الحمدهلل, yang terdapat dalam 5 surat yaitu : Q.S. Al Fatihah, Al An’am,
Al Kahfi, Saba, dan Fathr.
Memakai lafal تبارك, yang terdapat dalam 2 surat yaitu : Q.S. Al Furqon dan Al Mulk.
2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih‘ans sifatin naqshin) dengan menggunakan lafal tasbih terdapat
dalam 7 surat yaitu : Q.S. Al Isra, al A’la, al Hadid, al Hasyr, as shaff, al jum’ah, dan at Taghabun.
Jumlah Ismiyyah
Jumlah Fi’liyyah
e. Pembukaan dengan sumpah (al istiftah bil qasam).
f. Pembukaan dengan syarat (al istiftah bis syarat).
g. Pembukaan dengan kata kerja perintah (al istiftah bil amr).
h. Pembukaan dengan pertanyaan (al istiftah bil istifham).
i. Pembukaan dengan do’a (Al Istiftah bid du’a).
j. Pembukaan dengan alasan (al istiftah bit ta’lil).
NO.
FAWATIH AL-SUWAR
NAMA SURAT
1.
الم
2.
المص
Al-A’raf
3.
الر
4.
المر
Al-Ra’d
5.
كهيعص
Maryam
6.
طه
Tha ha
7.
طس
Al-Naml
8.
طسم
Al-Syu’ara, al-Qashash
9.
يس
Ya Sin
10.
ص
Shad
11.
حم
12.
حمعسق
Al-Syura
13.
حق
Qaf
13.
ن
Al-Qalam
Menurut As-Suyuti, pembukaan-pembukaan surat (awail Al-suwar) atau huruf-huruf potongan (Al-huruf
Al-Muqatta’ah) ini termasuk ayat-ayat mutasyabihat. Sebagai ayat-ayat mutasyabihat, para ulama
berbeda pendapat lagi dalam memahami dan menafsirkannya. Dalam hal ini pendapat para ulama pada
pokoknya terbagi dua. Pertama, pertama ulama yang memahaminya sebagai rahasia yang hanya
diketahui oleh Allah. As-Suyuti memandang pendapat ini sebagai pendapat yang mukhtar (terpilih). Ibnu
Al-Munzir meriwayatkan bahwa ketika Al-Syabi ditanya tentang pembukaan-pembukaan surat ini
berkata;
Artinya:
“Sesungguhnya bagi setiap kitab ada sari patinya, dan sari pati Kitab (Al-Quran) ini adalah huruf-huruf
ejaannya”.
Artinya:
“Pada setiap kitab ada rahasia, dan rahasianya dalam Al-Quran adalah permulaan-permulaan suratnya”.
Kedua, pendapat yang memandang huruf-huruf di awal surat-surat ini sebagai huruf-huruf yang
mengandung pengertian yang dapat dipahami oleh manusia. Karena itu penganut pendapat ini
memberikan pengertian dan penafsiran kepada huruf-huruf tersebut.
Dengan keterangan di atas, jelas bahwa pembukaan-pembukaan surat ada 29 macam yang terdiri dari
tiga belas bentuk. Huruf yang paliang banyak terdapat dalam pembukaan-pembukaan ini adalah huruf
Alif ( )اdan lam ()ل, kemudian Mim ()م, dan seterusnya secara berurutan huruf Ha ()ح, Ra ()ر, Sin ( )سTa (
)ط, Sad ()ص, Ha ()ه, dan Ya’ ()ي, ‘Ain ( )عdan Qaf ()ق, dan akhirnya Kaf ()ك, dan Nun ()ن.
Seluruh huruf yang terdapat dalam pembukaan-pembukaan surat ini dengan tanpa berulang berjumlah
14 huruf atau separuh dari jumlah keseluruhan huruf ejaan. Karena itu, para mufassir berkata bahwa
pembukaan-pembukaan ini disebutkan untuk menunjukkan kepada bangsa Arab akan kelemahan
mereka. Meskipun Al-Quran tersusun dari huruf-huruf ejaan yang mereka kenal, sebagiannya datang
dalam AlQuran dalam bentuk satu huruf saja dan lainnya dalam bentuk yang tersusun dari beberapa
huruf, namun mereka tidak mampu membuat kitab yang dapat menandinginya. Pendapat ini telah
dijelaskan secara panjang lebar oleh Al-Zamakhsari (wafat 538 H) dan Al-Baidhawi (wafat 728 H).
pendapat ini dikuatkan oleh Ibn Taimiyah (wafat 728 H) dan muridnya, Al-Mizzi (wafat 742 H). Mereka
menguraikan tantangan Al-Quran di turunkan dalam bahasa Mereka sendiri. Akan tetapi, mereka tidak
mampu membuat kitab yang menyerupainya. Hal ini menunjukkan kelemahan mereka di hadapan Al-
Quran dan membuat mereka tertarik untuk mempelajarinya.
“Dari Ibn Abbas tentang firman Allah: ()الم, berkata Ibn Abbas:” Aku Allah lebih mengetahui”, tentang (
)المصberkata Ibn Abbas:” Aku Allah akan memperinci”, dan tentang ( )الرberkata Ibn Abbas: “Aku Allah
melihat”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Abu Al-Duha).
“Dari Ibn Abbas, berkata ia: “alif lam ra, ha’mim, dan nun adalah huruf-huruf al-Rahman yang dipisahkan
(dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim dari jalan Ikrimah)”.
“Dari Ibn Abbas tentang Kaf, Ha’, Ya’ Ain, Sad, berkata ia: “Kaf dari Karim (pemurah). Ha dari Hadin
(pemberi petunjuk), Ya, dari Hakim (bijaksana), ‘Ain dari ‘Alim (Maha Mengetahui), dan Sad dari Sadiq
(yang benar). (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dan lainnya dari jalan Sa’id Ibn Jubair)
“Dari Salim Abd Ibn Abdillah berkata ia: ( الم، )حمdan ( )نdan seumpamanya adalah nama Allah yang
dipotong-potong”, (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
Dari Al-Saddiy, ia berkata: “Pembukaan-pembukaan surat adalah nama dari nama-nama Tuhan Jalla
Jalaluh yang dipisah-pisah dalam Al-Quran”. (Dikeluarkan oleh Ibn Abi Hatim).
“Dari Ibn Abbas, berkata ia: ( الم، طسم، )صdan yang seumpamanya adalah sumpah yang Allah bersumpah
dengannya, dan merupakan nama-nama Allah juga”.
(Dikeluarkan oleh Ibn Jarir dan lainya dari jalan Ali Ibn Abi Talhah).
Ada pendapat mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah nama-nama bagi Al-Quran, seperti Al-Furqan
dan Al-Zikir. Pendapat lain mengatakan bahwa huruf-huruf tersebut adalah pembuka bagi surat-surat Al-
Quran sebagaimana hanya qasidah sering diawali dengan kata ( )بلdan ()ال.
Dikatakan juga huruf-huruf ini merupakan peringatan-peringatan (tanbihat) sebagaimana halnya
dalam panggilan (nida). Akan tetapi, di sini tidak digunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam
bahasa Arab, seperti ( )أالdan ( )أماkarena kata-kata ini termasuk lafal yang sudah biasa dipakai dalam
percakapan. Sedangkan al-Quran adalah kalam yang tidak sama dengan kalam yang biasa sehingga
digunakan alif ()ا.
Sebagai peringatan (tanbih) lebih terkesan kepada pendengar. Yang belum pernah digunakan sama
sekali sehingga lebih terkesan kepada pendengar.
Dalam hubungan ini sebagian ulam memandangnya peringatan (tanbih) kepada rasul agar dalam waktu-
waktu kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada Jibril untuk mendengarkan ayat-ayat
yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian yang lain memandangnya sebagai peringatan (tanbih)
kepada orang-orang Arab agar mereka tertarik mendengarkannya dan hati mereka menjadi lunak
kepadanya. Tampaknya, pandangan yang pertama kurang tepat karena Rasul sebagai utusan Allah dan
yang terus-menerus merindukan wahyu tidak perlu diberi peringatan. Sedangkan pandangan yang kedua
adalah lebih kuat karena orang-orang Arab yang selalu bertingkah, keras hati dan enggan mendengarkan
ketenaran perlu diberi peringatan (tanbih) agar perhatian mereka tertuju kepada ayat-ayat yang
disampaikan.
Di katakana juga bahwa Thaha ( )طهdan Yasin ( )يسberarti hai laki-laki atau hai Muhammad atau hai
manusia. Pendapat lain memandang kedua Thaha ( )طهdan Yasin ( )يسsebagai nama bagi Nabi Saw.[3]
Para ulama yang membicarakan masalah ini ada yang berani menafsirkannya, di mana huruf-huruf itu
merupaka rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahui-Nya.
Az-Zamarksyari berkata dalam tafsirnya “Al-Qasysyaf” huruf-huruf ini ada beberapa pendapat yaitu:
Sumpah Allah
As-Sayuti menukilkan pendapat Ibnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut:
( )المberarti ()انا هللا اعلم, ( )المصberarti ()انا هللا اعلم و افصل, ( )الرberarti ()انا هللا اري, ( )كهيعصdiambil dari ( – كريم
صادق- )هاد – حكيم – عليمjuga berarti ( صادق- )كان – هاد – تمين – عالمAdh Dhahak berpendapat bahwa ()الر
ialah: اناهللا اعلم وارفع
dikatakan pendapat hanyalah dugaan belaka. Kemudian As-Suyuti menerangkan bahwa hal itu
merupakan rahasia yang hanya Allah sendiri yang mengetahuinya.
al-Quwaibi mengatakan bahwasanya kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi, mungkin pada suatu saat
Nabi dalam keadaan sibuk, maka Allah menyuruh Jibril untuk memberikan perhatian terhadap apa yang
disampaikan kepadanya.
As-Sayid Rasyid Ridha tidak membenarkan Al-Quwaibi di atas, karena Nabi senantiasa dalam keadaan
sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu.
Rasyid Ridha berpendapat sesuai dengan Ar-Razi, bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada
orang-orang Musyrik Mekkah dan Ahli Kitab Madinah. Karena orang-orang kafir apabila Nabi
membacakan Al-Quran mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak mendengarkannya.
Artinya:
“Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al
Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka". (QS.
Fusyilat: 26)
Ulama salaf berpendapat bahwa “Fawatih Suwar” telah disusun semenjak zaman azali sedemikian rupa
supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari mendatangkannya seperti Al-Quran.
Oleh karena i'tiqad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari azalinya, maka banyaklah orang yang
tidak berani mentafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap huruf-huruf
itu. Huruf-huruf itu dipandang masuk golongan mutasyabihat yang hanya Allah sendiri yang mengetahui
tafsirnya.
Huruf-huruf itu, sebagai yang pernah ditegaskan oleh Asy-Syabi, ialah rahasia dari pada Al-Quran ini.
“Sesungguhnya bagi tiap-tiap Kitab ada saripatinya. Saripati Al-Quran ini ialah, huruf-huruf Hijaiyah”.
“Di tiap-tiap kitab ada rahasianya. Rahasianya dalam Al-Quran ialah permulaan-permulaan surat”.Dalam
hal ini Prof. Hasbi As-Shiddieqi menegaskan bahwa dibolehkannya mentakwilkan huruf-huruf tersebut
asal tidak menyalahi penetapan Al-Quran dan As-Sunnah. Dalam pada itu yang lebih baik kita serahkan
saja kepada Allah.[4]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya yang
mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf
cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi
pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.Ibnu Abi Al Asba’
menulis sebuah kitab yang secara mendalam membahas tentang bab ini, yaitu kitab Al-Khaqathir Al-
Sawanih fi Asrar Al-Fawatih. Ia mencoba menggambarkan tentang beberapa kategori dari pembukaan-
pembukaan surat yang ada di dalam Al-Quran. Pembagian karakter pembukaannya adalah sebagai
berikut. Pertama, pujian terhadap Allah swt yang dinisbahkan kepada sifat-sifat kesempurnaan Tuhan.
Kedua, yang menggunakan huruf-huruf hijaiyah; terdapat pada 29 surat. ketiga, dengan
mempergunakan kata seru (ahrufun nida), terdapat dalam sepuluh surat. lima seruan ditujukan kepada
Rasul secara khusus. Dan lima yang lain ditujukan kepada umat. Keempat, kalimat berita (jumlah
khabariyah); terdapat dalam 23 surat. kelima, dalam bentuk sumpah (Al-Aqsam); terdapat dalam 15
surat
DAFTAR PUSTAKA
Chirzin Muhammad, Al Qur’an dan Ulumul Qur’an. PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1998.