Anda di halaman 1dari 51

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Waktu merupakan salah satu konsep dasar sejarah selain ruang dan kegiatan
manusia, perubahan dan kesinambungan ini merupakan unsur penting dari
sejarah yaitu masa lalu. Suatu momentum yang dapat memberikan petunjuk
adanya karakteristik dari suatu kurun waktu yang satu berbeda dari kurun waktu
lain nya. jadi sejarah adalah suatu peristiwa dalam suatu rentang waktu yang
berlangsung terus menerus yang melibatkan perubahan dalam kehidupan
manusia. Periodesasi atau pembabakan adalah salah satu produk penukisan
sejarah dalam rangka memahami rangkaian tersebut yang di dasarkan pada
momentum perubahan sebagai tanda pemisahan waktu.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan merumuskan rumusan masalah yakni,
1. Apakah pengertian Periodisasi sejarah?
2. Bagaimanakah ciri-ciri dan tujuan Periodisasi dalam sejarah ?
3. Apakah contoh-contoh dari Periodisasi Sejarah?

1.3 Topik Pembahasan


Topik pembahasan makalah ini adalah membahas tentang Periodesasi sejarah

1.4 Tujuan Penulisan Makalah


1.Untuk mengetahui pengertian Periodisasi sejarah
2.Untuk mengetahui ciri-ciri dan tujuan Periodisasi dalam sejarah
3.Untuk mengetahui contoh-contoh dari Periodisasi

1
BAB 2

PEMBAHASAN

Pengertian,,Ciri-ciri,Tujuan dan Contoh dari Periodisasi


Sejarah menurut para ahli :

Menurut R.Moh.Ali
Teori tentang periodisasi sejarah atau babakan waktu sukar dan tak
mudah dibentangkan.Babakan waktu itu berdasarkan pendirian penulis cerita
sejarah.Maka babakan waktu erat sekali hubungannya dengan
agama,filsafat,kepecayaan,keyakinan dan pandangan hidup.Oleh sebab itu
dapatlah dirasakan betapa sukarnya teori babakan waktu itu.
Babakan waktu adalah kerangka dari cerita sejarah,yaitu kerangka
sebagai perwujudan suatu keyakinan tertentu dan sekali-kali bukan kerangka
dalam arti bagan biasa.[CITATION RMo12 \p 201 \l 14345 ]
Maksud atau Tujuan babakan waktu atau periodisasi sejarah ialah untuk
mendapatkan suatu pandangan tentang kejadian-peristiwa seluruhnya.Jumlah
tahun kejadian peristiwa sedemikian banyaknya sehingga rangkaian-rangkaian
tahun dan sebagainya itu merupakan deretan yang tak berujung dan tak
berpangkal.Agar terdapatlah suatu gambaran atau pandangan maka dibagi-
bagikan deretan itu.Babakan waktu itu laksana penempatan tonggak-tonggak
kilometer sepanjang sebuah jalan.1
Tanpa tonggak-tonggak itu jalan tidak dapat dicakup
panjangnya,sifatnya.Dengan tonggak-tonggak itu dapat ditegaskanlah y km,x
km,naik turun pada km berapa dan sebagainya.Babakan waktu dapat pula
dibandingkan dengan pembagian ruangan.Seandainya seorang pegawai
mendapat gudang besar untuk didiami dengan keluarganya,gudang besar itu
harus dibagi-bagi dalam beberapa ruangan tertentu.Setelah ruangan itu sudah
dibagi-bagi dan tersusun rapi,maka gudang itu menjadi rumah.
Babakan waktu memberi bentuk dan corak bangunan kepada bahan
sejarah yang tak ada batas-batasnya itu.Suatu babakan waktu yang paling mudah
dilaksanakan ialah pembagian menurut abad.Semua kejadian peristiwa yang
terjadi dalam masa seratus tahun dikumpulkan menjadi satu himpunan.Cerita

1
R. Moh.Ali,Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia,Jakarta :LKiS Pelangi Aksara 2012,hlm 50.

2
sejarah tampak disusun menurut deretan abad.Inti daripada seretan itu ialah
tahun nol yang membagi dua deretan itu.
Masa sebelum Masehi Masa Masehi ( AD :Anno Domini )
|7||6||5||4||3||2||1||0||1||2||3||4||5||6||7||8||9||10|

Maka cerita sejarah a.D dapat dibagi dalam dua puluh bab,yaitu dari abad
ke-1 sampai dengan abad ke -20 Masehi.Cerita sebelum Masehi (s.M.) terdiri
atas abad-abad yang sudah diketahui riwayatnya.Oleh sebab itu,jumlah abad
yang dapat diceritakan sebelum Masehi selalu bertambah menurut hasil
penyelidikan prasejarah.Mungkin cerita itu berbentuk demikian.
Bab I. Sejarah Prancis dalam abad ke - 6 s.M.
Bab II.Sejarah Prancis dalam abad ke - 3 s.M
Bab III Sejarah Prancis dalam abad ke -1 A.D.dsb.
Sukar untuk ditegaskan kapan suatu abad berakhir dan kapan suatu abad
dimulai.Menurut kalender abad ke – 19 berakhir pada tanggal 31 Desember 1899
jam 24.00.Abad ke -20 dimulai pada pukul 00.00 tanggal 1 Januari 1900.Dapatkah
orang membagi-bagi kejadian-kejadian tepat pada perbatasan pukul 24.00 dan
pukul 00.00 ?
Babakan waktu dengan pembagian ke dalam abad tidak mempunyai
corak tertentu ; tidak berdasarkan filsafat atau pendirian tertentu.Babakan
waktu semacam itu laksana menegakkan tonggak-tonggak kilometre pada suatu
jalan biasa.
Suatu babakan waktu yang lazim dipergunakan untuk melukiskan sejarah
suatu negeri ialah pembagian waktu berdasarkan dinasti,yaitu keluarga
keturunan raja.Sering pula istilah wamca (wangsa) dari bahasa Sansekerta
menggantikan istilah dinasti.Terkenallah Dinasti Sanjaya atau Wangsa
Sanjaya.Sejarah bangsa-bangsa Asia pada umumnya dilukiskan dengan babakan
waktu dinasti,tak lain sebabnya karena raja mahapenting kedudukannya dalam
masyarakat. [CITATION RMo12 \p 51 \l 14345 ]
Babakan waktu dinasti terutama mementingkan riwayat hidup raja-raja ;
seolah-olah semua peristiwa sejarah disusun menjadi cerita dengan dinasti
sebagai sumbu.Di Eropa pun terkenallah sejarah yang berkisar pada dinasti,yakni
Bourbon(Prancis),Habsburg (Austria),Hohenzollern(Jerman),dan Romanov
(Russia).Cerita sejarah yang berpusatkan dinasti pernah dipandang sebagai

3
bentuk sejarah yang terbaik.Sebelum itu “mungkin” babakan waktu didasarkan
atas perkembangan agama.[CITATION RMo12 \p 52 \l 14345 ]

Contoh Periodisasi Sejarah Berpusatkan Dinasti


1.Sanjaya-Wangsa (732-850)
2.Syailendra-wangsa (750-900)
3.Isyana-wangsa(900-1200)
4.Rajasa-wangsa(Ken Arok)(1222-1478)
5.Dinasti Demak (1521-1568)
6.Dinasti Pajang ( 1568 -1600 )
7.Dinasti Mataram ( 1600-1755 )
8.a.Paku Buwana 1704
b.Hamengkubuwono 1755
c.Mangkunegara 1757
d.Pakualam 1813

Contoh Periodisasi Sejarah didasarkan atas


perkembangan agama
1.Zaman Kuna 476 Sebelum Masehi
2.Abad Pertengahan 476 Sebelum Masehi-1453 Masehi
3.Zaman Baru 1453 Masehi-1789 Masehi
4.Zaman Terbaru 1789 Masehi -…..

Zaman Kuna dipandang sebagai zaman persiapan kedatangan Isa.Zaman


pertengahan adalah zaman antara wafat Isa dengan kedatangan Isa al-Masih
untuk mendirikan kerajaan Allah.Mudah dipahamkan arti Abad
Pertengahan(Middle Ages,Middeleeuwon)karena berada di tengah-tengah dua
zaman,yaitu Zaman Jahiliyah ( sebelum Isa ) dan zaman Kerajaan Allah.Setelah
ternyata bahwa harapan-harapan tentang kedatangan Kerajaan Allah tidak
terkabul dan setelah penyelidikan ilmiah menyingkap rahasia zaman

4
purbakala,maka babakan waktu ini sukar dipertahankan.Akhirnya terdapatlah
babakan waktu yang sudah diperbaiki(menurut An Encyclopedia of World-
History,disusun dan disunting oleh William L.Langer,Edisi ke-3).
(1) Prehistory (Prasejarah)
(2) Protohistory (Mula-sejarah)
(3) Ancient History (Sejarah Kuno)
(4) Middle Ages(Zaman Pertengahan)
(5) The Early Modern Period ( Permulaan Zaman Modern)
(6) The Nineteenth Century ( Abad ke-19)
(7) Two World Wars and the Inter-war Period (Dua Perang Dunia & Masa
antara Dua Perang Dunia)
(8) The Post War Period ( Masa Sesudah Perang)

Maka babakan waktu yang pada asal mulanya bersifat keagamaan lalu
mempunyai corak lain,yaitu melukiskan perubahan-perubahan penting
yang menuju kea rah kemajuan.Tiap-tiap babak melukiskan suatu zaman
tertentu :

(1) Prehistory (Zaman sebelum ada tulisan)


(2) Protohistory (Permulaan Sejarah)
(3) Ancient History (Sejarah kuna sebelum agama Nasrani)
(4) Middle Ages(Zaman Agama Nasrani Berkembang)
(5) The Early Modern Period ( Permulaan Zaman Pertumbuhan agama
Protestan dan Kapitalisme)
(6) The Nineteenth Century ( Zaman Revolusi Industri,ekspansi kolonial dan
imperialisme)
Babakan waktu yang melukiskan perkembangan perjuangan manusia
untuk mencapai kebahagiaan ialah sebagai berikut.
(1) Prasejarah
(2) Kebudayaan Kuno (India,Tiongkok dsb.)
(3) Bangsa-bangsa Steppe(nomade),umpama Mongol,Huna.
(4) Eropa Kuno (mengenai bahasa-bahasa)
(5) Yunani Roma Kuno
(6) Ruangan Hidup Agama Budha
(7) Zaman Almasih

5
(8) Agama Nasrani di Timur Tengah
(9) Agama Islam
(10) Kerajaan Allah (Middle Ages)
(11) Kerajaan Manusia (1400-1800),pertumbuhan dan perkembangan
negara-negara nasional.
(12) Zaman Mesin Berkuasa ( Abad ke-19),Revolusi Industri
(13) Zaman Massa Berkuasa ( abad ke -20 ). Zaman
demokrasi,agitasi,gerakan massa,fasis,komunis dan sebagainya.
Pada babakan waktu ini tampaklah dengan jelas hajat penyusunnya
melukiskan perjuangan manusia.Bandingkanlah dengan babakan waktu
lainnya,maka akan tampaklah persamaan dalam mempertahankan
Prasejarah,Sejarah Kuno,Zaman Pertengahan ; zaman baru
dipecah,ditambah.Yang penting ialah bahwa tambahan dan perubahan itu
menunjukan perubahan pendirian.[CITATION RMo12 \p 54 \l 14345 ]
Pendirian beralih dari keagamaan menuju kedinastian, kemudian kearah
kemanusiaan.Perubahan pendirian ini penting sekali sebab derajat
penghargaan manusia menjadi inti alam pikiran sekarang.Perubahan ini
justru timbul sesudah Revolusi Prancis,yaitu setelah kaum ningrat-feodal
kehilangan kekuasaannya.Babakan waktu yang berdasarkan keagamaan
(Ancient History-Middle Ages-Modern History ) tidak ada artinya lagi bagi
generasi sesudah 1789.Maka dalam abad ke-19 yang penuh dengan
semangat revolusi timbullah dua orang pendekar kemajuan yang dahsyat :
August Comte (1789-1857) dan Karl Marx (1818-1885).
Comte mengobark-ngobarkan semangat evolusi(kemajuan) ; umat
manusia bergerak maju menuju kesempurnaan,terus maju.Keyakinan itu
tidak mementingkan Tuhan maupun agama.Comte percaya bahwa semakin
maju,manusia semakin menjauhi alam keagamaan.Kepastiannya ternyata
dalam periodisasinya.
(1) A military-theological stage : tingkat manusia menggantungkan nasib
pada kemiliteran dan pada keagamaan.
(2) A cricital-metaphysical stage : tingkat manusia berpikir secara kritis tetapi
tidak mementingkan alam kenyataan sekitarnya.
(3) A scientific-industrial stage : tingkat perkembangan alam ilmiah dan
industry.Alam kenyataan sekitarnya adalah sumber hidup manusia ;
bukan akhirat dan bukan alam pikiran khayal.

6
Comte memaksa orang Eropa berpikir secara konkret dan dari
babakan waktunya tampaklah arah kemajuan umat manusia :
agama,filsafat,ilmu,industry.

Marx,terkenal sebagai pencipta paham komunis modern,pada


hakekatnya sama pendiriannya.Menurut dia manusia terus
maju,bukan melalui evolusi ( secara damai) melainkan melalui
revolusi.Kemajuan umat manusia ditegaskan sebagai
penyempurnaan kehidupan masyarakatannya dan disusunlah
babakan-waktu berpusatkan cita-cita itu.
(1) Masa perbudakan
(2) Masa feodal
(3) Masa bordjuasi modern atau masa kapitalisme modern.
(4) Masa masyarakat tanpa kelas atau masa sosialisme dan komunisme

Masyarakat maju terus,kemajuan adalah hasil pertentangan antara dua


kelas.Apabila satu kelas melenyapkan kelas lain,kelas itu berkuasa.Timbullah
kelas baru lagi yang menentang ; kelas baru itu menang dan berkuasa dan
sebagainya.Akhir dari perjuangan antara pertentangan itu ialah akan tercipta
masyarakat tanpa kelas![CITATION RMo12 \p 54 \l 14345 ]
(1) Masa perbudakan : pertentangan antara budak dengan tuan
(2) Masa feodal : tuan tanah(ningrat) berkuasa dan
bertentangan dengan kelas pedagang dan industry
(3)Masa borjuasi modern : kelas kapitalis besar (pedagang industry)
berkuasa dan bertentangan dengan kelas marhaen (proletar)
(4)Masa masyarakat tanpa kelas : kaum proletar dapat merebut
kekuasaan dan semua kelas dilenyapkan sehingga tak timbul lagi pertentangan.

Babakan waktu Comte dan Marx adalah hasil revolusi kemanusiaan


dengan cita-cita manusia bebas,bahagia dan adil.Maka dari babakan waktu
kedua orang itu dapat dirasakan bahwa zaman sudah berubah.Dengan babakan
waktu baru dapatlah disusun cerita sejarah baru yang sesuai dengan pandangan
hidup.
Dapatlah ditentukan bahwa babakan waktu sebagai susunan cerita
sejarah penting sekali karena : (1) Dalam babakan waktu tampaklah keyakinan

7
penyusun. (2) Babakan waktu sebetulnya merupakan rangkaian (intisari)
menurut keyakinan seorang penulis.
(3) Dangkal-dalam,luas-sempit pengetahuan seseorang tentang sejarah tampak
dari babakan waktu yang dibuat olehnya.
(4) Babakan waktu adalah batu ujian fakta-fakta dan alat penghubung fakta-
fakta.

8
Periodisasi menurut Dr. Kuntowijoyo
Seperti angin yang mengalir tanpa henti diatas bukit,lembah,dan lautan
sejarah terus-menerus bergerak di dalam waktu. Kebudayaan-kebudayaan hidup
dan mati, pemikiran-pemikiran muncul. Kota-kota tumbuh, penduduk bertambah,
kerajaan-kerajaan timbul dan tenggelam, perang-perang terjadi, perdagangan
meluas, dan seterusnya. Dan sejarawan ingin membuat waktu yang terus-menerus
bergerak tanpa henti itu dapat dipahamai (intelligible) dengan membaginya dalam
unit-unit waktu,dalam sekat-sekat,dalam babak-babak, dalam periode-periode.
Dengan kata lain, sejarawan melakukan klasifkasi atas waktu, sejarawan membuat
periodisasi.
Jelaslah sudah bahwa periodisasi adalah konsep sejarawan semata-mata,
suatu produk mental yang hanya dalam pikiran sejarawan, suatu ideal type.
Realitas sejarah itu sendiri terus-menerus mengalir tanpa sekat-sekat, dan
pembabakan waktu adalah hasil konseptualisasi sejarawan, suatu rasionalisasi.
Rasionaliasi bukan generalisasi. Rasionalisasi lahir dari pemikiran teoretis
sedangkan generalisasi adalah hasil dari gejala empiris.[CITATION Kun08 \p 20 \l
14345 ]
Periodisasi yang meskipun hanya sebagai produk pemikiran sejarawan,
tidaklah diputuskan secara semena-mena. Periodisasi adalah hasil pemikiran
komparatif antara satu periode dengan periode lainnya setelah sejarawan melihat
ciri khas suatu kurun sejarah. Selebihnya sejarawan juga menandai adanya
perubahan penting yang terjadi dari periode sejarah yang satu ke periode sejarah
berikutnya. Demikianlah, periodisasi umumnya akan membagi sejarah menjadi
tiga periode, yaitu Ancient, Middle, dan Modern. Untuk sejarah Eropa, Ancient
adalah Yunani dan Romawi, Middle adalah feodalisme, dan Modern dimulai
dengan Renaissance.2
Perlu diingat bahwa ada perbedaan bagi setiap aspek sejarah dalam luasan
wilayah, rentang waktu, dan variasi. Misalnya aspek agama. Katolisisme pada
Middle Age yang sudah menjangkau seluruh wilayah Eropa masih harus
melakukan inkuisisi karena ada wilayah. Wilayah yang menganut agama
sempalan, seperti Albigensianisme (Catharisme) di Perancis. Sistem feodalisme
yang muncul pada Middle Age mempunyai rentang waktu yang lebih lama
(sampai abad ke-18), jauh sesudah Modern Age. Katolisisme menjadi agama
universal pada Middle Age mengalami schisme, timbul varian-variannya,
Protestantisme Jerman (Lutheranisme), Perancis (Huguencts), dan Inggris
(Anglicanisme).
Adanya perbedaan aspek-aspek sejarah dalam luasan wilayah, rentang
waktu, dan variasi juga terdapat dalam periodisasi sejarah Indonesia. Seperti
diketahui, sejarah Indonesia pun dapat pula dibagi kedalam tiga bagian, tetapi
biasanya disebut dengan prasejarah,Hindu-Buddha, dan Modern. Nekara dari
2
Kuntowijoyo,Penjelasan Sejarah,Yogyakarta :Tiara Wacana,2008,hlm 20.

9
prasejarah penyebarannya hanya di wilayah tertentu, tidak merata. Kehidupan
prasejarah masih ada di suku-suku terasing ketika Indonesia sudah sampai periode
modern. Kepercayaan yang berasal dari periode Hindu-Buddha (Kawula-Gusti,
Nyadran, pemujaan arwah) masih terdapat sampai sekarang. Varian-varian agama
juga banyak, misalnya dalam pemikiran keagamaan. Ortodoksi dalam islam sejak
awal periode modern tersaingi dengan munculnya gerakan Pembaharuan pada
awal abad ke-20. Sekarang muncul apa yang disebut neo-ortodoksi, islam liberal,
fundamentalisme, dan radikalisme. Jadi, periodisasi bukanlah “tutup layar” dan
“buka layar”, tetapi ada perbedaan-perbedaan perkembangan aspek sejarah, dan
ada discontinuity dan continuity.

Periodisasi dalam historiografi Indonesia semula bersifat konvensional-


prasejarah, kuno [islamisasi], Modern [pembaratan]- baik seluruh atau hanya satu
periode. Tradisi konvensional terdapat diantaranya dalam buku kolektif sejarah
Nasional Indonesia (SNI) dan buku M.C. Ricklefs , A History of Modern
Indonesia. Sekalipun keduanya sama-sama menggunakan periodisasi
konvensiaonal, tetapi ada perbedaan pendekatan. SNI mencoba mensintesiskan
sejarah dan ilmu sosial, sedangkan buku M.C. Ricklefs sangat diakronis, bukan
kronologis. Masalah periodisasi panjang ini mendapat pemahaman baru pada
Sartono Kartodirdjo, pengantar sejarah Indonesia: Dari Emporium sampai
Imporium dan buku Denys Lombard yang istimewa, Nusa Jawa: Silang Budaya.
Keduanya dengan jelas menghadirkan mazhab Annales dengan periodisasi
Braudel (structure,conjuncture,events).[CITATION Kun08 \p 21 \l 14345 ]
Adalagi periodisasi pendek, yang hanya mengambil satu topik sejarah,
seperti tulisan Kuntowidjojo periodisasi sejarah Kesadaran Keagamaan Umat
Islam Indonesia: mitos, ideology, dan ilmu.
Dengan demikian, periodisasi panjang tidak harus mengenai satu unit
sejarah seluruhnya secara komprehensif, tetapi bisa salah satu aspek nya.
Periodisasi juga tidak harus panjang, bisa satu sub-aspek yang kecil dibuat
periodisasinya. Ingat, periodisasi adalah penjelasan sejarah.
Sejarah Nasional Indonesia, jilid l-lV. Buku yang dimaksudkan sebagai
“babon” sejarah Indonesia ini diterbitkan sejak 1974 dan edisi ke-4 terbit tahun
1984 (jilid I sampai jilid VI). Buku itu dikenal masyarakat sebagai “buku
standar”. Ditulis secara kolektif dibawah pimpinan Sartono Kartodirdjo dan dalam
kata pengantar editor umum” (edisi ke-4) dikatakan bahwa buku itu adalah view
from within atau “Indonesia-centrisme”, rencananya jika ada revisi lagi, buku ini
akan menggunakan konsep Braudel tentang waktu. [CITATION Kun08 \p 22 \l 14345 ]
Buku induk ini terdiri dari enam jilid, yaitu jilid I (jaman prasejarah
Indonesia), jilid II (jaman kuna, awal M-1500M), jilid III (jaman pertumbuhan
dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam di Indonesia, ±1500-1800), jilid IV
(abad ke-19, ±1800-1900), jilid V (jaman kebangkitan Nasional dan masa akhir
Hindia-Belanda, ±1900-1942) dan jilid ke VI ( jaman jepang dan Jerman Republik

10
Indonesia, ±1942-1984). Dalam konvensi akademis di Indonesia, jaman
prasejarah dan jaman kuna dimasukan dalam disiplin arkeologi dan bukan sejara.
Oleh karena itu disini hanya akan kita bicarakan jilid III dan jilid VI.
Kalau dalam periodisasi SNI tunduk pada konvensi, namun tidak demikian
dalam penjelasan (explanation) tiap periodenya. Seperti sudah disebut diatas, buku
itu menunjukkan keinginan untuk memadukan sejarah denga ilmu sosial, aspek
diakronis dan sinkronis. Penjelasan mengenai struktur yang lebih menonjol
daripada proses, Nampak dalam jilid III dan jilid VI. Kemudian, jilid V mulai
mendeskripsikan perubahan-perubahan yang struktural, dan selanjutnya dalam
jilid VI, proses lebih menonjol daripada struktur. Kolonialisme telah
mentransformasikan struktur sosial tradisional. Setelah kolonialisme merambah
masyarakat bawah, yitu setelah tahun ±1800, perubahan-perubahan structural
terjadi, seperti mobiiltas social dan status social. Singkatnya, structure (jilid III
dan jilid IV), structure change (jilid V) dan events (jilid VI). [CITATION Kun08 \p
23 \l 14345 ]
Melalui buku ini kita melihat perbedaan sejarah Indonesia jika
dibandingkan dengan sejarah-sejarah lainnya, seperti sejarah Eropa, sejarah
Amerika, dan sejarah Rusia. Kiranya “kekhasan” itu juga dimiliki oleh
kebanyakan bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Sejarah
Indonesia itu disrupted hstory, sejarah yang terkoyak-koyak oleh kolonialisme,
sejarah yang evolusinya sebagian besar disebabkan oleh kekuatan luar. Sementara
itu sejarah Eropa dan yang lain itu tetap utuh, sehingga evolusinya ditentukan oleh
perkembangan internal, sebagai misal, dalam hal mobilitas social. Di Indonesia
munculnya kela “bangsawan pikiran” disebabkan oleh pendidikan Belanda,
sedangkan di Eropa munculnya kelas menengah dikarenakan perkembangan
sejarah Eropa sendiri. SNI jilid V mendeskripsikan dengan jelas bagaimana
kolonialisme telah mengubah tatanan social yang tradisional, bahkan sampai
masyarakat paling bawah, masyarakat petani. [CITATION Kun08 \p 24 \l 14345 ]
Dari buku SNI diatas, perlu dicatat tiga hal, yaitu periodisasi
konvensaional, view from within, serta jadi satunya penjelasan sejarah prosesual
dan structural.
M.C. Ricklefs, a history of modern Indonesia. Buku ini dimaksudkan
sebagai buku ajar tentang sejarah Indonesia dari tahun ±1300 sampai masa kini,
sekalipun tidak ditegaskan, periodisasi buku ini membagi sejarah Indonesia
dengan pra-modern dan modern, atau Hindu-Buddha dengan Islam-Kolonial.
Indonesia belum merupakan satu unit historis pada masa pra-modern, sedangkan
pada masa modern sejarah Indonesia sudah menjadi satu unit historis.
[CITATION Kun08 \p 25 \l 14345 ]
Oleh karenanya, dalam periodisasinya karya Ricklefs tersebut
menggunakan ukuran historical unity yang berupa coherency (keterpaduan) dari
unit sejarah. Sejak kedatangan islam, Indonesia menjdi satu unit historis. Menurut
buku ini ada tiga elemen dasar yang menjadikan Indonesia sebagai satu unit

11
historis. Ketiganya ialah adanya kesamaan proses cultural dan agama (islamisasi),
kesamaan tema sejarah ( hubungan Indonesia dengan Barat ), dan kesamaan
historiografi ( sejarah Indonesia mempunyai sumber yang sama, bahasa-bahasa
Indonesia modern).
Dengan pertimbangan kesatuan unit historis itu, buku ini memakai
periodisasi yang kronologis. Sejarah Indonesia modern dibagi kedalam enam bab,
yaitu: I, “The emergence of modern Era”, II, “Struggle for Hegemony c. 163-
1800”, III, “ The creation of colonial state c. 1800-1910”; IV, ‘The emergence of
the idea of Indonesia c. 1900-42”; V, “ The Destruction of the colonial state”, dan
VI, “independence Indonesia”.
Perbedaan pendekatan buku ini dengan pendekatan SNI terletak dalam
prioritas mengenai konstruksi masa lampau. SNI mementingkan explanation,
sedangkan buku ini mementingkan description. Keduanya sebenarnya bersifat
komplementer. Kita ingin menganjurkan supaya SNI dan buku ini menjadi satu
paket dalam mata ajaran pengantar. SNI dengan aspek sinkronis dan buku A
History of modern Indonesia dengan aspek diakronis. Dengan cara demikian,
maka lengkaplah konstruksi masa lampau kolektif kita.
Berbeda dengan periodisasi yang dibicarakan diatas, dalam sejarah
Indonesia ada inovasi mengenai periodisasi, yaitu penggunaan konsep Braudel
tentang waktu. Seperti sudah dikemukakan, ada dua buku yang menggunakan
konsep waktu dari Braudel, yaitu buku Sartono Kartodirdjo, pengantar sejarah
Indonesia: dari emporium sampai imperium, jilid I dan tiga jilid buku Denys
Lombard, Nusa Jawa: silang budaya. Pembahasan kedua buku itu, selain soal
periodisasi on sich, akan menyangkut pula masalah-masalah historiografi lainnya
yang melekat pada periodisasi tersebut.
Sartono kartodirdjo, pengantar sejarah Indonesia: dari emporium
sampai imperium. Jilid I. Meskipun tidak diterapkan secara eksplisit,
periodisasi dalam buku ini mengikuti konsep Braudel tentang
waktu dalam sejarah selanjutnya, dalam “kata pengantar”
disebutkan pertama, buku ini adalah “sejarah total” (atau
“sejarah global”) sebuah ideal dalam penulisan sejarah yang
diformulasikan oleh Braudel. Kedua, buku ini bertema integrasi
nasional. Ketiga, buku ini bermaksud menggabungkan sejarah
structural dengan sejarah prosesual, aspek sinkronis dan aspek
diakronis.[CITATION Kun08 \p 26 \l 14345 ]
Buku ini pertama kali mengemukakan jaringan yang membentuk
kerangka, tempat “darah dan daging” sejarah melekat. Kerangka itu ialah konsep
geopolitik, “pelayaran dan perdagangan sebelum 1500”, (bab 1). Oleh karena itu,
secara implisit periodisasi yang digunakan ialah konsep Brawdel tentang waktu
geografis, structure, atau longueeduri. Selanjutnya dalam buku ini conjuncture
dan events disebut sebagai struktur sistem dan proses bahkan, sturktur disebut
sebagai sejarah jangka panjang, sedangkan proses sebagai sejarah jangka

12
pendek. Sementara itu, utnuk ketiga waktu sejarah Brawdelian itu, “kata
pengantar” buku ini menggunakan istilah makro, mezo, dan mikro.
Bagaimana sejarah total atau sejarah global dalam buku ini? Brawdel
mengatakan bahwa sejarah global tidaklah berarti ingin menulis sejarah dunia,
tetapi sebagai suatu keinginan menulis suatu masalah sejarah jauh diluar batas-
batas permasalahannya.
Kuntowijoyo,Periodisasi Sejarah kesadaran
keagamaan Umat Islam Indonesia : mitos,ideologi dan
ilmu.Dalam periodisasi pendek mengenai sub-aspek sejarah itu
penulis ingin mengemukakan evolusi kesadaran sebut juga
positive unconscious kedalam tiga periode berturut-turut yaitu
kesadaran mitis,kesadaran ideologis,dan kesadaran
ilmiah.Periodisasi dimulai pada abad ke -19 sampai kurang lebih
tahun 2000.Periode mitos terjadi ketika umat berpikir bahwa
seorang pemimpin (Imam Mahdi/Ratu Adil) akan membebaskan
mereka dari ketidakadilan.Periode ideologi terjadi ketika umat
menganggap bahwa ideologi politik akan membawa mereka
kepada kemenangan.Periode ilmu dicapai ketika umat percaya
bahwa jalan ilmu(rasionalitas).objektivitas(inklusifitas),akan
mengangkat mereka dari keterpurukan dan menjadikan Islam
sebagai rahmat untuk seluruh manusia. [CITATION Kun08 \p
34 \l 14345 ]
Jadi, kita dapat membuat periodisasi dengan waktu pendek.Misalnya
mengenai korupsi dari satu rezim politik ke rezim yang lain sejak 1945-
2003,”korupsi di Indonesia : Orde lama,orde baru dan orde reformasi”.Oleh
karena itu,jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan diatas ialah positif,artinya
periodisasi pendek itu selalu bisa dibuat.Ingat.periodisasi ialah satu bentuk
penjelasan sejarah.

13
Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, jilib 1,
23.
Pembicaraan ini dipermudah karena ada kata pengantar oleh Sartono
Kartodirjo dalam buku jilid 1. Demikian juga tiga tulisan dari Taufik Abdullah,
“Lombard, mazhab Annales, sejarah mentalitas nusa jawa”, Azyumardi Azra,
“Historiografi Kontemporer Indonesia”, dan Adrian B. Lapian, “Nusantara Silang
Budaya.” Dalam buku panggung sejarah: persembahan kepada Prof. Dr. Denys
Lombard. [CITATION Kun08 \p 28 \l 14345 ]
Para penulis diatas mencatat tiga hal yaitu, pertama, periodisasi
Braudelian dari mazhab Annales; kedua, keinginan untuk menulis sejarah global;
dan ketiga, buku ini dimaksudkan sebagai sejarah mentalitas.
Buku ini dimulai dengan bab “Pengantar: Pertimbangan geohistoris”,
suatu konsep sejarah dari tradisi Prancis, atau dari mazhab Annales sebagaimana
dirumuskan oleh Fernand Brawdel, sejarawan materialis non-marxis. Dikatakan
bahwa nusantara terletak diperislangan jalan antara samudera Hindia dan
Samudera Pasifik, tepat nya antara teluk Benggala dan Laut China.
Mengenai Jawa dan Madura dideskripsikannya secara lengkap geologi,
geografi, demografi, dan ekonomi dari barat sampai keujung timur. Ia bercerita
tentang gunung, lembah, pantai, hutan lebat, binatang buas, wayang, dan mitos-
mitos. Deskripsinya bergerak dari catatan-catatan perjalanan abad ke-17 sampai
hasil sastra kontemporer. Ketika mendeskripsikan diBlora misalnya, tidak lupa
disinggung bahwa orang bisa membaca buku Pramoedya Ananta Toer, cerita dari
Blora. Biasanya pembaca buku sejarah akan disuguhi fakta-fakta kering, tetapi
membaca buku ini bahkan ketika mestinya fakta-fakta itu kering, pembacaannya
terasa segar, menyenangkan, dan memikat. Itulah panggung tempat sejarah
bermain, setting materil tempat siklus dan peristiwa berlangsung.
Ada pendekatan yang unik dalam periodisasi yaitu, pembalikan urutan.
Periodisasi yang biasa akan berjalan berurutan (kuna, tenggah, modern; hindu-
budha, islam, barat) tetapi dalam buku itu dimiulai dengan waktu yang paling
dekat. Jadi, pembaratan (jilid 1) Islamisasi (jilid 2). Dan indianisasi (jilid 3).
Pembalikan semacam itu seperti teknik flash back dalam film, penonton disuguhi
cerita saat ini, kemudian diajak menoleh kebelakang. Dari luar buku yang luar
biasa itu terbit di Prancis dan diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa barat dan
timur teknik flash back itu pasti efektif. Sebab memang demikianlah orang-orang

14
non Indonesia melihat jawa: sekarang lalu dilihat masa lalunya. Tetapi, pasti tidak
demikian bagi orang Indonesia sendiri. Ketiga tradisi itu (barat, islam, hindu-
budha) adalah living traditions. Jadi, dibolak-balik sama saja keadannya.
Sebagai sejarah total dan sekaligus sejarah mentalitas, buku ini sangat
komprehensif, sistem matikanya mengejutkan, tidak terduga. Sejarah total
Lombard tidak ideograifs, tidak juga sinkronis, bahkan tidak memakai sistem
matika yang lazim. Sejarahnya hanya setia kepada fakta dan interpretasi. Tidak
membicarkan kronologi, tidak mendeskirpsikan, tidak menjelaskan sistem
(struktur).
Selanjutnya ada periodesisasi panjang dengan tema khusus, yang tidak
bermaksud komprehensif.Periodisasi panjang diperlukan untuk menjelaskan
tema dalam buku.Buku-buku itu adalah majelis umat islam,sejarah umat islam
dan buku Parakitri T.Simbolon,menjadi Indonesia.Buku I.Kedua buku mempunyai
tema yang hamper sama dan saling mendukung dalam “kata pengantar
buku”,MUI mengatakan bahwa buku sejaraH Umat Islam bertema integrasi umat
kedalam bangsa sedangkan buku Parakitri.T.Simbolon bertema integrasi
bangsa.Dalam”sekapur sirih”,Jacob Oetama mengatakan bahwa buku ini
dimaksudkan sebagai usaha kearah Nation Building.Sementara itu,”pengantar”
yang ditulis P.Swantoro mengatakan bahwa integrasi bangsa bukanlah ideology
tapi proses sosial.
Kedua buku itu mempunyai persamaan dan perbedaan.Keduanya adalah
memakai istilah Michael Focault tentang”Positiv unconscious”,struktur pikiran
dalam yang muncul di permukaan.Perbedaannya,bagi umat struktur itu berdasar
nilai,sedangkan bagi bangsa struktur itu berdasar sejarah.
Ilmu Sejarah Sebuah Pengatar M.Dien Madjid dan Johan
Wahyudhi.
Sejarah secara pasti dikatakan sebagai masa lampau, dari waktu jauh ke
belakang yang sangat panjang tak terbatas. Mengingat panjangnya rentang
waktu masa lampau, maka diperlukan pemenggalan waktu tersebut menjadi
suatu kurun waktu. Ini dilakukan bertujuan untuk mempermudah pembahasan
mengenai peristiwa sejarah terikat dengan dimensi waktu.[CITATION MDi18 \p
53 \l 14345 ]
Pembagian kurun waktu itulah yang kemudian dikenal sebagai
periodisasi. Pemenggalan atau pembagian sebuah kurun waktu tidak didasarkan
pada hitungan mayematis, misalnya setiap satu abad, lima abad tetapi sering kali
mengikuti perkembangan peradaban masyarakat manusia.
Pembabakan waktu ini berkaitan erat dengan perkembangan kebudayaan
manusia dalam kurun masa tertentu. Kita mengenal Renaissanse adalah zaman
kelahiran kembali (Perancis). Di mana setelah mengalami masa kebudayaan
tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran Kristiani, orang-orang Eropa

15
mulai mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai budaya alternatif selain
kebudayaan Yunani-Romawi yang pada masa itu menjadi satu-satunya
kebudayaan yang mereka kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini kemudian
muncul dan malah juga dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh
peradaban manusia.3
Masa sebelum ditemukannya bukti peninggalan tertulis disebut dengan
masa prasejarah. Tetapi pemberakukan masa tersebut juga tidak mutlak. Di
beberapa daerah seperti di pedalaman Papua, pada abad 18 misalnya, belum
ditemukan bukti tertulis.
Satu kurun waktu ikut menentukan perkembangan peradaban
manusia.Biasanya terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan arus besar peradaban dunia.
Periodisasi biasanya didasarkan pada masalah yang menyangkut aspek
kehidupan masyarakat secara luas. Suatu kurun waktu yang memiliki
karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda dengan kurun waktu lainnya. Secara
tradisional, biasanya masyarakat mengghubungkannya dengan tokoh besar pada
masa itu. Tokoh besar itu biasanya seorang pemimpin local, raja atau kaisar, atau
tokoh besar lain. Pada intinya, periodisasi dilakukan untuk menunjukkan
perbedaan suatu kurun waktu sebelum atau sesudahnya. Kriteria waktu yang
digunakan yaitu waktu antropologis (Haryono, 1985:63).[CITATION MDi18 \p 54 \l
14345 ]

Dalam sejarah Indonesia, sebelum dikenalnya tulisan disebut periode


prasejarah. Pada masa prasejarah sendiri dikenal terdapat zaman Batu dan
Zaman Logam. Setelah masuknya pengaruh kebudayaan India atau Hindu lalu
mulai dikenal tulisan. Periode masuknya pengaruh Islam mempunyai
karakteristik tersendiri dalam rentang masa sejarah Indonesia. Demikian pula
dengan periode masuknya pengaruh Barat yang membawa imperialisme serta
kolonialisme mempunyai ciri-ciri yang sangat berbeda begitu juga dengan
momentum Proklamasi 17 Agustus 1945.
Untuk menggambarkan bagaimana melakukan proses periodisasi, penulis
mencoba mengahadirkan suasana Seminar Sejarah pada 14-18 Desember 1957
di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dalam salah satu agendanya membahas
perio-disasi sejarah Indonesia.

3
M Dien Madjid Johan Wahyudhi,Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar,Depok : Prenada Media
Group,2018,hlm 53.

16
Prof. Dr. Soekamto, S.H. merumuskan periodisasi sejarah
Indonesia, sebagai berikut:
1. Masa Pangkal Sejarah
(sampai tahun 0)
2. Masa Kutei-Taruna
(0-600)
3. Masa Sriwijaya-Medang-Singasari
(600-1300)
4. Masa Majapahit
(1300-1500)
5. Masa Keradjaan-keradjaan Islam
(1500-1600)
6. Masa Atjeh-Mataram-Makassar
(1600-1700)
7. Masa pemerintahan Asing
(1700-1945)
a. Djaman kompeni “Bataafsche Republik”
(1700-1808)
b. Djaman Daendels
(1808-1811)
c. Djaman “British Government”
(1811-1816)
d. Djaman “Nederlandsch-indie”
(1816-1942)
e. Djaman Nippon
(1942-1945)
8. Masa Republik Indonesia
(1945-......)

Adapun dalam prasarananya waktu itu, Drs. Sartono Kartodirjo


mengemukakan pokok-pokok pikirannya mengenai periodisasi sejarah
Indonesia, sebagai berikut:
1. Prasejarah
2. Djaman kuno:
a. Masa Keradjaan-keradjaan tertua
b. Masa sriwidjaya (dari abad VII sampai abad XIII atau XIV)
c. Masa Madjapahit (dari abad XIV sampai XV)
d. Masa Peralihan (abad XV)
3. Masa Baru:
a. Masa Atjeh, Mataram, Makassar, Ternate/Tidore (sedjak abad
XVI)

17
b. Masa Perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad XIX)
c. Masa Pergerakan Nasional (abad XX)
d. Masa Republik Indonesia (sejak 1945)

Setelah dilakukan pembahasan, seminar berkesimpulan:


I. Dalam menyusun babakan masa (periodisasi) dapat dipakai
dasar sudut pandang yang bermacam-macam, yakni:
a. Memakai dasar perkembangan peradaban (civilization)
b. Babakan masa didasarkan segi-segi kebudayaan (culture)
c. Babakan masa atas dasar agama-agama yang masuk di
Indonesia.
d. Pembabakan seluruh sejarah nasional dalam lima babakan:
1. Prasejarah
2. Proto Sejarah
3. Babakan Kenangsaan
4. Babakan pertemuan antara bangsa-bangsa di tanah
Indonesia
5. Babakan Abad Proklamasi berdasarkan adanya
pembentukan masyarakat Indonesia yang berdaulat.
II. Saran agar Sriwijaya dan Majapahit mendapat perhatian
yang lebih banyak.
III. Oleh Karena dasar untuk babakan masa (periodisasi)
belum diperoleh suatu pegangan yang pasti, maka
dianjurkan supaya dalam waktu ddekat diadakan seminar
khusus yang membahas periodisasi ini.

Dari gambaran di atas, dapat dilihat bagaimna dinamika


pembahasan mengenai periodisasi, tetapi yang paling tepat yaitu memakai
dasar perkembangan kebudayaan. Pendekatan kebudayaan dapat
mengantar kita pada pandangan multidimensi. Kebudayaan yaitu
mencakup semua sendi kehidupan yang memberikan gambaran
menyeluruh tentang masyarakat pada kurun waktu tertentu (Sidi Gazalba,
1966: 160-162).
Periodisasi menjadi penting bukan saja untuk membedakan suatu
kurun waktu dari sebelum dan sesudahnya, lebih dari itu adalah untuk
mengetahui adanya kontinuitas pergerakan sejarah dari waktu ke waktu.
[CITATION MDi18 \p 56 \l 14345 ]

Periodisasi sejarah tentu mengalami pelebaran bentuk. Maraknya


kajian interdisipliner menjadi penyebab kuatnya. Seorang direktur

18
perusahaan minuman kaleng misalnya, tentu akan membutuhkan rekam
jejak kemajuan serta kemundurn perusahaan dari awal. Ini menuntut
pembabakan waktu yang tegas guna memberikan pengetahuan kronologis
agar penyelidikannya dapat terarah. Pun dengan kesungguhan pemerintah
suatu kota dalam menelisik sejarah berdirinya kota terebut berikut
dnamikanya dalam waktu, tentu membutuhkan suatu alur masa yang sama
sekali berbeda dengan apa yang dirumusan sejarah nasional seperti di atas.
Salah satu bentuk periodisasi sejarah kota terdapat dalam karya A.
Kholi Arif dan Otto Sukanto berjudul Mata Air Peradaban: Dua
Millenium Wonosobo, yang mengetengahkan sejarah Wonososbo dari
masa prasejarah hingga modern. Kedua penulis ini membagi sejarah
wonosobo dalam periodisasi, sebagai berikut:
1. Masa Arkhaik (Prasejarah)
2. Masa Migrasi orang India ke Jawa (sekitar abad ke-1 M)
3. Masa Peralihan (sekitar abad ke-10 M)
4. Masa wali Songo dan Ki Gede Wonosobo
5. Di bawah Mataram Islam.
6. Masa Kemerdekan.

Walaupun pembabakan waktunya masihlah kasar bahwa cenderung


mencampurkan unsur-unsur periodisasi ini yang di kemudian hari berkembang
dalam penulisan dan penelitian sejarah daerah. Periodissi nasional belakangan
akan tidak lagi menjadi acuan utama, mengingat masing-masing daerah memiliki
peristiwa yang berbeda dalam menentukan rentangan masa awal atau akhir yang
sifatnya khas dan memiiki perbedaan lainnya. Misalkan saja, masa colonial yang
menjadi babakan tersendiri dalam babakan sejarah nasional, dalam karya Kholiq
Arif dan Otto Sukatno tidaklah dimasukkan sebagai periode tersendiri dan lebih
memasukkan masa pendudukan colonial dalam bab berjudul “Wonosobo dibawah
Panji Tunggul Wulung” atau “Wonosobo Ketika Berada di Bawah Mataram
Islam.” Konten colonial tidak lagi dipandang sebagai suatu periodisasi yang
dikhususkan. Mungkin saja penyajian sejarah seperti ini dipilih dengan latar
belakang nasionalisme.

19
Pengertian Babakan Sejarah menurut Drs.Hoegiono
           
Ruang lingkup sejarah sangat luas, seluas jumlah manusia yang ada.
Jangka waktunya sangat lama, selama sejarah umat manusia sendiri. Bidang dan
aspeknya juga sangat banyak, sebanyak seperti orang cita-cita, berhadapan,
kebudayaan, kepercayaan dan agama yang dianutnya. Untuk mengerti gambaran
manusia yang sangat luasnya, para ahli mencoba mengurai-uraikan, membagi dan
menggolong-golongkannya.
            Membagi dari deretan peristiwa masa lampau yang sdemikian banyaknya
itu dibagi-bagi dan dikelompokkan sifat ataupun bentuknya, sehingga membentuk
satu-kesatuan isi, bentuk maupun waktu tertentu. Sejarawan memusatkan diri
pada masalah-masalah yang kekal dan lembaga-lembaga atau gagasan-gagasan
yang menentukan di dalam sejarah datangnya yang paling awal sampai kepada
masa kini.
            Pembabakan waktu atau periodisasi adalah salah satu proses strukturisasi
waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu banyak dibagi-bagi dan
dikelompokkan menurut sifat, unik, atau bentuk sehingga membentuk satu-
kesatuan waktu tertentu.
            Pembagian waktu merupakan pokok cerita sejarah. Pembabakan atau
pembagian atas dasar pengelompokan ini, babakan dan waktu tertentu di dalam
cerita sejarah disebut : babakan waktu atau pembagian waktu (waktu sejarah
dibagi-bagi, dihimpun dan disusun dalam beberapa babakan), penzaman

20
membagi-bagi dalam beberapa zaman, serialisasi (dari bahasa Inggris
serialization, serial=babak) atau periodisasi (dari bahasa Belanda : periodeseri
;periode=babak).
            Penyusunan data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan
secara kronologis, yakni dalam periode-periode waktu. Sebab ialah karna
kronologi kiranya merupakan satu-satunya norma objektif dan ponstan yang harus
diperhitungkan oleh sejarawan. Bahkan kronologi hanya secara relatif bersifat
objektif, karena periodesasi dapat sering kali bersifat sewenang-wenang.
Kesewenang-wenangan itu yang paling menonjol adalah periodesasi sejarah
pemikiran atau beragam.
2. Tujuan Babakan Sejarah
            Mengetahui babakan waktu sejarah akan sangat bermanfaat bukan hanya
bagi penulis sejarah tetapi juga bagi para penggemar/pembaca cerita sejarah
apalagi bagi para siswa atau mahasiswa yang belajar ilmu sejarah. Cerita sejarah
yang di tulis para sejarawan dengan menempatkan skenario peristiwa sejarah
bukan dalam seting babakan waktu, akan sangat mudah serta menarik para
pembaca untuk mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis.
            Adapun tujuan pembabakan waktu sejarah, ialah :
a.  Memudahkan Pengertian
            Gambaran-gambaran peristiwa masa lampau yang sedemikian banyaknya
itu dikelompok-kelompokkan, disederhanakan dan di ikhtisarkan menjadi suatu
tatanan (orde), sehingga memudahkan pengertian.
b.  Melakukan Penyederhanaan
            Gerak pikiran dalam usaha untuk mengerti ialah melakukan
penyederhanaan. Begitu banyaknya peristiwa-peristiwa secara beraneka ragam
dan bersimpangsiur itu disukar atau ruwet disusunnya menjadi sederhana,
sehingga pikiran mendapatkan ikhtisarkan yang mudah diartikan.
c.  Mengetahui Peristiwa Sejarah secara Kronologis
            Menguraikan peristiwa sejarah secara kronologis akan memudahkan
pemecah dari masalah. Interprestasi serta analisis sejarah dan masalah pengukuran
waktu, ahli kronologis menerangkan berbagai tarikh atau sistem penanggalan
yang telah dipakai diperbagai tempat waktu dan pada berbagai waktu serta
memungkinkan kita untuk menerjemahkan penanggalan dari satu tarikh kepada
tarikh lainnya.
d.  Untuk Memenuhi Persyaratan Sistematika Ilmu Pengetahuan
            Semua peristiwa-peristiwa masa lampau itu setelah dikelompok-
kelompokkan kemudian hubungan antara motivasi dan pengaruh-pengaruh
peristiwa itu dikaitkan (interlelasi) lalu disusun antara sistematis
e.  Klasifikasi dalam Ilmu Sejarah
            klasifikasi dalam ilmu alam meletakkan dasar pembagian jenis, golongan,
suku, bangsa dan seterusnya. Klasifikasi dalam ilmu sejarah meletakkan dasar

21
babakan waktu. Masa lalu yang tidak terbatas peristiwa dan waktunya, dipastikan
isi bentuk dan waktunya menjadi bagian-bagian babakan waktu.
            Klasifikasi atas dasar keseragaman peristiwa , misalnya keseragaman
kebudayaan, ekonomi, politik, pandangan hidup agama dan lainnya, akan
memberikan gambaran hidup atau sejarah yang mudah diartikannya.
            Dengan tujuan pembabakan waktu ini, maka akan jelaslah kerangka cerita
dan kerangka cerita ini merupakan penjelmaan pandangan hidup, dasar filsafat
serta tafsiran sejarawan. Sebab tanpa penjelasan dan tafsiran, fakta-fakta masa lalu
akan menjadi kronik, amal atau catatan detik-detik peristiwa.

3. Beberapa Kriteria babakan waktu


            ada beberapa faktor yang dijadikan kriteria dalam penyusunan konsep
babakan atau periodisasi sejarah, antara lain adalah :
1.        Babakan waktu berdasarkan satuan waktu kronologis
            Kronologi artinya diambil dari bahasa Yunani Chronos yang artinya
waktu, dan logi yang artinya ilmu, jadi kronologi adalah ilmu yang mempelajari
waktu atau kejadian-kejadian dimasa lampau
            Suatu kencenderungan untuk menyusun babakan waktu atau periodisasi
sejarah berdasarkan kriteria “satu waktu secara kronologis”. Satuan waktu itu
kemudian dibulatkan yaitu urutan tahun atau abad, misalnya : abad ke-16, abad
ke-17, abad ke-18 dan seterusnya.
            Seringkali periodisasi sejarah disusun berdasarkan pembagian satuan
waktu yang dibulatkan dan memang ada kebenarannya.
Sebagai contoh :
a.    Di Eropa, Revolusi Prancis (1789) menimbulkan perubahan besar sehingga
sejarah awal abad ke-19 terdapat suatu tahta politik baru.
b.    Di Indonesia, VOC dibubarkan pada akhir tahun 1799 dan pemerintah Hindia
Belanda dimulai tahun 1800.
c.    Sedangkan periodisasi berdasarkan satuan waktu secara kronologis adalah
sebagai berikut :
1)      Zaman Kuno yaitu hal-hal yang membicarakan sejak kerajaan tertua abad ke-14
dimana pada zaman ini, berkembang kebudayaan Indonesia yang dipengaruhi
agama Hindu dan Budha
2)      Zaman Baru, yaitu sejak mulai abad ke-15 yang membicarakan masa
berkembanganya kebudayaan islam abad ke-18 dan masuknya kerajaan Islam di
Indonesia.
3)      Zaman Pertengahan, yaitu periode sejarah di Eropa sejak bersatunya kembali
daerah bekas kekuasaan kekaisaran romawi Barat dibawa prakarsa raja
Chrlemagne, pada abad ke-5 hingga munculnya monarki-monarki nasional,
dimulainya penjelajahan samudra, kebangkitan humanisme, serta revormasi
Protestan dengan dimulainya Rehaicsans pada tahun 1517.

22
4)      Zaman Modern, yaitu sejak masa pemerintahan Hindia Belanda (1800)
pergerakan kemerdekaan Indonesia sekarang ini yaitu masa kontemporer
2.        Babakan waktu berdasarkan pergantian generasi
            Adapula kencenderungan untuk membuat periodisasi secara berdasarkan
kriteria pergantian generasi. Pada umumnya pergantian generasi ditafsirkan
langsung selama 25 tahun atau 30 tahun.
            Menurut Sartono Kartodirdjo, generasi bukanlah semata-mata masalah
fisik (usia-baya) tetapi sering dikaitkan dengan masalah jiwa, semangat, ideologi
atau orientasi hidup, pendeknya generasi menyangkut pula masalah sosial-kultur
dan sering pula dikaitkan dengan sistem politik atau etos pada umumnya.
3. Babakan waktu berdasarkan Dinasti (Wangsa)
            Babakan waktu sejarah ini banyak berlaku pula sejarah Tiongkok atau
Cina, misalnya :
a.    Masa Dinasti Shang (1450-1050, B.C)
b.    Dinasti Chou (1050-247, B.C)
c.    Dinasti Chin ( 256-207, B.C)
d.   Dinasti Han (206-B.C-220 M)
e.    Dinasti Sui (580-618 M)
Atau di Indonesia kita kenal dengan :
a.    Wangsa Sanjaya
b.    Wangsa Sailendar
c.    Wangsa Isyana
d.   Wangsa Rajasa, dan sebagainya
4. Babakan waktu berdasarkan Perjuangan
            Sebagai sejarawan menyusun babakan waktu dengan melukiskan hasil
perjuangan manusia. Sebagai contoh :
a.       Zaman Pra. Sejarah
b.      Zaman Kebudayaan Kuno (India, Tiongkok, dan sebagainya)
c.       Zaman Bangsa-Bangsa Steppe (Nomaden)
d.      Zaman Eropa Kuno (mengenai bahasa-bahasa)
e.       Zaman Romawi Kuno
f.       Zaman Agama Budha
g.      Zaman Almasih
h.      Zaman Agama Nasrani di Timur Tengah
i.        Zaman Islam
j.        Zaman Kerajaan Allah (Midle ages)
k.      Zaman Kerajaan Manusia (pertumbuhan dan perkembangan negara-negara
nasional)
l.        Zaman Mesin Berkuasa (Abad ke-19)
m.    Zaman Masa Berkuasa (abad ke-20); zaman demokrasi dan modern.
5.  Babakan waktu berdasarkan Evolusionisme

23
            Auguste Comte (1789-1857) seorang ahli sejarah dan filsafat penganut
aliran positivisme mengadakan pembabakan sejarah dengan melukiskan gerak
maju manusia menuju kesempurnaan hidup, sebagai berikut :
1)      A Military – Theological stage; tingkat manusia menggantungkan nasib kepada
militer (kstaria) dan peran keagamaan.
2)      A Critical – metapysical stage; tingkat manusia berpikir secara kritis serta tidak
mementingkan kenyataan sekitarnya.
3)      A Scientific – industrial stage; tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan
industri.
6.  Babakan waktu berdasarkan Proses Integrasi
            Babakan waktu berdasarkan kriteria proses integrasi cocok dengan
pembabakan waktu sejarah Indonesia. Karena proses integrasi adalah sangat
esensial bagi terbentuk kesatuan geopolitik wilayah Nusantara.
            Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa proses itu secara progresif
merealisasikan formasi kesatuan yang akhirnya menjadi wilayah Indonesia seperti
yang dihadapi sekarang.
Contoh :
a.       Kemajuan Sriwijaya dan Majapahit merupakan titik puncak integrasi fase I.
Baik kerajaan –kerajaan maupun imperium sebagai unit kecil dapat dicakup dalam
lingkungan kekuasaan atau hegemoni kedua raja itu.
b.      Setelah perang pasifik berhasil, maka terciptalah daerah Hindia Belanda yang
mewujudkan integrasi yang kemudian dialihkan sebagai daerah RI.
4. Konsep Babakan Waktu Para Sejarawan
4.1 Babakan Waktu Sejarah Dunia
            Orang pertama mencoba membuat pembabakan waktu (periodisasi
sejarah) adalah Sextus Julius Africanus, tetapi periodisasinya belum sempat
digunakan oleh sejarawan secara umum baik dalam buku atau refrensi sejarah
maupun dalam kuliah tiba-tiba menghilang.
            Percobaan kedua dilakukan oleh Eusebius dari Caesar dengan pembabakan
waktunya sebagai Ibrahim-periode waktu dari Abraham (Ibrahim) sampai Musa
Ø Periode  Hakim-Hakim Labdos dan Samson
Ø Periode Nabi-nabi Issias sampai Hoseas
Ø Periode waktu Restaurisasi sampai ke Jerusalem
Ø Periode waktu munculnya Kristus (Nabi Isa)
Ø Periode Pemerintahan yang ke- 15 dari Kaisar Tiberius
Ø Periode waktu Modern, yaitu sampai waktu Eusbius sendiri.
            Pada zaman Renaissance, kaum sarjana berusaha untuk membuat
pembabakan waktu atau periodisasi sejarah yang lebih sempurna. Profesor
Christioph Cellarius (1634-1707) berhasil membuat pembabakan sejarah yang
terkenal dengan “Babakan waktu Cellarius”, sebagai berikut :
     I.     Historia-antiqua (zaman Kuno:+  500 M).

24
  Berakhir zaman kuno di tahun 500 M. Pada saat akhir pemerintahan Kaisar
Konstantin Agung (bukan sampai masa pemerintahan Kaisar Augustus saja
karena menurut pendapatnya waktu masa Imperium Romanum, belum habis
dengan zaman Kisar Augustus).
  II.     Historia-Mediosevi (zaman pertengahan;  + 500 -1500 M).
     Era zaman pertengahan berakhir menurut  Cellarius ialah ditandai dengan
jatuhnya Kota Konstantinopel ke tangan Turki.
III.     Historia-Nova (zaman Modern: + 1500-sekarang )
-          Ibnu Khaldun (1332 – 1406)
Dalam bukunya yang berjudul Mukadimah Prolego-menah ia menyusun
pembabakan sejarah sebagai berikut :
ü Zaman nomade
ü Zaman di mana tempat kediaman telah menetap
ü Zaman puncak kebudayaan yang tinggi dan mulai menurun hingga sesudah
mencapai waktu 200 tahun mulai yang baru lagi.
            Menurut setiap babakan waktu bersejarah terdiri atas 3 babakan (periode)
dan        setiap periode berlangsung 40 tahun.
Ibnu Khaldun hanya memperhatikan perkembangan sejarah Arab tanpa
membandingkan dengan perkembangan sejarah Barat atau sejarah dunia.

Karl Marx (1818-1883); membagi babakan waktu sejarah sebagai berikut:


a)      Masa Perbudakan;
Yaitu masa pertentangan antara budak-budak dengan tuan-tuan.
b)      Masa Feodal;
Masa pertentangan antara kaum bangsawan dengan tuan tanah (land lord)
melawan kaum tani dan pedagang.
c)      Masa Kapitalisme Modern;
Masa pertentangan antara golongan majikan melawan buruh (buruh pabrik atau
petani kecil) atau pertentangan antara golongan kapitalis melawan kaum proletar.
d)     Masa masyarakat tanpa kelas (sosialisme)
Setelah era keruntuhan kapitalisme, pada saat itu golongan proletar dapat
kekuasaan dan kelas dihapuskan atau disebut masyarakat sosialisme.
4.2 Babakan Waktu Sejarah Indonesia
            Babakan waktu menurut buku Geschiedenis van de Nederlandsch Oost-
Indische Bezattingen 1927, karangan J.J Meinnisma (terjemah Moh. Ali).
a. Nederlandsch-Indie sebagai milik VOC
1. Penegakan pemerintahan Belanda di Hindia Timur (1605-1678).
2. Perluasan kekuasaan Nederlandsch di Hindia Timur (1678-1757).
3. Keruntuhan kekuasaan Nederland di Hindia Timur (1757-1800).
b. Nederlandsch-Indie sebagai milik negara Nederland
1. Jatuhnya pemerintahan Belanda dan masa peralihan (1800-1816).

25
2. Peralihan pemerintahan Kerjaan Belanda ke Pemerintahan Hindia Belanda
(1816-1836).
3. Perluasan kekuasaan Nederlamd di kepulauan Hindia (1832-1872).

            “Geschiedenis van Indonesia “karangan H.J. de Graaf1” 949 (terjemah).


Babakan waktu de Graaf, adalah sebagai berikut :
1)   Orang Indonesia dan Asia Tenggara (samapi 1650)
a.    Zaman Hindu
b.    Zaman penyiaran Islam dan berdirinya kerajaan Islam.
2)   Bangsa Barat di Indonesia (1511-1800), yaitu sejarah VOC.
3)   Orang Indonesia di zaman VOC (1600-1800).
4)   VOC di luar Indonesia
5)   Orang Indonesia dalam lingkungan Hindia Belanda (sesudah 1800) diakhiri
dengan pemerintahan Ratu Wilhemina.
            Buku H.J de Graaf dikarang pada tahun 1949 sesudah Indonesia mencapai
kemerdekaannya. Di samping peranan bangsa Belanda, peranan bangsa Indonesia
juga ditampilkan, walaupun pengaruh Belanda masih ada.
            Tan Malaka dalam bukunya “Masaa Actie” 1926 cetakan ke-II tahun
1947.         Babakan waktunya sebagai berikut:
i. Bangsa Indonesia asli, melarikan diri dari Indo Cina ke Indonesia.
ii.Zaman penjajahan raja-raja Hindu dan setengah Hindu.
iii. Zaman penjajahan raja-raja Islam.
iv. Zaman Belanda : imperlaisme kuno dan Imperialisme modern
v. Zaman perebutan kekuasaan antara kelas Jembel dengan kaum Imperialisme.
            Babakan waktu berdasarkan kebangsaan dikemukakan oleh sejarawan
nasional antara lain oleh Prof. Moh. Yamin, R. Moh. Ali dan lain-lain, terutama
sejarawan-sejarawan nasional sesudah proklamasi kemerdekaan (1945).
            Dalam “6000 Tahun Sang Merah Putih” babakan waktu sejarah Indonesia
mula-mula mendapat perwujudan sebagai berikut :
1)   Zaman prasejarah sampai perumusan Tarikh Masehi.
2)   Zaman proto histori atau media-kala atau mula sejarah Indonesia dari permulaan
Tarikh Masehi sampai ke abad VII.
3)   Zaman Sriwijaya-Syailendra dari abad VII sampai abad XVI.
4)   Zaman Singosari-Majapahit dari abad XIII sampai abad XVI
5)   Zaman penyusunan Kemerdekaan Indonesia sejak abad XVI sampai XIX.
6)   Abad Proklamasi Kemerdekaan sejak permulaan abad XX sampai pertengahan
abad itu.
            Adapun sejarah Indonesia itu melalui beberapa zaman dibagi atas tiga
babakan waktu sebagai berikut:
a.       Zaman Praehistori yang dikatakan diatas bermula sejak terbentuknya Nusa dan
tubuh Indonesia dan berakhir pada ketika sejarah tentang bangsa Indonesia, yang

26
dapat dibuktikan dengan bahan-bahan tulisan, yaitu pada permulaan tarikh
masehi.
b.      Zaman Protohistoria (mula sejarah) yang bermula pada permulaan abad VII.
c.       Zaman tersebut diatas tidak sama diseluruh dunia, karena berhubungan erat
dengan pemakaian huruf atau aksara yang memang tak sama pada berbagai daerah
peradaban sejagat.
            Babakan waktu yang bermula dari enam bagian mengalami perubahan
perumusan sebagai berikut;
1.    Zaman Prasejarah samapai tahun 0
2.    Zaman Proto sejarah tahun 0 –abad ke-IV
3.    Zaman Nasional: abad IV- abad XVI
4.    Zaman Internasional: abad XVI- + 1900
5.    Abad Proklamasi mulai + 1900.
Babakan waktu ini disebut “Pancaparwa Sejarah Indonesia”, Panca berarti Lima
dan Parwa artinya Bagian, ia memilih angka lima karena dianggap mengandung
arti magis seperti lima jari, rukun islam, pandawa lima dan Pancasila.
            Dalam buku “Pembahasan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia”
(1960) Prof. Moh. Yamin mengukapkan perumusan yang lebih tegas.
1.    Prasejarah, tahun 0 AD. Waktu itu bertumbuh dan berkembanglah masyarakat
Indonesia dalam satuan-satuan hukum yang nantinya bersama desa, kampung,
warga, dan negara.
2.    Proto- Sejarah (0 AD. Abad VI)
Satuan hukum dalam babakan prasejarah menjadilah negara dalam babakan proto-
sejarah.
3.    Pertumbuhan negara antara Nusa kesatu dan kedua, yaitu Sriwijaya dan
Majapahit dari negara senusa Indonesia lin.
4.    Zaman Restaurasi (1525-1945)
Perjuangan membentuk Negara antara nusa ketiga Republik Indonesia.
5.    Abad Proklamasi
Organisasi berdasarkan koordinasi bersemangat antara Nusa Indonesia, NKRI
sebagai retaurasi yang telah runtuh dalam abad-abad yang lampau.           
Babakan waktu yang dirumuskan Prof. Moh. Yamin pada hakikatnya sama
jiwanya, Dasar-dasarnya sebagai berikut:
1.    Keyakinan satu sejarah Indonsia dari satu bangsa Indonesia di antara tanah air
Indonesia dari permukaan zaman sampai akhir zaman; Indonesia abadi.
2.    Perpaduan antara bangsa dengan nusa adalah keastuan manusia dan tanah yang
terjadinya hampir serempak tertulis dalam sifat-sifat merah putih (tanah-getah-
putih;darah-getih-merah).
3.    Kepercayaan kesaktian yaitu magie-historia atau sejarah kesaktian.
4.    Synthese (perpaduan) dari tiga dasar pokok itu ialah adanya tiga negara
Indonesia; Sriwijaya-Syailendra, Mojopahit, Republik Indonesia.

27
            Zaman prasejarah-protosejarah adalah persiapan Sriwijaya, Majapahit,
zaman Internasional adalah masa persiapan Republik Indonesia. Babakan waktu
berdasarkan kebangsaan mempunyai ciri-ciri :
a.       Menonjolkan kesatuan bangsa.
b.      Melukiskan kebesaran dan kejayaan negara.
c.       Bersumber dan berpangkal kepada kesaktian kesatuan dan kebesaran.
            Yang perlu diperhatikan ialah bahwa penulisan sejarah harus bersifat
ilmish yang mengandung nilai-nilai universal dan objektif. Drs. C. S. T. Kansil.
S.H dan Julianto, M.A (1986 : 2) menyusun periodisasi sejarah Indonesia sebagai
berikut :
a.    Masa Kejayaan Nasional (tahun 400-1600)
b.    Masa perhindasan Kolonial dan penghisapan feodal (tahun 1600-1908).
c.    Masa menuju sosialisme Indonesia, masa ini dapat dibagi-bagi menjadi :
ii.Zaman Perintis (1908-1927)
ü Zaman Penegas (1927-1938)
ü Zaman Pencoba (1939-1942)
ü Zaman Pendobrak (1942-1945)
ü Zaman Pelaksana (1945-sekarang)
ü Zaman Perjuangan Orde Baru (1966-.....)
            Pembabakan waktu tersebut diatas bermaksud untuk dapat lebih
mendalami tahap-tahap perjuangan pergerakkan nasional Indonesia serta tingkat-
tingkatnya, maka perlu membagi-baginya dalam periodisasi baik bersifat umum
maupun khusus.
            Babakan waktu sejarah (dunia)  disusun atas dasar objektif dengan
memperhatikan syarat ilmiah secara universal, sedangkan babakan waktu bagi
sejarah Indonesia disusun atas dasar falsafah bangsa “Pancasila” dan bersifat
Indonesia sentrisme dengan memperhatikan bobot ilmiahnya.

28
Menurut Dr Sartono,
Sartono Kartodirdjo, pengantar sejarah Indonesia: dari
emporium sampai imperium. Jilid I. Meskipun tidak diterapkan
secara eksplisit, periodisasi dalam buku ini mengikuti konsep
Braudel tentang waktu dalam sejarah. Selanjutnya, dalam “kata
pengantar” disebutkan, pertama, buku ini adalah “sejarah total”
(atau “sejarah global”) sebuah ideal dalam penulisan sejarah
yang diformulasikan oleh Braudel. Kedua, buku ini bertema
integrasi nasional. Ketiga, buku ini bermaksud menggabungkan
sejarah structural dengan sejarah prosesual, aspek sinkronis dan
aspek diakronis.

Buku ini pertama sekali mengemukakan jaringan yang


membentuk kerangka, tempat “darah dan daging” sejerah
melekat. Kerangka itu ialah konsep geopolitik, “pelayaran dan
perdagangan sebelum 1500”, (Bab I). oleh karena itu, secara
implicit periodisasi yang digunakan ialah konsep Braudel tentang
waktu geografis, structure, atau longue durée. Selanjutnya dalam
buku ini conjuncture dan events disebut sebagai struktur

29
(sistem) dan proses. Bahkan, struktur disebut sebagai sejarah
jangka panjang, sedangkan proses sebagai sejarah jangka
pendek. Sementara itu, untuk ketiga waktu sejarah Braudelian
itu, “kata pengantar” buku ini menggunakan istilah
makro,mezo,dan mikro.

Braudel mengatakan bahwa sejarah global tidaklah berarti


ingin menulis sejarah dunia, tetapi sebagai suatu keinginan
menulis suatu masalah sejarah jauh di luar batas-batas
permasalahannya. Contoh sejarah total ialah monografi
Emmanuel le Roy Ladurie, The peasanu of languedoc (1974).
Buku itu sebenarnya mengemukakan fase-fase pertumbuhan
agraris 1500-1700, “The great agrariancycles”. Tetapi, kemudian
ia bergerak lebih jauh dari sekedar sejarah kuantitatif, sejarah
ekonomi, dan sejarah social. Dalam montaillou (1980) dan
carnival in Romans (1981) dikemukakan nya juga masalah
politik, agama, dan mentalitas penduduk. Perkembangan
selanjutnya dari sejarah total juga menggunakan antropologi,
politik, dan sejarah naratif.

Denys Lombard, nusa jawa: Silang Budaya, jilid 1,2,3.


Pembicaraan ini dipermudah karena ada “kata pengantar” oleh
Sartono Kartodirdjo dalam buku jilid 1. Demikian juga tiga tulisan
dari Taufik Abdullah, “Lombard, mazhab Annales, dan sejarah
mentalitas Nusa Jawa”, Azyumardi Azra, “Historiografi
kontemporer Indonesia”, dan Adrian B. Lapian, “ Nusantara
Silang Budaya” dalam buku panggung sejarah persembahan
kepada Prof. Dr. Denys Lombard.

Para penulis diatas mencatat tiga hal,yaitu, pertama,


periodisasi Braudelian dari mazhab Annales; kedua, keinginan

30
untuk menulis sejarah global; dan ketiga, buku itu dimaksudkan
sebagai sejarah mentalitas.

Buku ini dimulai dengan bab “kata pengantar:


pertimbangan geo-Historis”, suatu konsep sejarah dari tradisi
Perancis, atau dari mazhab Annales sebagaimana dirumuskan
oleh Fernand Braudel, sejarawan materialis non-marxis.
Dikatakan bahwa nusantara terletak dipersilangan jalan antara
samudera Hindia dan samudera Pasifik, tepatnya antara Teluk
Benggala dan Laut Cina.

Mengenai Jawa dan Madura dideskripsikannya secara


lengkap geologi, geografi, demografi, dan ekonomi dari Barat
sampai ujung Timur. Ia bercerita tentang gunung, lembah,
pantai, hutan lebat, binatang buas, wayang, dan mitos-mitos.
Deskripsinya bergerak dari catatan-catatan perjalanan abad ke-
17 sampai hasil sastra kontemporer. Ketika mendeskripsikan
kemiskinan di Blora, misalnya, tidak lupa disinggung bahwa
orang bisa membaca buku Pramoedya Ananta Toer, cerita dari
Blora. Biasanya pembaca buku sejarah akan disguhi fakta-fakta
“kering”, tetapi membaxa buku ini bahkan ketika mestinya fakta-
fakta itu kering, pembacaannya terasa segar, menyenangkan,
dan memikat. Itulah panggung tempat sejarah bermain, setting
materiil tempat siklus dan peristiwa berlangsung.

Ada pendekatan yang unik dalam periodisasi, yaitu


pembalikan urutan. Periodisasi yag biasa akan berjalan berurutan
(kuna,tengah, modern,Hindu-Buddha, islam,Barat), tetapi dalam
buku itu dimulai dengan yang paling dekat. jadi pembaratan (jilid
I), islamisasi (jilid 2), dan indianisasi (jilid 3). Pembalika semacam
itu seperti teknik flash back dalam film penonton disuguhi cerita
saat ini, kemudan diajak menoleh ke belakang. Dati luar buku

31
yang luar biasa itu terbit di Perancis dan diterjemahkan kedalam
bahasa-bahasa Barat dan Timur-teknik flash back itu pasti
efektif. Sebab memang demikianlah orang-orang non-Indonesia
melihat Jawa: sekarang, lalu dilihat masa lalunya. Tetapi, pasti
tidak demikian bagi orang Indonesia sendiri. Ketiga tradisi itu
(Barat, Islam, Hindu-Buddha) adalah living traditions. Jadi di
bolak balik sama saja keadaannya.[ CITATION Pro92 \l 14345 ]

Sebagai sejarah total dan sekaligus sejarah mentalitas,


buku ini sangat komprehenseif, sistematikanya mengejutkan,
tidak terduga. Sejarah total Lombard tidak ideografis, tidak juga
sinkronis, bahkan tidak memakai sistematika yang lazim.
Sejarahnya hanya setia pada fakta dan interpretasi. Tidak
membicarakan kronologi, tidak mendeskripsikan peristiwa, tidak
menjelaskan sistem (struktur).

Mari kita lihat bagaimana historiografi buku ini melalui


samping, yaitu jilid I. (batas-batas pembaratan). Sejarah yang
lebih factual kuta temukan dalam Bab I: “Tanah-Tanah
Kolonialisasi” dan Bab II: “Golongan-Golongan yang terpengaruh
Barat”. Kita mengharapkan isi Bab I begini: perang-perang yang
dilakukan VOC, kerajaan-kerajaan local jatuh, kebijakan Hindia
Belanda terhadap tanah jajahan, dan jatuhnya kekuasaan
Belanda. Tetapi tidak. Bab ini memang dimulai dari datangnya
VOC,diteruskan pemerintah Hindia Belanda, tetapi kemudian
melesat ke jaman jepang, kemerdekaan,pemberontakan daerah,
sampai orde baru. Demikian juga Bab II membicarakan pengaruh
barat sampai orde baru. Pendek kata, cara penulisan sejarah itu
(“jejak panjang dan komprehensif”) hanya mungkin dilakukan
oleh orang dengan otoritas tinggi.

32
Sejarah yang lebih interpretif dalam jilid jilid I ditunjukkan dalam
Bab III: “Krumitan Warisan konseptual”; Bab IV. “kebimbangan
dalam estetika”; dan Bab V: “Peralihan Budaya Atau
Penolakan ?”. Mengenal pembaratan, penutup jilid ini di
antaranya mengatakan bahwa politik “berdikari” yang berhasil
mencegah pembaratan telah jatuh dan para pengikut Lekra yang
ingin kembali ke “sumber-sumber Timur” diburu dan ditahan.
Rupanya, swjarah mentalitas Lombard lebih mengedepankan
interpretasi daripada fakta. Misalnya, benarkah mentalitas
Soekarno pada Anti-Barat ? Apakah Demokrasi Terpimpin itu
khas “Timur” ?

Kuntowidjojo,periodisasi sejarah kesadaran keagamaan umat


Islam Indonesia:mitos,ideology, dan ilmu. Dalam periodisasi
pendek mengenai sub-aspek sejarah itu penulis ingin
mengemukakan evolusi kesadaran sebut juga positive
unconscious – kedalam tiga priode berturut-turut, yaitu
kesadaran mitis, kesadaran ideologis, dan kesadaran ilmiah.
Periodisasi dimulai pada abad ke-19 sampai ± tahun 2000.
Periode mitos terjadi ketika umat berfikir bahwa seorang
pemimpin (imam mahdi, Ratu adil) akan membebaskan mereka
dari ketidakadilan . periode ideology terjadi ketika umat
menganggap bahwa ideologi politik akan membawa mereka
kepada kemenangan. Periode ilmu dicapai ketika umat percaya
bahwa jalan ilmu (rasionalitas, objektivitas, inklusivitas) akan
mengangkat mereka dari keterpurukan dan menjadikan islam
sebagai rahmat untuk seluruh manusia.
Jadi, kita dapat membuat periodisasi dengan waktu
pendek. Misalnya, mengenai korupsi dari satu rezim politik satu
ke rezim politik yang lain sejak 1945 sampai 2003, “korupsi di
Indonesia: Orde lama, Orde Baru, dan ‘Orde Reformasi’”. Oleh
karena itu, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas adalah
positif, artinya periodisasi pendek itu selalu bias dibuat, ingat,
periodisasi ialah satu bentuk penjelasan sejarah.

Perioderisasi sejarah dibutuhkan dalam penulisan


sejarah. Ini karena dimensi waktu dalam studi sejarah

33
merupahan hal yang paling esensial, maka dari itu setiap
penulisan sejarah tidak hanya mencakup penetapan waktu saja
tetapi juga memberi bentuk pada waktu. Kronologi atau bentuk
waktu tersebut disajikan berupa urutan peristiwa dari yang
paling awal sampai yang terakhir terjadi. Dari hal tersebut,
muncul gambaran waktu yang bergerak mengikuti garis lurus
seperti dalam tradisi agama besar seperti Islam, Kristen, dan
Yahudi dimana penggambaran perjalanan waktu sebagai garis
lurus menjadi linear berdasarkan kepercayaan bahwa sejarah
manusia dimulai dengan penciptaannya sampai berakhir paad
akhir zaman. Artinya teori tersebut terdapat pangkal dan ujung
yang dihubungkan oleh garis. Dalam pemikiran Sartono, dasar
dari perioderisasi adalah derajat integrasi yang dicapai pada
masa lampau. contohnya dalam perioderisasi sejarah Indonesia,
Sartono berpendapat faktor ekonomi sangat mempengaruhi
kontak Indonesia dengan luar negeri yang mendatangkan
pengaruh kebudayaan luar. Maka ada kemungkinan untuk
membedakan dua periode besar, yaitu pengaruh Hindu dengan
pengaruh Islam. Sebutan dari periode itu memakai nama
kerajaan sebab sifat masyarakat pada waktu itu masih homogen
dan berpusat pada raja. pemikiran tersebut, didasarkan pada
metode caesuur, yang dijelaskan Dr Sartono dalam karyanya.
Dijelaskan bahwa dalam historiografi modern, perioderisasi yang
masih dipakai sampai sekarang adalah apa yang disusun
Cellarius dimana suatu perioderisasi sejarah terbagi pada zaman
kuno, zaman pertengahan dan zaman modern. Pembagian waktu
per-periode 500 tahun dan 1500 tahun. Akan tetapi, metode
tersebut terdapat cukup banyak kritik. Masalahnya ialaah
peristiwa manakah yang paling menentukan perubahan periode
atau zaman. Ada yang berpendapat bahwa runtuhnya kerajaan

34
Romawi adalah akhir zaman kuno, sedangkan runtuhnya
konststinopel ditangan Muhammad Al Fatih adalah akhir abad
pertengahan. Maka dari itu, salah satu alternative yang paling
menarik ialah mengambil tahun bulat menjadi tahun batas agar
mudah diingat. Perlu ditambahkan bahwa salah satu alternative
yang menarik ialah mengambil tahun bulat menjadi tahun batas,
umpamanya tahun 500, tahun 1500. [ CITATION Pro92 \l 14345 ]

Sehubungan dengan tahun tahun batas yang bulat itu ada pula
perioderuisasi yang memakai abad sebagai bagian waktu Antara
lain abad ke 16, 17, 18, 19, dan 20

Di sini alasan seperti diatas juuga dapat diberlakukan, lagi pula


untuk perioderisasi aliran aliran pikiran dibarat cukup cocok,
seperti abad ke 16 reformasi protestanisme, abad ke 17
rasionalisme, abad ke 19 romantisme nasionalisme.

Dalam sejarah politik, terdapat kebiasaan membuat


perioderisasi berdasarkan pada tahun peristiwa penting menurut
metode caesuur, antara lain perang, awal revolusi, awal suatu
periode pemerintahan, dan lain sebagainya. Perioderisasi sejarah
seperti ini membuktikan bahwa peranan perang, diplomasi, dan
peristiwa politik lain sangat menonjol dan penting. Dominasi
sejarah politik dan perang sangat menentukan, umpamanya
revolusi perancis dianggap sebagai awal periode modern.[ CITATION
Pro92 \l 14345 ]

Pemisahan periode periode secara tajam terlihat mudah, namun


orang bertanya tanya seberapa jauh dampaknya dalam secara
mendadak terjadi. Banyak perubahan sesungghunya terjadi
secara lambat laun. Hal tersebut lebih banyak berlaku untuk
sejarah ekonomi, sosial, dan kultural. Kecuali fakta bahwa
perubahan terjadi secara tidak mendadak, penetapan pemisahan

35
secara tajam pun sangat sukar. Contohnya adalah perubahan
dari ekonomi agrais ke ekonomi industrial, dari merkantilisme ke
liberalism, dari kapitalisme perdagangan ke kapitalisme
industrial, dan seterusnya

Dalam ekonomi, orang lebih suka memakai petumbuhan


menurut konjunktur gelombang dan sangat jelas bahwa dalam
hal tersebut tidak dikenal adanya pemisahan tajam. Konjunktur
menunjukkan perubahan yang lambat akan tetapi perubbahan
structural lebih lambat lagi khususnya struktur social

Braudel membagi kedua jenis perubahan tersebut dalam


karyanya tentang tiga macam sejarah yang terdiri dari sejarah
kejadian yang menunjukkan gerak cukup cepat, sejarah
konjunktural, serta sejarah jangka panjang

Perubahan struktural, seperti stuktur sosial atau stuktur


keuasaan tidak dapat terjadi secara mendadak, bahkan sering
memakan waktu lama. Pada umumnya, struktur stratifikasi sosial
tergantung pada munculnya golongan sosial baru dan hubungan
sosial antara golongan tersebut

Menurut P Sorokin, bergantinya zaman menimbulkan adanya


puncak gelombang serta jurangnya. Dia melihat adanya tiga
gelombang dengan ciri dominan, pertama zaman ideasional
sewaktu soal religious dan supernatural tampil ke depan. Kedua
zaman ideologis, dna ketiga zaman sensate sewaktu orang
cenderung melampiaskan semua nafsunya

Kroeber, membuat semacam perioderisasi dengan melacak


pertumbuahn berbagai cabang kesenian, seni music, seni lukis,
seni bangunann, dan lain sebagainya, kapan muncul karya karya
besarnya ternyata gambaran periodenya sangat kompleks. Awal
periode baru dengan akhir periode sebelumya tumpang tindih

36
sehinngga sukar berbicara tentang periode periode bulat atau
caesuur yang tajam dan tepat. Kroeber juga berusaha
menetapkan masa puncak puncak pertumbuhan bidang bidang
kesenian tersebut. Kontinuitas dan diskontinuitas dari berbagaia
bidang tidak secara sinkronis berkembnag sehingga perioderisasi
sulit disusun berdasarkan caesuur yang tajam.

Hal tersebut lebih berlaku di bidang sejarah sosial yang tidak


dapat memperlihatkan perubahan atau pergantian struktur
secara tegas. Yang ada ialah pergeseran yang tidak sinkronis
maak lebih tepat dalam hal ini memakai sejarah jangka panjang

Dalam menghadapi kesulitan kesulitan itu perlu diperhatikan


bahwa perioderisasi hanya suatu modalitas untuk memberi
struktur atau bentuk kedpada waktu,tidak diperlukan kemutlakan
dalam membuat pembatasan. Yang paling pokok ialah memakai
kriteria secara konsisten. Kriteria dipakai untuk menetapkan
karakteristik zaman. Perioderisasi membantu menyusun
sistematik dalam penulisan sejarah

Sehubungan dengan soal kriteria diatas, perlu disinggung bahwa


sejarah peradaban seperti yang ditulis oleh Tonybee. Peradaban
sebagai suatu system sering digambarkan pula sebagai
organisme yang mempunyai masa lahir –berkembang –
menyusut – mati, maka masa itu disebut zaman klasik atau
zaman kuno.

Zaman modern sejak zaman rennaisanse lebih ditandai oleh


bahasa nasional, rasionalisme, pandangan hidup sekuler. Aabd
abad Antara kedua zaman itu disebut abad pertengahan. Tanda
tandanya ialah regionalitas tinggi dan kesatuan agama. Teologi
didahulukan daripada filsafat.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa cukup sulit menetapkan kriteria
yang tajam sehingga caesuur juga menjadi tajam. Tidak ada
batas yang jelas Antara kontinuitas dan diskontinuitas. Untuk

37
sejarah politik merupakan yang pling sederhana. Relative lebih
mudah menetapkan caesuur masa pemerintahan penguasa, awal
akhir perang, atau gerakan sosial, periode berikutnya suatu
Negara dan sebagainya.

Kesulitan membuat perioderisasi berkaitan dengan unit sejarah


yang diambil. Semakin besar dan kompleks suatu unit, semakin
sulit menetapkan kriteria yang tajam dan berlaku untuk seluruh
unit

Kasus perioderisasi dalam unit sejarah yang berupa sejarah


nasional akan menampilkan kompleksitas perioderisasi tersebut

Suatu perioderisasi yang telah menjadi tradisi dikalangan


kesarjanaan ialah adanya perbedaan jelas Antara zaman kuno
dan zaman baru dengan caesuur, yaitu munculnya kerajaan
kerajaan Islam. Tanpa memasuki persoialannya secara
mendlama, pembenaran perioderisasi itu dapt diiktisarkan
sebgfai berikut

a. Peradaba kuno berbeda dari peradban baru. Yang lama di


jawa mwmakai bahasa kuno sedangkan peradaban baru
memakai bahasa jawa bfru
b. Perubahan agama dari hinduisme dan animism ke Islam
c. Jaringan sosial ekonomis menjadi luas

Pembagian atas dua zaman tersebut selalu dirasakan kurang


memuaskan atau paling sedikit memerlukan rincian lebih lanjut
atau meemrluakn subperioderisasi

Seperti semua pembicaraaan mengenai permasalahan


perioerisasi, pada awalnya perlu dikemabngkan soal penentuan
kriteia. Salah satu alternative penyusunan perioderisais ialah
kriteria derajat integrasi yang telah dicapai pada masa tertentu.

38
Dasr pemikirannya ialah bahwa sejarah Indonesia sebagi sejarah
nasional mempunyai esensinya pada kesatuan wilayah sebagi
unit geopolitik sebagi produk proses perkembangan sejarah
Indonesia

Implikasi logis dari kenyataan ini ialah fase fase dimana dalam
masa lampau yang telah menunjukkan kesatuan wilayah sebagai
produk proses integrasi. Proses dimana dipandang dari prinsip
kenasioanlan kita bergerak ke suatu tujuan tertentu.

Selama negara nasional mempunhyai nilai utama bagi kehidupan


bangsa Indonesia pada zaman ini, maka visi tentang kesatuan
wilayah sebagai unit nasional yang bulat dalah wajar dan dapat
dipertanggung jawabkan

Dalam garis besar dapat diutarakan sebagai berikut

a. Periode Sriwijaya dan Majapahit 7-1500 M


b. Periode Aceh, Mataram, Makassar 1600-1800 M
c. Periode Hindia Belanda 1800-1942

Perioderisasi tersebut mencakup adanya proses terarah


secara sentripetal bergantian dengan sentrifugal adanya
konsentrasi dan proferasi maka disamping kontinuitas ada pula
diskoninuitas secara silih berganti. Maka dari itu, pembagian
menurut Caesuur sangat kasar karena perkembangan unit unit
kecil tidak sinkronis dan sangat menonjol keidakrataan
pertumbuhan daerah-daerah. Jika dirincikan, tidak mungkin
menyusun perioderisasi sejarah nasional. Maka prinsip integrasi
perlu dipegang teguh.

39
Periodisasi Sejarah menurut
Prof.Drs.H.Rustam E.Tamburaka,M.A.
Pembabakan waktu atau periodisasi adalah salah satu proses sturkturisasi
waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa babak, zaman atau periode.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu banyak dibagi-bagi dan
dikelompokan menurut sifat, unit, atau bentuk sehingga membentuk satu kesatuan
waktu tertentu.[CITATION Pro99 \p 21 \l 14345 ]

40
Pembagian waktu merupakan inti cerita sejarah. Pembabakan atau
periodisasi waktu adalah pembagian atas dasar pengelompokan, babakan zaman
dan waktu tertentu di dalam cerita sejarah. Jadi babakan waktu di bagi atas
beberapa babak, zaman atau beberapa periode
Tujuan Babakan Waktu
Mengetahui babakan waktu sejarah akan sangat bermanfaat bukan hanya
bagi penulis sejarah tetapi bagi para pembaca/penggemar cerita sejarah apalagi
bagi para siswa atau mahasiswa yang belajar ilmu sejarah. Cerita sejarah yang
ditulis para sejarawan dengan menempatkan skenario peristiwa sejarah bukan
dalam seting babakan waktu, akan sangat memudahkan serta menarik para
pembaca untuk mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis.4
Adapaun tujuan pembabakan waktu, ialah :
a. Memudahkan pengertian
Gambaran peristiwa masa lampau yang sedemikian banyak itu dikelompok-
kelompokan, disederhanakan dan diikhtisarkan menjadi satu tatanan (orde),
sehingga memudahkan pengertian
b. Melakukan penyederhanaan
Gerak pikiran dalam usaha untuk mengerti ialah melakukan penyederhanaan.
Begitu banyaknya peristiwa-peristiwa sejarah yang beraneka ragam dan
bersimpang siur itu sukar atau ruwet disusunnya menjadi sederhana, sehinggga
pikiran mendapatkan ikhtisar yang mudah diartikan, ( Hugiono, et,al., 199: 94)
c. Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis
Menguraikan peristiwa secara kronologis akan memudahkan pemecahan
masalah. Interpretasi serta analisis sejarah dan masalah pengukuran waktu. Ahli
kronologi menerangkan berbagai tarikh, atau sistem penanggalan yang telah
dipakai di pelbagai tempat dan pada pelbagai waktu serta memungkinkan kita
untuk menterjemahkan penanggalan daru satu tarikhh kepada yang lain.
d. Untuk memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
Semua peristiwa-peristiwa masa lampau itu setelah dikelompokan antara motivasi
dan pengaruh peristiwa itu kemudian dikaitkan lalu disusun secara
teratur/sistematis.
e. Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah
Klasifikasi dalam ilmu alam meletakan dasar pembagian jenis, golongan,
suku, bangsa dan seterusnya. Klasifikasi dalam ilmu sejarah meletakan dasar

4
Rustam, Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat & IPTEK: Jakarta, PT
RINEKA CIPTA, 1999, hlm 22.

41
babakan waktu. Masa lalu yang tidak terbatas peristiwa dan waktunya dipastikan
isi bentuk dan waktunya menjadi bagian-bagian babakan waktu. (Hugiono, et.al.
1992: 52)
Klasifikasi atas dasar keanekaragaman peristiwa, misalnya keseragaman
kebudayaan, ekonomi, politik, pandangan hidup, agama dan lainnya, akan
memberikan gambaran sejarah yang mudah diartikan. Babakan waktu merupakan
cerminan pandangan hidup penyusun. Kepribadian penyusun tampak di dalamnya,
dangkal, dalam , luas atau sempit pengetahuan penyusun tampak dari babakan
waktu yang dibuatnya.
Dengan babakan waktu akan jelaslah kerangka cerita yang merupakan
penjelmaan pandangan hidup dasar filsafat serta tafsiran sejarawan. Sebab tanpa
penjelasan dan tafsiran, fakta-fakta masa lalu akan menjadi kronik, anal atau
catatan-catatan peristiwa.
Beberapa Kriteria Babakan Waktu
Ada beberapa faktor yang dijadikan kriteria dalam menyusun konsep
babakan atau periodisasi sejarah, antara lain adalah :
1. Babakan waktu berdasarkan satuan waktu kronologis
Suatu kecenderungan untuk menyusun babakan waktu atau periodisasi sejarah
berdasarkan keriteria “satuan waktu secara kronologis”. Satuan waktu itu
kemudian dibulatkan yaitu urutan tahun atau abad. Misalnya ; abad ke-16, abad
ke-17, dan seterusnya, (Sartono Kartodirdjo; 1993: 37)
Seringkali periodisasi sejarah disusun berdasarkan pembagian satuan waktu
dibulatkan dan memang ada pembenarannya.
2. Pembagian waktu berdasarkan pergantian generasi
Adapula kecenderungan untuk membuat periodisasi sejarah berdasarkan
Kriteria Pengertian Generasi. Pada umumnya pergantian generasi ditafsirkan
berlangsung selama 25 tahun atau 30 tahun.
Menurut Sartono Kartodirdjo, generasi bukanlah semata-mata masalah fisik
(usia-baya) tetapi sering dikatikan dengan masalah jiwa, semangat, ideologi atau
orientasi hiduo. Pendeknya masalah generasi menyangkut pula masalah sosio-
kultural dan sering pula dikaitkan dengan sistem politik atau etos pada umumnya.
3. Babakan waktu berdasarkan Dinasti (Wangsa)
Babakan waktu sejarah seperti ini banyak berlaku pada sejarah Tiongkok
atau Cina, misalnya:
a. Dinasti Shang (14500 – 1050, B.C)
b. Dinasti Chou (1050 – 247, B.C)

42
c. Dinasti Chin (256 – 207, B.C)
d. Dinasti Han (206. B.C – 220 M)
e. Dinasi Sul (580 – 618 M)
Atau di Indonesia kita kenal dengan:
a. Wangsa Sanjaya
b. Wangsa Syailendar
c. Wangsa Isyana
d. Wangsa Rajasa, dan sebagainya (Hugiono, cs. 1992:56)

4. Babakan waktu berdasarkan perjuangan


Sebagian sejarawan menyusun babakan waktu dengan melukiskan hasil
perjuangan manusia. Sebagai contoh:
a. Zaman Pra-Sejarah
b. Kebudayaan kuno
c. Zaman bangsa-bangsa Steppe (nomaden)
d. Zaman Eropa Kuno
e. Zaman Romawi Kuno
f. Zaman Agama Budha
g. Zaman Almasih
h. Zaman Agama Nasrani
i. Zaman Islami
j. Zaman Kerajaan Allah (Midie Ages)
k. Zaman Kerajaan Manusia (pertumbuhan dan perkembangan negara –
negara nasional)
l. Zaman mesin berkuasa (abad ke – 19)
m. Zaman massa berkuasa (abad ke – 20);zaman demokrasi dan modern.

5. Babakan waktu berdasarkan evousionisme


Auguste Comte (1789 – 1857) seorang ahli sejarah dan filsafat penganut aliran
positivisme mengadakan pembabakan sejarah dengan melukiskan gerak maju
manusia menuju kesempurnaan hidup, sebagai berikut:
a. A Military – Theological stage; tingkat manusia menggantungkan nasib
kepada militer (ksatria) dan peran keagamaan.
b. A Critical – methopysical stage; tingat manusia berpikir secara kritis serta
tidak mementingkan kenyataan sekitarnya.
c. A Scientific – industrial stage; tingkat perkembangan ilmu pengetahuan
dan industri.

43
6. Babakan waktu berdasarkan proses integrasi
Babakan waktu berdasarkan kriteria proses integrasi cocok dengan
pembabakan waktu sejarah Indonesia. Karena proses integrasi adalah sangat
esensial bagi terbentuknya kesatuan geopolitik Wliayah Nusantara.
Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa proses itu secara progresif
merealisasikan formasi kesatuan yang akhirnya menjadi wilayah Indonesia seperti
yang kita hadapi sekarang.
Kalau di satu pihak ada kemajuan terus-menerus daam pembentukan
kesatuan sebagai hasil proses integrasi, dipihak lain dapat dilacak adanya
semacam pasang surut atau konjungtur dari bentuk integrasi itu.
7. Konsep babakan waktu para sejarawan
7.a Babakan waktu sejarah dunia
Orang pertama mencoba membuat pembabakan waktu adalah
Sextus Julius Africanus, tetapi periodisasinya belum sampai sampai
digunakan oleh sejarawan secara umum baik dalam buku atau referensi
sejarah maupun dalam kuliah-kuliah mereka tiba-tiba menghilang.
Percobaan kedua dilakukan oleh Eusebius dari Caesarea, dengan
pembabakan waktunya sebagai berikut –periode waktu dari Abraham
(Ibrahim) sampai Musa.
Apa yang dipandang seperti suatu hal yang penting dalam
pembabakan di atas ialah bahwa Eusedius menarik suatu garis
penghubung santara waktu sebelum dan setelah Kristus, sehingga
munculnya Nabi Isa merupakan pusat perhatian manusia. Pembabakan
diatas dipakai juga sepanjang waktu abad pertengahan, baik oleh
pemerintah atau negara maupun lembaga-lembaga keagamaan (gereja)
Pada zaman Renaissance, kaum sarjana berusaha untuk membuat
pembabakan waktu atau periodisasi sejarah yang lebih sempurna.
Profesor Christioph Celiarius (1634-1707) berhasil membuat
pembabakan sejarah yang terkenal dengan “Babakan waktu Cellarius”,
sebagai berikut:
a) Historia-antiqua (zaman Kuno: …. – 500 M)
Berakhirnya zaman kuno ditahun 500 M, pada saat akhir
pemerintahan Kaisar Konstantin Agung (bukan sampai
masa pemerintahan Kaisar Agung saja karena menurut
pendapatnya waktu masa Imperium Romanum, belum habis
dengan zaman Kaisar Agustus)

b) Historia-Mediosevi (zaman pertengahan: 500 – 1500 M)

44
Era zaman pertengahan berakhir menurut Cellarius ialah
ditandai dengan jatuhnya kota Konstatnopel ke tangan
Turki.

c) Historia-Nova (zaman Modern: 1500 – Sekarang)


Ibnu Khaldun dalam bukunya berjudul Mukadimah
prolegomenah ia menyusun pembabakan sejarah sebagai
berikut; Zaman Nomade; zaman di mana tempat kediaman
telah menetap; dan zaman puncak kebudayaan yang tinggi
dan mulai menurun hingga sesudah mencapai waktu 200
tahun mulai yang baru lagi.
Menurutnya setiap babakan waktu bersejarah terdiri atas 3
babakan dan setiap babakan berangsung 40 tahun.
Ibnu Khaldun hanya memperhatikan perkembangan sejarah Arab
tanpa mempertimbangkan dengan perkembangan sejarah Barat atau
sejarah dunia.
Karl Marx membagi waktu sejarah sebagai berikut:
I. Masa Perbudakan
Yaitu masa pertentangan antara budak-budak dengan tuan-tuan.
II. Masa Feodal:
Masa pertentangan antara kaum bangsawan dan tuan tanah (Land
lord) melawan kaum tani dan pedagang.
III. Masa Kapitalisme Modern
Masa pertentangan antara golongan majikan melwan buruh atau
pertentangan antara golongan kapitalis melawan kaum proletar.
IV. Masa masyarakat tanpa kelas (sosialisme)
Setelah era keruntuhan kapitalisme, pada saat itu golongan proletar
dapat kekuasaan dan kelas dihapuskan atau disebut masyarakat
sosialisme.

7b. Babakan waktu sejarah Indonesia


Babakan waktu menurut buku Geshiedenis van de Nederlandsch Oost-
Indische Bezattingen 1927, karangan J.J Meinnisnsma (terjemahan Moh. Ali).
a. Nederlandsch-Indic sebagai milik VOC
1. Penegakan pemerintahan Belanda di Hindia Timur (1605-1678)
2. Perluasan kekuasaan Nederland di Hindia Timur (1678-1757)
3. Keruntuhan Kekuasaan Nederland di Hindia Timur (1757-1800)
b. Nederlandsch-Indie sebagai milik negara Nederland.
1. Jatuhnya pemerintah Belanda dan masa peralihan (1800-1816)

45
2. Peralihan pemerintahan Kerajaan Belanda e Pemerintahan Hindia
Belanda (1816-1836)
3. Perluasan kekuasaan Nederland di kepulauan Hindia (1832-1872)

Isi buku ini menggam barkan peranan Belanda di Indonesia, peranan


bangsa Indonesia hampir tidak disinggung sama sekali.
J.J. Menninsma adalah seorang Belanda sudah dengan sendirinya
pengaaruh Belanda menjiwai cara penyusunannya.
“Geschiedenis van Indonesia” karangan H.J. de Graafl. Babakan waktu de
Graaf adalah sebagai berikut:
a. Orang indonesia dan Asia Tenggara (sampai 1650)
b. Bangsa barat Indonesia (1511-1800) yaitu sejarah VOC
c. Orang Indonesia di zaman VOC (1600-1800)
d. VOC di luar Indonesia
e. Orang Indonesia dalam lingkungan pemerintahan Ratu Wilhelmina

Tan Malaka dalam bukunya “Massa Actie” 1926 cetakan ke-11 tahun
1947
a. Bangsa Indonesia asli, melarkan diri dari Indo Cina ke Indoneisa
b. Zaman Penjajahan raja-raja Hindu dan setengah Hindu
c. Zaman Penjajahan raja-raja Islam
d. Zaman Belanda
e. Zaman perebutan kekuasaan antara kelas Jembel dengan kaum
Imperialisme
Tan Malaka seorang komunis, sudah tentu ia sangat dipengaruhi oleh teori
Karl Marx tentang kelas penguasa dan rakyat Jembel. Catatan jiwa seorang
revolusioner terasa dalam khayalannya.
Babakn waktu berdasarkan kebangsaan dikemukakan oleh sejarawan
nasional antara lain oleh Prof. Moh. Yamin, R. Moh Ali dan lain-lain, terutama
sejarawan-sejarawan nasional sesudah proklamasi kemerdekaan (1945)
Sangat menarik sekali babakan waktu yang dikemukakan Prof. Moh.
Yamin di dalam buku “6000 Tahun Sang Merah Putih”. Yang dikemukakan
dalam kuliahnya di FKIP Bandung (1957) dan buku “Pembahasan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia” (1960).
1. Zaman Pra sejarah sampai perumusan Tarikh Masehi
2. Zaman Proto histori atau media-kala atau mula sejarah Indonesia
3. Zaman Sriwijaya-Syaiendera dari abad VII sampai abad XII

46
4. Zaman Singosari-Majapahit dari abad XIII sampai abad XVI
5. Zaman penyusunan Kemerdekaan Indonesia sejak abad XVI sampai
XIX
6. Abad Proklamasi Kemerdekaan sejak permulaan abad XX sampai
kepertengahan abad itu.
Pembagian masa itu didasarkan atas pendapat, bahwa:
Adapun sejarah Indonesia itu melalui beberapa zaman dibagi atas
tiga babakan waktu. Pertama zaman Praehistori yang seperti dikatakan di
atas bermula sejak terbentuknya Nusa dan tubuh Indonesia dan berakhir
pada ketika sejarah tentang bangsa Indonesia, yang dapat dibuktikan
dengan bahan-bahan tulisan, yaitu pada permulaan tarikh Masehi. Babakan
waktu yang kedua protohistoria (mula sejarah) yang bermula pada
permulaan abad VII. Semenjak itu bermulalah zaman historia sampai
kepada zaman sekarang. Ujung pangkal tarikh ketiga zaman tersebut di
atas tidak sama di seluruh dunia, karena berhubungan erat dengan
pemakaian huruf atau aksara yang memang tak sama pada berbagai daerah
peradaban sejagat, (Moh. Yamin, 1951: 97 – 161).
Pada kuliah umum di FKIP Bandung babakan waktu dijadikan
pokok pembicaraan, tetapi isi dan bentuknya diberi corak baru, lebih
disesuaikan dengan sifat-sifat kebangsaan.
Babakan waktu yang bermula dari enam bagian mengalami
perubahan perumusan sabagai sebagai berikut:
1. Zaman prasejarah sampai tahun 0
2. Zaman proto sejarah, tahun 0 sampai abad IV.
3. Zaman nasional: abad IV sampai abad XVI.
4. Zaman internasional: abad XVI – 1900.
5. Abad proklamasi muai 1900.
Babakan waktu ini disebut “Pancaprawa Sejarah Indonesia,” Panca
berarti lima dan Parwa artinya bagian. Ia memilih angka lima karena
dianggap mengandung arti bagis seperti lima jari, rukun Islam, Pendawa
lima dan Pancasila.
Dalam perumusan ini tampak tidak ada pengaruh Belanda. Sejarah
Indonesia miik bangsa Indonesia. Jadi bangsa Indonesia yang yang
berperan, Ia menyebutnya nasional. Dan istilah internasional menunjukan
bahwa bangsa Indonesia mulai memasuki masalah Internasiona, dengan
dimulainya penjajahan Belanda atas Indonesia.5

5
Ibid hlm 33.

47
Dalam buku “Pembahasan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia”
(1960) Prof Moh. Yamin mengemukakan perumusan yang lebih tegas.
1. Prasejarah… tahun 0 AD. Waktu itu bertumbuh dan berkembanglah
masyarakat Indonesia dalam satuan-satuan hukum yang nanti bersama
desa, kampung, warga negara atau lain-lainnya.
2. Proto-sejarah (0 AD – abad VI). Satuan hukum dalam babakan
prasejarah menjadilah negara-negara dalam babakan proto-sejarah.
3. Pertumbuhan negara-negara antar nusa kesatuan dan kedua, yatu
Sriwijaya dan Majapahit dari negara senusa Indonesia lain.
4. Zaman Restaurasi (1525 – 1945)
Perjuangan membentuk negara antara nusa ketiga Republik Indonesia.
5. Abad Proklamasi.
Disusunlah oleh rakyat perjuangan organisasi bedasarkan koordinasi
bersemangat antara nusa Indonesia. Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai restaurasi negara-negara Indonesia yang telah runtuh
dalam abad-abad yang lampau.
Ketiga babakan waktu yang dirumuskan Prof. Moh. Yamin pada
Hakikatnya sama jiwanya. Dasar-dasarnya sebagai berikut:
1. Keyakinan satu sejarah Indonesia dari satu bangsa Indonesia di antara
tanah air Indonesia dari permulaan zaman sampai akhir zaman:
Indonesia abad.
2. Perpaduan antara bangsa dengan nusa adalah kesatuan manusia dan
tanah yang terjadinya hampir serempak, tertulis dalam sifat-sifat
merah-putih (tanah-getah=putih: darah-getih=merah).
3. Kepercayaan kesaktian yaitu magie-historia atau sejarah kesaktian.
4. Synthese (perpaduan dari tiga dasar pokok itu ialah adanya tiga negara
Indonesia: Sriwijaya-Syailendera: Mojopahit; Republik Indonesia.
Zaman prasejarah-protosejarah adalah persiapan Sriwijaya, Majapahit,
zaman internasional adalah masa persiapan Republik Indonesia. (R. Moh. Ali:
1965: 151-156).
Babakan waktu berdasarkan kebangsaan mempunyai ciri-ciri:
1. Menonjolkan kesatuan bangsa
2. Melukiskan kebesaran dan kejayaan negara
3. Bersumber dan berpangkal kepada kesaktian, kesatuan dan kebesaran.
Berhubungan dengan itu sering dikuatirkan bahwa ini sejarahnya akan
kehiangan nilai-nilai ilmiahnya. Sejarah akan menjadi alat pemersatu atau
kebanggaan nasional. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa penulisan sejarah
harus bersifat ilmiah yang mengandung nilai-nilai univesal dan objektif.

48
Drs. C.S.T. Kansil. S.H dan Julianto, M.A. dalam bukunya yang berjudul
Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, (1986:2) menyusun
periodisasi sejarah Indonesia sebagai berikut:
a. Masa kejayaan nasional (tahun 400-1600)
b. Masa penindasan kolonial dan penghisapan Feodal (tahun 1600-1908).
c. Masa menuju sosialisme Indonesia. Masa ini dapat dibagi-bagi lagi
menjadi:
1. Zaman Perintis (1908 – 1927)
2. Zaman Penegas (1927 – 1938
3. Zaman Pencoba (1938 – 1942)
4. Zaman Pendobrak (1942 – 1945)

Pembabakan waktu tersebut di atas bermaksud untuk dapat lebih


mendalami tahap-tahap perjuangan pergerakan nasional Indonesia serta tingkah-
tingkahnya, maka perlu membagi-baginya dalam periodisasi baik bersifat umum
maupun bersifat khusus.

Babakan waktu sejarah (dunia) disusun atas dasar objektif dengan syarat
ilmiah secara universal: sedangkan babakan waktu bagi sejarah Indonesia disusun
atas dasar falsafah bangsa “Pancasila” dan bersifat Indonesia sentrisme dengan
memperhatikan bobot ilmiahnya.6

BAB 3

PENUTUP

3.1
KESIMPULAN
Kesimpulannya periodesasi sejarah adalah dasar kerangka teori pembabakan
waktu atau periodesasi dalam sejarah menunjukan hasil pemikiran yang

6
Ibid hlm 35.

49
berbeda beda.Namun yang terpenting penyusunan periodesasi adalah
kontinuitas. Jadi pada kesimpulanya adalah, Periodisasi merupakan proses
pembagian waktu untuk lebih memudahkan dalam penggolongan terjadinya
peristiwa sejarah menjadi beberapa zaman agar lebih memudahkan untuk
dipelajari karena ruang lingkup sejarah sangatlah luas.

3.2 SARAN

DAFTAR RUJUKAN

Pearson,Cris.2011.Pengertian dan Ruang lingkup Sejarah.(Online),


( http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/pengertian-dan-ruang-lingkup-
ilmu_18.html#.UlQKXJjH7IU),diakses tanggal 8 Oktober 2013
Prawito,Adi.2013.Periodisasi dan Kronologi Sejarah.(Online),( http://masa-
depan12.blogspot.com/2013/08/periodisasi-dan-kronologi-sejarah.html),diakses
tanggal 1 Oktober 2013
Fikra,Nurul.2012.Periodisasi Sejarah.(Online),
( http://newrulblog.blogspot.com/2012/12/periodisasi-
sejarah_8663.html),diakses tanggal 2 Oktober 2013
Ali.M.R.2005.Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia.Yogyakarta:LKIS;

50
51

Anda mungkin juga menyukai