Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SALAF, AHMAD AL -HAMBAL, IBNU TAIMIYYAH DAN WAHABI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Diskusi Kelompok

Mata Kuliah: Ilmu Tauhid

Pembimbing: Drs. H. Mahpuddin Noor, M,Si.

Disusun Oleh:

Kelompok 14

SPI 2 B

Firda Zahrotus Sipa (1195010047)

Isfa Siti Rohimah (1195010066)

Muhamad Iqbal Al Hilal (1195010086)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menulis makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang Salaf, Ahmad Al-Hambal, Ibnu Taimiyyah dan Wahabi.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Salaf, Ahmad Al-Hambal, Ibnu Taimiyyah, dan Wahabi. kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
sarana yang membagun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Maret, 2020

Tim kelompok 14
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Salafiah..................................................................................................... 2
B. Ahmad Al -Hambal................................................................................. 4
C. Ibnu Taimiyyah ....................................................................................... 5
D. Wahabiah………………………………………………………………..6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada perkembangan setelah Rasullah SAW wafat banyak berbagai macam bentuk
aliran agama Islam seperti 4 mazhab dan beberapa lainnya namun, selain itu lahir juga
berbagai aliran lainnya seperti salaf, wahabi, ahlussunah wal jamaah, dan lain
sebagainya. Selain itu ada juga beberapa tokoh ulama seperti, Ahmad Al- Hambal,
Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Ketiganya mampu membuat
aliran atau menjaga kemurnian ajaran Islam tanpa berkinginan mencampurkannya
dengan politik dan sebagainya.

B. Rumusan masalah
1. Kurangnya pemahaman yang sama satu sama lain antara salaf dan wahabi.
2. Cara pandang yang berbeda antara salaf dan wahabi.
3. Bagaimana memurnikan ajaran Islam menurut salaf dan wahabi.

. C. Tujuan

1. Memahami perbedaan antara salaf dan wahabi dan para tokoh- tokohnya.
2. Memahami cara memurnikan kembali ajaran Islam menurut salaf dan wahabi.
3. Memahami perselisihan antara Ahmad bin hambal dan Muhammad Abdul
Wahab..
BAB II

PEMBAHASAN

A. Salafiah
Banyak beragam definisi yang telah dikemukakan para pakar mengenai definisi salaf dan
khalaf. Berikut akan dikemukakan beberapa diantaranya.
Salafiah berasal dari kata Arab Salaf yang berarti terdahulu.Yang dimaksud dengan salaf
di sini ialah orang-orang terdahulu semasa dengan Rasul SAW, para sahabat,tabiin dan
tabiit tabiin. Mereka sering pula disebut salaf al-shalihin yang berarti orang-orang saleh
terdahulu. Lawan dari salaf adalah khalaf ( Taakhkhar) yang berarti kemudian.
Sedangkan salafiah berarti orang-orang yang berarti mengikuti salaf. Menurut Thablawi
Mahmud Sa’ad, salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang dimaksudkan untuk
merujuk generasi sahabat,tabii, tabi tabiin, para pemuka abad ke-3 H, dan para
pengikutnya pada abad ke -4 yang terdiri atas para muhadditsin dan sebagainya. Salaf
berarti pula ulama-ulama salaeh yang hidup pada tiga abad pertama Islam.
Menurut Asy Syahrastani ( 474-548 H),ulama salaf tidak menggunakan takwil
( dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat) dan tidak mempunyai paham tasyybih
(antropomorfisme). Mahmud Al Bisybiyshi dalam Al-Firaq-Al Islamiyyah
mendefinisikan salaf sebagai sahabat, tabii dan tabiin yang dapat diketahui dari
sikapnya menolak penafsiran yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang
menyerupai segala sesuatu yang baru untuk menyucikan dang mengagungkan-Nya.
Menurut H.Munawir Sjadzali, MA mengatakan, salafiah adalah suatu aliran
keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat
Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang murni seperti yang dahulu diamalkan
oleh generasi pertama.
Islam, yang juga bisa disebut salaf ( pendahulu) yang saleh.
Istilah salaf dan khalaf sebenarnya belum dikenal diawal Islam. Istilah ini baru
muncul beberapa abad setelah Rasul SAW wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan
yang tidak merasa puas memahami Al-Qur’an dan hadis tanpa takwil, terutama untuk
menjelaskan maksud-maksud tersirat dari ayat-ayat Al-Qur’an sehingga tidak layak
bagi Allah SWT.
Jika diukur dengan satuan tahun Hijriah, orang yang termasuk kategori salaf adalah
mereka yang hidup sebelum tahun 300 Hijriah. Orang yang hidup sesudah tahun 300
H termasuk kategori khalaf. Sedangkan mereka yang mengikuti salaf disebut salafiah.
Pada dasarnya ulama-ulama salaf tidak mempermasalahkan apa yang tersurat dalam
Al-Qur’an atau hadis. Mereka hanya mengimani apa yang tersurat. Karena itu,mereka
tidak menghendaki adanya takwil lebih-lebih mengenai zat, sifat, dan af al ( perbuatan
) Allah SWT.

A. Imam Ahmad Bin Hambal ( 780-855 H)


Tokoh terkenal ulama salaf adalah Ahmad bin Hambal. Nama lengkapnya, Ahmad
bin Muhammad bin Hmabal Ia dilahirkan di Baghdad, Rabiul Awwal 164
H/November 780 M dan wafat di tempat yang sama , 12 Rabiul Awwal 241 H/31 Juli
855 M.
Ahmad bin Hambal yang juga dikenal sebagai pendiri dan tokoh mazhab Hambali
adalah murid terpandai dan tercerdas diantara murid-murid Imam Syafi’i. Pada waktu
kecil , ia belajar di beberapa daerah: Baghdad, Syam, Hijaz, dan Yaman. Mazhab
Hambali yang didirikannya sampai sekarang masih eksis dan memiliki pengikut yang
cukup banyak, khususnya di Saudi Arabia.
1 .Pemikiran Teologi Ibnu Hambal
a. Ayat –ayat mutasyabihat
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an Ibn Hambal lebih menyukai pendekatan lafdzi
( tekstual) daripada pendekatan takwil,terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat
Tuhan dan ayat-ayat mutasyabihat. Hal itu dapat terbukti ketika ia ditanya tentang
penafsiran ayat:

Quran Surat Thaha Ayat 5

ِ ْ‫ٱلرَّحْ ٰ َمنُ َعلَى ْٱل َعر‬


‫ش ٱ ْستَ َو ٰى‬
Artinya:
“( Yaitu) Yang Maha Pengasih,Yang bersemayam di atas ‘Arsy.”

b. Status Al-Qur’an
Salah satu pesoalan teologis yang dihadapi Ibn Hambal yang kemudian membuatnya
beberapa kali dipenjara beberapa kali adalah tentang status Al-Qur’an , apakah
diciptakan (makhluk) karena hadis ( baru) ataukah tidak diciptakan karena qadim.
Paham yang diakui oleh pemerintah resmi saat itu, yaitu Dinasti Abbasiah di bawah
kepemimpinan Khalifah Al- Ma’mun , Al-Mu’tashim, dan Al- Watsiq adalah paham
Mu’tazilah,yaitu Al-Qur’an tidak bersifat qadim, tetapi baru dan diciptakan. Sebab,
paham adanya qadim di samping Tuhan, bagi Mu’tazilah berarti menduakan Tuhan.
Menduakan Tuhan adalah syirik dan dosa besar yang tidak diampun Tuhan.

B. Ibnu Taimiyah ( 661- 729 H).


Tokoh salafiah yang terkenal di antaranya adalah Taqiyuddin Abu al-Abbas Ahmad
bin Abdul Halim bin Abd al-Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyyah al –
Hambali, atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Taimiyah.
Ibnu Taimiyah adalah seorang Teolog dan ahli hukum yang banyak menghasilkan
karya tulis . Diperkirakan jumlah karya tulisnya sekitar 300 sampai 500 buah,
berukuran besar dan kecil. Karya-karyanya yang cukup terkenal antara lain adalah al-
siyasah al-syar’iyyah fi ishlah al-Ra’iy wa al-Ra’Iyyah, Minhaj al-sunnah al-
Nabawiyyah fi Naqd Kalam al-Syi’ah wa al-Qadariah,dan al-Hisbah Fi al –Islam.
Sebagian karya tulisnya dihimpun oleh Abd al Rahman bin Muhammad bin Qasim
dalam Majmu Fatawa Ibn Taimiyyah dalam buku setebal 37 jilid.
Tokoh ini lahir di Harran , Damaskus ( Syria), 10 Rabiul Awwal 661 H/22 Januari
1263 M dan wafat di Damaskus dalam usia 66 tahun.
1. Pemikiran Teologi Ibn Taimiyyah
Pikiran-pikiran Ibn Taimiyah, seperti dikatakan Ibrahim Madzkur adalah sebagai
berikut:
a. berpegang teguh pada nash ( teks Al-Qur’an dan Al- Hadis),
b. tidak memberikan ruang gerak yang bebas pada akal,
c. berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung semua ilmu agama,
d. di dalam Islam yang diteladani hanya tiga generasi ( sahabat,tabii, dan
tabii tabiin),
e. Allah memiliki sifat tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentazihkan-Nya.
f. Ibn Taimiyyah mengkritik Imam Hambali dengan mengatakan bahwa
apabila Kalamullah qadim, kalamnya pasti qadim pula.

Di samping teolog dan ahli hukum Islam, khususnya mazhab Hambali, Ibnu
Taimiyymiah juga ahli dibidang tafsir dan Hadis dan Ahmad bin Hambal.
Sebenarnya, Muhammad bin Abdul Wahab ( Wahabi) juga tokoh gerakan Salafiah.
Karena itu,biasanya Muhammad Abdul Wahab dikaitkan dengan Ibnu Taimiyah. Pada
abad ke-20 M gerakan salafiah muncul dengan dimensi baru. Tokoh-Tokohnya adalah
kaum modernis yang sangat terkenal di dunia Islam, seperti, Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Apabila salafiah sebelum Jamaluddin al- Afghani hanya memiliki satu unsur,yaitu
keyakinan bahwa kemajuan dan kejayaan umat Islam hanuya mungkin dapat
diwujudkan jika mereka kembali kepada ajaran Islam Yang murni dan meneladani
pokok hidup sahabat Nabi, terutama al-Khulafa al-Rasyidin , maka, menurut
H.Munawir Sjadzali,MA, Salafiah baru al-Afghani terdiri dari tiga komponen pokok.
Satu komponen di atas,dan dua lainnya adalah:
a. Perlawanan terhadap kolonialisme dan dominasi Barat, baik politik, ekonomi,
maupun kebudayaan.;
b. Pengakuan terhadap keunggulan Barat dalam bidang ilmu dan teknologi. Umat
Islam harus belajar dari Barat dalam dua bidang tersebut. Belajar dari Barat
Hakikatnya adalah mengambil kembali apa yang dahulu disumbangkan oleh umat
Islam kepada Barat. Kemudian, ilmu dan teknologi Barat itu dimanfaatkan secara
selektif dan kritis demi kemajuan dan kejayaan umat Islam.
Sebagai tokoh pembaharu dalam dunia Islam, al-Afghani meskipun penganut
salafiah nampak meletakan unsur modernisme dalam rumusan paham salafiahnya,
sebagaimana terlihat pada dua komponen tambahan di atas. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa Jamaluddin al-Afghani adalah pelopor salafiah modern.
Syekh Muhammad Abduh adalah al- Afghani dan meskipun dalam beberapa hal
antara murid dan guru berbeda, tapi dalam banyak hal mereka sama.

B. Wahabiah
a. Sejarah singkat gerakan wahabi
Gerakan Wahabiah didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman
bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Masyraf bin Umar
bin Mi’ dhadh bin Rays bin Zakhir bin Muhammad bin Alawi bin Wahib. Ia
dilahirkan di Uyainah, suatu daerah di Nejed, salah satu kota terpencil di Saudi
Arabia, tahun 1115 H /1703 M, dan Wafat tahun 1206 H/1787 M.
Secara de jure pada waktu itu daerah Nejed berada di dalam wilayah kekuasaan
Kerajaan Turki Utsmani. Namun, karena daerah ini tandus, pemerintah Turki
kurang memperhatikannya sehingga kabilah-kabilah Arab yang mendiami
daerah itu tetap sebagai kelompok-kelompok penguasa yang bebas di bawah di
bawah pimpinan amir-amir ( kepala kabilah) masing-masing, apalagi kekuasaan
Turki Utsmani ketika itu sudah menurun.
Pada waktu kecil, Muhammad bin Abdul Wahab dididik dan dibesarkan oleh
ayahnya, Abdullah bin Sulaiman. Ayahnya menganut mazhab Hambali.
Muhammad bin Abdul Wahab kemudian melanjutkan pelajarannya di Madinah.
Ia berguru kepada Syekh Sulaiman Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sindi. Dari
Madinah Ia terus mengembara menuntut ilmu ke berbagai daerah. Ia menetap di
Bashrah selama empat tahun, Baghdad lima tahun, di Kurdistan satu tahun, di
Hamzah dua tahun, dan di Isfahan. Di kota terakhir ini ia sempat mempelajari
filsafat dan tasawuf.
Setelah belajar beberapa tahun di berbagai daerah, Muhammad bin Abdul
Wahab kembali ke tempat kelahirannya, Uyainah. Di sini Ia menyusun kitabnya
yang terkenal Al Tauhid Alladzi Huwa Haqq Allah’ Ala al’ Abad.
Selama perantauannya di beberapa daerah, bahkan di daerah kelahirannya
sendiri, ia melihat banyak amaliah dan praktek kehidupan umat Islam yang
menurut pendapatnya tidak sesuai dengan ajaran Nabi. Banyak perbuatan
bid’ah, syirik, takhayul, dan khurafat dengan berbagai cara. Ia ingin
mengembalikan umat Islam kepada ajaran Islam yang murni. Ajaran yang tidak
bercampur baur dengan bid’ah, takhayul, dan khufarat tersebut. Untuk maksud
itulah ia mendirikan gerakan yang dikenal dengan nama gerakan wahabiah.
Gerakn tersebut dimulainya dari daerah kelahirannya sendiri, namun pada
mulanya ia tidak mendapat dukungan dan sambutan yang baik dari masyarakat.
Bahkan, amir ( penguasa) Uyainah menekankannya sehingga ia terpaksa
berhijrah ke Dar’iyah, suatu desa di sebelah utara Riyadh. Di sinilah ia
mendapat sambutan cukup baik dan dan memperoleh dukungan, bahkan,
Muhammad bin Su’ud, amir daerh tersebut, memberikan dukungan dan
perlindungan terhadap gerakannya.
Dengan dukungan amir ini dan kerjasama yang baik antara dua Muhammad
tersebut, ulama dan penguasa, gerakan, wahabiah dapat berkembang. Keinginan
dan cita-cita masing- masing tokoh ini saling terdukung oleh otoritas dan
kekuasaan Muhammad bin Su’ud. Sebaliknya, Muhammad bin Su’ud yang ingin
menguasai jazirah Arabia memperoleh kekuatan dari kaum Wahabi.
Cita-cita mereka memang membuahkan hasil dengan berdirinya kerajaan
wahabi di jazirah arabiah tersebut. Dengan keberhasilan ini, segala bentuk
kemusyrikan atau hal-hal yang membawa kepada syirik di daerah ini disapu
bersih. Pengkultusan terhadap orang-orang suci, kuburan-kuburan, yang
dianggap keramat, atau benda-benda tertentu yang dihormati, tarekat-tarekat,
dan segala bentuk kemaksiatan diberantas. Pada mulanya kerajaan wahabi ini
dapat dihancurkan oleh Muhammad Ali, penguasa mesir. Namun, berkat usaha
dan kerja keras, disertai dengan jiwa dan semangat membaja dari para pengikut
gerakan ini, kerajaan tersebut bangkit kembali. Keberhasilan itu terutama setelah
Abdul Aziz Bin Abdurrahman berhasil menghimpun kembali kekuatan wahabi
untuk menegakkan kerajaan tersebut. Keberhasilan usahanya itu terlihat dengan
lahirnya kerajaan Saudi Arabia yang sampai sekarang masih eksis di Timur
Tengah.
b. Pokok- pokok pikiran wahabi
Muhammad bin Abdul Wahab lahir dan besar di lingkungan keluarga dan
masyarakat yang menganut mazhab Hambali di daerahnya. Karena itu, wajar
jika Muhammad bin Abdul Wahab pun menjadi penganutbdan pengikut setia
Ahmad bin Hambal, pendiri mazhab Hambali. Karena itu pulalah, Muhammad
bin Abdul Wahab disebut-sebut sebagai tokoh Salafiah abad ke -18 M sebab
Salafiah mengacu kepada pemikiran Ahmad bin Hambal.
Sebagai Pengikut setia Ahmad bin Hambal, tentu pola pikir dan amaliah
Muhammad bin Abdul Wahab juga menuruti tokoh mazhab Hambali itu. Ahmad
bin Hambal adalah tokoh besar ahli fiqih dan Hadis. Ia sangat gigih
mempertahankan dan memperjuangkan iktikad dan amaliah salaf al-
shalih( para sahabat Nabi yang saleh) dan menentang keras pemikiran –
pemikiran rasiaonal yang dibawa Mu’tazilah di zamannya. Ketika peristiwa
mihnah di zaman khalifah al-Makmun ( 813-833 M) terjadi dan penguasa serta
tokoh Mu’tazilah memaksakan paham bahwa Al-Qur’an adalah makhluk,
Ahmad bin Hambal gigih mempertahankan pendapatnya bahwa Al-Qur’an
adalah qadim, bukan diciptakan. Kekerasan dan kekuatan pendirian Ahmad bin
Hambal nampaknya juga terlihat pada diri Muhammad bin Abdul Wahab yang
berjuang memberantas kemusyrikan, bid’ah, khurafat, dan takhayul yang
melanda umat Islam.
Dalam hubungannya dengan tauhid, Muhammad bin Abdul Wahab
mengemukakan tiga aspek ketauhidan:
a. Tauhid rububibah, pengakuan bahwa Allah satu-satunya pencipta,
pemelihara, pemberi rezeki, pengatur, yang menghidupkan dan mematikan.
b. Tauhid al-asma wa al-shifat, keimanan kepada nama-nama dan sifat-sifat
Allah sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an, tnpa tamsil, tasybih, dan
takwil.
c. Tauhid Ibadah, segala bentuk amal dan ibadah manusia semata- mata
dilakukan untuk berbakti kepada Allah SWT.
Aspek ketauhidan memang merupakan perhatian utama Muhammad bin
Abdul Wahab. Ia ingfin memurnikan ajaran Islam yang dianggapnya sudah
rusak dan beercampur baur dengan ajaran lain yang tidak sesuai dengan
Tauhid Islam, akibat ulah umat Islam sendiri. Ia tidak ingin melihat umat
Islam terjerumus ke dalam kemusyrikan, suatu perbuatan dosa yang tak
terampunkan. Aspek ketauhidan mendapat perhatian besar dari Muhammad
bin Abdul Wahab karena di samping tauhid merupakan ajaran Islam yang
mendasar Ia menyaksikan di beberapa daerah banyak umat Islam melakukan
aktivitas yang menurut pendapatnya menyimpang dari ajaran tauhid.
Praktek- Praktek tersebut antara lain pengkultusindividuan syekh-syekh
tarekat atau orang-orang yang dianggap wali, ziarah ke kubur-kubur syekh
atau para wali tersebut, dan ziarah ke tempat- tempat tertentu yang dianggap
memiliki kekuatan gaib yang dapat membantu dan menyelesaikan
problelema kehidupan mereka, seperti batu’- batu besar dan pohon- pohon.
Prof. Dr. Harun Nasution menyebutkan, ada delapan pemikiran Muhammad
bin Abdul Wahab yang berkaitan dengan masalah tauhid ini. Kedelapan
pendapatnya tersebut adalah sebagai berikut:
a. Yang boleh dan harus disembah hanyalah Tuhan. Siapa pun yang
menyembah selain Allah adalah syirik dan boleh dibunuh.
b. Orang yang meminta pertolongan kepada selain Allah, seperti kepada
syekh atau wali atau kekuatan gaib tertentu adalah musyrik.
c. Menyebut nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara doa adalah
syirik.
d. Meminta syafaat selain kepada Tuhan adalah syirik.
e. Bernazar sesuatu selain kepada Tuhan juga adalah kemusyrikan.
f. Memperoleh pengetahuan selain dari Al-Qur’an, Hadis dan Qias
( analogi) adalah kemufuran.
g. Tidak percaya qadha dan qadar Tuhan adalah kekufuran.
h. Menafsirkan Al-Qur’an dengan takwil ( interpretasi bebas) juga adalah
kekufuran.

Gerakan pemurnian yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab


merupakan gerakan tertua di abad ke-18 M. Gerakan –gerakan
pemurnian selanjutnya, langsung atau tidak, dalam banyak hal
terpengaruh oleh gerakannya. Pengaruh ajaran dan gerakan Wahabi tidak
hanya terbatas di jazirah Arabia, tetapi melebar dan meluas ke berbagai
pelosok dunia Islam, termasuk Indonesia. Gerakan tersebut antara lain
terlihat pada gerakan paderi di Sumatra Barat. Meskipun gerakan
Muhammad bin Abdul Wahab merupakan pemurnian ajaran Islam,
khususnya tauhid, namun, menurut Prof.Dr. Harun Nasution, pemikiran,
pemikirannya juga mempengaruhi gerakan dan pemikiran pembaharuan
dalam Islam pada abad ke-19 M. Pemikiran- pemikiran yang
mempengaruhi pembaharuan di periode modern adalah:
a. Sumber asli dari ajaran Islam hanya Al-Qur’an dan Hadis.
Pendapat ulama bukan merupakan sumber.
b. Tidak boleh bertaklid kepada utama.
c. Pintu ijtihad tidak tertutup, tapi tetap terbuka.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Salafiah dan Wahabiah pada hakikatnya memiki keterikatan satu sama lain karena keduanya
sama-sama ingin menjaga kemurnian dari ajaran Agama Islam. Salafiah misalnya melalui
salah satu teologi Ahmad bin Hambal yang membuatnya di penjara beberapa kali karena
perbedaan mengenai status Al-Qur’an adalah diciptakan (makhluk) karena hadis ( baru)
ataukah tidak diciptakan karena qadim sedangkan Wahabiah jauh lebih mendalam seperti
larangan bernazar dan menyembah selain kepada Allah.
DAFTAR PUSTAKA

H.M Yusran Asmuni. Ilmu Tauhid buku ajar MKDK. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
( 1993).

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar. Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia. (2012).

K.H. Siradjuddin Abbas. I’tiqad Ahlussunah Wal-Jamaah. Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru.
( 2008).

Anda mungkin juga menyukai