Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMERINTAHAN KHULAFAUR ROSHIDIN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Sejarah Peradaban Islam,


dengan dosep pengmpu bapak Amung Ahmad SM, M. Ag.

Disusun oleh:
Gigin Arya Lugina (11950100)
Hana Sakinah Bilqist (1195010056)
Ina Rosalina (11950100)
Jatmika Aji Santika (11950100)
Kamilia Fatimah Zahra (11950100)
Kautsar Fahturoyyan (11950100)

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kesehatan serta kekuatan
dan kemauan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik, walaupun masih ada kekurangan dari segi manapun.Saya bersaksi
tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dosen pengampu study ilmu kalam
Ibu Siti Aminah Sahal, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya
kepada kami, sehingga kami dapat bersemangat dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber bacaan, pengetahuan yang kami ketahui,
berbagai buku serta dari sumber lainnya yang relevan dalam bahasan ini dengan
segala keterbatasan kami, sehingga masih banyak kekurangan-kekurangan di
dalam pembahasan ini.Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat disajikan dengan lebih
baik dan lengkap.

Semoga makalah ini dapat menambah informasi, pengetahuan dan wawasan bagi
penulis dan pembaca.

Bandung, April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................3

B. Rumusan Masalah...........................................................................................3

C. Tujuan Penulisan Makalah..............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

BAB III PENUTUP.................................................................................................3

A. Kesimpulan.....................................................................................................3

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah peradaban islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa
kita abaikan begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang
telah terjadi pada zaman sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana
pemerintahan pada zaman nabi sampai pada khulafaur rasyidin. Kaum muslim
mulai dipimpin oleh seorang khalifah semenjak wafatnya nabi untuk
menggantikan kedudukan nabi sebagai pemimpin umat dan pemimpin negara.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, status sebagai Rasulullah tidak dapat
diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan
beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya.
Orang itulah yang dinamakan “Khalifah” artinya yang menggantikan Nabi
menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas Islam) dalam memberikan
petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukum-hukum Agama Islam.

Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran.


Maka setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pemuka-pemuka Islam segera
bermusyawarah untuk mencari pengganti Rasulullah SAW. Setelah terjadi
perdebatan sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin, akhirnya terpilihlah
sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah, artinya pengganti Rasul SAW yang
kemudian disingkat menjadi Khalifah atau Amirul Mu’minin. Keputusan
Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum beliau wafat dan
menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat merupakan produk budaya
Islam yang mengajarkan bagaimana cara mengendalikan negara dan pemerintah
secara bijaksana dan demokratis

B. Rumusan Masalah
ISI

C. Tujuan Penulisan Makalah


ISI

1
BAB II
PEMBAHASAN
Biografi Abu Bakar Ash-Shidiq

Nama Abu Bakar yang sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir
bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin
Ghalib bin Fihr alQuraisy at-Taimi. Ibunya adalah Ummu al-Khair Salma binti
Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim.
Abu bakar adalah seorang yang betubuh kurus, berkulit putih, kedua
pelipisnya tipis, pingganya juga kecil, wajahmya selalu berkeringat, matanya
hitam,keningnya lebar.
Sedangkan akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh
pendirian, selalu memiliki ide-ide cemerlang,bertoleransi, penyabar, dan sifat
positif lainnya.
Abu bakar adalah orang yang pertama masuk islam setelah khadijah.
Keislamannya membawa banyak manfaat besar terhadap islam dan kaum
muslimin, karena kedudukannya yang tinggi serta semangat dan kesungguhannya.
Dengan keislamanya banyak tokoh-tokoh masyhur yang masuk islam.

Pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah

Proses pengangkatan Abu Bakar berlangsung dramastis. Ketika kaum


muhajirin dan anshar berkumpul di sakifah bani saidah terjadi perdebatan tentang
calon khalifah. Kaum anshar mencalonkan Said bin Ubaidillah sedangkan abu
bakar mencalonkan Abu Ubaidillah bin Zahrah dan Umar bin Khatab namun
kedua calon ini menolak. Kemudain Umar bin Khatab langsung membaiat Abu
Bakar sebagai khalifah dan diikuti Abu Ubaidillah dan terus diikuti oleh
pengikutnya. Namun masih ada beberapa orang yang belum membaiatnya.
Namun akhirnya yang lainnya pun setuju abu bakar sebagai khalifah atas
pertimbangan beberapa hal.

Penyebaran Islam pada masa Abu Bakar

Setelah pergolakan dalam negeri berhasil dipadamkan (terutama memerangi


orang-orang murtad), khalifah Abu bakar mengahadapi kekuatan Romawi dan
Persia yang setiap saat berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. Untuk
mengahadapi Persia, Abu bakar mengirim tentara Islam dibawah pimpinan Khalid
bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah Irak

2
dan kekuasaan Persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih
empat panglima Islam terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan di empat
front, yaitu Amr bin Al-Ash di front Palestina, Yazid bin Abi Sufyan di front
Damaskus, Abu Ubaidah di front Hims, dan Syurahbil bin Hasannah di front
Yordania. Empat pasukan ini kemudian dibantu oleh Khalid bin Walid yang
bertempur di front Siria.

Disegi lain, fakta historis tersebut menunjukkan pula bahwa


kepemimpinannya telah lulus ujian dalam mengahadapi berbagai ancaman dan
krisis yang timbul, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Artinya ia telah
sukses membangun pranata sosial politik dan pertahanan keamanan
pemerintahannya. Dengan kata lain, ia berhasil memobilisasi segala kekuatan
yang ada untuk menciptakan pertahanan dan keamanan negara Madinah,
menggalang persatuan ummat Islam, menghimpun ayat-ayat Alquran yang masih
berserakan menjadi satu mushaf. Keberhasilan ini tentu karena adanya
kedisiplinan, kepercayaan, dan ketaatan yang tinggi dari rakyat terhadap integritas
kepribadian dan kepemimpinannya.

Faktor kebersihan Khalifah Abu Bakar

Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata
sosial di bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak
lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu memberikan hak dan kesempatan yang
sama kepada tokoh-tokoh sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah
sebelum ia mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga
legislatif. Hal ini mendorong para tokoh sahabat, khususnya dan ummat Islam
umumnya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang
dibuat.

Peradaban Pada Masa Abu Bakar

Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu
kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah
penghimpunan Al-Qur'an. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid
bin Tsabit untuk menghimpun Al-Qur'an dari pelepah kurma, kulit binatang dan
dari hafalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga
kelestarian Al-Qur'an setelah syahidnya beberapa orang penghafal Al-Qur'an pada
perang yamamah. Umar lah yang megusul pertama kali pada penghimpunan Al-

3
Qur'an ini. Sejak itulah Al-Qur'an dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk
pertama kalinya Al-Qur'an dihimpun.

Wafatnya Abu Bakar

Abu bakar wafat pada hari senin di malam hari, ada yang mengatakan
beliau wafat ba’da maghrib di bulan jumadil akhir tahun 13H, setelah beliau sakit
selama 15 hari. Masa kekhalifahannya berlangsung selam 2 tahun 3 bulan, dan
beliau wafat pada usia 63 tahun.

Biografi Umar bin Al-Khathab


Umar bin Al-Khathab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin
Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ai, Abu Hafs al-‘Adawi.
Memiliki julukan Al-Faruq. Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-
Mughirah, kakak dari Abu Jahal bin Hisyam. Umar bin al-Khathab adalah seorang
lelaki yang tinggi, kepala bagian depannya botak, selalu bekerja dengan dua
tangannya, kedua matanya hitam, berulit kuning, ada yang mengatakan berkulit
putih hingga menjadi kemerah-merahan. Giginya putih bersih mengkilat, selalu
mewarnai janggutnya dan merapikan rambutnya dengan menggunakan inai (daun
pacar).
Nasab Umar bin Khatab bertemu dengan nasab Nabi Muhammad SAW
pada Ka’ab ibn Lu’ay.1 Umar berasal dari kalangan Bani Adi yang termasuk
rumpun Quraisy. Umar memiliki kecerdasan yang luar biasa, bahkan dikatakan
mampu memprakirakan hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang. 2
Umar radhiyallahu’anhu menjadi orang yang dipilih sebagai duta dari kabilahnya
pada masa Jahiliyah. Jika terjadi perselisihan di antara para kabilah, maka Umar
lah orang yang diutus untuk melerai dan mendamaikan. Meskipun memiliki
keturunan dan nasab serta kedudukan yang terhormat di keluarganya, tetapi pada
masanya Umar radhiyallahu’anhu dikenal memiliki sifat yang kejam, bengis, dan
suka minum-minuman keras. Pada masa Jahiliyah dia menikahi banyak wanita,
dan memiliki anak yang banyak. Akan tetapi sebagian besar isterinya tersebut
meninggal dunia. Diantara anak-anaknya yang menonjol adalah Abdullah bin
Umar dan Ummul Mukminin Hafshah.

1
Amru Khalid, khulafaur Rasul, Terj. Farur Mu’is “Jejak Para Khalifah”, (Solo:Aqwam, 2007), h.69
2
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, jilid 2,( Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1993),hal.38.

4
Anak-anaknya yang lain adalah Fathimah, ‘Ashim, Abdurrahman al-Akbar,
Abdurrahman al-Ausath, dan Abdurrahman al-Ashghar. Setelah menjadi khalifah,
Umar juga menikah dengan Ummu Kultsum putri Ali bin Abi Thalib dan Fatimah
az-Zahra.

Umar bin Khatab masuk Islam


Umar berumur 27 tahun ketika mulai masuk Islam. Sebelumnya ia
mendengar adiknya, Fatimah dan suaminya telah masuk Islam, hal itu membuat
Umar marah dan langsung mendatangi kediaman adiknya. Ketika itu Fatimah dan
suaminya sedang membaca Al Quran tepatnya surat Thaha, Umar yang melihat itu
langsung merebutnya dan membacanya, namun setelah membacannya Umar
merasa hatinya tenang dan damai sehingga ia langsung menemui Rasulullah.
Saat itu Nabi Muhammad SAW sedang melaksanakan dakwah secara
sembunyi-sembunyi di rumah al-Arqam, dengan tenang dan berwibawa
Rasulullah menerima kedatangan Umar, Nabi kemudian memerintahkan Umar
untuk masuk Islam, dan seketika itu juga Umar kemudian menyatakan masuk
Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat.3
Masuknya Umar bin Khathab ke dalam Islam merupakan kekuatan yang
sangat besar dan berharga bagi dakwah Islam. Umar memberikan masukan kepada
Nabi Muhammad Shallalahu’ Alaihi Wasallam untuk melakukan syi’ar Islam
secara terang-terangan, bukan secara diam-diam seperti yang selama ini
dijalankan oleh Nabi Muhammad Shallalahu’ Alaihi Wasallam. Sehingga sejak
itulah Islam disebarkan secara terang-terangan.
Umar bin Khathab juga menjadi penasihat terdekat Nabi Muhammad SAW,
hal itu ia dilakukannya sepanjang umur Nabi Muhammad SAW.4

Masa Pemerintahan Umar bin Khathab


a. Kehidupan Perekonomian Masyarakat Arab
Kebanyakan aktivitas perekonomian pada saat itu adalah sektor
pertanian, peternakan dan perdagangan. Ketiga sektor ekonomi tersebut
sangat berkaitan erat . para petani menggarap lahan pertanian mereka
dengan menggunakan hewan-hewan ternak. Para pedagang juga
menggunakan hewan-hewan terna sebagai alat untuk mengangkut barang-
3
Muhammad Ridla, Op.cit.
4
Michael H.Hart, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, (Jakarta: Pustaka
Jaya,1982)

5
barang dagangan mereka. Dan kadang hewan dari peternakan juga menjadi
barang yang diperdagangkan.5Adapun dalam bidang industry yaitu,
industri besi, kayu, pertenunan, pembuatan senjata, dll. Namun saat itu
bidang industri ini sangat lemah dan sedikit peranannya.
Pada masa Umar bin Khaththab pernah terjadi masa paceklik atau
disebut dengan amur ramadah yang terjadi hanya di Hijaz, akibatnya
makanan-makanan menjadi langka, namun beliau tidak mematok harga
tertentu untuk makanan tersebut, bahkan sebaliknya Umar mendatangkan
makanan dari Mesir dan Syam ke Hijaz.6
b. Kehidupan Moral dan Sosial
Masa pemerintahan Umar bin Khathab merupakan masa gemilang bagi
perkembangan dan kemajuan agama Islam. Prestasi yang dicapai meliputi
banyak bidang, seperti bidang perluasan wilayah, penataan administrasi
negara, bidang perekonomian, keamanan dan ketertiban masyarakat, dan
sebagainya. Untuk mengungkapkan prestasi, bahkan ada yang mengatakan
bahwa Umar bin Khathab sebagai pendiri Negara Islam7, tujuan utama dari
pendirian Negara Islam tersebut adalah untuk memperkuat akidah, bukan
memperluas wilayah semata.
Prestasi pada masa Umar bin Khaththab:

 Perluasan Wilayah
 Bidang Kemiliteran
 Meningkatkan Administrasi Negara
 Penanggalan Hijriyah
 Perluasan Masjid Nabawi
 Mengumpulkan Orang-orang untuk Melaksanakan Tarawih

Khalifah Utsman Bin bin Affan


Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi Al Ash bin Umayyah
Bin Abd Al Manaf dari suku Quraisy, beliau lahir pada tahun 576 M, 6 tahun
setelah penyerangan Ka'bah oleh pasukan bergajah. Ibu khalifah Utsman bin
Affan adalah Urwah bin Quraisy bin Rabi'ah bin Habib bin Abdi Asy-Syams Bin
Abdul Manaf . Utsman bin Affan masuk Islam pada usia 30 tahun atas ajakan
5
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Op.Cit hal.31.
6
Heri Sudarsono, Op.Cit,hal.227.
7
Abbas Mahmmud al-Akkad, Abqariyatu Umar,Terj.Gazirah Abdi Ummah “Kejeniusan Umar”,
(Jakarta: Pustaka Azzam,2002) hal 95.

6
Abu Bakar. Sesaat setelah masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari
pamannya Hakam Bin Abil Ash.
Khalifah Usman bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya ke Abessinia dan
termasuk Muhajir pertama ke Yatsrib. Ia termasuk orang yang saleh beribadah
dan bersosial. Siang hari ia gunakan untuk Shaum dan malamnya untuk shalat .
Ia sangat gemar membaca Alquran sehingga Khalid Muh khalid menulis bahwa
untuk salat dua rakaat saja Utsman menghabiskan waktu semaleman karena
banyaknya ayat Alquran yang dibaca, bahkan Khalifah Utsman wafat dengan
Alquran berada di pangkuannya. Kesalehan sosialnya terbukti dengan membeli
telaga milik Yahudi seharga 12 Dirham dan menghibahkannya kepada kaum
muslimin pada saat hijrah ke Yatsrib. Setiap hari jumat Utsman bin Affan
membebaskan seorang budak laki-laki dan budak perempuan.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW Utsman bin Affan mengikuti beberapa
peperangan di antaranya perang Uhud, perang Khaibar, pembebasan kota Mekah,
perang Thaif, Hewazin dan Tabuk.

Proses pengangkatan Khalifah Utsman Affan


Sebelum meninggal Umar telah memanggil 3 penggantinya yaitu, Utsman,
Ali dan Saad bin Abi waqqash.
Saat itu pemilihan suara Utsman dan Ali memiliki jumlah yang sama,
sehingga Abdul Abdurrahman turun untuk menentukan pengganti Umar tersebut.
Untuk penentuan itu, Abdurrahman mengadakan pertemuan untuk
pemilihan suara secara terbuka, terjadilah silang pemilihan Utsman memilih Ali
dan Ali memilih Utsman. Pemecahan suara terbagi menjadi dua, yaitu: Kubu bani
Hasyim yang mendukung Ali dan kubu bani Ummayah yang mendukung Utsman.
Secara singkat, Abdurrahman memberi pertanyaan kepada Ali dan Utsman
secara terpisah, apakah mereka sanggup menjalankan tugas sesuai Al Quran dan
menjadi khalifah. Ali dan Utsman memberikan jawaban yang berbeda, Utsman
menjawab sanggup dengan tegas sehingga karena jawabannya itu ia Abdurrahman
mengangkat Utsman sebagai khalifah. keputusan Abdurrahman itu sempt
membuat Ali kecewa.
Masa pemerintahan Utsman berjalan selama 12 tahun, dan awal
pemerintahan,sekitar 6 tahun pertama di penuhi dengan prestasi.

7
Visi dan misi khalifah Utsman bin Affan
Dalam sebuah pidato Usman pernah mengingatkan beberapa hal penting:
1. Agar umat Islam selalu berbuat baik sesuai kemampuan sebagai
bekal menghadapi hari kematian.
2. Agar umat Islam Jangan terperdaya kemewahan hidup dunia yang
penuh kepalsuan sehingga membuat mereka lupa kepada Allah.
3. Agar umat Islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu dan
mengambil yang baik dan menjauhkan yang buruk.
4. Sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah Alquran dan Sunnah
Rasul.
5. Sebagai khalifah ia akan membuat hal-hal baru yang membawa kepada
kebajikan dan umat Islam boleh mengkritik nya bila ia menyimpang
dari ketentuan hukum.
Pada masanya wilayah kekuasaan negara Madinah dibagi menjadi 10
provinsi, setiap Amir atau gubernur atau wakil khalifah di daerah untuk
melaksanakan tugas administrasi pemerintahan. Setiap amir diangkat dan
diberhentikan oleh khalifah.

Peradaban pada masa Utsman bin Affan

Karya besar monumental khalifah Utsman adalah membukukan Alquran.


Pembukuan ini dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang dipimpin oleh Zaid bin
Tsabit.

Khalifah Ali bin Abi Thalib


Pengukuhan Ali menjadi khalifah tak semulus pengukuhan khalifah
sebelumnya. Ali dibai’at di tengah tengah suasan berkabung atas meninggalnya
Utsman, pertentangan dan kekacauan, serta kebingungan umat Islam Madinah.
Sebab, kaum pemberontak yang membunuh Utsman mendaulat Ali supaya
bersedia dibai’at menjadi khalifah. Para pemberontak mendatangi para sahabat
senior satu persatu yang ada di Madinah, seperti Ali bin Abis Thalib, Thalbah,
Zubair, Saad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Umar bin Khatab agar bersedia
menjadi khalifah, namun mereka semua menolak. Akan tetapi umat Musilim
Madinah lebih menginginkan Ali menjadi khaliah. Ia didatangi berkali-kali oleh
kelompok tersebut namun Ali tetap menolak. Sebab, ia ingin urusan tersebut
dilakukan dengan musyawarah dan dapat persetujuan dari sahabt-sahabat senior
terkemuka. Akan tetapi, masyarakat ingin agar umat muslim segera mempunyai

8
pemimpin agar tidak terjadi kekacauan lagi, akhirnya Ali bersedia menjadi
khalifah.
Ia dibai’at oleh mayoritas rakyat dari kaum muhajirin dan kaum anshar serta
para tokoh sahabat.
Salah seorang tokoh yang menolak untuk membai’at Ali adalah Muawiyah
bin Abi Sufyan, keluarga Utsman dan Gubernur Syam. Alasannya karena Ali
bertanggung jawab atas terbunuhnya Utsman.

Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib


Yang pertama dilakukan khalifah Ali adalah menarik kembali semua tanah
yang telah dibagikan Khalifah Utsman kepada kaum kerabatnya kepada
kepemilikan negara dan mengganti semua gubernur yang tidak disenangi rakyat.
Pemerintahan khalifah Ali disebut pemerintahan yang tidak stabil karena
adanya pemberontakan dari sekelompok kaum muslimin sendiri. Pemberontakan
pertama datang dari Thalhah dan Zubair diikuti oleh Siti Aisyah yang kemudian
terjadi perang Jamal. Pemberontakan yang kedua datang dari Muawiyah, yang
menolak meletakan jabatan, bahkan menempatkan dirinya setingkat dnegan
khalifah walaupun ia hanya gubernur Suriah, yng berakhir dengan perang Shiffin.
Pemberontakan pertama diawali oleh Thalhah dan Zubair, karena alasan
bahwa khalifah Ali tidak memenuhi tuntutan mereka untuk menghukm pembunuh
khalifah Utsman. Muawiyah turut andil dalam pemberontakan ini, tetapi hanya
terbatas pada usaha untuk menurunkan kredibilitas khalifah dimata umat islam,
dengan cara menuduh bahwa jangan-jangan khalifah Ali berada dibalik
pembunuhan khaliah Utsman.
Setelah selesai pemberontakan Thalhah dan Zubair, pusat kekuasaan Islam
dipindahkan ke Kufah, sehingga Madinah tidak lagi menjadi ibukota kedaulatan
Islam dan tidak ada seorang khalifah pun setelahnya yang menjadikan Madinah
sebagai pusat kekuasaan Islam.
Peperangan antara umat islam terjadi lagi, yaitu antara khalifah Ali bersama
pasukannya dengan Muawiyah sebagai gubernur Suriah bersama pasukannya.
Perang ini terjadi karena khalifah Ali ingin menyelesaikan pemberontakan
Muawiyah yang menolak peletakan jabatan dan secara terbuka menentang
khalifah dan tidak mengakuinya. Peperangan ini terjadi di kota Shiffin pada tahun
37 H yang hampir saja dimenangkan oleh khalifah Ali. Namun atas kecerdikan
Muawiyah yang dimotori oleh panglima perangnya Amr bin Ash, yang
mengacungkan Al-Qur’an dengan tombaknya sebagai tanda perdamaian dengan

9
menggunakan Al-Qur’an. Akhirnya, terjadi peristiwa Tahkim yang secara politis
khalifah Ali mengalami kekalahan, karena Abu Musa Al-Asy’ari sebagai wakil
khalifah menurunkan Ali sebagai khalifah, sementara Amr bin Ash tidak
menurunkan Muawiysh sebagai gubernur Suriah, bahkan menjadikan
kedudukannya setingkat dengan khalifah.

Peristiwa Tahkim Pada Masa Ali bin Abi Thalib


Dalam tahkim tersebut, pihak Ali bin Abi Thalib dirugikan oleh pihak
Muawiyah. Pendukung Ali kemudian terpecah menjadi dua, yaitu yang pertama
adalah mereka yang secara terpaksa menghadapi hasil tahkim dan mereka tetap
setia kepada Ali bin Abi Thalib, sedangkan yang kedua adalah mereka yang
menolak hasil tahkim dan kecewa terhadap kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.
Mereka menyatakan diri keluar dari pendukung Ali yang kemudian melakukan
gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat dalam tahkim, termasuk
Ali bin Abi Thalib.
Dengan terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya sebagian
pendukung Ali, banyak pengikut Ali gugur dan juga berkurang serta hilangnya
sumber ekonomi dari Mesir karena dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kharisma
khalifah menurun, sementara Muawiyah makin hari makin bertambah
kekuatannya. Hal tersebut membuat khalifah Ali menyetujui perdamaian dengan
Muawiyah.
Penyelesaian khalifah Ali dengan Muawiyah tidak disukai kaum perusuh
karena hal itu membebaskan khalifah untuk memusatkan perhatiannya pada tugas
menghukum mereka. Kaum Khawarij merencanakan untuk membunuh Ali.
Muawiyah dan Amar memilih seorang khalifah yang sehaluan dengan mereka,
yang dengan bebas dipilih dari seluruh umat islam. Karena itu, Abdurahman,
pengikut setia kaum khawarij, memberikan pukulan yang hebat kepada Ali
sewaktu dia akan Adzan di masjid. Pukulan itu fatal, khalifah Ali wafat pada
tanggal 17 Ramadhan 40 H, bertepatan dengan tahun 661 M.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ISI

11
DAFTAR PUSTAKA

Al Atsari, Abu Ihsan. 2004. Al Bidayah Wan Nihayah Masa Khulafa’ur Rashidin.
Jakarta: Darul Haq.

Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

iv

Anda mungkin juga menyukai