PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mencakup lebih dari 17.000 pulau
yang dihuni oleh sekitar 255 juta penduduk, sebuah angka yang membuat Indonesia
menjadi negara di urutan keempat dalam hal negara dengan jumlah populasi yang
budaya, etnis, agama maupun linguistik yang dapat ditemukan di dalam negara ini.
Budaya tersebut sangat bervariasi, dari ritual Hindu yang dipraktekkan sehari-hari di
pulau Bali, sampai pemberlakuan (parsial) hukum syariah di Aceh dan gaya hidup
mengalami sejarah politik dan ekonomi yang terpisah; keadaan yang masih terlihat
dalam dinamika daerah saat ini. Semboyan nasional Bhinekka Tunggal Ika (Kesatuan
dalam Keragaman) mengacu pada komposisi beragam negara ini. Motto ini juga
Salah satu suku yang sampai hari ini menunjukkan eksistensinya adalah suku
buton. Suku yang terletak di jazirah Sulawesi Tenggara ini merupakan suku yang
banyak menyimpan cerita. Tidak heran kemudian, banyak peneliti dalam negeri
maupun mancanegara tertarik untuk melakukan penelitian terhadap suku yang satu ini.
Oleh karena itu, penulis pun tertarik untuk membuat sebuah makalah yang didalamnya
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Kebesaran suatu kaum dapat di ukur dari kontribusi yang di sumbangkan oleh
kaum tersebut terhadap peradaban. Apa yang telah disumbangkan oleh Orang
Tenggara Pulau Sulawesi. Kekayaan dan keontentikan kebudayaan ini masih dapat
di lihat dari banyaknya peninggalan budaya dari masa lampau yang masih utuh dan
tetap terpelihara baik dalam bentuk bangunan, adat istiadat dalam perilaku
Sebagai suatu masyarakat Buton mulai tercatat dalam dalam literatur sejak
kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada masa itu kiranya di kawasan ini telah berdiri
suatu masyarakat kerajaan dengan susunan sosial politik yang relatif teratur. Selain
nama Buton tidak terlepas pula nama Wolio untuk menyebut masyarakat kerajaan
ini.
Mia Patamiana yang secara harfiah dapat diartikan sebagai “orang yang empat”.
keampat orang ini yang terdiri dari Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo dan
Dalam kisah lain disebutkan adanya kelompok masyarakat yang hidup di daerah
bahwa misi yang dijalankan oleh pasukan tentara Kubilai Khan tersebut kemudian
digagalkan, dihancurkan dan cerai beraikan oleh Raden Wijaya yang selanjutnya
Tentara Kubilai Khan yang tercerai berai tadi yang tidak kembali lagi kenegerinya
yang kemudian mendarat di Pulau Buton dan memimpin Kerajaan Tobe-Tobe. Oleh
pertarungan. tidak ada yang menang dan kalah dalam pertarungan tersebut sehingga
Kerajaan Buton.
Adapun kisah terjadinya Buton dalam versi Islam adalah ketika seorang musafir
sebuah pulau yang sudah lama merindukan kedatangan Islam. Setibanya di Bulau
jubah tersebut. Sementara itu bertengger 7 ekor burung di pohon dekat jubah,
orang di sana begitu melihat ternyata musafir tersebut adalah seorang Waliyyullah.
1. Ala’ana Bulna
Ala’ana Bulna yaitu Upacara yang berkaitan dengan pengguntingan rambut bayi
Tandaki dan Posusu yaitu Upacara yang berkaitan dengan penyunatan (Tandaki
bagi abnak laki-laki yang telah memasuki masa akhir balik yang melambangkan
bahwa anak tersebut telah resmi menjadi muslim artinya bahwa anak tersebut
dalam agam Islam. Upacara Tandaki biasanya diselenggarakan oleh keluarga yang
3. Qunua
Qunua yaitu upacara yang berkaitan dengan peringatan Nuuzunul Qur’an. Upacara
ini biasa dilaksanakan pada pertengahan bulan suci Ramadhan tau 15 malam puasa.
didalam Masjid
4. Kadhiri
Kadhiri yaitu upacara yang berkaitan dengan turunya Lailatul Qadar dibulan suci
malam ramadhan karena diyakini pada malam itulah trunnya Lailatul Qadar.
5. Malona Bangua
Malona bangua yaitu upacara yang dilakukan pada malam pertama Ramadahan
yang dulu dimeriahkan dengan gantungan meriam namun sekarang diganti dengan
6. Malona Raraea
Pakandeana Ana-Ana maelu yaitu upacara yang berkaitan dengan memberi makan
kepada anak yatim yang dilakukan pada bulan Muharram. Upacara ini sampai saat
8. Haroana Maludu
yang sakral yang dalam Rabi’ul awal menurut adat Buton Haroa tersebut dibuka
oleh Sultan pada malam 12 hari bulan Rabi’ul awal kemudian untuk kalangan
masyarakat bisaa memilih salah satu waktu antara malam ke-13b malam ke-29
rabi’ul awal setelah itu ditutup oleh Haroana Hukumuh pada malam ke-30.
lagu Maludu sampai selesai yang biasanya dinyanyikan dari waktu malam sampai
siang hari.
9. Haroana Pomaloa
Haroana Pomaloa yaitu upacara doa untuk arwah yang telah wafat. Dalam konteks
Islam, hal ini bisa dikenal sebagai “Ta’zia” guna memberi hiburabn kepada
masyarakat Buton dilakukan dengan cara membaca ayat-ayat suci Al- Qur’an
diletakkan di “Rahali” kemudian disusun oleh yang lain satu persatu atau membaca
Haroana Rajabu yaitu peninggalan budaya kesultanan Buton yang dikenal oleh
masyarakat sejak dahulu kala. Haroa ini dimaksudkan untuk memperingati para
Nabi kita Muhammad SAW dan dilaksanakan setiap jum’at pertama pada bulan
rajab dengan membaca surat yasin sebanyak3 kali yang dilakuakn oleh Lebe.
Upacara Posipo yaitu sebuah proses upacara adat menyambut kelahiran seorang
bayi dengan cara menyiapkan makanan dan khusus disiapkan bayi Ibu hamil pada
Upacara Gorana Oputa yaitu sebagai tanda pembukaan upacara peringatan Nabi
SAW. Pada masa Kesultanan upacara ini dilakukan di Istana berkumpul orang-
orang besar Kerajaan bersama semua menteri dan bobato serta pemuka-pemuka
dan malam ke-30 bulan oleh pegawai Masjid Keraton yang merupakan upacara
a. Makna Filosofis
pemujaan Tuhan Yang Maha Kuasa bahkan makna lainnya, bahkan manusia
Harkat martabat yang lebih dari banding makhluk ciptaannya lainnya yang ada di
b. Makna Hikmah
dimana dalam upacara setiap warga masyarakat dapat mengambil pelajaran dari
hakekat pelaksanaan upacara tersebut berupa pendekatan diri pada Tuhan Yang
Maha Kuasa dengan harapan nilai keimanan dan ketakwaan semakin bertambah.
c. Makna Ibadah
agama Islam.
melibatkan banyak orang tanpa ada pemisahan status sosial sehingga terjalin
berkesinambungan
4. Bahasa
sekarang dapat ditemui lebih dari tiga puluhan bahasa dengan berbagai macam
dialek. Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya
penggunaan bahasa Sansekerta yang dapat Anda temukan sampai sekarang dimana
Arab seiring masuknya Ajaran Islam di Kerajaan Buton pada abad ke-15 M,
tingginya pengaruh Islam dalam Kesultanan Buton. Disamping itu bahasa Buton
5. Kepercayaan
Sebelum masuknya pengaruh Hindu ke Buton oleh bangsa Majapahit pada abad
ke-13 dan Islam yang dibawah pada abad 15, masyarakat Buton mengenal dan
memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang (animisme dan
seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa alam. Misalnya
Ode Maryam yang dipercaya dapat menjaga mereka dalam mengarungi lautan
Banda yang terkenal ganas. Disamping itu masyarakat Buton juga mengenal Dewa
Masuknya Islam di Buton pada abad ke-15, yang di bawah oleh Ulama dari
Patani juga telah meletakkan dasar-dasar Ilmu Fikih kepada Kesultanan dan
masyarakat Buton. Ilmu Fikih merupakan ilmu Islam yang mempelajari hukum dan
peraturan yang mengatur hak dan kewajiban umat terhadap Allah dan sesama
manusia sehingga masyarakat Buton dapat hidup sesuai dengan kaidah Islam. Dan
Pada Abad ke-16 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf di Buton, yang
Dahulu suku Buton sudah memiliki mata uang. Mata uang kesultanan Buton
tersebut disebut dengan Kampua. Uniknya uang ini berbahan kain tenun dan
mata uang ini pertama kali diperkenalkan oleh Bulawambona, yaitu Ratu kerajaan
7. Mata pencaharian
Perairan di pulau Buton dan Muna kaya akan ikan tuna dan ikan ekor kuning.
Maka dari itu sebagian besar masyarakat suku Buton hidup pada bidang perairan
penghasilan yang cukup di daerah terasa sulit, banyak dari mereka yang kemudian
jagung, ubi kayu, ubi jalar, kapas, kelapa, sirih, nanas, pisang dan lain-lain termasuk
Orang Buton terkenal pula dengan peradabannya yang tinggi dan hingga saat
Istana Malige yang merupakan rumah adat tradisional Buton yang berdiri kokoh
setinggi empat tingkat tanpa menggunakan sebatang paku pun, mata uang
rumah tangga, membuat barang-barang dari tanah liat, menenun dan menyimpan
Sejak dulu, orang Buton juga sangat mementingkan pendidikan. Pendidikan yang
asing. Karena itu, saat ini mulai terlihat hasil-hasil kemajuan di bidang sosial.
menikah, pasangan akan tinggal di rumah keluarga wanita sampai sang suami
anggup mendirikan rumah sendiri. Tanggup jawab membesarkan anak ada di bahu
ayah dan ibu. Rumah tempat tinggal suku Wolio didirikan di atas sebidang tanah
dengan menggunakan papah yang kuat, dengan sedikit jendela dan langit-langit
tradisi yang bisa memperlancar pertumbuhan pribadi masyarakat. Hal ini erat
kemasyarakatan.
Berbicara tentang suku buton, kita tidak dapat lepas dari pembicaraan tentang kerajaan
buton. Kerajaan buton beserta peninggalannya yang autentik sampai hari ini,
merupakan bukti dari eksistensi masyarakat suku buton hari ini. Peninggalan-
1. Jangkar raksasa
Belanda, terletak disebelah utara Masjid Agung Keraton. Jangkar ini diperkirakan
berasal dari kapal VOC yang karam di sekitar Pulau Muna. Berbeda dengan bentuk
fisik jangkar pada umumnya, jangkar ini terbuat dari besi baja tua dengan ukuran
tinggi kurang lebih 3,5 meter dan lebar kurang lebih 2 meter dengan posisi jangkar
dipajang tegak diatas lingkaran berbahan dasar pasir, semen, dan air. Disekeliling
jangkar ini pula terdapat lingkaran fondasi. Disekitar jangkar terdapat 3 buah meriam
Kita ketahui bersama bahwa Indonesia memang memiliki banyak sekali bentuk
tiang bendera . Dan kali ini tiang bendera peninggalan jaman kerajaan Benteng
sangat unik yang memiliki tinggi sekitar 21 meter. Sebenarnya tiang ini tidak ada
yang terlalu berbeda dengan tiang bendera pada umumnya, namun keunikan dari
tiang bendera ini adalah usianya Dan tingginya. Itu dapat dilihat pada gambar di atas,
Tiang bendera ini ternyata sudah berdiri selama 289 tahun lamanya dan hingga
saat ini masih berdiri kokoh tanpa ada kerusakan yang berarti. Tiang bendera ini
memang sama sekali belum pernah dipugar, sehingga benar-benar masih asli ketika
Tiang bendera Benteng Keraton Buton ini sudah berdiri sejak abad ke 13 dan
memiliki bahan dasar dari kayu yang biasa digunakan untuk menaikan bendera
longa-longa milik kesultanan Buton yang diketahui memiliki gambar ular laut. Tiang
bendera berusia ratusan tahun ini memiliki nama Kasulana Tombi dimana dalam
Masjid Agung Keraton Buton atau yang juga dikenal dengan sebutan Masjid
Agung Wolio adalah sebuah peninggalan Kerajaan Islam Buton. Masjid ini terletak
di Sulawesi Tenggara tepatnya di kota Bau-bau, Pulau Buton. Jika dilihat, masjid ini
terlihat biasa aja seperti masjid pada umumnya, namun masjid yang merupakan
masjid tertua di Sulawesi Tenggara ini menyimpan banyak sejarah dan kisah yang
menarik tentunya.
Masjid Keraton Buton ini dibangun sekitar abad 18 Masehi atau dua abad
setelah masa kesultanan di Buton berdiri. Dibangun pada masa pemerintahan Sultan
menampung jamaah hingga 500 orang. Sejak berdiri, masjid ini sudah mengalami
Masjid yang terlihat biasa saja ini ternyata menyimpan kisah menarik di
dalamnya. Masyarakat di sekitaran masjid percaya bahwa masjid yang telah berusia
300 tahun ini dibangun di atas pusat bumi atau lebih dikenal dengan sebutan pusena
tanah. Pusena tanah itu berupa sebuah gua bawah tanah yang terletak di belakang
mihrab. Konon ceritanya, dari gua tersebut dapat terdengar suara azan yang
Banyak cerita atau mitos-mitos yang beredar terkait dengan gua yang terdapat
di dalam masjid tersebut. Beberapa orang percaya bahwa gua tersebut dapat menjadi
jalan menuju Mekkah. Selain itu, ada juga cerita yang mengatakan jika kita melihat
ke dalam gua tersebut, kita dapat melihat kerabat atau sanak suara yang telah
mendahului kita. Percaya atau tidak, itulah beberapa kisah yang beredar di
masyarakat sekitaran Masjid Keraton Buton. Namun saat ini lobang yang berada di
masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh manusia, sehingga benteng keraton
diibaratkan sebagai tubuh manusia. Namun sampai saat ini saya selalu menghitung
lubang yang berada di tubuh manusia dan tidak selalu cukup, mungkin itu semua
hanya dapat dibuktikan oleh orang-orang dulu yang tinggal di keratin buton. Dan
Ke-12 lawa memiliki masing-masing nama sesuai dengan gelar orang yang
akhiran 'na' menjadi 'lawana'. Akhiran 'na' dalam bahasa Buton berfungsi sebagai
pengganti kata milik "nya". Setiap lawa memiliki bentuk yang berbeda-beda tapi
secara umum dapat dibedakan baik bentuk, lebar maupun konstruksinya ada yang
terbuat dari batu dan juga dipadukan dengan kayu, semacam gazebo di atasnya yang
berfungsi sebagai menara pengamat. 12 Nama lawa di antaranya : lawana rakia,
lawana lanto, lawana labunta, lawana kampebuni, lawana waborobo, lawana dete,
5. Meriam
Di dalam keraton buton terdapat 100 buah meriam yang digunakan pada saat
dulu untuk menembak lawan yang coba masuk di perairan buton, yang dimana
meriam ini hampir ada di seluruh keraton buton, dan meriam tersebut terbuat dari
besi tua yang berukuran 2 sampai 3 depa (meter). Meriam ini bekas persenjataan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tenggata Pulau Sulawesi. Kekayaan dan keontentikan kebudayaan ini masih dapat di
lihat dari banyaknya peninggalan budaya dari masa lampau yang masih utuh dan tetap
terpelihara baik dalam bentuk bangunan, adat istiadat dalam perilaku masyarakat
Berbicara tentang suku buton, kita tidak dapat lepas dari pembicaraan tentang
kerajaan buton. Kerajaan buton beserta peninggalannya yang autentik sampai hari ini,
B. Saran
Adapun saran yang mampu penulis berikan adalah perlu adanya pemahaman yang
mendalam tentang suatu suku di Indonesia. Hal tersebut menjadi penting, sebab
tentang suku asli dalam lingkup pemerintahannya. Hal ini bertujuan untuk
Januari 2020
https://dunia-kesenian.blogspot.com/2015/05/sejarah-dan-kebudayaan-suku-buton.html
https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/25/makalah-adat-dan-budaya-buton