Leadership,
Government,
Legacy,
Pendahuluan
82
tertentu yang terjadi perbedaan ketika berkaitan dengan unsurunsur dalam masyarakat yang dibutuhkan sebagai persyaratan.
Banyak orang menggunakan demokrasi sebagai perwujudan
dari demokrasi liberal yang mencakup beberapa unsur
tambahan seperti pluralisme politik, persamaan di depan
hukum, hak untuk dipilih, hak ganti rugi, kebebasan sipil, hak
asasi manusia, dan hak masyarakat sipil di luar pemerintah.
Bentuk lain dari pemerintah yang ada di dunia saat ini
adalah diktator. Diktator adalah bentuk pemerintahan otokrasi
di mana negara diperintah oleh seorang diktator. Di era
modern, diktator merujuk kepada suatu bentuk pemerintahan
otokrasi mutlak oleh kepemimpinan yang tidak dibatasi oleh
hukum, konstitusi, atau faktor-faktor sosial dan politik lainnya
dalam sebuah negara.
Diantara ilmuwan seperti Joseph C.W. Chan dari
Universitas Hongkong memandang bahwa kediktatoran adalah
bentuk pemerintahan yang memiliki hak untuk mengatur tanpa
persetujuan dari orang yang diatur (rakyat), sementara
totalitarianisme menggambarkan keadaan yang mengatur
hampir setiap aspek perilaku masyarakat dan non-pemerintah.
Kediktatoran sangat perhatian pada sumber kekuatan
pemerintahan. Totalitarianisme fokus pada lingkup pengaturan
kekuasaan. Dalam pengertian ini, kediktatoran (pemerintah
tanpa persetujuan masyarakat) adalah berbeda dengan
demokrasi (pemerintahan yang kekuasaannya berasal dari
rakyat) dan totalitarianisme (pemerintah mengontrol setiap
aspek kehidupan masyarakat) sesuai dengan liberalisme
(pemerintah menekankan hak individu dan kebebasan).
Keduanya pada akhirnya memaksakan penghancuran hak dan
kebudayaan bagi kaum minoritas, sumber pengetahuan dan
tradisi masyarakat lokal.
Dengan adanya konsep dan perwujudan demokrasi
yang berbeda-beda; liberal, terpimpin, sosial, partisipasi,
consociational (Budiarjo,1978;96). Setidaknya, hal tersebut
bisa menjadi entry point (jalan masuk) bagi kita untuk
melakukan pengembangan dan perluasan terhadap demokrasi
dengan cara mengadopsi sistem pemerintahan lokal yang
mana dalam sejarah dan kebudayaan Sulsel terbukti bahwa
pemerintahan lokal sebagai sebuah sistem yang melegenda
dalam sistem kepemimpinan dan pemerintahan di Sulsel. Jika
86
90
Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa dibangun dari makalah ini adalah
kisah To Manurung memunyai konsepsi dan pandangan yang
kuat tentang; kepemimpinan sosial dan politik, regenerasi, dan
warisan sistem pemerintahan. Adapun sistem pemerintahan To
Manurung yang dikenal dengan kontrak pemerintahan
memunyai pengertian bahwa: 1. Kekuasan yang diemban oleh
To Manurung merupakan mandat dan anugerah dari Tuhan. 2.
Kontrak pemerintahan menggambarkan hak dan tanggung
jawab para penguasa dan rakyat, mereka menunjukkan bahwa
kekuasaan raja tidak mutlak.
3. Pengalihan wewenang
kekuasaan lebih dititikberatkan pada otoritas, kapabilitas, dan
kompetensi dan bukan melalui kekuatan fisik dan paksaan
berupa money politic dan rekayasa suara. 4. Transformasi
wewenang dari masyarakat ke pemerintah adalah fondasi
dasar dari sebuah kerajaan atau negara. Artinya ketika
wewenang tersebut tidak lagi sesuai dengan keinginan rakyat
maka secara substansial negara itu sudah runtuh.
Dalam pencarian figur To Manurung sekarang ini,
dengan mengambil sosok Batara Guru sebagai ikon pemimpin
sosial yang datang menyelesaikan segenap karut marut
persoalan yang sekarang kita hadapi perlu dilakukan sebuah
persiapan untuk mempercepat kemunculan Batara Guru.
Salah satu cara adalah dengan melakukan replika Batara Guru
baik dalam bentuk pendekatan interaksi simbolik (tindakan),
behavior (perilaku), maupun fungsionalitas struktural (norma
individu/masyarakat). Adapun replika Batara Guru jika dilihat
dari aspek tersebut maka tafsir sosial untuk menentukan dan
memilih sosok Batara Guru adalah mencari sosok guru besar
(Professor) yang dipandang punya kompetensi, dedikasi,
semangat, antusias untuk membangun Sulsel khususnya dan
Indonesia secara umum.
Daftar Pustaka
Abidin, Andi Zainal. 1983, The Emergence of Early Kingdoms
in South Sulawesi; A Preliminary Remark on
Governmental Contracts from the Thirteenth to the
Fifteenth Century,Southeast Asian Studies, Vol. 20,No.4.
Adhan, Syamsurijal. 2009. BISSU YANG ENGGAN
MEMBISU,Proses Encountering Islam dan Kebugisan.
96
97
Paeni,Muchlis,
Edward
L.
Poelinggomang,
Ina
Mirawati. 2003, Batara
Gowa: Messianisme
dalam
Gerakan Sosial di Makassar. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Ratna , Nyoman Kutha. 2005, Sastra dan Cultural Studies,
Representasi Fiksi dan Fakta, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
Sanusi H.M. Daeng Mattata . 1967, Luwu Dalam Revolusi,
Makassar.
Syariati, Ali. 1986, Membangun Masa Depan Islam,Bandung:
Mizan.
98