Anda di halaman 1dari 10

BAB I SEJARAH AWAL KEDATUAN LUWU A. Awal Munculnya Kedatuan Luwu 1.

Berdasarkan cerita yang terdapat dalam Sure Galigo,kedatuan luwu pertama kali didirikan oleh Batara Guru,anak Pototoe dengan Datu Palinge di boting langi. 2. Masa pemerintahan Batara Guru diperkirakan abad ke-10. 3. Luwu merupakan wilayah yang sangat berpengaruh dan merupakan kerajaan tertua,khususnya di sulawesi selatan. 4. Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang makna kata Luwu,Lu atau Luhu.Diantaranya yakni Luwu bermakna,bumiatau wilayah.Atau Luwu berarti riulo. 5. Dalam epos Galigo diceritakan,ketika La Toge Langi (Batara Guru)diturunkan melalui sebilah bambu. 6. Batara Guru menghamparkan berbgai hadiah yang diberikan oleh Patotoe,seperti taletting mprerreq,siri atakka,telle araso,wemporing mani,bertih kilat orang Letteng Nriuq,dan beras berwarna dari sawang kuttu. 7. Dalam perjalanan turun kebumi,batara guru melemparkan telettting mperreq,sehingga menjadi tanah dan diluaskan,mendirikan kampung,mengongggokkan gunung,menebar pebukitan,menghemparkan laut,meletakkan danau,menoreh binanga,melekukan alur sungai dan menjuntaikan serasah dari balik-balik lembah,gunung dan bukit.Siri Atakka yang dilemparkan dari sebelah kanannya dan telleq araso dari sebelah kirinya akan menjadi hutan. 8. Selain berdasarkan tradisi yang berkembang di masyarakat Luwu,terdapat pula beberapa pengungkapan tentang entitas luwu,diantaranya: a. Tana rigella mai ri Luwu,lipu ri ongko ri Sabbangparu (Luwu adalah tanah yang dihampar,negeri pusaka di Sabbangparu. b. Luwu makkebettuangi punnai usoro,riebarai makkunrai,madeceng abatireng,madeceng ampe napatumaningi (Luwu diumpamakan sebagai wanita yang baik asal usulnya,baik perangainya dan patuh serta berbakti. 9. Berdasarkan epos galigo,kedaulatn luwu diperkirakn muncul sekitar abad X Masehi (pendapat lain VI Masehi). 10. Pada masa pemerintahan La Toge Langi atau Batara Guru yang dianggap manusia pertama dalam kepercayaan masyarakat luwu (bugis kuno). 11. Denga diturunkannya La Toge Langi,peradaban masyarakat,khususnya di sulawesi selatan mulai berkembang dan menjadi stereotipe bagi kehidupan masyarakat selanjutnya. 12. Sejarah dan kebudayaan luwu memang tidak lepas dari karya sastra,besar yang dikenal juga denga nama Sure Galigo. 13. Sumber tertulis lainnya tentang luwu juga berasal dari kitab Nagarakertagama karya Empu Prapanca (1365) dari kerajaan majapahit. B. Periodisasi Perkembangan Kedatuan Luwu 1. Priodisasi perkembangan sejarah kedatuan luwu diawali dari suatu tahapan waktu yang disebut dengan periode galigo(hemelingen period) yang diperkirakan berlangsung pada abad X XIII Masehi, atau bahkan mungkin lebih awal lagi yang oleh Gilbert Hamonic memasukannya dalam masa zaman Pra-La Galigo.

2. Pada periode Galigo ini menggambarkan gejala-gejala metafisik,penggambaran awal mula terciptanya dunia dan usaha-usaha dewa dilangit dengan segala keajaibannya untuk menempatkan penguasa diatas bumi. 3. Cerita dalam Sure Galigo menampilkan beberapa tokoh utama yang dianggap sebagai manusia istimewa,diantaranya La Toge Langi (batara guru) dengan segenap kemampuannya yang jauh melampaui jangkauan manusia pada umumnya. 4. Batara Guru adalah titisan Patotoe ( dewa penentu nasib ) yang kemudian menjadi penguasa di bumi. Ia mempunyai kekuasaan yang mutlak ,kewenangan yang tidak terbatas ,serta penerimaan kekuasaan yang tidak rasional ,sehingga memungkinkan untuk menjalankan pemerintahan secara religio-charismatis. 5. Periode berikutnya dikenal dengan Periode Lontara . 6. Periode ini terhitung setelah terjadinya masa kekacauan (sianre bale) yang terjadi selama 7 pariama. 7. Masa sianre bale ini terjadi sebab pada masa itu,masyarakat tidak lagi mempunyai (pemimpin) pemerintahan yang mampu menjaga keamanan rakyat. 8. Masyarakat hanya menganggap bahwa keturunan dari penguasa langitlah (Dewata Patotoe) yang berhak memerintah (berkuasa) di Bumi (Ale Lino). Karena tak adanya keturunan dari langit, maka kekuasaanpun tak terkendali dan terjadilah masa sianre bale. 9. Sistem ini secara umum juga berlaku pada kerajaan lain yang berada di daratan tanah Bugis-Makassar, seperti; Bone, Soppeng, Wajo,Sidenreng dan Gowa. 10. Sistem pemerintahan tersebut berlangsung sekitar abad XIII-XVI. 11. Pada periode lontara yang berkuasa di Kedatuan Luwu bernama Simpurusiang (12681293). 12. Periode berikutnya di kenal dengan Periode Islam yang dimulai pada awal abad XVII dengan di-Islamkannya La Pattiware, Datu Luwu XV La Pattiware memeluk agama Islam pada 15 Ramadhan 1013 H dan menjadi raja pertama yang memeluk agama Islam di Sulawesi Selatan. 13. Pada periode ini, semua sistem pranata di Kedatuan Luwu mulai mengalami perubahan yang disesuaikan dengan konsep ajaran Islam. 14. Pada periode ini, keberadaan seorang pemimpin yang masih dianggap sebagai keturunan dewa dan atau maddaratakkuq (berdarah putih\ suci) semakin tergeser. C. Pusat-Pusat Kedatuan Luwu 1. Sejak berdirihnya sebagai sebuah kerajaan, Kedatuan Luwu mempunyai beberapa pusat-pusat kerajaan (Ibukota Kerajaan). 2. Sejak awal berdirihnya sampai masa pemerintahan Kedatuan Luwu yang terakhir, masih digunakan sebagai nama ibukota kerajaan. 3. Ware adalah pusat tanah Luwu atau pusat pemerintahan Kedatuan Luwu yang dianggap sebagai daerah istimewa oleh masyarakat Luwu. 4. Sepanjang sejarah Kedatuan Luwu, diperkirakan dikenal ada enam Ware, yaitu: a. Ware 1: berlangsung sebelum masa periode Galigo yang diperkirakansekitar abad X Maasehi (Ada juga yang memperkirahkan abad VI). Fase ini dikenal sebagai masa Luwu purba yang barlangsung selama ratusan tahun.Dalam Sure Galigo di sebutkan beberapa nama yang sangat berperan pada masa tarsebut yakni Batara Guru (Datu\Pajung I), Batara Lattu (Datu\Pajung II), Sawerigading, I La Galigo. b. Ware II: berlangsung sekitar abad XIII M c. III: berlangsung sekitar awal abad XIV M. d. Ware IV: berlangsung sekitar abad XVI M e. Ware V:berlangsung sekitar akhir abad XVI M

f.

Ware VI:berlangsung pada awal abad XVII M.

D. Stratifikasi Sosial 1. Dalam masyarakat Luwu dikenal 3 lapisan masyarkat yakni anakarung (bangsawan),to maradeka (lapisan rakyat jelata atau rakyat kebanyakan) dan ata (hamba sahaya). 2. Anakarung merupakan lapisan masyarakat yang paling tinggi. 3. Lapisan ini pada masa to manurung diyakini sebagai keturunan dewata yang merupakan manusia unggul yang bertugas memerintah di bumi. 4. Lapisan to maradeka merupakan lapisan masyarakat kebanyakan. 5. Lapisan ini cukup pleksibel dalam struktur sosial masyarakat luwu.Apalagi sistem mobilitas sosial masyarakat luwu memiliki sifat yang cukup luwes,maka dalam lapisan yang disebut penguasa,tidak hanya terdiri atas golongan yang bersala dari lapisan anakarung saja. 6. Lapisan penguasa jugs disebut elit dari masyarakat ini dapat juga terdiri dari orang-orang yang berasal dari rakyat kebanyakan (to Maradeka). 7. Orang-orang yang yang dapat masuk dalam elit penguasa ini adalah orang-orang yang telah menunjukan prestasi sosial.mereka terdiri dari : a. To Parinta yaitu mereka yang bersal baik dari anakurung maupun to maradeka yg menjadi cendikiawan,pemimpin agam,dan orang-orang berilmu lainnya,dan bekerja untuk permasalhan masyarakat. b. To sugi adalah orang kaya c. To warani adalah prang-orang yang pemeberani yang tamil untuk menangkap dalam kepentingan negara dan rakyat dalam peperangan melawan musuh. d. To sulesana yakni orang-orang yanng memilik keahlian khusus,seperti teknoratteknorat yang tak pernah kering dengan ide-ide dan daya karsanya untuk melakukan perbaikan tehadap masayarakat dan negara. 8. Keempat jenis golonga tersebut ditematkan dalam lapisan elit sosial masyarakat,baik mereka yang berasal dari lapisan anakurung maupun to maradeka. 9. Adapun lapisan terakhir yakni ata 10. Hanya merupakan lapisan yang terjadi mengikuti perkembangan masyarakat,setelah pranat-pranata kemasyarakatan dalam kedatuan luwu tela mengalami taraf perkembangan tertentu. 11. Ada beberapa hal yang menyebabkan lapisan ini muncul.Mereka menjadi ata akibat dari sebuah peristiwa,yakni kalah perang (ditawan),kalah judi,punya utang yang tak mampu di bayar, melanggar peraturan adat (pangngadereng) dengan hukuman yang dijual,dan menjadi dirinya kepada orang lain karena alasan yang tak mampu ia atasi. E. Sistem Kekerabatan 1. Sistem kekerabatan luwu dalam masyarakat luwu disebut assiajingeng. 2. Sistem ini merupakan salah satu hal aspek dalam pangngaderengdan memegang perana yang sangat penting dalam hal pencarian jodoh atau perwakinan. 3. Ada beberapa istilah kekerabatan dalam masyarakat luwu pada umumnya,diantaranya yakni: a. Nene : nenek laki-laki,yaitu ayah dari ibu/ayah dari ego,dengan semua saudara dan sanak keluarga laki-laki dalam angkatan setara dengan nenek. b. Inang/indo : ibu dari ego c. Amang/ambe : ayah dari ego d. Inaure : bibi

e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s. t. u. v. w.

Amaure : paman Matua : mertua laki-laki/permpuan. Puru indo : ibu tiri. Puru ambe : ayah tiri Lakkai/ambe ana : suami W(B)aine/indo ana: istri Ana dara : saudara-saudara perempuan dari ego Padaoroane : saudara-saudara laki-laki dari ego. Ana burane : saudara laki-laki dari istri (suami) ego. Padakkunrae : saudara perempuan dari istri (suami) ego. Ipa : ipar. Baiseng : orang tua dari menantu Salessureng sikaporo : saudara-saudara tiri laki-laki/perempuan dari ego Sapposiseng : sepupu sekali. Sappokarua : sepupu dua kali. Sappokatellu : sepupu tiga kali. Anri : adik. Daeng : kakak. Lago : suami dari saudari saudari dan suami dari sepupu-sepupu perempuan dari istri ego x. Ana : ana y. Anaure : kemanakan aa. Menettu : menantu z. Pru ana : anak tiri bb. Eppo : cucu. BAB II STRUKTUR PEMERINTAHAN KEDATUAN LUWU

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Struktur pemerintahan kedatuan luwu terdir dari : Pajung/Datu,Cenning,Ade Asera,AdeSeppulo Dua,Pakkatenni Ade,dan Pangulu Sara. Pajun/Datu merupakan gelar yang duberikan kepada penguasa (raja)di kedatuan luwu. Datu adalah gelar yang diberikan kepada penguasa (raja) di kedatuan luwu Ada dua golongan bangsawan yang berhak menjadi seorang datu,yaitu Ana Mattola Ana Angngileng. Ana Mattola adalah anak yang lahir pada saat ayah atau ibunya menjadi Pajung/Datu. Anak ini merupakan keturunan bangsawan murni dan lahir dari wija manurung (lahir dari keturunan datu/pajung. Ana mattola ada dua macam,yaitu anamattola massusungeng dan anamattola mallapppi. Ana mattola massusungeng adalah anak yang lahir pada waktu ayah atau ibunya memangku jabatan sebagi pajung/datu. Ayah ibunya juga harus status kebangsawanan yang seimbang. Adapun ana mattola mallappi anak ynag lahir pada saat ayah atau ibunya memangku jabatan sebagai datu/pajung. Adapun anaAngngileng terdiri dari 2 macam yakni anaangngileng lebbi dan ana angmgileng matase. Anaangngileng lebbi merupakan sebutan bagi anak yang lahir sebelum atau sesudah ayah/ibunya memangku jabatan pajung/datu. Ana angngileng matase anak datu/pajung yang mempunyai keturunan Rajeng lebbi atau rajeng matase dari pihak ibunya.

14. Anaangngileng tidak boleh menjadi seorang datu jika masih ada ana mattola. 15. Datu memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan,khususnya dalam memutuskan masalah-masalah kenegaraan. 16. Datu dinobatkan oleh dewan hadat dan dihormati sebagai wija. To manurung (keturunan dewata). 17. Jabatan datu adalah jabatan turun menurun,baik dari garis keturunan ibu atau garis keturunan bapak. 18. Yang diangkat menjadi datu umumnya adalah seorang laki-laki,tetapi dalam keadaan tertentu,seorang perempuan pu dapat diangkat menjadi datu. 19. Tugas seorang datu sangat berat,ia harus lebih mengutamakna kepentingan rakyatnya diatas kepentingan dirinya sendiri. 20. Seorang datu harus mampu memberikan perlindungan dan menjamin keamanan epada rakyatnya. 21. Pajung adalah gelaran yang diberikan diberikan oleh dewan hadat luwu kepada seorang datusetelah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. 22. Secara harfiahpujung berarti payung 23. Maksud pemberian gelar ini bahwa seseorang yang menjabat sebagai pajung harus mampu memayungi kepentingan rakyat yang dipimpinnya,termasuk meningkatkan kesejahteraan dan menciptakan rasa aman bagi mereka. 24. Tidak semua datu bergelar pajung,tetapi pajung adalah datu,karena yang berhak diangkat menjadi pajung hanya seorang yang sedang menjabat sebagai datu. 25. Seorang yang akan dilantik menjadi pajung harus mempunyai pengalaman yang cukup dalam jabatannya sebagai datu. 26. Pajung dianggap sebagai wakil dewata dibumi yang harus diperlakukan dengan sangat terhormat dan penuh etika,termasuk ketika orang berbicara dengannya. 27. Pajung/datu memegang kekuasaan tertinggi dalam struktur pemerintahan kedatuan luwu. 28. Dalam Ade seppulo Dua (hadat 12),pajung datu mempunyai 1 hak suara,tetapi ia tidak masuk sebagai ketua majelis dalam setiap persidangan,atau biasanya diwakili oleh opu cenning apabila ia berhalangan. A. Cenning 1. Jabatan cenning dalam pemerintahan dalam kedatuan luwu,khusus dijabat oleh keturunan datu /pajung yang berstatus ana mattola. 2. Jabatan cenning dapat dianggap semacam putra mahkotayang akan dipersiapkan kelak untuk diangkat menjadi datu/pajung luwu,jika datu/pajung luwu yang sedang berkuasa turun tahta karena mangkat atau mengundurkan diri. 3. Dalam melaksanakan tugasnyancenning mempunya hak/tugas untuk mewakili datu/pajung dalam persidangan,bilamana datu/pajung berhalangan. 4. Dalam sidang adeseppilo dua,cenning mempunyai 1 hak suara,tetapi tidak berhak mengajukan pendapat. B. Ade Asera 1. Ade seppulo dua (hadat 12) adalh sebuah lembaga dalam struktur pemerintahan kedatuan luwu yang berfungsi semacam MPR.Adeseppulo dua mempunyai wewenang untuk membuat dan menetapkan undang-undang serta menentukan siapa yang akan diangkat menjadi pajung/datu kedatuan luwu berdasarkan peraturan yang berlaku. 2. Lembaga ini terdiri dari : datu/pajung luwu,cenning,pakkatenni ade dan anggota ade asera.Ade seppulo dua beranggotakan 15 orang (11 lembaga) dengan seppulo dua (12) hak suara,sebagai berikut :

Datu/pajung dan cenning(keduanya bisa jadi pimpinan sidang).Jika datu/pajung berhalangan maka digantikan ole cenning (2 suara), Pakkatenni ade (1 suara), Makole baebunta (1 suara), Maddika bua (1 suara), Maddika ponrang (1 suara), Anre guru ana arung (1 suara), Anre guru ana pattiriolong (1 suara), Anre guru pampawa epu (1 suara), Matoa wage (1 suara), Matoa cenrana (1 suara), Matoa laleng tonro (1 suara). C. Pakkatenni ade 1. Pemangku adat to maraja/pakkatenni adeadalah badan pelaksana pemerintah yang membantu pajung/datu luwu dalam menjalankan roda pemrintahan seharihari.Pakkatenni ade terdiri dari patunru,pabbicara,tomarilaleng dan balinrante. 2. Opu patunru mempunyai tugas membantu pajung/datu dalam menentukan kibijakan datu. 3. Opu pabbicara mempunyai tugas membantu pajung/datu dlam menentukan kebijakan yang berhubungandengan hukum dan keadilan. 4. Opu tomarilaleng mempunyai tugas membantu pajung/datu dan menetapkan kebijakan yang berhubungan rumah tangga kedatuan. 5. Sedangkan opu balirante meempunyai tugas membantu pajung/datu dalam menetapkan kebijakan yang berhubungan dalam kesejahteraan umum. D. Ana Tellue 1. Gelar snstellue diperkirakan mulai dikenal pad masa pemerintahan batar lattu(datu pajung/luwu II). 2. Anatellue terdiri dari 3 daerah yang pada awal dibentuknya dipimpin oleh tiga saudara yang merupakan anak pangnguriseng,yaitu : Daerah Bua yang dipimpin oleh Guttu Patalo, Daerah Baebunta yang dipimpin oleh La Macceling, Daerah Ponrang yang dipimpin oleh La Pawesing. 3. Ana Tellue masuk dalam susunan anggota adeasera (hadat 9) dan adeseppulo dua (hadat 12). E. Bandera Tellue 1. Bandera tellue (tiga bedera) adalah gelar yang diberikan tiga kelompok utama dalam pemerintahan kedatuan luwu.Bendera tellue terdiri dari : Anre guru ankarung,sebagai pimpinan kelompok dari anak-anak dan keluarga datu/ajung luwu (bangsawan).Kamummue adalah bendera untuk kelompok ini.warna dasarnya kamummu (ungu),sehingga turunan bangsawankedatuan luwu disebut rombena kamummue (jumbai ungu). Anre guru attiriolong,sebagi pimpinan angkatan perang yang bertugas mengawal datu/pajung luwu manjaga keamanan kedatuan luwu.macangnge adalah bendera untuk kelompok attiriolonh (angaktan perang ini).

Anre guru pampawa epu,sebagai pimpinan kelompok pembawa ota/sirih dan pelayanan istana atau merupakan wakil dari golongan buruh atau kaum pekerja. F. Bate-bate Tellue 1. Bate-bate tellue merupakan lembaga yang mengurusi orang-orang pendatang (transmigran) yang semula hanya terdiri dari wajo,soppeng dan bone. Matoa wage, sebagi kepala pemerintahan dari kelompok masyarakat pendatang dari wilayah wage (wajo). Matoa cenran,sebagai kepala pemerintahan dari kelompok masyarakat pendatang dari wilayah cenrana (soppeng) Mato lateng tonro,sebagai kepala pemerintahan dari kelompok masyarakat pendatang dari wilayah laleng tonro (bone). G. Pangulu Syara 1. Kadhi atau pangulu syaradapat diartikan sebagai hakim agam.Seorang kadhi bergelar Datunna Syarae atau biasa disebut Daeng kali. Seorang yang diangkat sebagai kadhi harus mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai hukum syara. 2. Tugas utama seoarang kadhi adalah meberikan nasehat kepada pemerintah dalam hal ini datu/pajung dan pangngadereng,diminta atau tidak diminta ,agar setiap kebijakan yang diambil tidak bertentangan dengan ajaran islam yang telah ditetapkan sebagai agama resmi kedatuan. 3. Jabatan kadhi dibentuk pada masa pemerintahan Pati Pasaung (datu/pajung luwu XVI) atas petunjuk Daeng Mangngawing Patunru Mustafa. 4. Jika terjadi kekosongan pemerintahan dalam waktu yang lama (sampai berbulanbulan), maka jabatan Datu diambil alih oleh Opu Patunru yang merangkap sebagai kadhi dengan gelar Kadhi Matoa.

OLEH : Maulidianti Afdhal Ardina

Anda mungkin juga menyukai