Anda di halaman 1dari 3

Asal Usul Agama Primitif

Pada dasarnya agama primitive mempunyai dua asal-usul yaitu :


1. suatu ajaran yang bersumber langsung dari Tuhan yang berupa wahyu yang
kemudian diturunkan kepada manusia, yeng terbuktu dengan diturunkannya
Adam kedunia, namun terjadi penyelewengan agama oleh para pemeluknya.
Sehingga agama yang pada dasarnya monotheisme menjadi politeisme dan
bahkan animisme. Muka oleh sebab itu Tuhan menurunkan kembali utusannya
guna meluruskan penyelewengan tersebut.
2. agama bersumber pada kajian antropologis, sosiologis, histories, dab
psikologis, karena agama merupakan suatu fenomena soaial ataupun spiritual
yang mengalami evolusi dari bentuk yang sederhana , biasa disebut dengan
agama primitive, kepada bentuk yang sempurna.
Istilah primitif dicirikan pada manusia atau sekelompok orang yang hidup pada
waktu lampau, oleh karena itu primitif tidak diliat sebagai sesuatu yang ada dan
hidup pada masa lampau, tetapi dapat saja terjadi pada seseorang pada saat
sekarang masyarakat modern. Berdasarkan indikasi tertentu yang menunjukkan
adanya karakteristik sebagai manusia primitif, bisa dilihat dari prilaku,
pandangan, ataupun tradisi yang masih primitif sebagai contoh pada umumnya
orang primitif tidak bisa menciptakan elektonik yang serba canggih, sehingga
menganggap itu sebuah benda yang sangat keramat. selain itu, orang desa
masih banayk yang bersifat primitif dibanding orang kota, baik dari segi
pendidikan maupun kepercayaaan terhadap benda-benda yang dianggap
keramat.
Berdasarkan hal tersebut, belum ada kesepakatan atau kesamaan pandangan
berkanaan dengan istilah primitif, namun apabila pengertian primitif ini dikaitkan
dengan agama, seperti yang dikemukakan oleh guru besar dari Antropologi
sosial yang bernama E. Pritchard beliau menyatakan bahwa agama primitif
merupakan bagian dari agama pada umumnya. Bahkan, semua orang yang
berminat pada agama harus mengakui suatu studi tentang pandangan dan
praktek keagamaan pada masyarakat primitif yang beraneka ragam coraknya.
Apabila dilihat dari segi sudut pandangnya, Islam, Kristen, Hindu dan agama-
agama lainnya dapat dikategorikan sebagai agama primitive, atau berawal dari
praktek-praktek agama primiti, mungkiin agama ini derkembang dari agama
yang kecil menjadi besar, yang dalam kurun waktu yang sangat lama tejadilah
perkambanagn agama tersebut.
Banyak kita jumpai sistem ritus, kepercayaan dan etika-etika manusia primitif
misalnya, dinamisme, fetitisme, dan lain-lain yang dimana kesemuanya itu
merupakan nama-nama ilmiah bagi suatu jenis keagamaan, agama primitive
sendiri tidak mengenal adanaya isme-isme, kecuali orang yang memeluk agama
Islam ia akan menyebut dirirnya muslim, sedangkan orang primitive tigak
mengenal apakah dirinya animisme, dinamisme atau sebagainya.
Dalam hal ini manusia primitive adalah sekelompok masyarakat yang memiliki
cirri dan karakteristik yang mempunai isme-isme, praktek, dan tradisi tertentu
yang dianut dan diyakininya. Seperti adanya kepercayaan terhadap mahluk-
mahluk halus dan pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang, atau
melakukan ritual tertentu terhadap benda-benda yang dianggap keramat dan
diperyacaya memiliki kekuatan gaib.
Maka dengan adanya hal semacam ini timbulah adanya upacara bersaji atau
sesajen pada masyarakat primitif, seperti halnya upacara bersaji dimana bersaji
ini merupakan suatu keyakinan dan sudah menjadi doktrin, karena kegiatan ini
merupakan perwujudan dari agama. Yang memiliki fungsi sosial untuk
mengintensifkan solidaritas masyarakat yang dijujukan pada Dewa melalui
adanay korban binatang misalnya, yang dalam hal ini darahnya disajikan untuk
para Dewa, sedangkan dagingnya untuk kita, seperti halnya yang terjadi pada
kelompok masyarakat Bugis yang berada dikalimantan barat, yang dimana pada
tiap tahunnya kelompok ini mengadakan upacara bersaji atau dalam kelompok
ini disebut dengan Makan-makan, upacara makan-makan ini biasanya
dilaksanakan didalam sebuah kelambu yang diadakan di atas tempat tidur orang
yang melaksanakan upacara tersebut, dalamupacara ini disediakan alat-alat
seperti beras kuning, beras putuh, telur ayam kampong yang mentah dan yang
masak masing-masing satu buah.
Dalam pelaksanaan upacara ini setiap anak diusapkan minyak wangi dari telapak
kaki sampai pada ubun-ubun, dan biasanya dilakukan oleh keluarga yang
dianggap paling tua. Bisa kakek, ayah, atau kakak tertuan dalam keliarga
tersebut, sedangkan waktunya biasa dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Guna
menghindarkan diri atau keluarga dari gangguan setan atau Jin yang ada dalam
keluarga tersebut, serta agar semua keluarga selalu berada dalam keselamatan,
serta menjauhkan diri dari gangguan penunggu laut.
Biasanya upacara semacam ini wajib dilakukan pada tiap tahun, apa bila tidak
melakukan hal tersebut maka dalam satu keluarga dan salah satu dari keluarga
tersebut ada yang tidak sempurna kehidupannya. Baik dalam hal jodoh, rizki,
ataupun nasibnya dalam menjalani hidup. Namun upacara atau adapt semacam
ini dapat hilang atau tidak wajib lagi dilakukan apabila salah satu keturunan dari
keluarga tersebut yaitu anaknya menikah bukan dengan oaring yang
berketurunan bugis, maka ia keturunan berikutnya boleh melaksanakan boleh
juga tidak. Namun sebelumnnya belau harus berjanji dulu untuk meninggalkan
hal tersebut agar tidak dikucilkan oleh keluarga.
Dalam hal ini sangat bertentangan dengan ajaran islam karena mereka meminta
pertolongan kepada selain Allah. Namun adapt-adat semacam ini masih banyak
dilakukan oleh masyarakat primitif didaerah tersebut, walaupun mempunyai
dampak positif terhadap kehidupan bermasyarakat. Iani merupakan salah satu
contoh dari sebagian masyarakat primitive yang masih mempertahankan
upacara atau adapt tersebut pada zaman modern saat ini, dan walaupun mereka
memeluk agama islam serta rajin beribadah.
Setelah melihat uraian diatas dapat dikatakan bahwa masyarakat primitive
berpadangan bahwa dunia dan alam sektarnya bukanlah objek tetai sebagai
subjek, lain halnya dengan masyarakat modern memandang dirinya sebagai
subjek sedangkan alam sebagai objeknya. Akibat dari tidak bisanya
membedakan antara subjek dan objek antara manusia dan alam sektarnya,
akhirnya masyarakat primitive memandang sakrala terhadap sesuatu yang dapat
menimbulkan manfaat, kebaikan dan bencana, sebagai contoh apabila ada yang
sakit mereka lebih mempercayai dukun dari pada dokter.
Selain itu keris pohon yang rindang mereka menganggap semua itu memiliki
sesuatu yang sangat sacral sehingga perlu dipeliharan dan dihormati. Jika kita
amati denda-benda tersebut menjadi sacral dikarenakan sikap manusi itu sendiri
yang selalu menganggap benda itu sacral, dalam hal ini kehidupan manusia
primitive dipanihi dengan upacara keagamaan. Oleh karena itu upacara-upacara
keagamaan mewarnai aktivitas kehidupan mereka, sepert pada saat membuka
sawah, lading, perkawinan, serta perbuatan-perbuatan lainny. Dalam setiap
upacara memiliki mite-nya tersendiri, yang mempunyai suatu naskah atau
scenario dari seluruh perbuatan manusia yang harus dilakukan pada setiap
upacara dalam hidupnya.
Agama-agama primitif meskipun disana sini bersifat sinkretis, pada hakaekatnya
sangat berbeda-beda karena telah bercampurnya bebagai unsure. Satu conto
adalah beberapa agama yang bersifat demonistis (kepercayaan dan pemujaan
terhadap roh) tetapi ada agama yang sama sekali tidak mengandung unsure-
unsur demonisme. Demikian pula ada daerah tertentu yang tak mengenal
totemisme, tetapi didaerah lain ada sisa-sisa toteisme yang tak jelas dan sukar
ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai