TAFSIR
Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Ahmad Syahril
Dandi Ari Nugroho
Elisa Sabrina
Muhammad Alif Kilana
Rizky Aulia Zahro
SEMESTER II B
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-qur’an dengan bahasa
Arab. Dialah Dzat yang Maha Tinggi lagi Maha Suci dari segala sifat
kekurangan. Juga sholawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada junjungan
alam Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. semoga kita menjadi
orang yang akan mendapatkan syafa’at di akhirat kelak, amiin.
Makalah ini berjudul “Tafsir Surah Al-Fatihah Ayat 6-7”, makalah ini
merupakan bentuk pemenuhan tugas dari mata kuliah Tafsir.
Tentu makalah ini belum bisa dikatakan baik dan sempurna. Untuk itulah,
kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak. Supaya dikemudian hari kami dapat
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini, serta kami dapat belajar dari
kesalahan-kesalahan yang telah kami lakukan.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya
bagi kami pribadi dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan. Aamiin.
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.........................................................................................1
B.Rumusan Masalah....................................................................................2
C.Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................16
B. Saran........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Surah Al-Fatihah juga dinamakan As-Sab’il-Masani karena surah ini
berisi tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang setiap melaksanakan shalat.
Disebut pula sebagai Surahul-Asas atau Asasul-Qur’an karena surah ini
merupakan pokok Alquran dan merupakan permulaan Alquran. Dan
mendapat sebutan Al-Fatihah karena menduduki urutan pertama atau
merupakan surah pertama yang diturunkan secara lengkap.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian surah Al-Fatihah dan Terjemahannya ?
2. Bagaimana penjelasan umum pada surah Al-Fatihah?
3. Bagaimana tafsir surah Al-Fatihah ayat 6 ?
4. Bagaimana tafsir surah Al-Fatihah ayat 7?
C. Tujuan
1. Agar pembaca memahami pengertian surah Al-Fatihah dan
Terjemahannya
2. Agar pembaca memahami penjelasan umum pada surah Al-Fatihah
3. Agar pembaca memahami tafsir surah Al-Fatihah ayat 6
4. Agar pembaca memahami tafsir surah Al-Fatihah ayat 7
D.
2
BAB II
Pembahasan
ك ِ ) الرَّحْ َم ِن الر2( َ) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين1( يمDِ َّح
ِ ِ) َمال3( َّح ِيم ِ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر
ِ )6( الصِّراطَ ْال ُم ْستَقِي َم
َ الَّ ِذينDَص َراط َ ) ا ْه ِدنَا5( ُك نَ ْستَ ِعين َ ) ِإيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوِإيَّا4( يَوْ ِم الدِّي ِن
ِ َأ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو
]7 - 1 : ) [الفاتحة7( َب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّين
3
merupakan surat pertama dalam daftar surat Al-Qur’an. Meski demikian,
ia bukanlah surat yang pertama kali diturunkan, karena surah yang pertama
kali diturunkan adalah Surah al-Alaq.2
2
Muhammad bin Bahadur bin Abdullah az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-
Ma’rifah, 1391 H), juz 1, hal. 206.
4
berpendapat bahwa pada setiap orang alim terdapat ampunan. Dan
pendapat ini termasuk pendapat yang tergesa-gesa dari mujtahid.
5
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya,
serta menjelaskan janji-janji dan ancamanancaman-Nya. Adapun terkait
kota diturunkannya surat Al Fatihah terbagi menjadi beberapa pendapat di
kalangan ulama. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat Al
Fatihah termasuk dalam golongan surat Makkiyah. Artinya, surat ini
diturunkan di kota Mekah. Namun, ada pula beberapa ulama yang
berpendapat bahwa surat Al Fatihah diturunkan sebanyak dua kali.
Pertama di Mekah, kemudian di Madinah sebagai mubalaghah dalam
memuliakannya. Penjelasan kota diturunkannya surat Al Fatihah dapat
disimak dalam buku Al-Itqan fi Ulumil Qur'an: Samudra Ilmu-Ilmu al-
Qur'an karya Imam Jaluddin al-Suyuthi. "Ada pendapat yang mengatakan
bahwa surat Al Fatihah diturunkan setengah-setengah. Setengahnya di
Makkah dan setengahnya lagi di Madinah. Pendapat ini dikemukakan oleh
Abu Laits as Samarqandi," bunyi buku Al-Itqan fi Ulumil Qur'an:
Samudra Ilmu-Ilmu alQur'an.
6
“tunjukkan kami jalan yang benar” berarti “berilah kami ilham tentang
agama-Mu yang benar, yaitu tiada tuhan selain Allah satu-satunya; serta
tiada sekutu bagi-Nya.”
)الس َراط.
ِ Ketiga, dibaca dengan huruf zay ()ز, sehingga menjadi ()الزراَط.
ِ
Sedangkan menurut bahasa, seperti dikatakan at-Thabari, kata ash-shirath (
Dَ)الصِّراط
َ berarti jalan yang jelas dan tidak bengkok.
Tafsir Kemenag
Ihdi: pimpinlah, tunjukilah, berilah hidayah. Arti "hidayah" ialah
menunjukkan suatu jalan atau cara menyampaikan orang kepada
orang yang ditujunya, dengan baik. Macam-macam Hidayah
7
(Petunjuk) Allah telah memberi manusia bermacam-macam
hidayah, seperti yang juga dibahas dalam Tafsir Al-Fatihah oleh
Muhammad Abduh.
8
Oleh karena itu, sekalipun naluri itu dasar bagi kebaikan,
sebagaimana ia juga dasar bagi kejahatan, kewajiban manusia
bukanlah menghilangkannya, tetapi mendidik dan melatihnya,
agar dapat dimanfaatkan dan disalurkan ke arah yang baik.
Allah telah menganugerahkan kepada manusia bermacam-
macam naluri untuk jadi hidayah (petunjuk) yang akan
dipakainya secara bijaksana.
9
salah. Inilah yang dinamakan dalam ilmu jiwa "ilusi optik"
(tipuan pandangan), dalam bahasa Arab disebut khida' an-
nadhar. Sebab itu manusia masih membutuhkan hidayah yang
lain. Maka Allah menganugerahkan hidayah yang ketiga, yaitu
"hidayah akal".
10
Dengan demikian nyatalah bahwa naluri ditambah dengan
pancaindra, dan ditambah pula dengan akal belum cukup untuk
menjadi hidayah yang akan menyampaikan manusia kepada
kebahagiaan hidup jasmani dan rohani, di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, manusia membutuhkan hidayah lain, di
samping pancaindra dan akalnya, yaitu hidayah agama yang
dibawa oleh para rasul 'alaihimus-salatu was-salam.
11
sesuatu yang ada pada alam ini?" Mereka menjawab, "Tidak!"
Mereka sembah dewa-dewa itu hanya untuk mengharapkan
perantaraan dan syafaat dari mereka terhadap Tuhan yang
sebenarnya. Allah berfirman tentang perkataan musyrikin Arab
itu: "Kami tidak menyembah mereka, melainkan (berharap)
agar mereka mendekatkan kami kepada Allah, dengan sedekat-
dekatnya." (az-Zumar/39: 3)
4. Hidayah Agama
a. Pokok-pokok agama ketuhanan Allah mengutus rasul-rasul
untuk membawa agama yang akan menunjukkan kepada
manusia jalan yang harus mereka tempuh untuk
kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Mula-mula yang
ditanamkan oleh rasul-rasul itu adalah kepercayaan tentang
adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-sifat
kesempurnaan-Nya, guna membersihkan itikad manusia
dari syirik (mempersekutukan Allah). Rasul membawa
manusia kepada kepercayaan tauhid dengan melalui akal
dan logika, yaitu dengan mempergunakan dalil-dalil yang
tepat dan logis.
5. Hidayah Ilham
Hidayah ilham ini sudah ada pada anak anak sejak ia mulai
dilahirkan. Bila mana ia ingat akan kebutuhan nya misalnya
makanan, seketika itu juga ia menangis meminta makanan itu.
12
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.
13
Fatihah ayat 7 adalah petunjuk Allah. Kelompok yang dimurka adalah
Yahudi. Sementara kelompok yang tersesat adalah Nasrani. Menurutnya,
kata petunjuk pada “ihdi” (Surat Al-Fatihah ayat 6) mengisyaratkan bahwa
mereka yang menerima petunjuk bukan kelompok Yahudi dan Nasrani. Ini
sebenarnya pandangan umumnya mayoritas ulama tafsir. Meski demikian,
Syekh Jalaluddin mengatakan, Allah lebih mengetahui mana (tafsiran)
yang benar. Hanya kepada-Nya semua dikembalikan. Artinya, manusia
bagi Syekh Jalaluddin boleh saja menafsirkan ayat-ayat suci (tentu dengan
tanggung jawab dan kompetensi yang memadai), tetapi kebenaran mutlak
hanya milik Allah belaka. Imam Ibnu Katsir dalam karyanya Tafsirul
Qur’anil Azhim (lebih dikenal Tafsir “Ibnu Katsir”) mengutip pandangan
sejumlah sahabat dan ulama. Menurutnya, kata “shirātal ladzīna” pada
Surat Al-Fatihah ayat 7 merupakan penjelas kata “as-shirātal mustaqīm”
pada Surat Al-Fatihah ayat 6.
14
membilangnya. Tetapi secara pokok, nikmat itu terbagi dua, duniawi dan
ukhrawi.
Nikmat duniawi terbagi dua, yaitu wahbi (anugerah Allah begitu saja)
dan kasbi (yang diupayakan). Nikmat wahbi terbagi dua, yaitu rohani
(seperti roh, akal, daya pikir) dan jasmani (seperti rupa fisik, kekuatan
fisik, kesehatan, dan kesempurnaan anggota badan). Sedangkan nikmat
kasbi adalah pembersihan batin dari segala sifat tercela, tindakan menghias
batin dengan akhlak terpuji, menghiasi raga dengan bahasa tubuh dan
perhiasan yang patut, pangkat dan harta. Adapun nikmat ukhrawi adalah
ampunan Allah atas kelewatan batas kita, ridha-Nya atas kekhilafan,
penempatan kita di tempat tertinggi “a‘lā illiyyūn” bersama para
muqarrabin. Tujuan utama kita adalah nikmat Allah yang ukhrawi.
Sedangkan nikmat duniawi merupakan jalan atau wasilah untuk meraih
nikmat ukhrawi, kata Imam Abus Sa‘ud. Syekh Wahbah Az-Zuhayli
dalam karyanya Tafsir Al-Munir berpendapat, orang yang diberi nikmat
pada ayat ini adalah para nabi, orang yang jujur teguh, orang syahid, dan
orang saleh terdahulu. Mereka adalah sebaik-baik sahabat.
15
kebenaran secara benar. Mereka adalah kelompok yang belum disinggahi
risalah atau kelompok yang telah disinggahi risalah agama dengan
kekurangan di sana dan sini.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
terhadap Hari Kiamat, cara beribadah, dan petunjuk dalam menjalani
hidup
B. Saran
Penulis sangat mengharap saran dan kritik yang membangun apabila
ada kekeliruan atau hal yang tidak memuaskan dalam penulisan makalah
ini untuk lebih menyempurnakan dalam penulisan makalah yang
berikutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
19