Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

POKOK-POKOK KANDUNGAN AL-QUR’AN


TAFSIR SURAH AL-FATIHAH
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu: Drs. H. Kamaruddin, M.A.

Disusun oleh: Kelompok I


M. Khatami
Siti Fatimah
Kelas/lokal B semester IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan khadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya makalah ini dapat di selesaikan dengan tepat waktu dan sesuai dengan
rencana. Makalah yang berjudul “Poko-Pokok Kandungan Al-Qur’an; Tafsir Surah
Al-Fatihah” makaalah ini sebagai pemenuhan tugas dari dosen yang mengampu
matakuliah Tafsir Tarbawi.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah
SAW, keluarga dan para shabatnya dengan mengucapkan:
‫اللّهم صلّى على سيدنا مح ّمد وعلي علي مح ّمد‬
Mudah-mudahan dengan seringnya kita mengirimkan sholawat kepada Rasulullah
SAW, kelak kita mendapatkan syafa’at di yaumil akhir, Aamiin.
Pembuatan makalah ini banyak kendala yang di hadapi, namun berkat
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat teratasi.
Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada pihak yang telah berkonstribusi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan, tetapi
masih memerlukan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi panutan bagi para pembaca,
khususnya bagi para penulis sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai, amin.

Tembilahan, 19 Februari 2020.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
D. Manfaa.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Lafadz Surah Al-Fatihah............................................................................3
B. Riwayat Turunnya Surah Al-Fatihah.........................................................3
C. Tafsir Surah Al-Fatihah.............................................................................6
D. Konsep Pendidikan Yang Terkandung Dalam Surah Al-Fatihah..............13

BAB III PENUTUP................................................................................................17


A. Kesimpulan................................................................................................17
B. Kritik dan Saran.........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-qur’an tidak hanya buku atau dokumen sejarah, tetapi juga yang lebih
penting lagi, kenyataan hidup dan berlaku dalam kehidupan umat Islam. Ia
memberika harapan dan memberikan kekuatan di hadapan ke ghaiban kehidupan
dan menentukan nasib mereka di dunia dan di akhirat. Itulah sebabnya, ia harus
dihardirkan kehadapan para pembaca dan segala dimensinya.
Dari sebanyak 114 surah di dalam al-Qur’an, suruh al-Fatihah termasuk
surah yang paling popular, dimulai dari golongan anak-anak sampai golongan
dewasa. Surah ini merupakan surah pertama di dalam al-Qur’an dan terdiri dari 7
ayat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada waktu di kota
Mekkah, sehingga surah ini tergolong kepada surah Makkiyah.
Di dalam surah ini banyak sekali mengandung nilai agama terhadap
pendidikan Islam, oleh karena itu penulis mencoba mengkaji dan menyusun isi-
isi kandungan yang terdapat dalam surah al-Fatihah dengan mengangkat judul
makalah “Pokok-pokok Kandungan Al-Qur’an; Tafsir Surah Al-Fatihah”
walaupun surah ini terdiri dari tujuh ayat, akan tetapi isi kandungannya bagaikan
samudera yang luas tiada batas, semakin diselami semakin tampak mutiara-
mutiara yang terkandung di dalamnya.
Mudah-mudahan dengan hadirnya makalah sederhana ini di depan
pembaca dapat sedikit menambah ilmu dan wawasan serta dapat memberikan
manfaat bagi pembaca, wabil khusus kepada penulis sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya yaitu:
1. Apakah yang di maksud dengan surah al-Fatihah?
2. Dimanakan turunnya surah al-Fatihah berdasarkan mayoritas ulama?

1
3. Bagaimanakah Tafsir surah al-Fatihah?
4. Apasajakah nilai-nilai ajaran dan pendidikan yang terkandung dalam tafsir
surah al-Fatihah?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini
yaitu:
1. Mengetahui arti atau maksud dari surah al-Fatihah.
2. Mengetahui tempat turunnya surah al-fatihah.
3. Mengetahui tafsir yang terdapat dalam surah al-Fatihah.
4. Mengetahui nilai-nilai ajaran dan pendidikan yang terkandung dalam surah
al-Fatihah.

D. Manfaat
1. Agar dapat menerapkan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalam
surah al-Fatihah.
2. Agar dapat menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pada surah ini merupakan salah satu penentu sah tidaknya sholat seseorang,
karena al-Fatihah merupakan rukun dalam sholat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lafadz Surah Al-Fatihah


         
        
       
      
 

Artinya: Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang; Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam; Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang; Yang menguasai di hari Pembalasan;
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah
Kami meminta pertolongan; Tunjukilah Kami jalan yang lurus;
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
mereka yang sesat. (al-Fatihah: 1-7).

B. Riwayat Turunnya Surah Al-Fatihah


Al-fatihah berasal dari kata fataha, yaftahu, fathah yang berarti pembukaan
dan dapat pula berarti kemenangan. Dinamai demikian karena dilihat dari segi
posisinya surat al-fatihah berada pada bagian awal yang mendahului surat-surat
lain. Sedangkan fatihah dalam arti kemenangan dapat dijumpai pada nama surat
yang ke-48 yang berjudul al-fath yang berarti kemenangan.1
Selanjutnya al-fatihah dilihat dari segi ajaranya yang memuat pokok-pokok
ajaran yang terkandung dalam surat-surat lainnya dalam al-Qur’an sebagaimana
telah disinggung diatas, sering pula disebut sebagai Umm al-Qur’an (induknya
al-Qur’an) dan Umm al-Kitab (induknya al-Kitab, yakni al-Qur’an). Dalam
kaitan ini tafsir departemen Agama RI, menyatakan surat Al-fatihah ini dinamai
Umm al-Qur’an atau Umm al-Kitab, karena dia merupakan induk, pokok, atau
1
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2012), h. 14.

3
basis bagi al-Qur’an seluruhnya, dengan arti bahwa surat al-Fatihah ini
mengandung pokok-pokok isi al-Qur’an.
Nama lainnya yang diberikan kepada surat al-Fatihah adalah sab’u min al-
Matsani (tujuh yang diulang) hal ini di jupai dalam hadis nabi yang berbunyi
“demi Tuhan yang diriku di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan di dalam al-
Taurat, tidak di dalam injil, tidak di dalam al-Zabur, tidak di dalam al-Furqan
ayat-ayat yang menyamai al-Fatihah. Dialah tujuh ayat yang diulang di dalam al-
Qur’an al-Adziem yang diberikan kepadaku”(H.R. Muslim).
Dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah
Bahwa Rasulullah SAW bersabda:2
.‫ب َو ِه َى ال َّس ْب ُع ْال َمثَانِى‬
ِ ‫ان َو ِه َى فَاتِ َحةُ ْال ِكتَا‬
ِ ْ‫ِه َى اُ ُّم ْالقُر‬
“Ia adalah ibu al-Qur’an, dan ia adalah Fatihatul Kitab, dan ia adalah
tujuh yang diulang-ulang”.

Sebab-sebab al-Fatihah dinamai As-Sab al-Matsani adalah karena ayatnya


berjumlah tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sembahyang kaitan ini ibn
katsir mengatakan sebagai berikut.3
Telah ditetapkan dalam kitab shahih Bukhari menurut al-Turmudzi dan
membenarkannya yang diterima dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah SAW
bersabda , bahwa al-hamdulillahirobbil aalamiin adalah termasuk umm al-
Qur’an , Umma al-Kitab, sab’al-matsani dan al-Qur’an al-Adziem.
Selain itu, al-Fatihah juga bernama al-Syifa’, al-Raqiyah, asas al-Qur’an ,
al-Waqiyah dan al-Kafiyah, nama al-Syifa’ yang berarti obat dan didasarkan
2
Hamka, Tafsir Al-Azhar; Dipperkaya degan Pendekatan Sejarah, Sosiologi, Tasawuf, Ilmu
kalam, Sastra, dan Psikologi. Jilid 1. (Jakarta: Gema Insani. 2015), h. 59.
3
Al-fatihah terdiri dari tujuh ayat sebagaimana dijelaskan dalam surah al-hijr ayat 87:
.‫ان ْال َع ِظي َم‬
ِ ‫َولَقَ ْد َءاتَيْنكَ َس ْبعًا ِّمنَ ْال َمثَا ِنى َو ْالقُرْ َء‬
“Dan sungguh, kami telah memberikan kepadamu tujuh (ayat) yang (dibaca) berulang-ulang)
dan al-Qur’an yang agung”.
Para mufassir sepakat bahwa yang dimaksud dengan tujuh ayat yang diulang-ulang itu adalah al-
Fatihah, dan al-Fatihah itu sendiri diberi julukan “al-Qur’an yang agung” banyak yang menafsirkan
bahwa yang dimaksud berulang-ulang itu adalah, berulang dibaaca pada waktu sholat. Lihat: M.
Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, (Jakarta
Selatan: Paramadina. 2002), h. 22-23.

4
pada hadits marfu’ yang diriwatarkan al-darimy dari Abi Sa’id yang berbunyi
fatihah al-Kitab syifa min kulli samm (surat al-Fatihah adalah obat dari setiap
penyakit). Inilah yang diduga mendasari kaum muslimim mempergunakan surat
al-Fatihah sebagai do’a yang seringkali dibaca untuk mendapatkan
perlindungan dari Allah SWT. Selanjutnya nama al-Raqiyah yang berarti
permohonan ini didasarkan pada hadits Abi Sa’id yang terdapat dalam shahih
bukhari, yang mengatakan bahwa ketika seorang laki-laki mengharapkan
keselamatan , Rasulullah SAW mengatakan kepadanya wa maa yudrika annaha
raqiyah yang artinya tidakkah ia dapati bahwa al-Fatihah itu merupakan
keselamatan? Sedangkan nama al-fatihah sebagai asas al-Qur’an yang berarti
dasar-dasar al-Qur’an didasarkan pada riwayat al-sya’bi dari ibn ‘Abbas.
Rasulullah SAW menyatakan wa asasuha ibismillahirrahmanirrahim artinya asas
al-Fatihah itu adalah bismillahirrahmanirrahim. Sedangkn nama al-Waqiyah
yang berarti pemelihara diberikan oleh Sufyan bin Uyainah, dan nama al-Kafiyah
yan berarti yang mencakup diberikan oleh Yahya bin Abi Katsir.
Selanjutnya dalam kitab Asbab al-Nuzul Imam Abi al-Hasan Ali bin
Ahmad al-Wakhidiy al-Nasyaburi mengatakan, bahwa dalam hal turunnya surat
al-Fatihah ini terdapat perselisihan, Namun menurut sebagian besar pada ahli
tafsir bahwa surat tersebut turun dimekkah. 4 Pendapat ini dikalangan Jumhur
Ulama sepakat bahwa Al-Fatihah termasuk kelompok Makkiyah. 5
Akan tetapi turunnya surah al-Fatihah tidak diketahui keterangannya
tentang sebab-sebab atau peristiwa yang menyertai turunnya surah tersebut, serta
dalam situasi dan kondisi yang bagaimana surut itu turun, dan tahun berapa
tepatnya surah itu turun? Pernyataan ini belum ada riwayat yang menjelaskannya.
Namun dari keterangan bahwa surah al-Fatihah itu turun pada awal
4
Pendapat yang lebih kuat ialah yang menyatakan bahwa surah ini diturunkan di Mekkah. Al-
Wahidi menulis di dalam kitabnya Asbabun Nuzul dan ats-Tsalabi di dalam tafsirnya riwayat dari Ali
bin Abi Thalib, dia berkata bahwa kitab ini diturunkan di Mekkah, dari dalam perbendaharaan di
bawah ‘Arsy. Lihat: Hamka, Tafsir Al-Azhar, h. 57.
5
Dadan Rusmana dan Yayan Rahtikawati, Tafsir Ayat-ayat Sosisal Budaya, (Bandung: CV
Pustaka Setia. 2014), h. 52.

5
disyariatkannya sholat, maka dapat diperkirakan pada saat Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW, yang menurut sejarah di sekitar satu tahun menjelang
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, yaitu pada tahun ke-13 dari Kenabian
Muhammad SAW.6
Ada empat alasan yang menyebabkan surah al-Fatihah itu menjadi popular
dan dikenal di kalangan masyarakat. Yaitu:
1. Surat al-Fatihah berada pada urutan pertama dalam susunan al-Qur’an.
2. Surat al-Fatihah termasuk bacaan wajib dalam sholat.
3. Surah al-Fatihah mengandung pokok-pokok ajaran al-Qur’an.
4. Surah al-Fatihah seringkali digunakan sebagai do’a.

C. Tafsir Surah Al-fatihah


Ibnu Maskawaih meriwayatkannya dari Yazid bin Khalid dan Sulaiman bin
Buraidah dalam riwayat dari Abu Karim, dari Abu Buraidah, dari ayahnya;
berkata, “Rasulullah SAW. Bersabda, “telah diturunkan kepadaku satu ayat
yang tidak pernah diturunkan kepada para nabi lain, kecuali kepada Nabi
Sulaiman dan Aku.7
     
Kata ism adalah lafadz yang menunjukkan pada nama pribadi seseorang
seperti Muhammad dan manusia, atau menunjukkan pada sebuah pengertian
abstrak seperti ilmu dan kesopanan. Dalam kaitan ini, kata ism menunjukkan
pada nama Allah, dimana ayat-ayat al-qur’an banyak memerintahkan agar
menyebut nama-Nya. Selanjutnya lafadz Allah adalah nama khusus bagi zat yang
wajib dipuja dan tidak dapat diberikan nama tersebut selain kepada-Nya.
Sedangkan ar-rahman dan ar-rahiimyang berarti pengertian yang bersemayam
dalam hati yang memunculkan oleh orang yang memiliki dalam bentuk
perbuatan baik terhadap orang lain.8

6
Abuddin Nata, Op.Cit., h. 19.
7
Dadan Rusmana dan Yayan Rahtikawati, Ibid., h. 61.

6
Dalam hadits, diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Diterangkan bahwa
keberkahan basmallah dapat mengusir setan. Oleh karena itu, disunatkan
mengawali setiap pekerjaan dan perkataan dengan membaca ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW.
.ُ‫ال الَيُ ْب َدُأفِ ْي ِه بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ م ِن ال َّر ِحي ِْم فَه َ}ُو َأ ْبتَر‬
ٍ َ‫ُكلُّ َأ ْم ٍر ِذيْ ب‬

Artinya: Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
amalan tersebut terputus berkahnya.
Menyebut nama Allah dengan lisan berarti mengucapkan Asmaul Husna,
sekaligus memuji dan mengucapkan rasa syukur kepada Allah, juga berarti
memohon pertolongan kepada Allah agar diberikan kemudahan dan kekuatan
untuk melaksankan kegiatan sesuai denga syari’at. Sebab, semua kegiatan yang
tidak dimulai dengan nama Allah, tidak diakui syari’at.9
Manusia adalah makhluk Allah yang di bekali dengan hati dimana hati
berperan dalam kehidupan manusia setiap saat, baik secara fisik maupun mental.
Hati memiliki fungsi utama untuk menggerakkan dan mengarahkan kehidupan
seseorang. Berbeda dengan hewan yang hanya menggunkan instingnya saja,
tidak mampu membedakan mana buruk dan benar.
     
Maksud dari lafadz al-hamdu10 dari segi Bahasa adalah pujian atau
sanjungan terhadap perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang melalui
8
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada. 2012), h. 23-24.
9
menurut Ahmad Mustofa Al-Maragi yang dikutip oleh Mhd. Mirza Munandar dalam
Skripsinya, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Quran Surat Al-Fatihah, (Banda Aceh: Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry. 2018), h. 57. Di dalam Tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa pengucap
Basmalah ketika mengaitkan ucapannya dengan kekuasaan dan pertolongan Allah, bagi yang
mengaitkannya dengan kata itu, maka seakan-akan ia berkata, “dengan kekuasaan Allah dan
pertolongan-Nya pekerjaan yang saya lakukan dapat terlaksana. Lihat: M. Quraish Shihab, Tafsir Al-
Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati. 2016), h. 29.
10
Lafadz ini menunjukkan perasaan yang melimpah masuk kedalam hati seorang mukmin,
hanya semata-mata mengingat Allah. Di samping itu, sampai dan melimpah pulalah karunia Allah
SWT kepada hamba-Nya yang beriman, yaitu apabila dia mengucapkan Alhamdulillah maka Allah
menulis untuknya satu hasanah ‘kebajikan’ yang memberatkan semua timbangan kebajikannya. Lihat:
Sayyid Quthb, Penerjemah; As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil dan Muchotob Hamzah, Tafsir
Fi Zhilalil Qur’an; Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani Press. 2000), h. 26.

7
usahanya. Kata ini menjadi pernyataan syukur sebagaimana Allah tidak
bersyukur kepada seorang hamba yang tidak memuji-Nya. Hal yang demikian
didasarkan pada alasan karena menyatakan kenikmatan dengan lisan dan pujian
terhadap seseorang yang melakukannya menyebabkan ia terkenal di kalangan
sesama manusia, dan menyebabkan pemiliknya memiliki perasaaan yang
menyenangkan.11
Adapun kata rabb pemilik yang mendidik yaitu orang yang mempengaruhi
orang yang dididiknya dan memikirkan keadaannya. Sedangkan pendidikan yang
dilakukan Allah terhadap manusia ada dua macam yaitu pendidikan, pembinaan
atau pemeliharaan kejadian fisiknya yang terlihat pada pengembangan jasad atau
fisiknya mencapai kedewasaan, serta pendidikan terhadap perkembangan potensi
kejiwaan dan akal pikirannya, pendidikan keagamaan dan akhlaknya yang terjadi
dengan diberikannya potensi-potensi tersebut kepada manusia, sehingga dengan
itu semua manusia dapat mencapai kesempurnaan akalnya dan bersih jiwanya.
Sedangkan kata al-alamiin yang bentuk tunggal alam adalah meliputi
seluruh yang tampak ada. Kata alam ini biasanya tidak digunakan kecuali pada
kelompok yang dapat dibedakan jenis dan sifat-sifatnya yang lebih mendekati
pada makhluk yang berakal. Yang dapat dimasukkan dalam kelompok ini adalah
alam al-Insan (alam manusia), alam al-Hayawan (alam binatang), dan alam al-
Nabat (alam tumbuh-tumbuhan), dan tidak dapat dimasukkan kedalam alam al-
Hajar, alam al-Turab.
  

Makna al-rahman adalah yang memberikan kenikmatan yang baik kepada
hamba-hamba-Nya tanpa mengenal batas dan akhir. Lafadz ini hanya untuk
Allah dan tidak dapat dilekatkan pada yang lain-nya. Sedangkanal-rahim adalah
zat yang padanya terdapat sifat Rahman (kasih sayang) yang dari padanya dapat
timbul perbuatan yang baik.12
11
Abuddin Nata, Op.Cit., h. 25-26.
12
Allah adalah rabb al-‘Alamin , pemelihara alam raya, pemeliharaan-Nya itu bukan untuk
kepetingan-Nya, tetapi semata-mata karena sifat Rahman-Nya yang tercurah kepada seluruh makhluk

8
    
Kata maliki berarti mengatur perilaku orang-orang yang berakal dengan
cara memberikan perintah, larangan dan balasan. Hal ini sejalan dengan
ungkapan malik al-naas yang mengatur dan menguasai manusia. Sedangkan
lafadz al-din dari segi Bahasa digunakan untuk pengertian al-hisab yakni
perhitungan, berarti pula memberikan kecukupan, pembalasan yang setara
dengan perbuatan yang dilakukan manusia semasa hidupnya di dunia.13

     


Kata ibadah dalam ayat ini berarti merendahkan diri yang disertai perasaan
dan getaran hati yang muncul karena mengagunggkan Zat disembah (Allah
SWT) yang didasarkan pada keyakinan bahwa pada-Nya terdapat kekuasaan
yang hakikatnya tidak dapat dijangkau oleh pemikiran atau dicapai oleh sejauh
kemampuan nalarnya. Intinya ayat ini berisi perintah Allah agar seseorang tidak
menyembah selain Allah, karena dia-Lah yang tersendiri dengan kekuasaan-Nya.
Selain itu ayat ini juga melarang seseorang menyekutukan-Nya atau
mengagunggkan selain diri-Nya, dan menyuruh kita agar tidak meminta
pertolongan kepada selain kepada-Nya.14
Ayat ini mengandung beberapa pesan tentang kebersamaan antar umat
yang menjadikan setiap muslim harus memiliki kesadaran social, yang
menjadikan keakuannya lebur secara konseptual bersama aku-aku yang lainnya.
Setiap muslim dengan demikian, menjadi seperti menjadi satu jasad yang
merasakan keperihan bila satu organ menderita penyakit.15
    

dalam kehidupan dunia ini dan sifat Rahim-Nya yang di anugrahkan kepada hamba-hamban-Nya yang
taat, lebih-lebih di hari kemudian nanti. Lihat: M. Quraish Shihab, Al-Lubab; Makna, Tujuan, Dan
Pembelajaran Dari Al-Fatihah Dan Juz ‘Amma, (Jakarta: Lentera Hati. 2008), h. 8.
13
Ibid, h. 26-27.
14
Ibid.
15
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, Op.Cit., h. 12.

9
Kata hidayah yang terdapat dalam ayat ini mengandung arti petunjuk yang
membawa kepada tercapainya sesuatu yang diharapkan. Sedangkan al-shirath
berarti jalan, dan musthaqim berarti lurus. Hidayah yang Allah berikan kepada
manusia terdapat beberapa macam:16
1. Hidayah al-Ilham, yaitu hidayah yang diberikan kepada bayi sejak
kelahirannya, seperti perasaan butuh terhadap makanan dan menangis
apabila mengharapkan makanan tersebut. Di dalam Tafsir Al-Misbah
disebutkan bahwa, Allah menuntun setiap makhluk kepada apa yang perlu
dimilikinya dalam rangka memenuhi kebutuhannya dialah yang memberi
hidayah kepada anak ayam memakan benih ketika baru saja menetas.17
2. Hidayah al-Hawas, yaitu hidayah ini dan hidayah al-ilham keduanya
diberikan kepada manusia dan hewan. Bahkan kedua hidayah tersebut lebih
sempurna pada hewan disbanding manusia, karena hidayah ilham dan hawas
pada manusia peertumbuhannya sangat lambat, dan bertahap disbanding
dengan hewan, yang ketika lahir sudah bisa makan, bergerak, berjalan dan
sebagainya.
3. Hidayah al-Aql, yaitu hidayah yang kedudukannya lebih tinggi dari pada
hidayah ilham dan hawas. Hidayah ini hanya untuk manusia, karena manusia
diciptakan untuk hidup bersama dengan yang lainnya. Sedangkan hidayah
al-ilham dan hidayah al hawas tidak cukup untuk mencapai kehidupan
bersama itu.
4. Hidayah al-Adyan wa al-Syara’, yaitu hidayah yang ditujukan kepada
manusia yang cenderung mengikuti hawa nafsunya, membiarkan dirinya
terpedaya oleh kelezatan duniawi dan syahwat menempuh jalan keburukan
dan dosa, saling bermusuhan antar sesamanya, saling mengalahkan antara
satu dengan yang lainnya, hal itu dapat terjadi karena akalnya dikalahkan
oleh hawa nafsu. Oleh karena itu perlu dijelaskan batasan-batasan dan

16
Ibid., h. 27-28.
17
M. Quraish Shihab, Op.Cit., h. 75.

10
aturan, agar mereka berpegang teguh padanya. Batasan dan aturan tersebut
adalah hidayah al-din yang diberikan Allah kepada manusia.

        


 
Yang dimaksud dengan kata al lazina dalam ayat ini adalah orang-orang
yang mendapatkan kenikmatan dari allah, yaitu para nabi, orang-orang jujur,
orang-orang yang sholih yang terdiri dari kelompok pemeluk islam terdahulu.
Sedangkan al maghdhhubi alaihim adalah orang-orang yang menolak agama
yang benar yang disyariatkan kepadanya. Mereka berpaling dari kebenaran dan
tetap mengikuti apa yang diwariskan nenek moyang mereka, dan semua itu
menyebabkan mereka dimasukkan kedalam neraka Jahannam. Sedangkan al-
dlallun adalah orang-orang yang tidak mengenal kebenaran, atau tidak
mengetahui sesuatu secara benar, yaitu orang-orang yang kepadanya tidak
sampai risalah, atau sampai risalah kepada mereka namun mereka enggan
mengikutinya.
Dalam ayat ini mengajarkan agar menisbatkan segala yang baik kepada
Allah, sedangkan yang buruk harus dicari terlebih dahulu penyebabnya. Ini
dipahami dari penisbahan pemberian nikmat kepada-Nya; “jalan orang-orang
yang engkau beri nikmat”. Sedangkan menyangkut murka tidak dinyatakan:
“yang Engkau murkai”, tetapi, “yang dimurkai”.18
Di dalam penjelasan Tafsir Al-Misbah, dianjurkan mengakhiri bacaan
surah al-Fatihah dengan ucapan Aamiin walaupun kata ini bukan bagian dari
surah al-Fatihah. Terdapat beberapa pendapat tentang makna Aamiin:19
1. Ya Allah Perkenankanlah! Demikian pendapat mayoritas ulama.
2. Ya Allah lakukanlah!
3. Demikian itu, Ya Allah. Maka semoga Engkau mengabulkannya.
4. Jangan kecewakan kami, Ya Allah.
18
M. Quraish Shihab, Al-Lubab, Op.Cit., h. 12.
19
Ibid., h. 93.

11
5. Aamiin adalah satu nama Allah SWT.
Jika pengertian Aamiin dikaitkan langsung dengan ayat-ayat surah al-
Fatihah, permohonan yang kita ajukan adalah kandungan ayat ke tujuh dan
dengan demikian itu diakhiri dengan permohonan baru yaitu Aamiin yakni
kiranya Allah memperkenankan dan tidak mengecewakan permohonan.
Tetapi, jika Aamiin dikaitkan dengan bunyi salah satu hadits, permohonan
itu mencakup seluruh ayat-ayat surah al-Fatihah.

D. Pokok-pokok Ajaran dan Konsep Pendidikan Yang Terkandung Dalam


Surah Al-Fatihah
1. Berisi pokok-pokok Ajaran Tentang Keimanan
Yaitu beriman kepada Allah dan hari akhir, pada surat ini diperkenalkan
tentang sifat-sifat Allah yang diwakili oleh lafadz ar-rahman dan ar-rahim
(Maha Pengasih dan Maha Penyayang) yang diulang masing-masing dua kali;
dan perbuatan Allah yang diwakili lafadz rabb al-alamin (yang menguasai,
memelihara, membina, mendidik, mengarahkan dan membina seluruh alam),
terutama alam yang memiliki unsure kehidupan, makan, minum dan bergerak;
serta adanya hari akhir yang diwakili oleh lafadz malik yau al-din (yang
menguasai hari pembalasan).20
Pokok-pokok ajaran tentang keimanan yang terdapat dalam surah al-
fatihah ini sama sekali tidak menyinggung zat tuhan; karena hal ini termasuk
masalah yang tidak mungkin dijangkau oleh panca indra dan akal manusia
yang terbatas. Ajaran keimanan dalam surah ini menekankan tentang
pentingnya mengenal Allah melalui pengamatan secara seksama terhadap sifat
dan perbuatan Allah yang tampak di jagad raya ini.
Keimanan yang dapat menghasilkan keikhlasan, kejujuran, tanggung
jawab, kereatifitas dan motivasi sebagaimana dikemukakan dalam surah ini
harus mendasari seluruh perbuatan baik yang akan dilakukan oleh manusia,
20
Abuddin Nata, Op, Cit., h. 29.

12
sehingga perbuatan tersebut disamping akan bernilai ibadah juga tidak akan
disalah gunakan untuk tujuan-tujuan yang dapat merusak dan merugikan umat
manusia. Keimanan yang selanjutnya mengambil bentuk akidah ini penting
sekali untuk digunakan sebagai dasar pendidikan Islam.

2. Berisi Pokok-pokok Ajaran Tentang Ibadah


Sebagaimana diwakili oleh ayat iyyakana’budu wa iyyaka nasta’in
(kepada-Mu kami mengabdi dan kepada-Mu kami memohon pertolongan).
Kata ibadah yang pada intinya ketundukan untuk melaksanakan segala
perintah Allah mengandung arti yang luas. Yaitu bukan hanya ibadah dalam
arti khusus seperti sholat, puasa, zakat dan haji, melainkan juga ibadah dalam
arti yang luas, yaitu seluruh aktifitas kebaikan yang dilakukan untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia dengan tujuan ikhlas karena Allah
SWT. Ibadah dalam arti yang demikian itulah yang harus dijadikan tujuan
dalam pendidikan.
Oleh sebab itu, kita harus menyembah-Nya dengan kesadaran bahwa
hanya dia yang patut di sembah. Dan, memohon pertolongan kepada-Nya
karena memang hanya dialah yang sanggup mengabulkan segala permohonan.
Kita mempunyai nyawa atau ruh dan ruh itupun hendaklah dijiwai. Agama
islam adalah suatu agama yang menjadi ruh dari ruh kita. Tidak beragama,
sama artinya dengan mati, walupun kita masih hidup. Sehingga dengan
memahaminya, kita dapat mencapai hakikat hidup.21
Dengan dasar ibadah, dalam arti yang luas itulah harus dijadikan tujuan
dalam pendidikan. Dengan cara demikian pendidikan akan memiliki
kontribusi dalam menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu berkiprah

21
Hamka, Tafsir Al-Azhar; Dipperkaya degan Pendekatan Sejarah, Sosiologi, Tasawuf, Ilmu
kalam, Sastra, dan Psikologi. Jilid 1. (Jakarta: Gema Insani. 2015), h. 91-92.

13
ditengah-tengah masyarakat. Manusia yang mampu beribadah itulah manusia
yang akan memberi manfaat pada dirinya dan manfaat bagi orang lain.

3. Berisi Pokok-pokok Ajaran Tentang Hukum Agama atau Syari’ah


Sebagaimana diwakili oleh ayat yang berbunyi ihdinas al-shirath al-
mustaqim. Lafadz ini secara harfiah mengandung arti tentang kebutuhan
manusia terhadap jalan lurus; jalan lurus ini adalah agama dengan segenap
hukum atau syari’ah yang terkandung di dalamnya. Agama yang berasal dari
Allah ini berfungsi sebagai rahmat yang diperlukan manusia untuk mengatasi
berbagai kekurangan dirinya. Melalui agama ini berbagai masalah yang tidak
dapat dipecahkan oleh akal dan segenap potensi yang dimiliki manusia akan
dapat diatasi, seperti maslah kehidupan di akhirat, baik dan buruk da lain
sebagainya.
Ayat ini juga mengajarkan kepada manusia agar bermohon kepada
Allah kiranya ia diberikan petunjukkan oleh-Nya sehingga mampu
menelusuri jalan luas lagi lurus, jalan yang pernah ditempuh oleh orang-
orang yang telah memperoleh sukses dalam kehidupan ini, bukan jalan orang
yang gagal dalam kehidupan ini karena tidak mengetahui arah yang benar
atau mengetahuinya tetapi enggan untuk menelusurinya.22
Dengan dasar hukum agama atau syari’ah erat kaitannya dengan
materi atau kurikulum pendidikan, yaitu selain kurikulum itu memuat materi
pelajaran yang bertolak dari hasil penelitian dan pemikiran manusia, juga
harus memuat materi pelajaran yang bertolak dari wahyu yang diturunkan
dari Allah SWT. Keberadan materi ajaran yang bersumber dari wahyu ini
penting dalam rangka menilai dan mengukur kebenaran yang dihasilkan
penelitian dan pemikiran manusia. Dengan cara demikian diharapkan akan
terjadi kesimbangan antara materi ajaran yang berasal dari akal dan materi
ajaran yang berasal dari naql (wahyu Allah).
22
M. Quraish Shihab, Op.Cit., h. 92.

14
4. Berisi Pokok-pokok Ajaran tentang Kisah
Sebagaimana diwakili oleh ayat shirath al-ladzina an’amta ‘alaihim
ghairil maghdhu bi ‘alaihim wala al-dhallin. Ayat ini menginformasikan
tentang kisah orang yang mendapatkan kenikmatan yaitu para nabi, para
shiddiqin, para sholihin dan sebagainya; dan orang yang mendapatkan murka
dan kesesatan, yaitu orang-orang yang inkar terhadap kebenaran, berbuat
keburukan dan sebagainya seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
dengan dasar melalui kisah ini, diharapkan dapat mengetuk hati manusia
agar menjadi orang yang baik dan tidak menjadi orang yang buruk.
Keberadaan kisah sebagai cara mendidik seseorang diakui memiliki pengaruh
yang cukup kuat, karena manusia memiliki kecendrungan menyukai kisah.
Manusia misalnya merasa senang mendengar cerita Nabi Yusuf. Melalui kisah
ini, sesorang dapat memetik ajaran tentang perlunya memiliki ketampanan
lahir dan ketampanan batih sebagaimana yang dimiliki Nabi Yusuf. Adanya
materi ajaran tentang akhlak ini merupakan jiwa pendidikan Islam.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Al-fatihah berasal dari kata fataha, yaftahu, fathah yang berarti pembukaan
dan dapat pula berarti kemenangan. Dinamai demikian karena dilihat dari
segi posisinya surat al-fatihah berada pada bagian awal yang mendahului
surat-surat lain. Surat al-Fatihah menurut mayoritas ulama di turunkan di
Mekkah, dan tergolong surah makkiyah.
2. Nama-nama surah al-fatihah yaitu:
 Umm al-Qur’an (induknya al-Qur’an)
 sab’u min al-Matsani (tujuh yang diulang).
 al-Syifa’ (fatihah al-kitab min kulli samm; surah al-fatihah obat dari
segala penyakit).
 al-Raqiyah (permohonan)
 asas al-Qur’an (dasar-dasar al-Qur’an)
 al-Waqiyah (pemelihara)
 al-Kafiyah (yang mencakup).
3. Di dalam surah al-fatihah terkandung nilai-nilai ajaran pokok dalam
pendidikan islam diantaranya yaitu:
 Berisi pokok-pokok Ajaran Tentang Keimanan.
 Berisi Pokok-pokok Ajaran Tentang Ibadah.
 Berisi Pokok-pokok Ajaran Tentang Hukum Agama atau Syari’ah.
 Berisi Pokok-pokok Ajaran tentang Kisah

B. Kritik dan Saran


Dalam surah al-fatihah memang banyak mengandung nilai-nilai hikmah di
dalam sebuah pendidikan. Setelah kita mengetahui betapa pentingnya
menerapkan nilai yang terkandung dalam surah al-fatihah ini maka seharusnya
kita melaksankannya dengan baik pada saat proses belajar mengajar dan
mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bentuk rasa syukur dan bukti
nyata kita sebagai hamba terhadap Rabbul ‘Alamiin.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiy), (Jakarta:


PT RajaGrafindo Persada. 2012).

Dadan Rusmana dan Yayan Rahtikawati, Tafsir Ayat-ayat Sosisal Budaya, (Bandung:
CV Pustaka Setia. 2014).

Hamka, Tafsir Al-Azhar; Dipperkaya degan Pendekatan Sejarah, Sosiologi, Tasawuf,


Ilmu kalam, Sastra, dan Psikologi. Jilid 1. (Jakarta: Gema Insani. 2015).

M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-


konsep Kunci, (Jakarta Selatan: Paramadina. 2002).

M. Quraish Shihab, Al-Lubab; Makna, Tujuan, Dan Pembelajaran Dari Al-Fatihah


Dan Juz ‘Amma, (Jakarta: Lentera Hati. 2008).

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an,


(Tangerang: Lentera Hati. 2016).
Mhd. Mirza Munandar dalam Skripsinya, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Quran
Surat Al-Fatihah, (Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. 2018).

Sayyid Quthb, Penerjemah; As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil dan
Muchotob Hamzah, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an; Di Bawah Naungan Al-Qur’an
Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani Press. 2000).

17

Anda mungkin juga menyukai