Anda di halaman 1dari 18

‫أسلوب الذكر والحذف‬

Uslub al-Dzikr Wa al-Hadzf

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Uslub Al-Qur’an

Disusun Oleh

Fahma Hurrosatud Diyanah 03020120041

Hikmatul Fadhilah A71219049

Dosen Pengampu:

Dr. H. Fathur Rohim, M.Ag

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Taufiq, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
tentang “Uslub al-Dzikr Wa al-Hadzf”. Kedua kalinya sholawat serta salam tetap tercurahkan
kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. yang telah menuntun kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang yaitu dengan adanya agama Islam.
Dalam menyelesaikan tugas makalah ini, kami berusaha memberikan sebuah hasil
yang maksimal sehingga karya kami dapat dinikmati dan dipahami oleh kalangan umum.
Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini juga masih terdapat banyak kekurangan
ataupun kesalahan yang belum kami ketahui. Oleh karena itu, kami ucapkan terimakasih
kepada kepada penulis yang bukunya telah kami jadikan referensi sebagai pelengkap makalah
ini. Kami mengharapkan kritik dan saran atas kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
makalah ini guna perbaikan dalam pembuatan makalah kami selanjutnya.

Demikianlah yang telah kami sampaikan dalam pengantar makalah, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Surabaya, 01 April 2023


DAFTAR ISI

BAB 1 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan : 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
1. Pengertian Uslub al-Dzikr Wa al-Hadzf 6
2. Al-Dzikr wa Al-Hadzf di Dalam Al-Qur’an 7
3. Faedah dan Tujuan 9
4. sebab – sebab terjadinya al hadzfu : 16
BAB III 17
PENUTUP 17
A. KESIMPULAN 17
B. SARAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an merupakan kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad melalui
perantara Malaikat Jibril dengan berangsur-angsur dan dibaca dengan Tartil. Al Qur'an
menjadi mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi
wasallam dengan keindahan KalamNya. Keindahan Kalam Al qur'an mampu mengalahkan
segala bentuk keindahan lantunan syi'ir pada masa itu. Keistimewaan Al Qur'an yang setiap
ungkapan kata, kalimat mengandung begitu banyak makna mendalam yang masing masing
setiap makna nya tersimpan Hikmah dan ibrah yang menakjubkan untuk membimbing
manusia menuju kehidupan yang lebih baik

Al Qur'an menjadi salah satu pedoman utama untuk manusia agar mampu
menjalankan kehidupannya secara maksimal sebagai khalifah di muka bumi. Untuk mampu
memahami dan mengamalkan keseluruhan isi Al quran adalah dengan memahami maksud
dan makna kenapa Allah memilih kata kata disetiap ungkapan dalam Al qur'an. Dan inilah
yang kita sebut dengn Ushlubul Qur'an. Dan tidaklah Allah mengungkapkan dalam
firmanNysa serta memilih lafadz-lafdz atau kata kata tertentu, melainkan memiliki tujuan
atau rahasia untukdisingkap demi menambah keyakinan akan kebenaran al qur’an.
Sebagaimana manusia memiliki cara tersendiri dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan,
begitupun dengan al qur’an yang memiliki uslub tersendiri dalam mengekspresikan
maksu-maksud yang hendak disampaikan.

Oleh karena itu pemateri akan memaparkan tentang uslub adz zikrt wa al hadzf
didalam al quran dan mengungkap bagaimana penggunaan keduanya dalam al quran serta apa
maksud allah menggunakan uslub tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari ushlub al- zikr wa al hazf?


2. Apa saja contoh contoh uslub al-zikr wa al hazf dalam al qur’an?
3. Bagaimana maksud dan tujuan dari uslub al-zikr wa al- hazf?
4. Apa sebab-sebab adanya uslub al-zikr wa al-hazf?
C. Tujuan :

1. untuk mengetahui definisi dari ushlub al- zikr wa al hazf

2. untuk mengetahui contoh contoh uslub al-zikr wa al hazf dalam al qur’an

3. untuk mengetahui maksud dan tujuan dari uslub al-zikr wa al- hazf

4. untuk mengetahui sebab-sebab adanya uslub al-zikr wa al-hazf


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Uslub al-Dzikr Wa al-Hadzf

Al-Hadzf merupakan bentuk mashdar yang berasal dari kata ‫ حذف‬yang memiliki

banyak arti. Al-Hadzfu juga sering diartikan sebagai al-Isqath (menggugurkan), al-Qath’u
(memotong), at-Tharhu (membuang), al-Washl (penyambungan), dan al-Ramyu
(melemparkan).1 Adapun kata yang paling tepat untuk mengartikan kata al-Hadzfu yaitu
menghilangkan.2 Sedangkan makna al-Hadzf dari sisi istilah para ulama berbeda pendapat.
Misalnya al-Zarkasyi mengatakan bahwa al-Hadzf adalah menghilangkan sebagian dari
kalimat atau seluruhnya karena adanya dalil.3 Pendapat al-Zarkasyi ini diikuti oleh al-Abyari
(w. 1394 H) dan al-Mathlub (1399 H).

Adapun pengertian al-Hadzf menurut beberapa ulama seperti al-Khaufi (1395 H)


mengemukakan definisi yang lebih lengkap bahwa al-Hadzf yaitu menghialngkan kata atau
beberapa kalimat, karena kalimat yang disebutkan sebelum atau sesudahnya telah
menunjukkan apa yang dihilangkan, baik dari sisi lafaz maupun dari sisi konteks. Sedangkan
pakar bahasa, yaitu Izzuddin mengatakan bahwa al-Hadzf adalah memendekkan kalimat
untuk mendekatkan makna-maknanya kepada pemahaman. Sebagai perbandingan uslub
al-Hazf dalam sastra arab sebanding dengan gaya bahasa elliptic atau ellipsis dalam teori
Stilistika Indonesia, yaitu gaya bahasa yang menghilangkan unsur agar mudah dipahami.4

Setelah kita mengetahui bagaimana pengertian dari al-Hadzf, selanjutnya kita akan
mempelajari apa pengertian dari al-Dzikr. Al-Dzikr secara leksikal bermakna “menyebut”,
sedangkan secara terminologi dari sisi balaghah, al-Dzikr yaitu menyebut musnad ilaih.5
Secara ringkasnya, seperti yang kita ketahui bahwa al-Dzikr merupakan lawan dari al-Hadzf.
Yang mana al-Dzikr dan al-Hadzf ini memiliki kesinambungan dalam gaya bahasa al-Qur’an
yang luar biasa. beberapa ayat al-Qur’an yang memiliki kesamaan diksi namun ada yang

1
Ibnu Manzur. Lihat Lisan al-’Arab. Cet IV. Dar Shadir. 2005. Maddah
2
Ali Faizah. USLUB AL-HAZF DAN EFEK PSIKOLOGIS ESTETIKA AL-QURÁN
TERHADAP PEMBACA DAN PENDENGARNYA. UIN Syarif Hidayatullah
3
Ibid
4
Abu al-Syadi, Musthafa Abdus Salam, al-Hazfu al-Balaghi fi al-Qurán, Kairo: Maktabah
al-Qurán th. 1992
18
5
Mudakir Ahmad, Ramdayanto Akhrie, dkk. Gaya Bahasa al-Qur’an. Prodi S2 Studi Agama-Agama UIN
Sunan Gunung Djati Bandung
disebutkan kata-Nya, dan ada yang tidak disebutkan kata-Nya di dalam surah atau ayat yang
berbeda. Hal ini merupakan suatu gaya bahasa yang biasa kita sebut uslub al-Dzikr wa
al-Hadzf.

2. Al-Dzikr wa Al-Hadzf di Dalam Al-Qur’an

Beberapa ayat al-Qur’an yang terdapat al-Dzikr wa al-Hadzf, tempat-tempat tersebut


antara lain adalah sebagai berikut: 6

1. Sebagai mubtada’, seperti:

‫ فـعـمـلـه لـنـفـسـه‬: ‫) أي‬١٥ : ‫من عمل صالحا فـلنـفـسـه (الجاثية‬

2. Sebagai khabar, seperti:

‫ أنتم حـاضـرون‬: ‫) أي‬٣١ : ‫لـوال أنتـم لـكـنـا مـؤمـنـيـن ( سـبـأ‬

3. Sebagai mudhaf ilaih, seperti:

‫ ربـي‬: ‫) أي‬١٥١ : ‫رب اغـفـرلـي ( األعـراف‬

4. Sebagai mudhaf, seperti:

‫ نكاح أمهاتكم‬: ‫) أي‬٢٣ : ‫حرمت عليكم أمهاتكم (النساء‬

5. Sebagai fa’il, seperti:

‫) أي بـلـغـت الـروح‬٢٦ : ‫إذا بلغـت الـتـراقـي (القيامة‬

6. Sebagai maf’ul, seperti:

‫ عـاقـبـة أمـركم‬: ‫) أي‬٣ : ‫كال سـوف تـعـلـمـون (التكاثر‬

7. Sebagai hal, seperti:

6
Lebih Lanjut lihat: Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Quran, tahqiq Taha Abdur Rauf Saad, jilid 2,
Maktabah Taufiqiyah, Mesir, tt., hal. 140-147.
‫ قائلين سالم‬: ‫) أي‬٢٣-٢٤ : ‫والمالئكة يـدخـلـون عـلـيـهـم من كل باب سـالم (الرعـد‬

8. Sebagai munada, seperti:

‫) أي يـا هـؤالء‬٢٥ : ‫أال يسـجـدوا (النمـل‬

9. Sebagai syarat jawab, seperti:

‫ لعـذبكم‬: ‫) أي‬٢٠ : ‫لـوال فـضـل اهللا عـلـيكم ورحمـتـه وأن اهللا رءوف رحيم (الـنـور‬

Semua contoh di atas terlihat tergolong kepada hadzfu isim dengan variasi fungsi i`rabnya,
kecuali yang menjadi jawab syarat saja terlihat berupa fi`il. Adapun contoh ayat yang
terdapat al-Dzikr dan al-Hadzf sebagai berikut:

َ ‫ُّون َنحْ نُ َأ‬


ِ ‫نصا ُر ٱهَّلل ِ َءا َم َّنا ِبٱهَّلل‬ َ ‫اري‬ِ ‫ار ٓى ِإ َلى ٱهَّلل ِ ۖ َقا َل ْٱل َح َو‬ َ ‫يس ٰى ِم ْن ُه ُم ْٱل ُك ْف َر َقا َل َمنْ َأ‬
ِ ‫نص‬ َ ِ‫ َف َلمَّٓا َأ َحسَّ ع‬.1
۟ ‫ۦن َأنْ َءا ِم ُن‬
‫وا ِبى‬ ُ ‫ َوِإ ْذ َأ ْو َحي‬dan )52 :‫ُون (آل عمران‬
ِ ‫ْت ِإ َلى ْٱل َح َو‬
َ ِّ‫اري‬ َ ‫َوٱ ْش َه ْد ِبَأ َّنا مُسْ لِم‬

َ ‫َو ِب َرسُولِى َقالُ ٓو ۟ا َءا َم َّنا َوٱ ْش َه ْد ِبَأ َّن َنا مُسْ لِم‬
)111 :‫ُون (المائدة‬

َ ‫ْق ِّممَّا َيمْ ُكر‬


)127 :‫ُون (النحل‬ ُ ‫ُك ِإاَّل ِبٱهَّلل ِ ۚ َواَل َتحْ َزنْ َع َلي ِْه ْم َواَل َت‬
َ ‫ك فِى‬
ٍ ‫ضي‬ َ ‫ص ْبر‬
َ ‫َوٱصْ ِبرْ َو َما‬ .2

َ ‫ْق ِّممَّا َيمْ ُكر‬


)70 :‫ُون (النمل‬ َ ‫ َواَل َتحْ َزنْ َع َلي ِْه ْم َواَل َت ُكن فِى‬dan
ٍ ‫ضي‬

)23 :‫ َفاَل َت ُكن فِى مِرْ َي ٍة مِّن لِّ َقٓاِئهِۦ ۖ ( السجدة‬dan )17:‫ك فِى مِرْ َي ٍة ِّم ْن ُه (هود‬
ُ ‫ َفاَل َت‬.3

3. Faedah dan Tujuan

Menurut imam zarkasyi al-hadzf memiliki faedah dan tujuan untuk mengagungkan
dan memuliakan sesuatu yang tidak disebut itu, dengan demikian semua pikiran dalam
madzhab akan dicurahkan untuk mencari tau maksudny, sehingga menjadi tinggilah
kedudukan yang mahdzuf itu, berbeda hal nya jika sesuatu itu lebih dulu disebutkan.7
Al-hazfu juga berfaedah untuk menambah lezat atau rasa enak dalam pikiran dengan sebab
menemukan hasil terhadap yang mahdzuf itu, Faedah lain adalah dapat menambah pahala
dengan sebab upaya ijtihad yang dilakukan dalam rangka menyingkap hal tersebut. Selain itu
ia berfaedah juga untuk menuntut agar kalam itu ringkas, sehingga dapat menghasilkan
makna yang banyak dalam lafaz yang sedikit. Terdapat tujuan atau maksud yang bisa
dipahami melalui konteks dari ayat nya, seperti sebagai berikut :

174-175 : ‫ وآية‬178-179 : ‫سورة الصفات‬ .1

ٍ ‫َف َت َول َّ َع ْن ُه ْم َح َّت ٰى ح‬


‫ِين‬

َ‫ف ُي ْبصِ ُرون‬ َ ‫َوَأ ْبصِ ْر ُه ْم َف‬


َ ‫س ْو‬

Maka berpalinglah kamu (Muhammad) dari mereka sampai suatu ketika.

Dan lihatlah mereka, maka kelak mereka akan melihat (azab itu

ٍ ‫َو َت َول َّ َع ْن ُه ْم َح َّت ٰى ح‬


‫ِين‬

َ‫ف ُي ْبصِ ُرون‬ َ ‫وََأ ْبصِ ْر َف‬


َ ‫س ْو‬

Dan berpalinglah kamu dari mereka hingga suatu ketika.

Dan lihatlah, maka kelak mereka juga akan melihat.

Disebutkan dhomir ‫ هم‬menjadi ‫ أبصِ رهُم‬pada ayat sebelum nya, dan kemudian tidak

disebutkan pada ayat selanjut nya ‫أبصر‬.

684 ‫ ص‬.‫ البرهان في علوم القرآن‬،‫ الزركشي‬7


Ada nya penambahan dhomir adalah sebagai pengkhususan. Hal ini dikarenakan pada
ayat yang pertama disebabkan adzab yang menimpa atas mereka pada perang badar dimana
disana terjadi pembunuhan, tawanan perang dll dan didalamnya tidak diliputi dengan hal hal

yang menyenangkan hati maka dikatakan ‫ أبصرهم‬kamu kelak akan melihat mereka.

Adapun yang kedua, berhubungan dengan hari penaklukan Mekkah atau peristiwa
fathu makkah dimana tidak terjadi pembunuhan atau tawanan di dalamnya, melainkan
hidayah dan rahmat . Dan fathu Mekkah adalah peristiwa penaklukan Jazirah Arab, oleh

karena itu kata nya menggunakan ‫وأبصر‬. karena tidak dikhususkan untuk penduduk

Mekkah seperti hal nya di Badar, maka perang Badar khusus untuk orang Mekkah. dan

lihatlah kelak adzab itu menimpa mereka sendiri sehingga Allah mengatakan: (‫)أبصرهم‬,

dan adapun ketika penaklukan tidak melibatkan pembunuhan atau penangkapan atau tawanan
8
maka bersifat umum, sehingga Allah mengatakan ‫وأبصر‬

22-20 : ‫الحديد‬ ‫ وسورة‬11 : ‫بين سورة التغابون‬ .1

ِّ ‫اب مِن ُّمصِ ي َب ٍة ِإالَّ بِِإ ْذ ِن هَّللا ِ َو َمن ُيْؤ مِن ِباهَّلل ِ َي ْه ِد َق ْل َب ُه َوهَّللا ُ ِب ُكل‬
َ ‫ص‬َ ‫َما َأ‬

َ
‫ش ْي ٍء َعلِي ٌم‬

Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan
barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.

Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

8
kitab At Ta'bir Al qurani, fadhil as samra’i,hal:91
ِ ‫ِب َو َل ْه ٌو َو ِزي َن ٌة َو َت َفا ُخ ٌر َب ْي َن ُك ْم َو َت َكا ُث ٌر فِي اَأل ْم َو‬
‫ال‬ ٌ ‫اع َل ُموا َأ َّن َما ا ْل َح َياةُ ال ُّد ْن َيا َلع‬
ْ

‫ص َف ًّرا ُث َّم َي ُكونُ ُح َطا ًما‬


ْ ‫ار َن َبا ُت ُه ُث َّم َي ِهي ُج َف َت َراهُ ُم‬ ٍ ‫َواَأل ْوال ِد َك َم َث ِل َغ ْي‬
َ ‫ث َأ ْع َج َب ا ْل ُك َّف‬

ْ ‫شدِي ٌد َو َم ْغف َِرةٌ ِّمنَ هَّللا ِ َو ِر‬


‫ض َوانٌ َو َما ا ْل َح َياةُ ال ُّد ْن َيا ِإالَّ َم َتا ُع‬ ٌ ‫َوفِي اآلخ َِر ِة َع َذ‬
َ ‫اب‬

ِ ‫ا ْل ُغ ُر‬
‫ور‬

‫ِين‬ ْ ‫ض ُأعِ َّد‬


َ ‫ت لِلَّذ‬ ِ ْ‫ض ال َّس َماء َواَألر‬ ُ ْ‫َس ِابقُوا ِإ َلى َم ْغف َِر ٍة مِّن رَّ ِّب ُك ْم َو َج َّن ٍة َعر‬
ِ ْ‫ض َها َك َعر‬

‫آ َم ُنوا ِباهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه َذل َِك َفضْ ُل هَّللا ِ يُْؤ تِي ِه َمن َي َشاء َوهَّللا ُ ُذو ْال َفضْ ِل ْال َعظِ ِيم‬

ٍ ‫ض َوال فِي َأنفُسِ ُك ْم ِإالَّ فِي ِك َتا‬


‫ب ِّمن َق ْب ِل َأن َّن ْب َرَأهَا‬ ِ ‫اب مِن ُّمصِ ي َب ٍة فِي اَأل ْر‬
َ ‫ص‬َ ‫َما َأ‬

‫ِإنَّ َذلِ َك َع َلى هَّللا ِ َيسِ ي ٌر‬

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan
para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.

Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada
Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Bisa kita perhatikan bahwa Allah menyebut sesuatu dalam surah al Hadid yang Allah
tidak menyebutkannya dalam surah At-Tagabun. Menyebutkan 1 tema dalam surah yang
berbeda namun dengan kondisi yang juga berbeda 9Bagaimana Allah menggunakan uslub
zikr dan hadzf itu ketika mengungkapkan Ayat ayat nya dengan menyesuaikan realitas situasi.
Terkadang Allah menyebut sesuatu yang Allah tidak sebutkan dalam ayat lain Artinya tidak
ada satupun bencana dalam bentuk apapun yang akan menimpa kita, kecuali dengan izin
Allah. Dan barangsiapa beriman kepada Allah, maka Allah akan membimbing hati mereka.

Pada ayat dalam al Hadid bagaimana Allah menyebutkan bahwa bencana yg menimpa
adalah bencana yang datang dari bumi maupun dari dirimu sendiri dan Allah tidak
menyebutkan hal itu dalam surah At Taghabun. Pada surah at Taghabun Allah menyebutkan
bahwa tidaklah bencana itu menimpa manusia, melainkan atas izin Allah. (tanpa Allah
menambahkan ‫ ) في األرض وال في أنفسكم‬hal ini merupakan bagian dari keindahan Al quran
dalam kepekaannya terhadap konteks.

Pada ayat sebelum nya surah al Hadid bagaimana Allah menyebutkan seluruh
perumpamaan ini dan setelah nya dan tidak satupun brncana yang akan menimpamu di bumi
maupun dalam dirimu sendiri. Ketika diperhatikan bagaimana Allah itu menggunakan
perumpaan hal hal yang secara naluriah disenangi manusia, hiburan, harta, wanita, anak anak,
hewan ternak. Semua kesukaan itu ada dalam diri kita Lalu kemudian setelah nya
menggunakan perumpamaan bumi yaitu seperti hujan yang menumbuhkan benih, lalu
tumbuh menjadi tanaman.

Bagaimana ayat ini menjelaskan gambaran sebagian ayat tentang bumi dan sebagian
lagi tentang diri manusia. Seakan mengisyaratkan bagaimana refleksi tentang bumi membuat
kita berpikir tentang diri kita sendiri Dan di ayat selanjutnya ‫ما أصاب من مصيبة في األرض وال‬
‫في أنفسكم‬

Tidaklah bencana akan menimpa di bumi dan tidak pula dalam dirimu sendiri kecuali
bahwa Allah telah menetapkannya terjadi. Bagaimana ekspresi yang dituangkan Al qur'an

9
kitab At Ta'bir Al qurani, fadhil as samra’i,hal:113
dalam setiap ayatnya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga mendorong
manusia untuk berpikir lebih dalam tentang ayat itu.

Sedangkan dalam surah at tagabun tidak ada analogi semacam ini karena bukan
berbeda konteks yg dibicarakan sehingga Allah tidak menyebutkannyaa

1 : ‫ بين سورة الحشر والحديد‬.3

‫هّٰلِل‬
ِ ‫ت َو َما فِى ااْل َ ْر‬
‫ضۚ َوه َُو ا ْل َع ِز ْي ُز ا ْل َح ِك ْي ُم‬ ِ ‫الس ٰم ٰو‬
َّ ‫س َّب َح ِ َما فِى‬
َ

Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana.

‫هّٰلِل‬
ِ ‫ت َوااْل َ ْر‬
‫ضۚ َوه َُو ا ْل َع ِز ْي ُز ا ْل َح ِك ْي ُم‬ ِ ‫الس ٰم ٰو‬
َّ ‫س َّب َح ِ َما فِى‬
َ

Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana.

Ayat diatas berisi tentang bagaimana allah membicarakan langit dan bumi.
Masing-masing ayat diatas dimulai dengan menyatakan kesempurnaan allah dan ayat ini
diulang beberapa kali didalam al-qur’an. Pada surah al hasyr allah mengatakan “semua yang

ada dilangit dan di apa yang ada di bumi” kata apapun muncul dua kali ِ ‫الس ٰم ٰو‬
‫ت‬ َّ ‫َما فِى‬

ِ ‫ َو َما فِى ااْل َ ْر‬.


‫ض‬ Sedangkan dalam surah al hadid kata ‫ما‬ hanya disebutkan sekali ‫س َّب َح‬
َ
‫هّٰلِل‬
ِ ‫ت َوااْل َ ْر‬
‫ض‬ ِ ‫الس ٰم ٰو‬
َّ ‫ ِ َما فِى‬.

Dan dari hal ini kita akan menyadari bahwa al qur’an selalu menyesuaikan konteks

dengaan sangat mendetail. Setiap kali ayat yang menyatakan kesempurnaan allah lalu diikuti
penggunaan kata ‫ ما‬dua kali seperti ayat diatas apakah hanya untuk hiasan saja? Biar
bervariasi ternyata tidak, ada pengecualian disitu yang allah ingin tekankan, bahwasanya
setiap kali ada pengulangan pada kata “apapun/‫ ما‬itu berhubungan dengan urusan kehidupan
didunia hal apapun itu, maka allah akan menyebutkan kata apapun sebanyak dua kali10

ِ ْ‫ت َو َما فِي اَألر‬


‫ض َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم‬ ِ ‫َسب ََّح هَّلِل ِ َما فِي ال َّس َم َاوا‬

‫ار ِه ْم َأِلوَّ ِل ْال َح ْش ِر َما َظ َنن ُت ْم َأن‬ ِ ‫ِين َك َفرُوا ِمنْ َأهْ ِل ْال ِك َتا‬
ِ ‫ب مِن ِد َي‬ َ ‫ه َُو الَّذِي َأ ْخ َر َج الَّذ‬
ُ ‫َي ْخ ُرجُوا َو َظ ُّنوا َأ َّنهُم مَّان َِع ُت ُه ْم ُحصُو ُنهُم م َِّن هَّللا ِ َفَأ َتا ُه ُم هَّللا ُ ِمنْ َحي‬
‫ْث َل ْم َيحْ َتسِ بُوا‬

‫ِين َفاعْ َت ِبرُوا َيا‬ ِ ‫ُون ُبيُو َتهُم ِبَأ ْيد‬


َ ‫ِيه ْم َوَأ ْيدِي ْالمُْؤ ِمن‬ َ ‫ب ي ُْخ ِرب‬ ِ ُ‫ف فِي قُل‬
َ ْ‫وب ِه ُم الرُّ ع‬ َ ‫َو َق َذ‬

‫ار‬ َ ‫ُأولِي اَألب‬


ِ ‫ْص‬

Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang
Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang kufur di antara Ahlulkitab (Yahudi Bani Nadir)
dari kampung halaman mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka
bahwa mereka akan keluar. Mereka pun yakin bahwa benteng-benteng mereka akan dapat
menjaganya dari (azab) Allah. Maka, (azab) Allah datang kepada mereka dari arah yang
tidak mereka sangka. Dia menanamkan rasa takut di dalam hati mereka sehingga mereka
menghancurkan rumah-rumahnya dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang
mukmin. Maka, ambillah pelajaran (dari kejadian itu), wahai orang-orang yang mempunyai
penglihatan (mata hati

Atau dalam ayat lain surah al jumu’ah

‫ِيم‬ ْ ِ ‫وس ْال َع ِز‬


ِ ‫يز ال َحك‬ ِ ْ‫ت َو َما فِي اَألر‬
ِ ‫ض ْال َملِكِ ْالقُ ُّد‬ ِ ‫ي َُس ِّب ُح هَّلِل ِ َما فِي ال َّس َم َاوا‬

10
Kitab At’ta’birul qurani. fadhil as samra’i,hal:95
َ ‫يه ْم َوي َُعلِّ ُم ُه ُم ْال ِك َت‬
‫اب‬ َ ‫ث فِي اُأل ِّمي‬
ِ ‫ِّين َرسُوال ِّم ْن ُه ْم َي ْتلُو َع َلي ِْه ْم آ َيا ِت ِه َوي َُز ِّك‬ َ ‫ه َُو الَّذِي َب َع‬

‫ين‬
ٍ ‫الل م ُِّب‬
ٍ ‫ض‬ َ ‫َو ْالح ِْك َم َة َوِإن َكا ُنوا مِن َق ْب ُل َلفِي‬

1. Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah.
Maharaja, Yang Mahasuci, Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

2. Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka
benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Sedangkan dalam surah al Hadid yang hanya disebutkan kata ma nya satu kali,
ditemukan di setiap rangkaian kata pada ayat nya menyatakan kesempurnaan sifat Allah.
Bagaimana Allah membicarakan dirinya sendiri dan sama sekali tidak membicarakan urusan
duniawi tetapi hanya berbicara tentang diri nya.11

‫ضۚ َوه َُو ْال َع ِز ْي ُز ْال َح ِك ْي ُم‬ ‫هّٰلِل‬


ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫َسب ََّح ِ َما فِى الس َّٰم ٰو‬

‫ْتۚ َوه َُو َع ٰلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ُ ‫ضۚ يُحْ يٖ َو ُي ِمي‬ ُ ‫له م ُْل‬
ِ ‫ك الس َّٰم ٰو‬ ٗ

َّ ‫ه َُو ااْل َوَّ ُل َوااْل ٰ ِخ ُر َو‬


‫الظا ِه ُر َو ْالبَاطِ نُ ۚ َوه َُو ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِ ْي ٌم‬

1. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa,
Mahabijaksana.

2. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia
Mahakuasa atas segala sesuatu

3. Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu.

11
kitab At Ta'bir Al qurani, fadhil as samra’i,hal:95
Dengan demikian setiap ayat ayat didalam al qur'an ketika ditafsirkan dan dipahami
kebenarannya memuat situasi yang berbeda dan konteks yang berbeda, jadi ayat- ayat itu
tidak boleh dilihat secara tekstual, tetapi juga dimaknai pada tempat dan konteksnya, dan
karena bahasanya bukan kalimat tunggal, melainkan memiliki hubungan dengan situasi dan
tempat. Sehingga ada nya hazf atau zikr pada ayat yang satu bisa saja tidak ada atau tidak
disebutkan di ayat lainnya.

4. sebab – sebab terjadinya al hadzf :

1) Sudah diketahui, sehingga tidak diperlukan lagi menyebutkannya.

2) Tidak diketahui sama sekali.

3) Adanya keinginan mutakallim menyembunyikannya.

4) Ditakuti terjadi sesuatu atas dirinya

5) Takut kepadanya bila disebutkan12

6) Ingin memuliakannya

686 ‫ ص‬.‫ البرهان في علوم القرآن‬،‫ لزركشي‬12


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Al-hadzf yaitu menghilangkan kata atau beberapa kalimat, karena kalimat yang
disebutkan sebelum atau sesudahnya telah menunjukkan apa yang dihilangkan, baik
dari sisi lafaz maupun dari sisi konteks. Sedangkan pakar bahasa, yaitu Izzuddin
mengatakan bahwa al-Hadzf adalah memendekkan kalimat untuk mendekatkan
makna-maknanya kepada pemahaman. Sedangkan al-Zikr yaitu menyebutkan musnad
ilaih, atau menyebutkan kata atau beberapa kalimat. Sehingga bisa kita tarik
kesimpulan bahwa uslub adz-dzikr wa al-hadzf yakni menyebutkan atau menghapus
kata dalam ayat-ayat Al-Qur'an dengan beberapa maksud tertentu. Adapun tempat²
uslub hadzf di dalam Al-Qur'an ada 9 tempat yakni, sebagai mubtada', Khabar,
mudhaf ilaih, mudhaf, fa'il, maf'ul, hal, munada, syarat jawab

faedah dan tujuan untuk mengagungkan dan memuliakan sesuatu yang tidak disebut
itu, dengan demikian semua pikiran dalam madzhab akan dicurahkan untuk mencari
tau maksudny, sehingga menjadi tinggilah kedudukan yang mahdzuf itu, berbeda hal
nya jika sesuatu itu lebih dulu disebutkan.13 Al-hazfu juga berfaedah untuk menambah
lezat atau rasa enak dalam pikiran dengan sebab menemukan hasil terhadap yang
mahdzuf itu, Faedah lain adalah dapat menambah pahala dengan sebab upaya ijtihad
yang dilakukan dalam rangka menyingkap hal tersebut. Selain itu ia berfaedah juga
untuk menuntut agar kalam itu ringkas, sehingga dapat menghasilkan makna yang
banyak dalam lafaz yang sedikit.

B. SARAN

684 ‫ ص‬.‫ البرهان في علوم القرآن‬،‫ الزركشي‬13


DAFTAR PUSTAKA

Fāḍil Ṣālih al-Samarrā’ī. 1998. Al-Ta’bīr al-Qur’ānī. Amman: Dār Ammār.

Abu al-Syadi, Musthafa Abdus Salam, al-Hazfu al-Balaghi fi al-Qurán, Kairo: Maktabah
al-Qurán th. 1992

Anda mungkin juga menyukai