Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KITABAH „ARUDHIYYAH

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah

Ilmu Al- „Arudh Wal Qafiyah

Dosen pengampu : Samsul Haq, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 2 PBA 2

1. Mandalika ( 0302203022 )
2. Ana Hijrah Nasution ( 0302202022 )
3. Rizky Saifurrahman ( 0302203020 )

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

TA. 2022/2023
‫ة‬ٛ‫كحبثة انعشظ‬
KITABAH „ARUDIYYAH

( KAIDAH PENULISAN SYA‟IR ARAB)

A. Pengertian kitabah „arudiyyah


Kitabah adalah sesuatu sarana dalam memahami dan mengungkapkan perasaan seseorang
melalui tulisan yang sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Sedangkan kata „arudiyyah diambil
dari kata „arudh yang diartikan sebagai :

‫علم العروض هو علم بقواعد يعرف بها صحة اوزان الشعر و فسدها‬

Ilmu „arûdh adalah ilmu yang membahas pola-pola syi‟ir Arab untuk mengetahui
wazan yang benar dan yang salah.

„Arudh merupakan suatu kajian yang mempelajari tentang wazan atau timbangan, wazan
yang dimaksud yaitu wazan dalam sebuah sya‟ir yang memiliki lafadz-lafadz yang
dikumpulkan dari sepuluh huruf yaitu lam, mim, „ain, ta‟, sin, ya, wawa, fa, nun, dan alif.
Wazan tetaian nada yang harmonis yang tersusun dari satuan-satuan bunyi tertentu yang
meliputi harokah (huruf hidup) dan sukun (huruf mati) yang membentuk taf‟ilah-taf‟ilah dan
bahr sya‟ir. (nur, 2019)

Dan juga Ilmu „arudh ini menjadi salah satu cabang keilmuan bahasa yang membahas
tentang rumus-rumus sya‟ir. Rumus sya‟ir tersebut menjadi patokan dalam penyusunan dan
menganalisa sebuah sya‟ir. Sya‟ir dianggap shohih apabila mengikuti aturan atau kaidah yang
telah ditetapkan pada ilmu „arudh. Dan sebaliknya, apabila tidak mengikuti aturan maka
sya‟ir tersebut tergolong fasid (rusak). (Moch. Sulthoni Faizin, 2020)

Kitabah „arudiyyah (penulisan arab berdasarkan ilm „arudh) berbeda dengan penulisan
imla‟ lazim pada umumnya. Kitabah „Arudiyyah adalah penulisan yang khusus didalam ilmu
„arudh atau disebut juga juga dengan tulisan fonemik atau bunyi, dan penulisannya
didasarkan pada pengungkapan dan klarifikasi setiap ucapan dalam bahasa meskipun tidak
ditulis secara ortografis/ imla‟, sehingga aturan dalam penulisannya berbeda antara kedua
ilmu tersebut. Penulisan ilmla‟ biasa digunakan, akan tetapi didalam kitabah arudiyyah
didasarkan pada kaidah penting yaitu segala sesuatu yang diungkapkan ditulis dan segala
sesuatu yang tidak diungkapkan tidak ditulis, dan penulisan tersebut berkaitan dengan
penulisan didalam sebuah bait puisi atau sya‟ir arab (‫حسين‬, 2022).

Kitabah arudiyyah ini merupakan ilmu yang dikhususkan dalam studi musik puisi dalam
sya‟ir arab untuk membedakan melodi dengan melihat kata-kata dari baris puisi. Kitabah
arudiyyah juga dibedakan dengan simbol-simbol tersendiri yang berbeda dengan penulisan
imla‟ yang sesuai dengan aturan ejaan pada umumnya, karena kitabah arudiyyah
menunjukkan sebuah interaksi berupa melodi musik yang unik dan berbeda dari melodi lagu
lain (Somahwibisono, 2020).

B. Perbedaan Kitabah Imlaiyah dan Kitabah „Arudhiyyah


a. Kitabah Imlaiyah

Kedudukan imla didalam Bahasa arab mempunyai keterampilan berbahasa yang


mencakup empat keterampilan yaitu : menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan menulis dibagi menjadi 3 bagian contohnya seperti imla,khot dan ta‟bir.
Berbahasa secara lisan dan tulisan merupakan alat ataupun media yang digunakan untuk
komunikasi, selain itu tulisan juga berguna untuk menulis ilmu pengetahuan agar terjaga
dengan baik dari generasi ke generasi yang lain. Oleh sebab itu menulis dengan baik dan
benar merupakan hal yang sangat penting bahkan dibutuhkan,menulis harus sesuai dengan
aturan yang telah disepakati oleh pakar Bahasa atau linguist.

Menurut Mahmud Ali As-saman bahwa pengertian dari imla adalah :

“Imla” adalah salah satu cabang ilmu Bahasa arab yang membahas tentang cara penulisan
huruf hijaiyah pada suatu kata sesuai dengan kaidah penulisan yang telah di tetapkan.”

“Imla” menurut Ridwan merupakan suatu Salinan bunyi Bahasa yang diperdengarkan
yang dipahami kedalam beberapa lambang tertulis ataupun kedalam beberapa huruf yang
ditempatkan pada sebuah posisi yang benar terhadap kalimat agar adanya kesesuaian antara
lafaz dan makna.

Kemudian pendapat Imam Umar Sulaiman Muhammad Terminologi imla tidak dapat
dipisahkan dari dua unsur,mumlin(guru yang mengimla‟ atau mendikte) dan mumlan alaih
(siswa yang diimla‟atau yang menerima dikte) dikarenakan adanya dua unsur ini kemudian
muncullah pengertian bahwa imla merupakan membacakan teks bacaan kepada siswa,kata
demi kata atau kalimat demi kalimat dan menyuruh atau meminta siswa tersebut untuk
menulisnya. (Anwar 2022)

“Imla” termasuk dari bagian maharah alkitabah atau keterampilan menulis arab yang
mencakup 3 muatan dasar,yaitu:1 maharah al tahajji bi tariqhattin salimatin(keterampilan
menyalin huruf huruf secara benar) . 2. Maharah wadhi alamati ala tarqim fi mawadhi‟iha
(keterampilan dalam meletakkan suatu tanda baca yang benar).3.maharah arrosmi al wadhi
aljamil li alhurf wa alkalima(keterampilan menulis secara indah atau kaligrafi).

Erta mahyudin dan Aziz fakhrurrozi mengungkapkan pendapatnya tentang kitabah


bahwa kitabah atau menulis merupakan penulisan lambing lambing grafis yang
menggambarkan suatu Bahasa supaya mudah dipahami semua orang. Diantara ragam
kemahiran menulis salah satunya di sebut imla‟ atau maharah imlaiyah dan kemampuan
dalam mengolah nalar yang biasa disebut dengan maharah aqliyah. Maharah imlaiyah lebih
cenderung kepada keterampilan yang berhubungan dengan bentuk baku bahasa tulisan
,contoh nya seperti penulisan tanda bacaan,penulisan bentuk huruf, huruf-huruf yang bisa
ditulis bersambung,huruf huruf yang hanya bisa disambung dengan huruf sebelumnya dan
yang tidak bisa disambung dengan huruf sesudahnya, penulisan hamzah qatha‟ dan hamzah
washal dan lain lain.

Sedangkan kemampuan dalam mengolah nalar atau maharah aqliyyah adalah


kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan Bahasa, pengungkapan isi Bahasa,
keterampilan daya Bahasa,keterampilan menilai Bahasa, dan kemampuan mengorganisasikan
bahasa. Pendapat dari Erta mahyudin dan Aziz Fakhrurrozi yang menjadi sebuah bahan
utama dari pembahasan qowaid qowaid al imla‟.

Pendapat tersebut sangat beralasan jika peneliti menyamakan antara imla dengan
qowaid al imla meskipun dalam referensi berbahasa arab,pendapat selanjutnya yang
dikemukakan oleh Mahmud Ahmad As-sayyid bahwa kata imla merupakan bentuk Masdar
dari fiil amlaitu yang bermakna”talqin” atau dalam Bahasa Indonesia diartikan dengan
“dikte”.

Kemudian pendapat Imam Umar Sulaiman Muhammad Terminologi imla tidak dapat
dipisahkan dari dua unsur,mumlin(guru yang mengimla‟ atau mendikte) dan mumlan alaih
(siswa yang diimla‟atau yang menerima dikte) dikarenakan adanya dua unsur ini kemudian
muncullah pengertian bahwa imla merupakan membacakan teks bacaan kepada siswa,kata
demi kata atau kalimat demi kalimat dan menyuruh atau meminta siswa tersebut untuk
menulisnya. (Anwar 2022)

b. Kitabah‟Arudhiyyah

Kata arrudh menurut Terminologi merupakan ilmu yang membahas tentang pola pola
syair arab untuk mengetahui wazan yang benar dan yang salah. Latar belakang munculnya
ilmu arrudh dan qowafi dilukiskan dalam syair berikut:

ّٕٚ‫ج‬ٛ‫م انٕسٖ نغ‬ٛ‫ عججّ ي‬# ّٛ‫م سحًة هللا عه‬ٛ‫عهى انخه‬

‫ط انكشو‬ٛ‫ث يٍ ف‬ٛ‫غأل سة انج‬ٚ # ‫غعٗ نهحشاو‬ٚ ‫فخشج االيبو‬

‫ٍ انٕسٖ فألجهث نّ انجشش‬ٛ‫ث‬# ‫فضادِ عهى انعشٔض فب َحشش‬

“Ilmu nya alkhalil semoga Rahmat Allah selalu diberikan kepadanya penyebabnya
adalah dukungan masyarakat untuk imam sibaweh maka al imam pun pergi bersa‟i ke
masjidil haram,memohon limpahan karunia dari penguasa albeit. Ilmu arrudh menjadi
tambahan ilmunya,ilmu ini pun tersebar dan diterima dikalangan masyarakat.

Kata al-„arudl essensinya menunjukkan kepada sesuatu yang terletak di tengah-tengah


sehingga jelas terlihat. „Arudl memiliki pengartian dasar sebagai sesuatu yang tampak jelas
baik karena sesuatu itu sulit, melintang di hadapan, berada di tengah-tengah, atau lainnya.
Dalam hal ini, definisi secara bahasa tersebut sesuai dengan sifat dasar Ilmu „Arudl yang
berfungsi untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang jelas terdapat di dalam syair
Arab.Adapun secara istilah, para ahli berbeda pandapat dalam menjelaskan definisi Ilmu
„Arudl. Al-Fadhali (1407 H: 11) serta Isbir & Ali mendefinisikan Ilmu „Arudl sebagai ilmu
yang membahas tentang pokok-pokok dan kaidah-kaidah dari wazan syair Arab; Shahib bin
„Ibaad menjelaskan Ilmu „Arudl sebagai suatu timbangan untuk mengetahui keteraturan dan
kerusakan pola syair Arab, sebagai mana Ilmu Nahwu sebagai alat pengukur untuk
mengetahui kefasihan dan kekeliruan suatu ucapan; Haqqi menjelaskan bahwa Ilmu „Arudl
adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah nazham. Dari berbagai definisi yang
diungkapkan para ulama, definisi yang dapat memberikan gambaran lengkap mengenai Ilmu
„Arudl dikemukakan antara lain oleh al-Damanhuri ia mengemukakan:
‫ ٔفبعذْب‬ٙ‫ح أٔصاٌ انشعش انعشث‬ٛ‫عشف ا صح‬ٚ ‫انعشٔض ْٕ عهى ثأصٕل‬

‫ٓب يٍ ان ّضحبفبت ٔانعهم‬ٚ‫عحش‬ٚ ‫ٔيب‬

al-„Arudl adalah ilmu yang memiliki seperangkat aturan untuk mengetahui ke-shahih-
an (ketepatan) dan ke-fasid-an (ketidaktepatan) wazan (timbangan/metrum) syair Arab, serta
perubahan- perubahan yang terjadi pada wazan syair Arab, baik dalam bentuk zihaf
(percepatan irama) maupun illat (penyimpangan metrum).

Definisi serupa juga dikemukakan oleh al-Hafni, al-Hasyimi dan Syarafuddin. Definisi
ini menggaris-bawahi beberapa hal, yaitu: Syair Arab, wazan syair Arab, keadaan shahih dan
fasid wazan syair Arab, perubahan-perubahan wazan syair Arab baik dalam bentuk al-zihaf
maupun al-„illat. Hal-hal inilah yang menjadi fakus utama di dalam Ilmu „Arudl. Dengan
memahami Ilmu „Arudl kita dapat mengetahui keunggulan syair Arab berdasarkan pola
fisiknya serta dapat membedakan syair yang baik dengan yang rusak. (Dr.Titin N. Ma'mun,
2016)

C. Penulisan Dalam Ilmu „Arudh

Kaidah dalam penulisan ilmu „arudh ataupun bisa disebut khat „arudh merupakan tulisan
bahasa Arab yang digunakan dalam membentuk ataupun membuat wazan syai‟r. huruf-huruf
yang ditulis dalam khat arudhi ataupun penulisan dalam ilmu „arudh adalah semua huruf yang
diucapkan walaupun ada huruf yang tidak tertulis (huruf-huruf tambahan dalam penulisan
ilmu „arudh) dan semua huruf yang tidak diucapkan maka tidak ditulis (huruf-huruf yang
dibuang dalam penulisan ilmu „arudh).(Utsman 2004)

Dibawah ini adalah beberapa contoh secara singkat mengenai penulisan dalam ilmu
„arudhiyyah, yaitu :

-Alif pada kata " ٍْ‫ "ن ِك‬maka cara penulisannya dalam ilmu „arudh (kitabah „arudhiyyah)

menjadi ٍ‫ال ِك‬

- Jika ada baris tanwin baik tanwin fathah, tanwin kasrah dan tanwin dhammah, maka
penulisan arudhiyyah kata tersebut yaitu tanwinnya dibuka/dirubah menjadi nun, seperti
penulisan kata ” ‫عى‬
ْ ِ‫ “ا‬menjadi ًٍُْ ‫ع‬
ْ ِ‫ا‬
- Huruf akhirnya dibaca panjang, jika berbaris fathah maka ditambah huruf “alif”, jika
berbaris dhommah maka ditambah huruf “waw”, dan jika berbaris kasroh maka ditambah
huruf “yaa”. Contohnya seperti kata ‫ ثبع‬maka cara penulisannya dalam ilmu „arudh menjadi

‫ – ثبعب‬pada kata ُّ‫ ن‬menjadi ْٕ ُٓ ‫ ن‬- dan pada kata ِّ ِ‫ ث‬menjadi ْٙ ِٓ ِ‫ ث‬.

Selain contoh diatas masih banyak lagi cara ataupun qaidah dalam penulisan ilmu „arudh,
berikut adalah contoh lain dalam penulisan ilmu „arudh (kitabah „arudhiyyah), yaitu :

‫كٍ يكحٕثب‬ٚ ‫كحت ٔنٕ نى‬ٚ ‫هفظ‬ٚ ‫كم يب‬

1. Setiap huruf yang diucapkan ditulis, walaupun pada asalnya tidak ada yang ditulis
(huruf-huruf yang ditambah).(Utsman 2004)

a. Dengan tasydid (musyaddad)

yaitu mensukunkan huruf yang pertama dan memberi baris pada huruf yang kedua
(harfu al-awwalu sakin waa ast-stani mutaharrik).

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

‫شَذ – َيش – فَٓ َى‬

- penulisan „arudhiyyah

‫ش ْذ َد – َي ْش َس – فَٓٓى‬
َ

b. Menulis mad hamzah yang sesudahnya ada alif.

Contohnya : : - penulisan imlaiyyah

ٌْ‫ لُ ْشآ‬- ٍْ‫آ ِي‬

- penulisan „arudhiyyah

ٌْ‫أَا ِيٍْ – لُ ْشأا‬

c. Tanwin
Yaitu menulis tanwin menjadi nun mati disegala bentuknya seperti baris fathatain
(‫) ًــ‬,kasratain (‫) ٍــ‬, maupun dhammatain (‫) ٌ ــ‬, ditulis dengan harakat (fathah, kasrah, atau
dhammah) dengan diikuti nun mati (‫) ْن‬.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

‫ ِع ْه ٍى – ِع ْهًب‬- ‫ِع ْهى‬


- penulisan „arudhiyyah

ًٍَْ ‫ ِع ْه ًٍِْ – ِع ْه‬- ًٍْ‫ِع ْه‬

d. Menambah alif dalam sebagian isim- isim isyarah.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

– ‫َْ َزا – ْزِ – ْزاٌ – رنك – رنكًب‬

- penulisan „arudhiyyah

‫ْبرا – ْبر ِِ – ْبراٌ – رانك – رانكًب‬

e. Apabila terdapat "ha domir " ( isybah harokat ha dhomir), maka ditulis satu huruf
yang sejenis dengan barisnya.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah ِّ ‫نَُّ – ث‬

- penulisan „arudhiyyah ْٙ ِٓ ِ‫نَ ُٓ ْٕ – ث‬

f. Apabila akhir kalimat itu berbaris, maka ditambah huruf waw pada baris dhommah,
menambah alif pada baris fathah dan menambah yaa pada baris kasroh.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

‫انكحبة – انحك َى – انمً ِش‬


ُ

- penulisan „arudhiyyah

٘‫انمًش‬
ْ – ‫انكحبثٕ – انحكًب‬
g. Apabila ada kaf mukhotob/mukhotobah, nun rafa‟ dalam fi‟il mudhori‟, nun jama‟
mudzakkaris salim, ta dhomir takallum wahdah, /ta muhkotob muzdakkar atau ta
muannats terletak pada ujung syatar maka ditambah salah satu huruf yang sesuai
dengan baris akhirnya.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

– ٌَْٕ ‫غ ًَ ُع‬
ْ َٚ –ٌِ ‫غ ًَ َعب‬ ِ ًْ ُ‫لُ ًْثَ – لُ ًْثُ – ل‬
ْ َٚ –‫ث – َك َليكَ – َكلَ ُي ِك‬

ًٍٛ‫غهِ ًُ ٌْٕ – يغه‬ ْ َ‫ج‬


ْ ‫ ُي‬- ٍَْٛ‫غ ًَ ِع‬

-penulisan „arudhiyyah

ْ َٚ –ْٙ ‫ – َكلي َكب – َكلَ ُي ِك‬ْٙ ِ‫ لُ ًْح ُْٕ– لُ ًْح‬- ‫لًحب‬


ْٙ َِ‫غ ًَ َعب‬

‫ُب‬ًٛ‫يغه‬ - ‫غهِ ًُ ََْٕب‬ ْ َ‫غ ًَ ُع ََْٕب – ج‬


ْ ‫ُب َ– ُي‬ْٛ ‫غ ًَ ِع‬ ْ َٚ

h. Menambah huruf waw sesudah waw yang berbaris dhommah pada kalimat isim.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah ‫غبٔط – دأد‬

- penulisan „arudhiyyah ‫غبٔٔط – دأٔد‬

i. Lafadz jalalah

Dalam lafadz jalalah membuka tasydid dan mengganti baris berdiri (fathah) menjadi alif .

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

ّ ُّ‫ اِن‬-
ًٍ‫هللا – ان ّشح‬

- penulisan „arudhiyyah

ُِ‫ اِال‬- ٌ‫اًنلِ – اَ ْس َس ْحًب‬

j. Dalam kata thohaa :

Contohnya : - penulisan imlaiyyah ّ‫غ‬


- penulisan „arudhiyyah ‫غبْب‬

k. Dalam kata ulaaika :

Contohnya : penulisan imlaiyyah ‫أنئك‬

penulisan „arudhiyyah ‫أالئك‬

Penulisan yang ke-dua yaitu :

‫كحت ٔنٕكبٌ يكحٕثب‬ٚ‫هفظ ال‬ٚ ‫كم يب ال‬

2. Setiap huruf yang tidak diucapkan maka tidak ditulis walaupun pada asalnya huruf
tersebut ditulis (huruf-huruf yang dibuang).

a) Membuang hamzah washol baik pada kalimat fi‟il ataupun isim jika terdapat pada
tengah-tengah kalam.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

‫ك – فَب ْكح ُْت‬


َ َ‫عحًِبع – ٔاثٍُ –ٔاع ُى – ٔاثُبٌ فَب َْطَه‬
ْ ‫ فبعحًع – ٔافٓى – َٔا‬-

- penulisan „arudhiyyah

‫ ٔعحًبعٍْ – ٔثٍ – ٔعى – ٔثُبٌ – فَ ْكحُت‬- ‫غحَ ًِع – َٔ ْف َٓى‬


ْ َ‫ك – ف‬
َ َ‫فَ ُْطَه‬

b) Membuang huruf waw pada kalimat amrun/amrin (ketika dalam keadaan rofa‟ dan
jar.)

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

ٔ‫َصش َع ًْشٔ – جبء انٗ َع ًْ ٍش‬

- penulisan „arudhiyyah

ٌ‫َصش َع ًْشٌ – جبء انٗ َع ًْ ِش‬


c) Membuang huruf alif pada alif lam qomariyah

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

ُ َ ‫ٔ ْان ِكحب‬
–‫ة‬

- penulisan „arudhiyyah

ُ َ‫ٔ ْن ِكحب‬
–‫ة‬

d) Membuang alif lam pada alif lam syamsiyah.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

ٗ‫ٔانع َح‬
ُّ -‫ق‬
ُ ‫ص ْذ‬
ِّ ‫َٔانشًظ – َٔان‬

- penulisan „arudhiyyah

ٗ‫ع َح‬
ُ ‫ٔظ‬
ْ –‫ق‬
ُ ‫ص ْذ‬
ِ ‫ص‬
ْ َٔ – ‫ظ‬
ِ ًْ ‫ش‬
َ ‫ش‬
ْ َٔ

e) Membuang alif dari alif lam ma‟rifah jika alif lam ma‟rifah tersebut diawali/
didahului oleh lam ibtida atau lam harfu jar.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah alif lam ma‟rifah yang diawali lam ibtida :

‫ق‬ ِّ ‫نَ ْه ِع ْه ُى – نَه‬


ُ ‫ص ْذ‬

- penulisan „arudhiyyah alif lam ma‟rifah yang diawali lam ibtida :

‫ق‬
ُ ‫ص ْذ‬ ْ َ‫نَ ْه ِع ْه ُى – ن‬
ِ ‫ص‬

- penulisan imlaiyyah alif lam ma‟rifah yang diawali lam harfu jar :

‫ْق‬ ِّ ‫نِ ْه ِع ْه ِى – نِه‬


ِ ‫صذ‬
- penulisan „arudhiyyah alif lam ma‟rifah yang diawali lam harfu :

‫ْق‬
ِ ‫صذ‬ ْ ِ‫نِ ْه ِع ْه ِى – ن‬
ِ ‫ص‬

f) Membuang alif fariqah dari kalimat fi‟il :


Contohnya : - penulisan imlaiyyah

‫َ ْش ِج ُعٕا‬ٚ ‫َ ْش ِج ُعٕا – نَ ْى‬ٚ ٍَْ‫اس ِج ُع ْٕا – ن‬


ْ – ‫س َج ُع ْٕا‬

- penulisan „arudhiyyah

ْٕ ُ‫َ ْش ِجع‬ٚ ‫َ ْش ِجعُ ْٕ– نَ ْى‬ٚ ٍَْ‫اس ِجعُ ْٕ– ن‬


ْ –ْٕ ُ‫َس َجع‬

g) Membuang huruf alif serta wawu zaidah

Contohnya : - penulisan imlaiyyah

‫ِيبئَة – أَََب – أُٔالت‬

- penulisan „arudhiyyah

ُ‫ِيئَة – أٌََ –أُنَث‬

h) Membuang alif yang terdapat pada akhir kalimat idza, limadza, hadza, kadza, illa,
idzma, hasya, khola, „ada, kala, lama jika diikuti oleh huruf mati.

Contohnya : - penulisan imlaiyyah :

‫اال‬-‫ كلَ – نًب‬-‫ارا– نِ ًَب َرا – َْ َزا – َك َزا– َيب – إِ ْر َيب – َحبشَب – َخلَ– َعذَا‬

- penulisan „arudhiyyah

َ َ ‫ حب‬-‫اِ َر – نًِب َ َر – َْب َر – َك َز – َو – اِر َو‬


‫ نًى – ان َم‬- ‫ َع َذ –كم‬- ‫ػ – َخ َم‬

Ada beberapa catatan penting saat mempelajari kitabah „arudhiyyah, yaitu :

1. Bait adalah baris sya‟ir atau suatu ungkapan yang terbentuk dari juz-juz yang
diakhiri qafiyah.

2. Syathr adalah separu bait sya‟ir, bait lazim terdiri dari dua syathr, yaitu syathr
pertama (disebelah kanan) dinamakan “shadar” (depan atau dada). Dan syathr
kedua sebelah kiri dinamakan “„ajuz” (belakang atau akhir).

3. Khat terbagi kepada 3 macam, yaitu :


a. Qiyasi, yaitu khat yang bebas ataupun harus sesuai dengan peraturannya,
macamannya seperti riq‟i, tsulusti, diwani, farisi, kufi dan naskhi.
b. Ustmani, yaitu khat yang digunakan khusus untuk penulisan al-Quran.
c. Khat „Arudhi, yaitu khat yang digunakan dalam penulisan ilmu
„arudh.(Mahfudz 1996)
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sholeh, Amstilatu ‘Ala Kitabah ‘Arudhiyyah, 22 November 2022. Hal 1.

Anwar. 2022. “Pembelajaran Qawaidul Imla ‟ , Konsepsi , Problematika Dan Solusinya.”


Tafhim Al Ilmi 14(1): 42–56.

Dr.Titin N. Ma'mun, M. (2016). Ilmu al arudh Telaah struktur syair Arab dari teori
Praktik. Bandung: Unpad Press.

Moch. Sulthoni Faizin, A. A. (2020, Juni). Analisi Ilmu 'Arudh dan Qawafi dalam syair Al-
i'tirof karya Abu Nawas. Jurnal bahasa dan sastra Arab, Vol.6(No.1), Hal.48.

Mahfudz. 1996. “Ilmu ’Arudh & Qawafi: Terjemah Al-Mukhtashar as-Syaafi.” : 1–48.

nur, M. (2019, mei). Sya'r-sya'ir wasf dalam sya'ir imru' al-qais ( Tinjauan Ilm 'arudh). Nady
al-adab, Vol.16 (nO.1), hal 27.

Rahmi, Novita. 2016. “Sebagai Penunjang Mata Kuliah Kitabah I ( Studi Pada
MahasiswaJurusan PBA Fakultas Tarbiyah IAIN Metro ).” An-Nabighoh 20(01).

Somahwibisono. (2020). ‫تنىع الكتابة العربية‬: ‫الكتابة االصطالحية و الكتابة العرضية‬. hal 4.

‫حسين‬, ‫ن‬. (2022, September 4). ‫فهم الكتابة العرضيه‬. Diambil kembali dari ‫مىضىع‬.

Utsman, Muhammad bin Hasan bin. 2004. “Al-Mursyid Al-Wafi Fi Al-’Arudh Wa Al-
Qawafi.”hal 15-16.

Anda mungkin juga menyukai