Anda di halaman 1dari 16

“PRANATA EKONOMI UMAT SEBAGAI PENDUKUNG JAMINAN

EKONOMI SYARIAH MELALUI WAKAF”

Makalah Ini Dipersentasikan Pada Mata Kuliah Hukum Ekonomi


Syariah
Lokal IV HES A

Dosen Pengampu : Mashudi Haryanto, S.HI.,ME

Disusun Oleh : Kelompok 9

Taufik Ramadhan
NIM :

Mudrikatun Nasriyah
NIM : 211250546

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2023
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Pranata Ekonomi
Umat Sebagai Pendukung Jaminan Ekonomi Syariah Melalui Wakaf”.
makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok tahun
akademik 2023

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan tujuan wakaf.................................................................2


B. Landasan hukum dari wakaf..................................................................7
C. Tata cara perwakafan di Indonesia.......................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran...................................................................................................11
BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Umat Islam adalah bersaudara dan digambarkan sebagai satu
bangunan yang saling sokong menyokong. Penzahiran saudara itu
bukan semata-mata dalam bentuk pertolongan dari segi tenaga atau
bantuan lai, malah Islam mengajar umatnya untuk tolong menolong dan
bantu membantu dalam bentuk uang dan harta benda. Bantuan dan
pemberian uang juga harta benda ini bukan karena keinginan sesuatu
dari amanusia melainkan keinginan agar mendapat ridhaan dari Allah.
Oleh karena itu selain zakat, hibah dan sebagainya, umat islam akan
memberikan harta kekayaannya dengan orang lain melalui wakaf.
Wakaf merupakan suatu amalan sunah dan harus serta menjadi
wajib dilaksanakan apabila dibuat dengan wasiat. Oleh karena umat
Islam mau berwakaf karena keridhaan Allah, maka wakaf merupakan
satu mekanisme pemberian harta kekayaan seseorang dengan orang
lain. Dalam ekonomi, wujudnya golongan yang mendorong semua harta
kekayaan kepada orang lain, sangat penting karena ia boleh membantu
mencapai pembanguna ekonomi negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan wakaf?
2. Apa landasan hukum dari wakaf?
3. Bagaimana tatacara perwakafan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dan tujuan wakaf
2. Mengetahui landasan hukum penyelesaian wakaf
3. Mengetahui tatacara perwakafan di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertiannya
Secara bahasa bermakna al-habsu (menahan). dalam bahasa
arab kata waqafa-yaqifu-waqfan maknanya adalah habisa-yahbasu-
habsan.
Wakaf menurut bahasa berarti berhenti, yaitu menghentikan atau
menahan suatu barang atau asset untuk tidak diperjualbelikan, dan
hanya mengambil hasilnya untuk kepentingan agama.1
Sedangkan dalam istilah syariah wakaf berarti menahan harta asal
(pokok) dan menyedakahkan hasilnya dijalan Allah swt. atau bisa juga
dengan kata lain, menahan sebuah harta, dan membelanjakan
manfaatnya di jalan Allah swt.2
Wakaf ini dimulai sejak masa Nabi, yaitu kasus terkait dengan
tanah yang dimiliki oleh Umar di khaibar. ketika Umar bin Khattab
menanyakan tentang apa yang dapat diperbuat oleh Umar dengan
tanahnya tersebut, maka Nabi memberikan jawaban “Jika engkau suka,
tahanlah tanah itu dan engkau sedekahkan manfaatnya” dan berikanlah
hasilnya untuk di jalan Allah.
Penjelasan Ibnu Umar terhadap hadits tersebut di atas adalah
“Umar r.a. menyadekahkan tanahnya di khaibar. Tanah itu tidak dijual,
tidak dihibahkan, dn tidak pula diwariskan kepada orang-orang faqir,
kerabat, hamba, kepetingan umum, dan ibnu sabil. orang yang
memeliharannya (nazhir) diperbolehkan memakan hasil dari tanah
tersebut dengan cara yang ma’ruf atau dengan cara yang baik yang
tidak berlebihan”.
Secara umum, dalam Al-Qur’an juga disebutkan anjuran untuk

1
Agus Triyanta, Hukum Ekonomi Islam Dari Politik Hukum Ekonomi Islam Sampai
Pranata Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: FH UII Press, 2012) hal 97
2
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, (Jakarta: Al-I’tishom, 2008) hal 591

2
3

memberikan harta dijalan Allah, yaitu QS 3: 92 yang artinya sebagai


berikut:
Artinya : Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu
cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah
mengetahuinya
B. Dasar Syariat Wakaf
Allah swt. telah mensyariatkan dan menganjurkan wakaf, dan
menjadikannya sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah
swt.3 Wakaf tidak dikenal di zaman jahiliah, karena wakaf adalah hasil
istimbath Rasulullah Saw, dan beliau menganjurkannya kepada umat
Islam sebagai perbuatan baik terhadap orang-orang kafir dan perhatian
terhadap orang-orang yang membutuhkan.
Abu Hurairah ra.meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. Bersabda
Artinya : “Jika seorang manusia meninggal dunia, maka amalanya
terputus kecuali tiga hal: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak shalih yang selalu mendoakannya.”(H.R Muslim, Abu Daud, At-
Tirmidzi, dan An-Nasa’i)
C. Jenis-jenisnya
Wakaf terkadang ada yang di berikan kepada cucu, kerabat, dan
seterusnya yang fakir. wakaf seperti ini dinamakan wakaf ahli atau
wakaf dzurry. terkadang wakaf juga dari awal sudah diberikan kepada
pintu-pintu kebaikan, wakaf seperti ini dinamakan dengan wakaf khairy.
D. Syarat Sahnya Wakaf
Sebuah wakaf akan dianggap sah dengan salah satu dari dua hal:
a. perbuatan yang menunjukkan bahwa seseorang telah mewakafkan.
misalnya dengan membangun masjid dan menginzinkan orang
untuk mendirikan shalat didalamnya.
b. perkataan, yang terbagi pada perkataan lugas dan perkataan kiasan.

3
Ibit hal 591
4

perkataan lugas seperti “Aku mewakafkannya”, “Aku menahannya”,


“Aku menjadikannya di jalan Allah swt.” sedangkan perkataan kiasa
seperti: “Aku menyedekahkannya dengan niat wakaf’. Ada juga
wakaf yang tergantung dengan syarat kematian pemberi wakaf,
misalnya: “Rumahku atau kudaku kujadikan wakaf setelah aku mati.”
E. Tata cara perwakafan di Indonesia
Di indonesia, perwakafan telah diatur dengan berbagai aturan
perundang- undangan. sebelum adanya undang-undang tentang wakaf
tersendiri, peraturan dilakukan dengan mendasarkan pada Peraturan
Pemerintah (PP) No. 28 Tahun 1977. Namun pada tahun 2004,
disahkan Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf dan
kemudian dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004 tentang Wakaf.4
Untuk dapat terlaksanakannya sebuah proses wakaf, maka ada
beberapa unsur yang harus dipenuhi, yaitu :
 Wakif
 Nazhir
 Harta benda wakaf
 Ikrar wakaf
 peruntukan harta benda wakaf
 Jangka waktu wakaf
Terkait dengan wakaf produktif, hal ini adalah bentuk pengelolaan
dari wakaf, ialah pengelolaan untuk bertujuan mengoptimalkan fungsi
wakaf sehingga mampu memberikan hasil (profit) yang dapat
dimanfaatkan bagi kepentingan umat Islam. wakaf produktif semacam
ini telah mendapat kedudukan yang sangat jelas di Indonesia. Hal ini
nampak dengan berbagai harta yang dapat diwakafkan. Menurut Pasal
16 UU No 41 Tahun 2004 tentang wakaf disebutkan bahwa wakaf
dapat berupa:
5

a. benda tidak bergerak


b. dan benda bergerak Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud
pada huruf a meliputi:
c. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum
terdaftar
d. bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
sebagimana dimaksud pada huruf a
e. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
f. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku
g. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
sedangkan benda bergerak sebagaimana dimaksud pada huruf b
adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi:

Uang
Hak atas kekayaan intelektual
Logam
Hak sewa
Surat berharga
Benda bergerak lainya
Kendaraan
Sebagaimana nampak di atas, bahwa wakaf uang (cash/tunai)
sudah diakui.5 Ini menunjukan bahwa secara fiqh, hal tersebut tidak lagi
dianggep bermasalah. Jika dirunut ke belakang, hal ini juga sudah
dilandasi denga Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang
Wakaf Uang, yang dikeluarkan pada 11 Mei 2002. yang memtuskan:

a. Wakaf Uang (Cash Wakaf/Wagf al-Nuqud) adalah wakaf yang


dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang tunai
6

b. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga


c. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh)
d. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal
yang dibolehkan secara syariah
e. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.
Sedangkan mengenai tujuan pemanfaatan, dapat dipilih salah
satu dari pemanfaatan berikut :

 sarana dan kegiatan ibadah


 sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan
 bantuan kepada fakir miskin anak terlantar, yatim piatu, bea siswa
 kemajuan dan peningkatan ekonomi umat
 dan kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak
bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.
F. Wakaf dan kesejahteraan sosial dan ekonomi
Dasar hukum wakaf produkif di Indonesia adalah UU Nomor 41
Tahun 2006 tentang wakaf dan peraturan pemerintah No 41 Tahu 2006
tentang pelaksanaan UU No 41 2004 tentang wakaf.Pada dasarnya,
wakaf produktif adalah upaya untuk meningkatkan (memaksimumkan)
fungsi fungsi wakaf agar dapat memenuhi kebutuhan para pihak yang
berhak menerima manfaatnya. Dengan terpenuhi kebutuhan para
pihak, berarti wakaf dalam batas-batas tertentu telah berfungsi untuk
mensejahterakan masyarakat.4
Dasar hukum wakaf produktif di Indonesia adalah UUNomor 41
Tahun 2006 tentang wakaf dan peraturan pemerintah nomor 42 tahun
2006 tentang pelaksanaan UU nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf.
Pada dasarnya wakaf produktif ialah upaya untuk meningkatkan
(memaksimumkan) fungsi fungsi wakaf agar dapat memenuhi

4
Sudirman, TQM untuk Wakaf, (Malang, UIN-Maliki Press: 2013), hlm,.117.
7

kebutuhan para pihak yang berhak menerima manfaatnya.


Dalam konteks wakaf, benda dapat dibedakan menjadi benda
yang habis sekali pakai (konsumtif), dan benda yang tidak habis satu
kali pakai. jdan dari segi ekonomi dapat diketahui bahwa kelangkaan
atau kekurangan merupakan akibat dari kesenjangan antara kebutuhan
masyarakat dan faktor faktor produksi. oleh karena itu perlu adanya
dorongan dari pemerintah untuk membentuk peraturan mengenai wakaf
dalam mainstream wakaf produktif, dan perlu kiranya untuk
mengidentifikasi: pertama, kebutuhan yang diharapkan oleh
masyarakat yang berkaitan dengan pendayagunaan benda benda
wakaf. kedua, faktor apa saja yang siperlukan agar benda wakaf
mempunyai fungsi (sosial).
G. UU dasar 1945 sebagai media tertulis tentang Wakaf untuk
membangun kesejahteraan
Dalam UU dasar 1945 hasil amandemen ke-4 terdapat bab
perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial dan kesejahteraan
sosial (bukan kesejahteraan umum).5 Ketentuan yang menyangkut
kesejahteraan sosial adalah:
1) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, kemandirian, efensiensi,
berkeadilan berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesejahteraan
konomi nasional.
2) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar di pelihara oleh negara
3) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruhrakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan.
4) Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
5
Abdul Ghani Abdullah, wakaf produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008),
hlm,. 17.
8

Dalam penjelasan UU 1945 dikatakan bahwa demokrasi ekonomi


yang dimaksud adalah bahwa produksi dikerjakan oleh semua untuk
semua dibawah pimpinan atau penilikan anggota masyarakat.
Kemakmuran masyarkatlah yang diutamakan bukan kepentingan
orang-seorang. Olehkarena itu ekonomi disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan

H. Kegiatan ekonomi
Ekonomi pada hakikatnya adalah segala aktivitas yang berkaitan
dengan produksi dan distribusi (yang berupa barang atau jasa yang
bersifat material) di antara orang-orang. Secara sederhana, dapat
dipahami bahwa:
1) Kegiatan ekonomi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, terutama yang bersifat materiel
2) Dalam ekonomi terdapat tiga apek kegiatan yaitu produksi distribusi
dan konsumsiserta
3) Dalam ekonomi terkandung ajaran mengenai kesejahteraan
terutama kesejahteraan material
Kajian dan pembahasan mengenai wakaf dan prespektif wakaf
tanah produktif tidak bisa lepas dari aspek produksi, distribusi, dan
konsumsi. Muhammad (pakar ekonomi islam) menjelaskan bahwa
pengertian ekonomi seperti dijelaskan oleh para ahli tidak dapat
menjaelaskan mengenai sebab-sebab ’’Riba” diharamkan. Oleh karena
itu untuk mengkaji posisi wakaf tanah produktif tidaklah cukup hanya
memahami ekonomi saja, tetapi harus memahami pula ekonomi yang
terbebas dari riba, yaitu ekonomi syariah dan ekonomi islam.

Ekonomi Islam dalm arti sistem ekonomi pada dasarnya


merupakan pengaturan kegiatan ekonomi dalam suatu masyrakat atau
negara dengan sutau cara dan metode tertentu (sistem ekonomi
bersifat normatif). Sedangkan ekonomi Islam dalam arti perkonomian
negara-negara Islam pada dasarnya merupakan kegiatan untuk
9

mengembangkan teori teori ekonomi Islam dan disertai dengan


memberikan bantuan terhadap masyarakat muslim dalam bentuk
pembiayaan dan sumbangan. Dalam tataran praktis juga terlihat geliat
yang sangat menggembirakan ketika bank atau lembaga keuangan
Islam lahir, tumbuh dan bertambah hari demi hari pekan demi pekan
dan bulan demi bulan. Ketertarikan dan keterlibatan terhadap lembaga
perbankan dan keuangan Islam tidak hanya ditunjukkan oleh lembaga
swasta mikro sekelas koperasi tingkat desa, tetapi justru melibatkan
otoritas moneter tertinggi di negeri ini.6

Pada pengertian demikian, menempatkan wakaf dalam dimensi


ekonomi berarti menjadikan wakaf sebagaii media untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui jalur produksi, distribusi, dan konsumsi.
Dari segi objek benda wakaf ditempatkan pada jalur produksi dan
distribusi yang secara normatif telah ditentukan hukumnya dalm Al-
Quran, sunah, fikih, fatwa, dan peraturan perundang-undangan.
Sedngakan dari segi manfaat wakaf, sektor konsumsi berkaitan dengan
kebutuhan dan kepuasan (kesejahteraan) msyarakat muslim

I. Wakaf dalam wilayah muamalah


Dalam kontek muamalah, keberadaan pihak wakif, nazhir, saksi,
dan pejabat pembuat akta Ikhrar Wakaf (PPAIW) merupakan
keniscayaan demi menjamin kepastian hukum, terutama dalam hal
kepemilikan, beban (antara pihak pajak) dan pendayagunaan objek
wakaf.7
Harapannya bahwa wakif ikhlas (tanpa riya) dalam melakukan
tindakan hukum wakaf meskipun diketahui oleh pihak ketiga. Pihak
ketiga mengetahui dan mencatat wakaf semata-mata untuk menjamin
kepastian hukum dan pelestariaanya agar pemberdayagunaan wakaf
6
Agus Arwani, "Ekonomi Islam Salah Satu Model Alternatif Strategi Merekatkokohkan
Nkri." An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah 2.1 (2015): hm. 279.
7
Ibid. Hlm. 39-40
10

dapat dilakukam secara optimal. Penempatan wakaf sebagi bagian dari


fikih muamalah adalah status kepemilikan objek wakaf, yaitu benda
yang telah disedekahkan telah berpindah kepemilikannya dari milik
yang berinfak menjad milik Allah (milik umum). Oleh karena itu benda
yang telah disedekahkan itu tidak dapat diambil kembali seperti benda
yang telah dihibahkan kepada pihak lain (bukan kepada pihak keluarga)
J. Pendayagunaan wakaf dalam praktik
Pada bagian ini dijelaskan sejumlah tanah wakaf yang memiliki
dua kegiatan; kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Menurut hasil
penelitian dari Rachmat Djanika pada tahun (1999-2000) tanah wakaf
di Bandung yang pengelolaannya sudah profesional disederhanakan
menjadi tiga modrl kegiatan pokok, yaitu: lemabga pendidikan, masjid,
dan layanan kessehatan. Disamping itu hasil penelitian juga dilengkapi
dengan informasi pemberdyaan wakaf termasuk yang baik di asia
tenggara yaitu wakaf di Pondok Modern Gontor, Ponorogo.
Demikian pengelolaan wakaf dalam praktik yang telah dilakukan
oleh masyarakat untuk mengoptimalkan manfaat/hasil dari tanah wakaf
yang sudah diteliti oleh Djatnika.8

8
Ibid. Hlm. 141-145
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Wakaf menjadi suatu ibadah untuk mendekatkan diri keada Allah.
Dalam masa yang sama wakaf berperan dalam pembangunan ekonomi
secara langsung. Wakaf berperan dalam pembangunan ekonomi dalam
menyediakan kemudahan- kemudahan kesehatan, pendidikan dan
ibadah. Apabila masyarakat mudah menerima pelayanan kesehatan
pendidikan dan kemahiran maka dari sudut insani ini berarti mereka
juga terjamin kebutuhannya. Dan apabila mereka sehat juga terdidik
serta mempunyai kemahiran, ia memebuka peluang untuk
meningkatkan juga taraf ekonomi keluarga mereka. Begitu juga dengan
adanya tempat-tempat ibadah yang memperbolehkan mereka
berjamaah, menuntut ilmu dan melakukan kegiatan kegiatan yang daat
menyuburkan rohani, akan tirut memebngun kemanusiaan mereka. Ini
karena pembangunan ekonomi tidak sekedar diukur dari pembangunan
yang bersifat fiska, malah pembangunan insan juga merupakan dari
sebagian dari pada keperluan dalam pembangunan ekonomi
B. Saran
Demikian pembahasan dari makalah kami.Kami berharap
semoga pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan
bermamfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik dan
saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam tugas kami
selanjutnya. Sekian dan Terima kasih.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Arwani, Agus. 2015. "Ekonomi Islam Salah Satu Model Alternatif Strategi
Merekatkokohkan Nkri." An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah

Ghani, Abdullah, 2008. Wakaf Produktif. Bandung: simbosa Rekatama.


Sabiq, Sayid, 2008. Fiqh sunnah. Jakarta: Al-istishom.

Sudirman, 2013. TQM untuk Wakaf. Malang: UIN Maliki Press.

Triyanto, Agus, 2012. Hukum Islam dari politik Hukum Ekonomi Islam
sampai pranata ekonomi Syariah. Yogyakarta: FH UII Press.
13

Anda mungkin juga menyukai