Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.


memiliki ajaran yang paling lengkap di antara agama-agama yang pernah
diturunkan oleh Allah Swt. kepada umat manusia. Kelengkapan Islam ini
dapat dilihat dari sumber utamanya, al-Quran, yang isinya mencakup
keseluruhan isi wahyu yang pernah diturunkan kepada para Nabi. Isi al-
Quran mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia, mulai dari masalah
aqidah, syariah, dan akhlak, hingga masalah-masalah yang terkait dengan
ilmu pengetahuan. Semua umat Islam harus mendasari keislamannya
dengan pengetahuan agama (Islam) yang memadai, minimal sebagai bekal
untuk menjalankan fungsinya di muka bumi ini, baik sebagai khalifatullah
(QS. al-Baqarah (2): 30) maupun sebagai ‘abdullah (QS. al-Dzariyat (51):
56). Sebagai khalifah Allah, manusia harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengenai masalah keduniaan, sehingga dapat
memfungsikannya secara maksimal. Sedang sebagai hamba Allah, manusia
harus memiliki bekal ilmu agama untuk dapat mengabdikan dirinya kepada
Allah dengan benar. Jika seorang Muslim dapat membekali dirinya dengan
pengetahuan yang cukup, baik pengetahuan umum maupun pengetahuan
agama, dan sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
maka ia akan menjadi seorang Muslim yang kaffah/utuh (QS. al-Baqarah
(2): 208).
Untuk memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara mendasar,
maka setiap Muslim harus memahami dan mengamalkan dasar-dasar Islam.
Dasar-dasar inilah yang kemudian oleh sebagian ulama disebut kerangka
dasar ajaran Islam. Kerangka dasar ajaran. Islam sangat terkait erat dengan
tujuan ajaran Islam. Kerangka ini meliputi tiga konsep kajian pokok, yaitu
aqidah, syariah, dan akhlak. Kalau dikembalikan pada konsep dasarnya,
tiga kerangka dasar Islam ini berasal dari tiga konsep dasar Islam, yaitu
iman, islam, dan ihsan (HR. Muslim).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi dari Takaffulul Ijtima'?
2. Definisi dari Ukhuwah?
3. Definisi dari Ta'awuh?
4. Definisi dari Tasamuh?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui Takaffulul Ijtima'.
2. Untuk mengetahui Ukhuwah.
3. Untuk mengetahui Ta'awuh.
4. Untuk mengetahui Tasamuh.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Macam-macam akhlak sesama


2.1.1. Takaffulul Ijtima’

Pengertian At Takaffula Al ijtima’ yaitu Takaful berrasal dari kata


takaffala-yatakaffalu-takaffulan kata takafful. Sebenarnya tidak di jumpai
dalam Al quran,tapi ada sejumlah kata yang seakar dengan kata
takafful,Seperti dalam surat annisa’di artikan menjamin .

Yang artinya Maka berpegang lah engkau (Muhammad)di jalan


Allah, tidaklah engkaudibebani melain kan atas dirimu sendiri.
Korbankanlah semangat orang-orang beriman(untuk berperang),mudah–
mudahanAllah menolak (mematahkan) serangan orang-orang yang kafir
itu.Allah sangat besar kekuatan nya dan sangat keras siksaan
nya(Q.S.annis ayat 4:
ٗۚ
٤ْ‫ْم ۡنهُْن َۡف ٗساْفَ ُكلُوهُْ َهنِّ ٗ ٓيْاْ َّم ِّر ٗ ٓيْا‬
ِّ ‫عنْش َۡي ٖء‬ ِّ ِّ ‫صدُ َٰقَتِّ ِّه َّنْنِّ ۡحلَ ٗةْفَإ‬
َ ْ‫نْط ۡبنَ ْلَ ُك ۡم‬ َ ِّ‫َو َءاتُواْْٱلن‬
َ ْ‫سا ٓ َْء‬

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)


sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang
hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang
sedap lagi baik akibatnya

Secara istilah menurut K.H.Latif Mukhtar M.A. istilah takafful


berasal dari fikroh atau konsep.

Takaful dalam pengertian muamalah ialah saling memikul resiko


diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lain nya menjadi
penaggung atas resiko yang lain nya.saling pikul resiko ini di lakukan atas
dasar saling tolong menolong dalam ke baikkan .takafful dalam pengertian
ini sesuai denganAl Quran Surat al maidah ayat 2:
ْ َ‫َلْ َءآ ِّمين‬ ٓ َ ‫يْ َو ََلْٱْۡلقَ َٰلَٓئِّ ْدَْ َو‬
َْ ‫امْ َو ََلْٱ ۡل َه ۡد‬
َْ ‫شهۡ َْرْٱ ۡل َح َر‬ َ ْ‫َٰيَٓأَيُّ َهاْٱلَّذِّينَْْ َءا َمنُوا ََْلْت ُ ِّحلُّوا‬
َّْ ‫ش َٰعَٓئِّ َرْٱ‬
َّ ‫ّللِّْ َو ََلْٱل‬
ْ‫َل ْيَ ۡج ِّر َمنَّ ُك ۡم‬ ْ َ ‫ُوا ْ َْو‬ْٗۚ ‫طاد‬ َ ۡ‫ْوإِّذَاْ َحلَ ۡلت ُ ۡم ْفَْٱص‬ َ ‫ض َٰ َو ٗن ۚٗا‬
ۡ ‫ْو ِّر‬ َ ‫نْربِّ ِّه ۡم‬
َّ ‫ْم‬ ِّ ‫ض ٗٗل‬ ۡ َ‫ام ْيَ ۡبتَغُونَ ْف‬ َْ ‫ٱ ۡلبَ ۡيتَْ ْٱ ۡل َح َر‬
َْٰ ‫علَىْٱ ۡلبِّ ِّْرْ َْوٱلت َّ ۡق َو‬ ْۘ ِّْ ‫ع ِّنْٱ ۡل َم ۡس ِّج ِّْدْٱ ۡل َح َر‬
ْ‫ىْ َو ََل‬ َ ْ‫ْوتَعَ َاونُوا‬ َ ‫امْأَنْت َعۡ تَد ُوا‬ َ ْ‫صدُّو ُك ۡم‬ َ ْ‫انْقَ ۡو ٍمْأَن‬ ُ َْ‫شن‬َ
٢ْ‫ب‬ ِّْ ‫شدِّيدُْٱ ۡل ِّعقَا‬َ َْ‫ّلل‬ َّْ ‫نْ َْوٱتَّقُواْْٱ‬
َّْ ‫ّللَْإِّ َّنْٱ‬ ِّْ ٗۚ ‫علَىْٱ ۡ ِّۡل ۡث ِّْمْ َْوٱ ۡلعُ ۡد َٰ َو‬ َ ْ‫تَعَ َاونُوا‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-


syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya

2.1.2. Ukhuwah
Ukhuwah secara Bahasa persaudaraan, dari akar kata yang berarti
memperhatikan. Ukhuwah fillah atau persaudaraan sesama muslim adalah
suatu modal pergaulan antara manusia yang perinsipnya telah digariskan
dalam al-qur'an dan al-hadist, yaitu suatu wujud persaudaraan karena allah
SWT.
Persaudaraan muslim sebagai pilar masyarakat islam sesungguhnya
sebaggai perekat pilar-pilar sosial islam lainnya seperti unsur persamaan
(egaliter) kemerdekaan, persatuan dan musyawarah. Ibarat suatu bangunan
rumah kemerdekaan adalah pondasinya, sedangkan egaliter sebagai
penyanggga utamanya dan persaudaraan muslim sebagai balok-balok
perekat dann pengikat tiang utama sebagai tiang yang berfungsi sebagai
penentu bangunan rumah.
Sedangkan unsur persatuan addalah tembok dan dinding yang
memperkokoh bangunan rumah, sedangkan musyawarah sebagai pintu
dan jendela atau sebagai ventelasi yang mengatur keluar masuk udara.
Dengan menyatu unsur-unsur tersebut akan membentuk suatu bangunan
rumah yang utuh, kokoh dan ideal.1

َ‫ّللَِعل ۡيكُمۡ َإِ ۡذَكُنت ُمۡ َأ ۡعدا ٗٓءَفَألَف‬


ََ ‫واَوَٱ ۡذك َُُرواََنِ ۡعمتَٱ‬ ْۚ ُ‫يعاَوَلَتفرق‬ ََ ‫وَٱ ۡعت ِص ُمواََ ِبح ۡب ِلَٱ‬
ٗ ‫ّللَِج ِم‬
َ
‫ارَفأنقذكُم‬ َِ َ‫َمنَٱلن‬ ۡ
ِ ‫عل َٰىَشفاَ ُحفر ٖة‬ ۡ
َ َ ۡ‫صب ۡحتُمَ ِبنِ ۡعمتِ ِ ٓهَۦَإِخ َٰو ٗناَوكُنت ُم‬ۡ ‫ِم ۡنهاََ ب ۡينَقُلُو ِبكُمۡ َفأ‬
١٠ََ‫ّللَُلكُمۡ َء َٰايتِ َِهۦَلعلَكُمۡ َت ۡهتدُون‬ ََ ‫ك َٰذ ِلكَيُب ِينُ َٱ‬
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah,
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk"(Ali-Imran:103)

ُ ‫ال ُمسهههه ِل ُمَأ ُخههههوَال ُمسهههه ِل ِمََلَي َ ِل ُمهههههَُوَلَيلذُلُهههههَُوَلَيح ِقه‬


َ‫هههرَُ َالتَقههههوَُْ ُهنهههها َيُ ِ ههههي ُر‬
َ‫َمههنَال َِههرَأنَيح ِقههرَأخهها ََُال ُمسهه ِلمََكُههل‬ ِ ‫ههراَسَبَ ِبحسهه َِام ِههر سر‬ َ ‫ِإلههىَصههد ِرََِثههَََّم‬
)َ‫ال ُمسههههههه ِل ِمَعلهههههههىَال ُمسههههههه ِل ِمَحهههههههراهَ ُمههههههههَُو ِعر ُ ههههههههَُومالُههههههههُ َ(رواََُ ُمسههههههه ِلم‬.
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak
boleh tidak menzaliminya, merendahkannya dan tidak pula
meremehkannya. Taqwa adalah di sini. Beliau menunjuk dadanya
sampai tiga kali. (kemudian beliau bersabda lagi:) Cukuplah
seseorang dikatakan buruk bila meremehkan saudaranya sesama
muslim. Seorang Muslim terhadap Muslim lain; haram darahnya,
kehormatannya dan hartanya. [HR. Muslim]2

2.1.3. Ta’awun
Ta’awun adalah menurut bahasa berasal dari bahasa arab yang artinya
berbuat baik sedangkan menurut istilah adalah suatu pekerjaan atau
perbuatan manusia yang didasari pada hati nurani dan semata-mata
mencari ridho Allah SWT. Ta’awun bisa dilakukan dengan apa saja tanpa
ada aturan persyaratan semua bisa melakukannya, baik yang masih kecil,
muda ataupun tua, dalam mengerjakan kebaikan dan kebajikan.

1
Cecep Sudirman anshori, jurnal Pendidikan agama islam ukhuwah islamiah sebagai fondasi
terwujudnya organisasi yang mandiri dan professional Vol.14 No.1 (Bandung, Ta'lim , 2016) hal
118.
2
Shahîh Muslim Syarh Nawawi, tahqîq:Khalîl Makmûn Syiha, (Dârul-Ma’rifah, Beirut, Libanon,
…)336-337
َِ ‫ّللَشدِيدَُٱ ۡل ِعقا‬
ْ ٢ْ ‫ب‬ َِ ْۚ ‫وَلَتعاونُواَعلىَٱ ۡ ِۡل ۡث َِمَوَٱ ۡلعُ ۡد َٰو‬
َ‫نَوَٱتَقُواََٱ َه‬
ََ ‫ّللَإِنَََٱ‬
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya3
Syaikh Al-Qordhawi menyebut konsep at-ta’awun atau konsep
takaful (kesetiakawanan) Islam mengajarkan kepada kita agar hidup dalam
masyarakat senantiasa terjalin hubungan kesetiakawanan antara sesama
umat Islam dalam rangka “alal birri wat taqwa” kebajikan dan takwa,
Allah tidak melarang kita menjalin hubungan kesetiakawanan kerjasama,
saling menolong dengan saudara kita, yang beragama lain sepanjang hal
tersebut perkara-perkara sosial, muamalah dan kemasyarakatan, Islam
sangat menganjurkan kepada umatnya untuk senantiasa mempersiapkan
hari depan yang baik agar tidak meninggalkan generasi yang melarat, tidak
punya sumber penghasilan, tidak memiliki warisan atau wasiat berupa
harta yang dapat menjadi modal awal untuk berusaha dan menghidupin
keluarganya, termasuk menyikapi tingkat pendidikan dan lapangan
pekerjaan bagi generasi penerus keluarga, bangsa dan negara.4

2.1.4. Tasamuh
Secara etimologi berasal dari kata toleransi yang berarti sikap
membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa
memerlukan persetujuan. Yang dikenal dalam Bahasa arab dikenal dengan
tasamuh, yang berarti saling mengizinkan, saling memudahkan.5
Tasamuh dalam ajaran islam memiliki Batasan atau aturan yang jelas,
seperti dalam hal pelaksanaan ibadah dan akidah. Namun dalam aspek
social kemasyarakatan, seperti bergaul, bertetangga, berdagang, dan
aktifitas sosial ( keduniawian ) lainnya diperbolehkan. Dengan demikian,
dalam toleransi memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhi yaitu

3
Depaq RI Ar–Rifa'i mu Muhammad Nasib, Al-qur'an dan terjemah surat Al-ma'idah ayat ke-2
cet 1 (Jakarta: Gema Insani press 1999)
4
M.Syakir Sula.Asuransi Syari’ah(Jakarta: Gema Insani ) :Hal :204
5
Said Aqil Husin Al-Munawar, fikih hubungan antar agama, ( Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005 ),
hal. 13
mengakui hak semua orang, menghormati keyakinan orang lain, lapang
dada menerima perbedaan, saling pengertian, kesadaran dan kejujuran.6

6
Muhaemin, Al-Qur'an Dan Hadist, ( Bandung, Grafindo Media Utama, 2008 ), hal. 71
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam akhlak sesama banyak yang harus diperhatikan terutama menjaga
perasaan dalam berteman dan bergaul sesama manusia baik kecil, muda, dan tua
harus saling memperahtikan dan memiliki rasa toleransi dalam besosialisasi
kemasyarataan harus memperhatikan memberi pengakuan terhadap sesama.

Saran

Banyak kekuranga dalam kami menulis makalah terdapat banyak


kesalahan dalam pemahaman materi dan penulisan sebagai manusia yang
masih memiliki banyak kesalahan dan keteledoran kritik dan saran sangat
kami butuhkan demi menjadikan kami lebih memiliki pemahaman yang luas
DAFTAR PUSTAKA
Cecep Sudirman anshori, jurnal Pendidikan agama islam ukhuwah islamiah sebagai
fondasi terwujudnya organisasi yang mandiri dan professional Vol.14 No.1 (Bandung,
Ta'lim , 2016).

Said Aqil Husin Al-Munawar, fikih hubungan antar agama, ( Jakarta: PT. Ciputat Press,
2005 ).

Ahmad Amin, Zuhr al-Islam cetakan ke-3, juz 2 (Kairo: Dar al-Misriyah,1995)

Jurnal of sulensa Supriadi, AL-ASY’ARIYAH(Sejarah, Abu al-Hasan al-Asy’ari


dan Doktrin-doktrin Teologinya) volume 9 nomer 2, (Makasar, 2014)

Anda mungkin juga menyukai