Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FIQIH USHUL FIQIH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas mata kuliah “Fiqih/ushul fiqih”
Dosen Pengampu Abdul Halim,M.H.I

Di Susun Oleh :
RIFQI MAHASA

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah
ini yang akan membahas seputar “HAJI” yang diambil berdasarkan dari sumber
dan dalil-dalil yang terperinci untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Fiqih/ushul fiqih. Penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Abdul Halim,M.H.I
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya dalam penyusunan
makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usahanya. Amin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini

Medan, 25 Maret 2022


Penulis

Rifqi Mahasa

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ I


DAFTAR ISI ........................................................................................... II
BAB I PEMBUKAAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
A. Pengertian Haji.......................................................................... 3
B. Syarat Haji ................................................................................ 5
C. Rukun dan wajib haji ................................................................ 5
D. Rangkaian pelaksanaan ibadah haji .......................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................ 9
A. Kesimpulan ............................................................................... 9
B. Saran ......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 10

II
BAB I
PEMBUKAAN

A. Latar belakang
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang
Muslim sekali sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap
perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti
ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia harus
melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah
Yang Maha Agung. Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena
dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu’an, Ibadah haji
menambahkan jiwa tauhid yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap
mental dan akhlak yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat
islam seluruh dunia menjadi umat yang satu karena memiliki persamaan atau
satu akidah. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah
merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya
besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala
godaan dan rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik
harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun
persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar
akbar umat islam sedunia, yang peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh
penjuru dunia dan Ka’bahlah yang menjadi simbol kesatuan dan persatuan.

B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian dan Dasar hukum pelaksanaan ibadah haji?
2. Apa syarat rukun dan wajib haji?
3. Apa-apa saja rangkaian pelaksanaan ibadah haji ?

1
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum pelaksanaan ibadah haji.
2. Untuk mengetahui syarat rukun dan wajib haji.
3. Untuk mengetahui rangkaian pelaksanaan ibadah haji

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Haji
Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja-yahujju-hujjan, yang berarti
qoshada, yakni bermaksud atau berkunjung. Sedangkan dalam istilah agama,
haji adalah sengaja berkunjung ke Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-
Mukarromah untuk melakukan serangkaian amalan yang telah diatur dan
ditetapkan oleh Allah SWT sebagai ibadah dan persembahan dari hamba
kepada Tuhan.1 Haji adalah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melakukan
serangkaian ibadah ditempat-tempat tertentu pada waktu tertentu dan cara-cara
tertentu dengan mengharap ridha Allah SWT. Tempat-tempat tertentu yang
dimaksud adalah ka’bah di Makkah, Shafa dan Marwa, Muzdalifah, dan
Arafah. Sedangkan aktivitas tertentunya adalah ihram, thawaf, sa’i, dan wukuf
di Arafah. Sementara waktu tertentunya adalah bulan Syawwal, Dzul Qa’dah,
dan 10 hari pertama Dzulhijjah.2
Dari berbagai penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa haji
adalah sengaja mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk mengerjakan ibadah
dengan cara, tempat, dan dalam waktu tertentu. Adapun dalil-dalil tentang haji
antara lain :
a) Dalil al-qur’an

Allah berfirman :

َ‫ع ّن ْال َعالَمّ ين‬


َ ‫ي‬
ٌّ ‫غ ّن‬ ‫س ّب ا‬
َ ‫يًل َو َم ْن َكف ََر فَإّ هن ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫ع ّإلَ ْي ّه‬
َ ‫طا‬ ّ ‫اس حّ ُّج ْال َب ْي‬
َ َ ‫ت َم ّن ا ْست‬ ّ ‫علَى النه‬ ّ ‫َو ّ ه‬
َ ‫َلِل‬

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu


(bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali
Imron: 97).

1. Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, (Solo: PT Era Adicitra
Intermedia, 2011), h. 3.
2. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta:
Amzah, 2009), h. 482.

3
b) Dalil as-sunnah

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ّ‫ َو ّإيتَاء‬، ‫صًلَ ّة‬


‫ َو ّإقَ ّام ال ه‬، ‫َّللا‬ ُ ‫َّللاُ َوأَ هن ُم َح همداا َر‬
ّ ‫سو ُل ه‬ ‫ش َهادَ ّة أ َ ْن الَ ّإلَ َه ّإاله ه‬
َ ‫علَى َخ ْم ٍس‬ َ ‫اإل ْسًلَ ُم‬
ّ ‫ّى‬ َ ‫بُن‬
َ‫ضان‬ َ ‫ص ْو ّم َر َم‬
َ ‫ َو‬، ‫ج‬ ْ ‫ه‬
ّ ِّ ‫ َوال َح‬، ّ‫الزكَاة‬

“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan


yang berhak disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah
utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa
di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16).

Hadist ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini
berarti menunjukkan wajibnya. Dan meskipun haji itu termasuk salah satu
dari lima rukun islam, akan tetapi haji hanya diwajibkan bagi kaum
muslimin yang mampu saja hal ini terbukti didalam hadist yang
dipaparkan dibawah ini :

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

« ‫علَ ْي ُك ُم ْال َح هج فَ ُحجُّوا‬ ‫ض ه‬


َ ُ‫َّللا‬ َ ‫اس قَدْ فَ َر‬ ُ ‫»أ َ ُّي َها النه‬. ‫س َكتَ َحتهى‬
َ ‫َّللا َف‬
ّ ‫سو َل ه‬ َ ‫َف َقا َل َر ُج ٌل أَ ُك هل‬
ُ ‫ع ٍام َيا َر‬
َ َ ‫ت َولَ َما ا ْست‬
‫ط ْعت ُ ْم‬ ْ
ْ َ‫ « لَ ْو قُلتُ نَعَ ْم لَ َو َجب‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ُ ‫قَالَ َها ثًَلَثاا فَقَا َل َر‬
ّ ‫سو ُل ه‬

“Rasulullah SAW. berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda,


“Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka
berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah
setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi
bertanya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
bersabda, “Seandainya aku mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan
diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.”
(HR. Muslim).

c) Dalil ijma’
Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur
hidup bagi yang mampu. Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al
ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan sendirinya sudah diketahui
wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan kafir.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap
muslim yang mampu untuk mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa
mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji tersebut pada tahun ke enam
Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.

4
B. Syarat haji
Adapun syarat-syarat haji sebagai berikut:
a) Islam. Setiap dari kita (orang Islam) berkewajiban untuk menunaikan
ibadah haji jika telah terpenuhi semua persyaratan-persyaratannya. Dan
jelas pula bahwa orang non Muslim tidak berkewajiban untuk menunaikan
ibadah haji, sehingga jika ada di antara mereka yang ikut melaksanakan
ibadah haji, maka ibadah haji mereka dianggap tidak sah.
b) Berakal. Artinya, setiap orang muslim yang waras, tidak mengalami
gangguan mental dan kejiwaan, maka ia berkewajiban untuk menunaikan
ibadah haji.
c) Dewasa (baligh). Dengan demikian anak kecil (belum baligh) yang diajak
bersama oleh orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji, maka
kewajiban ibadah haji tersebut belum gugur atas dirinya. Sehingga ia tetap
berkewajiban untuk menunaikannya saat ia telah memasuki masa akil
baligh nanti.3
d) Mampu. Yang meliputi: ketersediaan alat transportasi, bekal, keamanan
jalur perjalanan, dan kemampuan tempuh perjalanan.4
e) Merdeka. Seorang budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia
bertugas melakukan kewajiban yang dibebankan tuannya. Disamping itu,
budak termasuk orang yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan lain-
lain.5

Jadi syarat haji ada lima, yaitu Islam, berakal, baligh (dewasa), mampu,
dan merdeka. Jika syarat-syarat tersebut telah terpenuhi, maka Bismillah,
mantapkan niat untuk berkunjung ke Baitullah

C. Rukun dan wajib haji.


Rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji. Jika
tidak dikerjakan, maka hajinya tidak sah. Sedangkan wajib haji adalah kegiatan

3. M. Hamdan Rasyid, Agar Haji & Umrah Bukan Sekedar Wisata, Editor: Kartini dan Susanti,
(Depok: Zhita Press, 2011), Cet. I, h. 25-26.
4. Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, ..., h. 503.
5. Ahmad Abdul Madjid, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 1993), h.
24.

5
yang harus dilakukan pada saat ibadah haji, yang jika tidak dikerjakan, maka
penunai haji harus membayar dam (denda).6 Rukun haji ada enam, yaitu ihram,
wukuf di Arafah, thawaf ifadhah, sa’i, tahallul, dan tertib. Berikut penjelasan
masing-masing rukun tersebut:
a) Ihram. Berihram adalah niat memasuki aktivitas melaksanakan ibadah haji
atau umrah pada waktu dan tempat serta cara tertentu.7
b) Wukuf di Arafah. Waktu wukuf bermula dari saat tergelincirnya matahari
(masuknya waktu dzuhur) tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbitnya fajar hari
berikutnya.8
c) Tawaf ifadhah. Thawaf ifadhah adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak
tujuh kali putaran.9
d) Sa‟i. Sa’i adalah berlari-lari kecil di antara bukut Shafa dan bukit
Marwah.10
e) Tahallul. Tahallul adalah mencukur rambut atau memotong rambut kepala
minimal tiga helai.11
f) Tertib. Tertib adalah mengerjakan rukun-rukun haji secara urut mulai dari
thawaf sampai tahallul.12

Adapun wajib haji ada lima, yaitu berihram di miqat, mabit di


Muzdalifah, mabit di Mina, melontar jumrah, dan thawaf wada’. Berikut
penjelasannya:
a) Berihram di miqat. Calon haji harus memulai niatnya dan dari titik awal
tempat itu yang berniat melaksanakan haji/umrah sudah harus memakai
pakaian ihram. Yalamlam adalah tempat berihram calon jamaah haji yang
datang dari arah Indonesia bila ia langsung akan menuju ke Makkah dan

6. Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun Islam,
(Jakarta: Suluk, 2011), Cet. I, h. 215 & 233.
7. M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab, (Tangerang: Lentera Hati,
2012), h. 227.
8. M. Quraish Shihab, Haji dan ..., h. 229.
9. Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 224.
10. Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 228.
11. M. Hamdan Rasyid, Agar Haji ..., h. 29
12. Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 233.

6
Bir Ali adalah tempat berihram calon jamaah haji yang datang dari arah
Indonesia menuju ke Madinah terlebih dahulu.13
b) Mabit di Muzdalifah. Mabit di Muzdalifah adalah menginap semalam di
Muzdalifah pada malam tanggal 9 Dzulhijjah. Waktunya dikerjakan
setelah wukuf di Arafah.14
c) Mabit di Mina. Mabit di Mina adalah bermalam selama 3-4 hari di suatu
hamparan padang pasir yang panjangnya sekitar 3,5 km. Waktunya adalah
malam tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Bermalam di Mina dilakukan
semalam penuh, yang boleh dilakukan mulai sore hari sampai terbitnya
fajar, dan juga boleh bermalam paling sedikit 2/3 malam.15
d) Melontar jumrah. Melontar jumrah adalah melempar batu pada sebuah
tempat yang diyakini untuk memperingati saat setan menggoda Nabi
Ibrahim agar tidak melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih
putranya, Nabi Ismail.16 Tanggal 10 Dzulhijjah melontar jumrah aqabah
dengan tujuh butir kerikil. Dan pada hari-hari Tasyrik, yaitu 11, 12, dan 13
Dzulhijjah melontar ketiga jumrah.17
e) Thawaf wada’. Thawaf wada’ adalah suatu penghormatan terakhir kepada
Baitullah. Thawaf wada’ merupakan tugas terakhir dalam pelaksanaan
ibadah haji dan ibadah umrah di Tanah Suci.18

D. Rangkaian pelaksanaan ibadah haji


Dalam pelaksanaan ibadah haji ada tiga macam cara yang dapat dilakukan
dengan memilih salah satu cara di antara ketiga cara ini, yaitu :
a) Haji tamattu’
Haji tamattu’ adalah melaksanakan ibadah umrah terlebih dahulu
dan setelah itu baru melakukan ibadah haji.19 Jenis haji ini biasanya

13. M. Quraish Shihab, Haji dan..., h. 242.


14. Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 234.
15. Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 240.
16. Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 235.
17. M. Ali Nursidi, dkk., (ed.), Segala Hal..., h. 46
18. Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar..., h. 242.
19. Umi Aqilla, Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah, (Jakarta: Al-Magfirah, 2012), h. 27

7
dilaksanakan oleh jamaah haji Indonesia karena dianggap lebih mudah
dari pada haji ifrad dan haji qiran.
b) Haji ifrad
Haji ifrad ini adalah kebalikan dari haji tamattu’, yaitu dengan
mengerjakan haji terlebih dahulu lalu mengerjakan umrah. Jamaah
yang melaksanakan haji ini tidak diwajibkan membayar dam.20
Pelaksanaan haji dengan cara ifrad ini menjadi pilihan bagi jamaah haji
Indonesia gelombang II yang datang ke Makkah sudah mendekati
waktu wukuf
c) Haji qiran
Pelaksanaan ibadah haji dengan cara qiran adalah pelaksanaan
ibadah haji dan ibadah umrah bersama-sama.21 Bagi yang memilih cara
haji qiran ini, dia terkena peraturan untuk membayar dam, berupa
menyembelih seekor kambing (dam nusuk).22

20. M. Ali Nursidi, dkk., (ed.), Segala Hal..., h. 19.


21. Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 25.
22. Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah..., h. 64.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Haji adalah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melakukan serangkaian
ibadah ditempat-tempat tertentu pada waktu tertentu dan cara-cara tertentu
dengan mengharap ridha Allah SWT. Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib
bagi setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup. Haji
merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan
dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan
sunnat haji. Islam, Syarat haji diantaranya : Baligh, Berakal, Merdeka,
Kekuasaan (mampu}sedangkan Rukun Haji adalah : Ihram yaitu berpakaian
ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah;
Thawaf, Sa’i, Tahallul dan Tertib atau berurutan

B. Saran
Sebagai penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca

9
DAFTAR PUSTAKA

Djamaluddin Dimjati, Panduan Ibadah Haji dan Umroh Lengkap, Solo: PT Era
Adicitra Intermedia, 2011
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,
Jakarta: Amzah, 2009
M. Hamdan Rasyid, Agar Haji & Umrah Bukan Sekedar Wisata, Editor: Kartini dan
Susanti, Depok: Zhita Press, 2011
Ahmad Abdul Madjid, Seluk Beluk Ibadah Haji dan Umrah, Surabaya: Mutiara Ilmu, 1993
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap Semua Rukun Islam,
Jakarta: Suluk, 2011
M. Quraish Shihab, Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab, Tangerang: Lentera Hati,
2012
Umi Aqilla, Buku Pintar Tuntunan Haji & Umrah, Jakarta: Al-Magfirah, 2012

10

Anda mungkin juga menyukai