Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah.

Dosen Pengampu

Fiqh Dr. Azni M.Ag.

MAKALAH

HAJI DAN UMRAH

Oleh Kelompok 5

Dani Kurniawati 12240222034

Emi Erniati 12240225536

Kanaia sabila 12240220834

3A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah HAJI DAN UMRAH dengan tepat
waktu. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.

Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen kami Dr. Azni M,Ag.
Selaku dosen pengampu mata kuliah fiqh yang telah memberikan tugas kepada kami untuk
senantiasa belajar. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis. Terima kasih.

Pekanbaru,6 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................2
A. Definisi Haji dan Umroh...................................................................................................2
B. Dasar Penyelenggaraan Haji dan Umroh ...........................................................................3
C. Syarat, Rukun serta Wajib Haji dan Umroh .....................................................................4
D. Perbedaan Haji dan Umroh ...............................................................................................9
E. Badal Haji ...................................................................................................................... 13
F. Status Hukum Umroh ..................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Haji adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang mampu secara
finansial dan fisik setidaknya sekali seumur hidup. Pada zaman nabi Ibrahim dan putranya ismail
yang membangun ka’bah dimekkah atas perintah Allah. Haji merupakan peringatan terhadap
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan nabi Ibrahim, termasuk pengorbanan nabi ismail, yang
kemudian di gantikan oleh pengorbanan hewan kurban selama perayaan idul adha.

Umrah adalah ibadah sunnah yang dilakukan oleh umat islam kapan saja selama tahun,
kecuali pada waktu Dzulhijjah(bulan haji). Umrah mirip dengan haji yaitu berhubungan dengan
peristiwa peristiwa yang terkait dengan nabi Ibrahim dan ka’bah. Tidak seperti haji, umrah tidak
wajib, tetapi umat islam dianjurkan untuk melakukannya jika mereka memiliki kesempatan.

Keduanya adalah ibadah ziarah yang memiliki makna spiritual dan sejarah yang
mendalam bagi umat islam. Haji dan umrah juga menjadi salah satu cara utama untuk
mempersatukan umat islam dari berbagai Negara diseluruh dunia dalam satu tempat yaitu kota
suci makkah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi haji dan umrah?
2. Apa saja Dasar-dasar penyelenggaraan haji dan umrah?
3. Apa saja syarat,rukun, serta wajib haji dan umrah?
4. Apa saja perbadaan haji dan umrah?
5. Apa saja badal haji?
6. Apa saja status hukum umrah?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi haji dan umrah
2. Mengetahui dasar dasar penyelenggaraan haji dan umrah
3. Mengetahui syarat rukun. Serta wajib haji dan umrah
4. Mengetahui perbadaan haji dan umrah
5. Mengetahui badal haji

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Haji dan Umroh

1. Definisi Haji
Haji adalah perjalanan menuju Mekah dengan tujuan untuk melaksanakan thawaf, sai,
wukuf (bermalam) di Arafah dan beberapa ibadah yang lain sebagai bentuk pemenuhan atas
perintah Allah swt. dan demi mendapatkan ridha-Nya. Haji merupakan salah satu rukun
Islam yang kelima dan menjadi suatu kewajiban dalam syariat Islam yang mesti diketahui.
Jika ada seseorang yang mengingkari kewajiban haji, maka dia dinyatakan kafir dan keluar
dari Islam. Mayoritas ulama berpendapat bahwa kewajiban haji mulai ditetapkan pada tahun
keenam Hijriah. Sebab. pada tahun keenam itulah. Allah swt. menurunkan wahyu yang
berbunyi, "Dan sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah," (Al-Baqarah [2]: 196) Ayat
ini menegaskan bahwa yang dimaksud dengan 'sempurnakanlah adalah awal mula penetapan
kewajiban haji. Hal ini dipertegas lagi dengan bacaan al-Qamah, Masyruk, Ibrahim an-Nakhi
dengan redaksi. 'Wa Aqimû (dan dirikanlah). HR Thabrani dengan sanad shahih.
Ibnu Qayyim memilih pendapat yang menyatakan bahwa kewajiban haji dimulai pada
tahun sembilan atau sepuluh Hijriah.

2. Definisi Umroh
Umrah (Arab: ‫ )عمرة‬adalah ibadah umat Islam yang dilakukan di Mekah al-
Mukarramah khususnya di Masjidil Haram. Ibadah umroh hampir mirip dengan ibadah haji,
hanya saja dalam kegiatan umroh tidak melakukan wukuf, mabit dan melontar jumrah
sebagaimana yang dilakukan dalam haji. Secara bahasa, umroh artinya berkunjung ke suatu
tempat. Sedangkan secara istilah fikih, umroh artinya melakukan serangkaian ibadah: tawaf
(mengitari Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran), sai (berlari-lari kecil) di antara dua bukit
shafa dan marwah, lalu diakhiri dengan tahalul (memotong sebagian rambut kepala). Semua
rangkaian ibadah tersebut dilakukan setelah ihram (niat) untuk umroh dari batas-batas miqat
yang telah ditentukan.

2
B. Dasar Penyelenggaraan Haji dan Umroh
A. Berdasarkan Al-Qur'an
a. Q.S. Al-Hajj [22]: 27, 28, dan 29

ٍ ْ‫علَى ُك ِِّل ضَامِ ٍر يَأْتِيْ َن مِ ْن ُك ِِّل فَ ِّجِ َعمِ ي‬


ٍ ‫ ِليَ ْش َهدُوا َمن َافِ َع لَ ُه ْم َويَذْكُ ُروا اس َْم هللاِ فِي أَيَّ ٍام َمعْلُ ْو َما‬.‫ق‬
‫ت َعلَى َما‬ َ ‫اس بِالْ َح ِّجِ يَأْت ُ ْوكَ ِر َجاالً َو‬
ِ َّ ‫َوأ َ ِذِّ ْن فِي الن‬

ِ ْ‫ت الْعَتِي‬
‫ق‬ ِ ْ‫ط َّوفُوا بِالْبَي‬
َّ َ‫ ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَث َ ُه ْم َولْي ُْوفُوا نُذُ ْو َرهُ ْم َولْي‬.‫ِس الْفَ ِقي َْر‬
َ ‫طعِ ُموا الْبَائ‬
ْ َ ‫َرزَ قَ ُه ْم مِ ْن بَ ِهيْ َم ِة اْألَنْعَ ِام فَكُلُوا مِ نْ َها َوأ‬

“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka datang dari
segala penjuru yang jauh, agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan
agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rizki
yang Dia berikan kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian
darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan
fakir. Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka,
menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan melakukan tawaf sekeliling rumah tua
(Baitullah). (QS. Al-Hajj (22): 27-29)’’

b. QS. Ali Imran [3]: 97

َ‫ع ِن ْال ٰعلَمِ يْن‬


َ ‫ي‬
ٌّ ِ‫غن‬ ‫س ِبي ًًْل ۗ َو َم ْن َكف ََر فَا َِّن ه‬
َ َ ‫ّٰللا‬ َ ‫طاعَ اِلَ ْي ِه‬ ِ ‫اس حِ ُّج ْالبَ ْي‬
َ َ ‫ت َم ِن ا ْست‬ ِ َّ ‫علَى الن‬ ِ ‫َو ِ ه‬
َ ‫ّلِل‬

’Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melak- sanakan ibadah haji
ke Baitullah bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang
siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. (QS. Ali Imran [3]: 97)’’

B. Berdasarkan Hadis
a. Hadis Riwayat Imam Ahmad dan Imam an-Nasa’i

ِ َّ ‫ أبي كل عام يَا َرسُو َل‬:‫ فقام األقرع بن حابيس فقال‬،‫ يا أنها الناس كتب عليكم الحج‬:‫ خطبنا رسول هللا ﷺ فقال‬:‫وعن ابن عباس قال‬
‫ّٰللا ؟‬

‫ الحج مرة قد زاد فهو تطوع‬،‫ت لَم تَعْ َملُوا بها َولَ ْم تَستطيعُوا أَن تَعْ َملُوا بها‬
ْ َ‫ َولَ ْو َو َجب‬،‫لوجيت‬
ْ ‫ لَو قلتها‬:َ‫فَقَال‬

3
‘’Dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah berkhutbah ke- pada kami dan bersabda,
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji atas kalian, maka
laksanakanlah haji.” Lalu salah seorang (sahabat) bertanya, “Apakah kewajiban
haji itu setiap tahun wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Kalau saya
menjawab ya tentu menjadi kewajiban kalian sementara kalian tidak mampu.
Kewajiban haji hanya sekali (seumur hidup), selebihnya hukumnya sunnah.” (HR.
Ahmad dan an-Nasa’i)’

C. Berdasarkan Pendapat para Fukaha.


Berikut penjelasan Syaikh Abdul Fatah Rawah al-Makki. 1 Yaitu Bahwa
sesungguhnya diperbolehkan taklid (mengikuti) pendapat dari salah satu imam
mazhab yang empat (Syafi'i, Maliki, Hanafi, Hanbali). Setiap orang boleh saja
mengikuti salah satu dari pendapat mereka dalam satu masalah dan mengikuti
pendapat imam lainnya dalam masalah yang lain. Tidak ada ketentuan yang
mengharuskan mengikuti satu imam mazhab dalam semua masalah. Jika engkau telah
mengetahui ketentuan ini, sudah benar setiap masalah haji yang disebutkan (diputus-
kan) berdasarkan salah satu pendapat para imam mazhab.

C. Syarat, Rukun serta Wajib Haji dan Umroh

1. Syarat Haji dan Umrah


a. Islam
Madzhab Maliki berpendapat bahwa Islam adalah syarat keabsahan, bukan
syarat kewajiban. Jadi, haji wajib atas orang non muslim, tapi tidak sah
dikerjakannya kecuali iika dia masuk Islam. Madzhab Syafi’i mewajibkan haji
atas orang murtad, tapi tidak sah dikerjakannya kecuali iika dia telah kembali ke
Islam; adapun orang non muslim asli, tidak wajib haji atasnya.

b. Taklif (baligh dan berakal)


Haji tidak wajib atas anak kecil dan orang gila sebab keduanya tidak dituntut
untuk mengerjakan hukum-hukum syariat. Karena itu, keduanya tidak harus

1
Abdul Fatah Husein Rawah Al-makki ,2010. Al-ifsah ala masail al- iddah, ala mazahib al- arba’ah makkah:
maktabah al-imdadiyaah, cetakan ke-tujuh hal 219.

4
menunaikan haji.Seandainya mereka berdua telah menunaikan haji kemudian si
anak kecil mencapai umur balig dan si orang gila menjadi waras, mereka tetap
wajib menunaikan haji Islam, dan haji yang dikerjakan si anak kecil tadi
sebelum baligh terhitung sebagai amal tathawwu’ [sunnah).
c. Merdeka
Haji tidak wajib atas hamba sahaya, sebab haji adalah ibadah yang lama
temponya, memerlukan perjalanan jauh, dan disyaratkan adanya kemampuan
dalam hal bekal dan kendaraan. Hal ini mengakibatkan terabaikannya hak-hak
majikan yang berkaitan dengan si hamba. Karena itu, haji tidak wajib atasnya,
sama seperti jihad.

d. Kesanggupan atau mampu (fisik finansial, dan keamanan dalam perialanan


haji).Yaitu kemampuan untuk dapat tiba di Mekkah. Allah Ta’ala berfirman,
“...Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan
ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan
perjalanan ke sana....” (Ali’Imran:97).
Mampu, yang merupakan bagian dari syarat kewajiban haji meliputi:

1. Hendaknya orang yang akan menunaikan haji dalam keadaan sehat. Jika
seseorang tidak mampu untuk melaksanakan haji karena sudah tua,
mengidap penyakit yang menahun atau karena sakit yang tidak lagi bisa
diharapkan kesembuhannya, maka dia wajib meminta bantuan kepada
orang lain agar berhaji untuknya jika dia mempunyai harta yang cukup.
2. Perjalanan ke Baitullah dalam keadaan aman. Dalam artian, selama dalam
perjalanan, orang yang melaksanakan haji dalam keadaan aman baik dari
harta maupun keselamatan dirinya sendiri. Jika seseorang yang akan naik
haji merasa takut karena disabotase, adanya penyakit yang mewabah atau
dia takut dengan hartanya jika terjadi perampokan, maka dia termasuk
orang yang tidak mampu melaksanakannya. Para ulama berbeda pendapat
manakala dalam perjalanan terjadi pemungutan atau hal lain, apakah hal
tersebut termasuk uzur yang dapat menghilangkan pelaksanaan kewajiban
haji ataukah tidak? Imam Syafi’i dan yang lain memandang bahwa hal

5
tersebut merupakan uzur yang dapat menggugurkan kewajiban haji jika
harta yang diambil sedikit. Mazhab Imam Malik berpendapat bahwa hal
tersebut bukan termasuk uzur kecuali jika pengambilan atau pemungutan
dilakukan secara berulang-ulang.
3. Memiliki harta yang cukup untuk perbekalan dan selama dalam perjalanan.
Yang dimaksud dengan perbekalan adalah segala sesuatu yang men-
cukupinya dan dapat menjaga kesehatannya. Dia juga memiliki harta yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, seperti pakaian,
tempat tinggal, kendaraan dan penghasilan sampai dia dapat melaksanakan
kewajiban haji dan kembali (pada keluarganya). Yang dimaksud dengan
kendaraan adalah adanya alat transportasi yang mengantarkannya (sampai
ke Baitullah) dan membawanya kembali pada keluarganya, baik
transportasi darat, laut maupun udara. Hal ini berlaku bagi seseorang yang
tidak memungkinkan (melaksanakan haji) dengan berjalan kaki karena
jaraknya yang jauh dari kota Mekah. Adapun bagi orang yang
memungkinkan haji dengan berjalan kaki, maka adanya transportasi tidak
termasuk syarat yang harus dipenuhinya, karena perjalanan yang ditempuh
dekat dan bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Hal ini berdasarkan
beberapa hadits, bahwasanya Rasulullah saw menafsirkan jalan dengan
adanya perbekalan dan alat transportasi. Anas berkata, ada yang bertanya
kepada Rasulullah, wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan as-Sabil
(perjalanan) sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah (Ali Imran
[3]:97)? Rasulullah saw. Menjawab, “Perbekalan dan alat transportasi.” 2
HR Daruqutni. Dia menyatakan bahwa hadits ini shahih. Al-Hafidz Ibnu
Hajar berkata, pendapat yang kuat mengenai status hadits ini adalah
mursal. Imam Tirmidzi juga meriwayatkan hadits tersebut dari Ibnu Umar,
yang di dalamnya terdapat beberapa sanad yang lemah. Abdulhaq berkata,
semua jalurnya lemah. Ibnu Mundzir berkata, hadits yang berkaitan dengan

2
HR.Tirmidzi kitab al-hadjj bab Ma jaa fi ijjabi al- hajji bi az-zadi wa ar-rahilati jilid III, hal 138.Daruqutni,jilid
II, hal 216. Ibnu hajar juga meriwayatkan dalam kitab al-talkhish,jilid II hal 221.

6
penafsiran sabil tidak ada yang musnad. Yang benar adalah yang
diriwayatkan oleh Hasan dengan mursal.
4. Tidak ada sesuatu yang menjadi penghalang baginya untuk melaksanakan
haji., seperti dipenjara atau takut terhadap pemimpin yang zalim yang
melarang rakyatnya untuk menunaikan ibadah haji.

Dari penjelasan diatas tentang sarat wajib haji dan umroh juga terdapat
beberapa pendapat di kalangan ulama tentang syarat keabsahan haji dan umrah
yang berkaitan dengan mazhab yang ada yaitu sebagai berikut:

1) Menurut mazhab Hanafi, syarat sah haji dan umrah adalah Islam, ihram, serta
dilaksanakan pada waktu dan tempat yang tepat.
2) Menurut mazhab Maliki, syarat sah haji dan umrah hanya satu yaitu Islam.
3) Menurut mazhab Syafi'i dan Hanbali, syarat sah haji dan umrah adalah
sebagai berikut.
a. Islam, maka tidak sah haji atau umrah orang non muslim.
b. Mumayyiz (sudah dapat membedakan antara yang baik dan buruk), maka
anak yang belum mumayyiz tidak sah haji atau umrahnya.
c. Pelaksanaannya pada waktu dan tempat yang telah ditentukan.
Empat imam mazhab sepakat sah jika wali mendampingi ihram anak yang
belum mumayyiz dengan hadir di Arafah, melempar jamrah baginya, serta
membawanya tawaf dan sa'i.

2. Rukun Haji dan Umrah


a. Rukun Haji
Rukun haji adalah amalan yang apabila ditinggalkan berakibat pada
batalnya haji. Dalam rukun haji, terdapat perbedaan pendapat di antara para
fukaha, yaitu sebagai berikut.

1. Menurut mazhab Hanafi, rukun haji ada dua, yaitu wukuf di Arafah dan
empat kali putaran dalam tawaf ifadah. Adapun tiga kali putaran lainnya
masuk ke wajib haji.

7
2. Menurut mazhab Maliki dan Hanbali, rukun haji ada empat, yaitu ihram,
tawaf ifadah, sa'i, dan wukuf di Arafah (pada hari Arafah).
3. Menurut mazhab Syafi'i, rukun haji ada enam yaitu ihram, tawaf ifadah,
sa'i, wukuf di Arafah (pada hari Arafah), memo- tong/menggunting
rambut, dan tertib. Maksud dari tertib adalah mendahulukan ihram dari
semua amalan haji, melaksanakan wukuf sebelum tawaf ifadah dan
menggunting rambut, serta melaksanakan tawaf ifadah sebelum sa'i. Bagi
jemaah yang telah melaksanakan sa'i pada waktu tawaf qudum (bagi yang
ber- haji ifrad atau qiran), ia tidak diharuskan sa'i lagi setelah tawaf ifadah.

b. Rukun Umrah
Dalam rukun umrah juga terdapat perbedaan pendapat di kalangan
fukaha, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Menurut mazhab Syafi'i, rukun umrah ada lima, yaitu ihram, tawaf, sa'i,
memotong atau menggunting rambut, dan tertib urutan.
2. Menurut mazhab Maliki dan Hanbali, rukun umrah ada tiga, yaitu ihram,
tawaf, dan sa'i.
3. Menurut mazhab Hanafi, rukun umrah adalah empat putaran tawaf,
sedangkan tiga putaran lain hukumnya wajib.

3. Wajib Haji dan Umrah

Wajib haji atau umrah adalah sesuatu yang apabila ditinggalkan, haji atau
umrahnya tetap sah, tetapi jemaah wajib membayar dam.

a. Wajib Haji
1. Menurut mazhab Hanafi ada lima, yaitu sa'i, mabit (bermalam) di
Muzdalifah, melempar jamrah, menggunting atau memotong rambut, dan
tawaf wada'
2. Menurut mazhab Maliki ada lima, yaitu mabit (bermalam) di Muzdalifah,
mendahulukan melempar jamrah Aqabah, meng- gunting rambut dan tawaf
ifadah pada hari Nahar (tanggal 10 Dzulhijjah), mabit di Mina dan melempar
jamrah pada hari tasyrik, serta menggunting atau memotong rambut.

8
3. Menurut mazhab Syafi'i ada enam, yaitu ihram, mabit di Muzda- lifah,
melempar jamrah Aqabah (tanggal 10 Dzulhijjah), mabit di Mina dan
melempar jamrah pada hari tasyrik, tawaf wada', dan menjauhi larangan-
larangan ihram.
4. Menurut mazhab Hanbali ada tujuh, yaitu ihram dari miqāt, wukuf di Arafah
sampai mencapai malam hari, mabit di Muz- dalifah, mabit di Mina,
melempar jamrah, memotong atau menggunting rambut, dan tawaf wada'.

b. Wajib Umrah
Para fukaha berbeda pendapat mengenai wajib umrah. Perbedaan mereka
adalah sebagai berikut.

1. Menurut kalangan Syafi'iyah, wajib umrah ada dua, yaitu ihram dari miqat
dan menghindari semua larangan-larangan ihram.
2. Menurut kalangan Hanafiyah, wajib umrah adalah sa'i di antara Safa dan
Marwa dan memotong atau mencukur se- bagian rambut.

Pada dasarnya, wajib umrah sama dengan wajib haji menurut tiap-tiap
mazhab kecuali kewajiban wukuf, mabit, dan melempar jamrah yang hanya
ada dalam haji.
D. Perbedaan Haji dan Umroh
Perbedaan haji dan umroh terdiri atas empat hal3, yaitu secara hukum, waktu,
proses, dan miqat atau batasan-batasan yang telah ditetapkan. Berikut
penjelasannya.

1. Hukum pelaksanaan haji dan umroh


Hukum melaksanakan haji adalah wajib atau fardu ‘ain bagi umat Islam
yang telah memenuhi syarat haji serta mampu secara finansial, fisik, dan
mental.Sementara hukum melaksanakan ibadah umroh adalah sunnah. Akan

3
https:// www.cnnindonesia.com/edukasi/20230524120714-569-953385/4-perbadaan-haji-dan-umrah-hukum-
hingga-miqat (tanggal 4 november 2023).

9
tetapi menurut mazhab Syafi’i dan Hambali hukum umroh yaitu wajib
minimal satu kali seumur hidup.

“Demikian pula umroh, hukumnya fardu menurut qaul al-Azzhar, sedangkan


menurut pendapat pembandingnya umroh adalah sunnah.” (Syekh Muhammad
al-Zuhri al- Ghamrawi, al-Siraj al-Wahhaj, hal.151).

2. Waktu pelaksanaan haji dan umroh


Waktu pelaksanaan haji hanya berlangsung di bulan haji. Ibadah haji
biasanya minimal empat hari dari 9-12 Zulhijah, jika melakukan nafar awal
yaitu keluarnya jemaah dari Mina. Apabila melakukan nafar tsani yaitu
melontar jumroh yang dilaksanakan hingga 13 Zulhijah, maka ibadah haji
paling cepat bisa dilakukan selama lima hari. Sementara ibadah umroh dapat
dilakukan dalam waktu 2-3 jam dan bisa kapan saja di luar bulan haji sesuai
keinginan.

3. Proses pelaksanaan haji dan umroh


Proses pelaksanaan haji meliputi ihram dari miqat yang telah ditentukan,
wukuf di Padang Arafah, mabit atau menginap di Muzdalifah, melontar
jumroh aqabah, tahallul atau mencukur rambut, mabit di Mina, thawaf wada
atau thawaf perpisahan. Sementara proses pelaksanaan umroh hanya niat,
thawaf, sa’i, tahallul, dan tidak melakukan jumroh.

4. Miqat haji dan umroh


Miqat adalah batas tempat yang telah ditetapkan untuk memulai ibadah
haji dan umroh. Terdapat dua jenis miqat, yakni miqat zamani dan
makani.Berikut adalah keterangan yang berkaitan dengan miqat:

a) Miqat Zamani
Pengertian miqat zamani adalah batas waktu untuk melaksanakan
amaliah (amalan-amalan) haji. Jika amaliah haji dilakukan di luar waktu
yang telah ditentukan (miqat, red), maka haji yang dilakukan tidak sah.
Dalam firman-Nya. Allah swt. Menjelaskan tentang miqat zamani, Allah
swt. Berfirman,

10
ْ َ ‫ْال َحج أ‬
...‫ش ُه ُر َم ْعلُو َمت‬

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi.” (Al-Baqarah [2]:


197).

Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, mazhab Hanafi, Syafi’i, dan
Ahmad berpendapat bahwa yang termasuk bulan-bulan haji adalah sepuluh
hari pertama dari bulan Dzulhijjah. Imam Malik sependapat dengan
pendapat pertama, yaitu seluruh bulan Dzulhijjah. Ibnu Hazm juga memilih
pendapat yang pertama. Dia berkata, “Allah swt. Berfirman. “(Musim) haji
itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi....” Dua bulan dan sepuluh hari
(sesuai dengan pendapat pertama) tidak dapat disebut dengan bulan-bulan
(haji). Di samping itu, melempar jumrah yang merupakan bagian dari
amaliah haji dilaksanakan pada hari ketiga belas Dzulhijjah. Begitu juga
thawaf ifadhah yang juga termasuk bagian fardhu haji, bisa dilakukan dalam
bulan Dzulhijjah. Hal ini telah disepakati para ulama. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa bulan-bulan haji adalah tiga bulan secara
keseluruhan, yaitu Syawal, Dzulqadah dan Dzulhijjah.” Perbedaan pendapat
ini tampak ketika sebagian amaliah haji dilakukan setelah hari Nahr (kurban,
red). Orang yang mengatakan bahwa bulan Dzulhijjah secara keseluruhan
termasuk bulan-bulan haji, baginya tidak berkewajiban membayar dam jika
mengakhirkan melaksanakan wajib atau rukun haji.

Sementara orang, yang berpendapat bahwa yang terhitung dalam bulan haji
hanya sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah, dia berkewajiban membayar dam
jika mengakhirkan.

1) Hukum Ihram Haji sebelum Bulan-bulan Haji


Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Jabir, dan Syafi’i berpendapat bahwa ihram
haji yang dilakukan sebelum waktunya hukumnya tidak sah. Imam
Bukhari berkata. “Ibnu Umar berkata, “Bulan-bulan haji adalah Syawwal,
Dzulqadah dan sepuluh hari Dzulhijjah.’ Ibnu Abbas berkata, Menurut
sunnah Rasulullah saw. Ihram haji tidak dilakukan kecuali dalam bulan-
bulan haji.”

11
Ibnu Jarir juga meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas ra. Berkata, “Tidak
selayaknya seseorang melakukan ihram haji kecuali dalam bulan-bulan
haji Mazhab Hanafi, Malik, dan Ahmad berpendapat bahwa ihram haji
yang dilakukan sebelum bulan-bulan haji tetap sah, tapi makruh.

Syaukani memilih pendapat yang pertama. Dia berkata. “Larangan


melakukan ihram sebelum bulan-bulan haji diperkuat dengan dalil bahwa
Allah swt. Telah menjadikan bulan-bulan tertentu untuk semua amaliah
haji. Dan ihram adalah sebagian dari amaliah haji. Bagi yang berpendapat
bahwa ihram haji yang dilakukan sebelum bulan-bulan haji adalah sah.

a. Miqat Makani
Miqat makani adalah tempat dimulainya ihram bagi orang yang ingin
melaksanakan haji atau umrah. Orang yang melaksanakan haji atau umrah
tidak boleh melewati tempat-tempat ihram tanpa (mengenakan pakaian)
ihram di tempat tersebut.Mengenai tempat-tempat ihram, Rasulullah saw.
Telah menjelaskannya.4 Beliau menetapkan Dzulhulaifah (450 km dari
Mekah, terletak di sebelah utara Mekah) sebagai miqat bagi penduduk
Madinah. Miqat bagi penduduk Syam adalah Juhfah (187 km dari Mekah,
terletak di sebelah barat laut Mekah). Letak Juhfah dekat dengan Rabig.
Jarak antara Rabig dan Mekah adalah 204 km. Pada masa sekarang. Rabig
telah menjadi miqat bagi penduduk Mesir dan Syam serta orang-orang
yang melewatinya setelah hilangnya batas-batas Juhfah. Migat bagi
penduduk Najd adalah Qarnul Manazil (pegunungan di sebelah timur
Mekah yang memanjang ke Arafah. Jaraknya dengan Mekah 94 km).
Miqat bagi penduduk Yaman adalah Yalamlam yang terletak di selatan
Mekah. Jaraknya dengan Mekah adalah 54 km. Miqat bagi penduduk Irak
adalah Dzatu l’rq yang terletak di sebelah timur laut Mekah. Jaraknya
dengan Mekah adalah 94 km.

4
HR.Bukhari kitab al-hajju bab fardhi mawaqitil-hajj dilihat dalam fath al-bari,jilid III hal 383,389,muslim , kitab
al- hajju wa al- umrah jilid II hal 353. Abu daud,kitab al- manasik bab fi al-mawaqib,jilid II hal 353. Nasai, kitab
manasik al- hajji bab miqati ahli all-maddinah jilid v hal 124.

12
Itulah miqat-migat makani yang telah ditetapkan oleh Rasulullah saw.
Miqat-miqat di atas ditetapkan bagi orang-orang yang melaluinya, baik
berasal dari daerah yang searah dengan miqat-migat tersebut maupun dari
daerah-daerah lain.’ Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw..

َ ‫هُن لَ ُهن َو ِل َم ْن أَت َى‬


َ ‫علَ ْي ِهن م ِْن‬
‫غي ِْرهِن ممن أراد الحج والعمرة‬

“Miqat-miqat itu adalah untuk penduduk tempat tersebut dan orang yang
melewatinya ketika hendak melaksanakan haji atau umrah.”

Artinya: Tempat-tempat yang telah disebutkan di atas merupakan tempat


Ihram bagi penduduk yang juga telah disebutkan di atas, termasuk juga
orang- orang yang melewatinya. Bagi orang yang hidup di Mekah dan dia
ingin melaksanakan ibadah haji, maka miqatnya adalah rumah sendiri. Dan
jika ingin melaksanakan ibadah umrah, miqatnya adalah di luar tanah
haram. Artinya, jika ada seseorang yang hidup di Mekah dan dia ingin
melaksanakan ibadah umrah, hendaknya dia keluar dari tanah haram lantas
berihram dari sana. Tan’im merupakan daerah yang paling dekat dengan
Mekah dan bagi penduduk Mekah yang ingin melaksanakan ibadah umrah,
dia bisa memulainya di Tan’im. Bagi orang yang berada di antara miqat
yang telah ditetapkan dan Mekah, maka miqatnya adalah rumahnya. Ibnu
Hazm berkata, “Siapa yang jalannya tidak melalui salah satu dari miqat-
miqat yang telah di sebutkan di atas, dia boleh ihram dari tempat manapun,
baik (perjalanannya) melalui laut maupun darat.”

E. Badal Haji
1. Badal Haji
Di antara syarat wajib haji adalah istiṭa'ah dalam hal kesehatan fisik seseorang.
Orang yang tidak memiliki kemampuan fisik seperti lanjut usia (lansia), sakit,
cacat fisik, dan buta, tidak diwajibkan haji, kecuali mereka tergolong sebagai
orang yang istifa'ah sebelum adanya halangan tersebut. Jika sebelumnya mereka

13
tergolong istita'ah, ulama sepakat bahwa haji mereka dapat dibadalkan oleh orang
lain. 5

Sehat fisik (badan) adalah bagian dari istita'ah yang merupa- kan salah satu
syarat wajib haji. Dengan syarat tersebut, laki- laki atau perempuan yang sangat
tua, orang sakit, orang lum- puh, orang cacat yang tidak bisa berjalan, orang yang
putus dua kakinya, dan orang buta (walau ada yang menuntun, menurut Abu
Hanifah) adalah orang-orang yang fisiknya tidak mampu dan tidak dapat
melaksanakan haji sendiri. Mereka tidak wajib haji dan tidak harus dibadalkan
hajinya oleh orang lain. Mereka tidak harus berwasiat (untuk dibadalkan) ketika
wafat, jika kondisi mereka sebelum sakit tidak termasuk istiṭā'ah. Akan tetapi jika
sebelum sakit termasuk orang yang istita'ah, para ulama sepakat bahwa ia wajib
dibadalkan haji.

a. Dalil tentang Badal Haji


Dalam hadis riwayat an-Nasa'i juga dikemukakan sebagai berikut.

‫ حجي عن أبيك‬:‫ قال‬.‫وعن ابن عباس أن امرأة سألت النبي ﷺ عن أبيها مات ولم يَحْج‬

Dari Ibnu Abbas bahwa sesungguhnya seorang wanita bertanya kepada


Nabi tentang ayahnya yang meninggal dan belum sem- pat melaksanakan
ibadah haji. Nabi menjawab, "Laksanakanlah haji untuk menggantikan
atau membadalkan ayahmu." (HR. an- Nasa'i).

Dalam upaya memahami dasar pembolehan badal haji dan hukum


badal ibadah-ibadah lain, para ulama membagi ibadah dalam Islam
menjadi tiga. 6

1) Ibadah maliyyah, yaitu ibadah yang terkait dengan harta seperti zakat,
kafarat, dan qurban. Pelaksanaanya dapat diwakilkan orang lain baik orang
yang terwakilkan dalam keadaan sehat maupun uzur (sakit).

5
Hasan ayyub,1983.fiqh al-ibadah al- hajj.beirut:dar al-nadwah al- jadidah hal 25
6
Wahbah zuhaily,1989. Al- fiqh al- islami wa adillatuhu, juz 2.damaskus:darul fikri,cetakan ke tiga hal 38.

14
2) Ibadah badaniyyah mahdah, yaitu ibadah yang terkait dengan fisik seperti
shalat lima waktu dan puasa. Pelaksanaannya tidak dapat digantikan orang
lain, baik yang terwakilkan dalam keadaan sehat maupun sakit.
3) Ibadah murakkabah, yaitu ibadah yang terkait dengan kemampuan fisik,
harta, dan keamanan seperti ibadah haji. Menurut jumhur ulama selain
mazhab Maliki, pelaksanaannya dapat digantikan oleh orang lain ketika
yang terwakilkan dalam kondisi terhalang (uzur) seperti sakit bera t.

b. Hukum Badal Haji


Di kalangan empat mazhab terdapat perbedaan pendapat tentang hukum
badal haji. Perbedaan mereka adalah sebagai berikut.7

1) Pendapat ulama mazhab Maliki.


Sekalipun ibadah haji terdiri dari kemampuan fisik dan kemam- puan
finansial, kemampuan fisik dalam haji lebih dominan, sehingga haji tidak
dapat digantikan (dibadalkan) oleh orang lain. Barang siapa berkewajiban
haji (hajjatul islam), dia tidak boleh digantikan orang lain, baik dia dalam
keadaan sehat maupun sakit.

2) Pendapat ulama mazhab Hanafi,


Haji dapat digantikan orang lain. Barang siapa dalam kondisi lemah dan
tidak dapat melaksanakan haji, ia wajib meminta orang lain untuk
menggantikannya. Hukum hajinya sah dengan syarat, ia menderita sakit yang
tidak dapat diharapkan kesembuhannya, atau buta, atau tidak dapat duduk di
atas kendaraan. Adapun orang sakit yang masih bisa sembuh atau orang yang
ditahan dan telah dibadalkan lalu kesulitan atau halangan tersebut hi- lang,
kewajiban hajinya tetap ada.
3) Pendapat ulama mazhab Syafi'i.
Haji adalah amalan yang dapat digantikan atau dibadalkan orang lain
bagi orang yang lemah melaksanakannya, sekalipun dengan cara
mengupah atau memberikan biaya. Pengertian lemah dalam hal ini

7
Abdulrahman al- jaziri. Al-fiqh ala mazahib al- arba’ah jilid satu Riyadh:darul fikri hal 624-637

15
meliputi sakit berat, lanjut usia (lansia), dan sakit yang tidak dapat
diharapkan kesembuhannya menurut medis (dokter ahli). Ketentuan atau
batas kelemahan yang dimaksud adalah ia sulit atau tidak mampu duduk di
atas kendaraan dalam kondisi apa pun.
F. Status Hukum Umroh
1. Menurut H. Sulaiman Rasjid (2016: 275), berpendapat bahwa hukum
umrah adalah fardu 'ain atas tiap-tiap orang laki- laki atau perempuan,
sekali seumur hidup, seperti haji.
Firman Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 196:

‫َوأَتِ ُموا ال َحج َو ْالعُ ْم َرةِ هللا‬

Artinya:"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah..."

Sabda Rasulullah saw. yang artinya: Dari Aisyah, ia bertanya kepada


Rasulullah saw. "Adakah wajib atas perempuan berjihad? Jawab beliau,
"ya, tetapi jihad mereka bukan perperangan, melainkan mengerjakan haji
dan umrah" (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

2. Menurut Dr. Nuruddin 'Itr (2017: 219-220), bahwa hukum umrah


menurut mazhab Hanafi dan mazhab Maliki memandang umrah sebagai
sunnah muakad untuk dilakukan sekali seumur hidup. Mazhab Syafii dan
mazhab Hambali berdasarkan riwayat paling kuat dalam kedua mazhab
memandang bahwa umrah wajib sekali seumur hidup seperti haji.
Pendapat ini dipilih pula oleh sebagian ulama mazhab Hanafi

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Haji adalah perjalanan menuju Mekah dengan tujuan untuk melaksanakan thawaf, sai,
wukuf (bermalam) di Arafah dan beberapa ibadah yang lain sebagai bentuk pemenuhan atas
perintah Allah swt. dan demi mendapatkan ridha-Nya. Haji merupakan salah satu rukun
Islam yang kelima dan menjadi suatu kewajiban dalam syariat Islam yang mesti diketahui.
Jika ada seseorang yang mengingkari kewajiban haji, maka dia dinyatakan kafir dan keluar
dari Islam. Mayoritas ulama berpendapat bahwa kewajiban haji mulai ditetapkan pada tahun
keenam Hijriah.Menurut mazhab Hanafi, rukun haji ada dua, yaitu wukuf di Arafah dan
empat kali putaran dalam tawaf ifadah. Adapun tiga kali putaran lainnya masuk ke wajib haji.

Umrah (Arab: ‫ )عمرة‬adalah ibadah umat Islam yang dilakukan di Mekah al-Mukarramah
khususnya di Masjidil Haram. Ibadah umroh hampir mirip dengan ibadah haji, hanya saja
dalam kegiatan umroh tidak melakukan wukuf, mabit dan melontar jumrah sebagaimana
yang dilakukan dalam haji.Menurut mazhab Hanafi, rukun umrah adalah empat putaran
tawaf, sedangkan tiga putaran lain hukumnya wajib.

B. Saran
Pemakalah menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini agar jauh lebih
baik lagi,dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

https:// www.cnnindonesia.com/edukasi/20230524120714-569-953385/4-perbadaan-haji-dan-
umrah-hukum- hingga-miqat (tanggal 4 november 2023 jam 16:41).

Ahmad kartono,(2023).fiqh kontemporer haji dan umrah: perspektif 4 mazhab.


Jl.sawo raja no.18, Jakarta.

Az-Zuhaili,Wabah(2011).Fiqh Islam Wa Adilatuhu. Gemma Insani, Jakarta.


Sabid,Sayyid(2008).Fiqih Sunnah 3. Cakrawala Publishing ,jl. Meriah no.40 km.unilever

pesanggrahan Jakarta Selatan.

18

Anda mungkin juga menyukai