Anda di halaman 1dari 5

Beberapa kali aku menghantuk-antukkan kepala ke meja yang ada di ruangan interogasi, aku

berharap itu bisa menghilangkan beberapa pikiran-pikiran yang akan jadi bumerang untukku.

Belum sempat aku menghilangkan pertanyan-pertanyaan yang menyerbu kepalaku tanpa


henti, terdengar dari pintu masuk langkah kaki seseorang masuk, wajah itu wajah yang tak
asing di mataku.

Dia adalah Jendral Komisaris polisi… Bisco. Seseorang yang sangat disegani di kepolisian.
Banyak penghargaan dan kasus-kasus rumit yang telah didapatkannya. Dia termasuk orang
yang tercepat dalam sejarah kepolisian mendapatkan bintang tiga yang melekat pada
seragamnya, tentu itu semua karena usaha dan kerja kerja kerasnya.

Melihatnya datang aku berdiri untuk menghormatinya. Pangkatnya di atas komandan, saat ini
komandan masih inspektur jenderal. tetapi dia sudah komisaris jenderal.

“Silahkan duduk” Tuturnya pelan setelah dia duduk di kursi kosong di depanku.

Aku kembali duduk menuruti perintahnya.

Pak Bisco adalah orang yang paling sangat aku kagumi. Aku pernah mendengar bahwa di
bawah pimpinannya dia bisa membebaskan warga yang disandera oleh mafia. Dia hanya
butuh lima belas menit. Saat ini dia bersamaku di ruangan yang tidak tepat, sungguh sial
nasibku.

“Misya, apa yang kau lakukan itu murni rencanamu?.” Tanyanya spontan.

Aku mendongak kebingungan mendengar pertanyaannya.

“Maksud saya, yang anda lakukan di siaran tv tadi.” Jelasnya.

Aku menatap wajahnya sigap. “ Iya pak. Sungguh saya merasa terhormat bisa menghadap
langsung dengan bapak.’’ Lanjut ku tersipu.

“Terima Kasih” Ucap nya. “Saya melihat track record mu, sungguh sangat gemilang. Ada
beberapa yang membuat saya kagum.” sambungnya.

Aku hanya terdiam tersipu karena orang yang paling kukagumi memuji.

Aku menatap wajahnya sambil menerka-nerka apa yang sebenarnya ingin dia sampaikan.

“Huhh…, Saya lihat dari wajahmu itu, sepertinya kau sudah mengetahui alasan kau di bawa
kemari?’’ Dia menunjukku tajam.
Aku menggeleng ragu. “ Tidak pak, saya masih tidak tahu mengapa saya diperlakukan seperti
ini’’ Cetus ku.

“Oh ya…, kalau begitu saya memiliki dua kejutan untukmu!” Imbuhnya tersenyum.

Pak Bisco mengeluarkan dari balik jaketnya beberapa lembaran kertas dan meletakkan di atas
meja, lalu membagi dan menyusun menjadi tiga bagian, semua kertas disusun terbalik.
Sebenarnya aku sudah bisa menebak lembaran-lembaran itu semua.

Aku hanya tertegun melihat dan mencoba untuk memahaminya.

“Saya memiliki Tiga catatan di sin..”

“Tiga!’’ Teriakku memotong.

Dia diam tak melanjutkan.

“Maaf pak” Aku menunduk minta maaf karena memotong pembicaraan.

Bagaimana bisa dia memiliki tiga catatan, bukannya catatan hanya ada dua?, lalu siapa yang
menjadi korban ketiga. Aku bergumam dalam hati.

“Ya benar, saya bisa menerka isi pikiranmu. Bukannya catatan harusnya ada dua, lalu yang
ketiga milik siapa?. Misya!, bukankah seperti itu yang kau pikirkan?’’ Timpalnya membuat
aku tertegun.

“Apa maksud semua ini pak?’’ tanyaku terbata-bata.

“Disini sayalah yang menjadi tukang tanya, Anda saya bawa kemari hanya untuk menjawab.”
Ucapnya dengan santai.

Aku mengangguk mendengar pernyataannya. Pria ini memang benar-benar penuh dengan
teka-teki, sungguh aku tidak mengerti mengapa aku jadi seperti ini.

“Baik, anda jangan terlalu tegang seperti itu!, saya akan menjelaskan semuanya setelah anda
menjawab beberapa pertanyaan saya.” ujarnya.

Aku tersenyum lebar menanggapi dan mencoba menenangkan pikiran yang dari tadi
semrawut karena belum bisa mencerna keadaan semua ini.

“Saya ingin anda ceritakan dari awal mengenai kasus ini!” Pintanya.
“Baik pak, tapi tidak bisakah bapak membuka borgol yang mengikat pergelangan aku ini?’’
Pintaku padanya penuh dengan godaan. “Sungguh sangat menyebalkan sekali.” Sambungku
tersenyum kembali.

“Hahaha…, sepertinya anda memang yang saya cari?, tapi sayangnya, saya bukan petugas
pembawa kunci’’ kekeh nya.

Yang saya cari?.., apa maksudnya?. Gumamku dalam dada.

Pak Bisco hanya diam menunggu aku menjelaskan semuanya.

“Baik pak”

Dengan wajah penuh kehati-hatian aku menceritakan padanya semua yang aku lakukan
selama ini. Dimulai melakukan analisa TKP lalu mengumpulkan Bukti-Bukti sampai
metode-metode yang kulakukan untuk mengorek fakta lebih banyak. Butuh memakan waktu
cukup lama untuk menjelaskan semuanya sampai tenggorokanku terasa kering.

“Hanya itu?’’ Serunya dengan wajah yang menakutkan.

“Benar pak, harusnya saat ini saya tinggal menghubungkan segala informasi yang sudah
didapat, tetapi saya malah diborgol seperti ini” keluhku tegas dan cepat.

“Kemarin setelah rapat dengan tim penyelidikan, apa yang kau lakukan?’’ Tanyanya penuh
kecurigaan.

“Saya melakukan investigasi bersama Andi pak!’’ jelasku.

Setelah rapat di kantor kemarin selesai. Aku mengajak Andi melakukan penyelidikan
terhadap teman dari keponakan pak Yandri yang selamat pada peristiwa kecelakaan yang
menimpa mereka. Aku dengan cepat menghubungi dan mencari lokasinya.

“Bukankah seharusnya investigasi itu dilakukan hari ini?” Cetusnya menyambar.

“Iya pak, itu karena kami hanya ingin melakukan secepatnya!, sehingga hari ini kami bisa
fokus menelusuri lokasi Jara.’’ paparku.

“Hasilnya apa?, mengapa itu tidak kau ceritakan?.’’

Huhh…” Aku mendengus pelan. “ Saya memiliki prinsip dalam hidup pak!, saya tidak akan
menjelaskan sesuatu hal yang tidak bisa pertanggung jawabkan sepenuhnya.’’ imbuh ku
padanya.
“Itu bisa anda katakan saat di rumahmu!, tapi…, coba lihat sekelilingmu!. Bukankah ini
ruang interogasi?” Teriaknya kencang seakan menusuk gendang telinga.

Aku mengangguk pelan. “Tapi sayangnya, itu tidak sesuai dengan apa yang kami
harapkan…, Maksudku..,Kami tidak menemukan petunjuk apa-apa.’’

“Maksudmu apa?”

“Teman dari keponakan pak Yandri itu juga korban dari Jara, maksudku kecelakaan mereka
juga disebabkan oleh jara pak.’’ Jelas ku dengan detail.

“Jadi…, maksudmu semuanya sia-sia?’’

“Tidak pak, pada sudut pandangku mengetahui lokasinya adalah sesuatu yang sangat
berharga. Ya… Karena itu bisa meyakinkan saya, kalau Jara itu sudah sangat dekat kita.’’
Sambungku.

“Oh ya…”

Aku menyorot tajam pak Bisco dengan penuh keyakinan. “Izinkan saya melanjutkan untuk
mencari dan menyudutkannya’’ Teriakku kencang.

Mendengar paparan yang aku berikan, Pak Bisco hanya membatu tak menunjukkan sesuatu
yang berharga dari penjelasanku.

Pak Bisco mengeluarkan rokok dari sakunya, lalu menyalakan dengan santai.

“Hwuhhh…” Suara dari mulutnya mengeluarkan kepulan asap yang dihembuskan.

“Apakah dongengmu hanya itu saja?’’

“Maaf pak, saya tidak mengerti maksud dari pertanyaan bapak!’’lontarku kebingungan.

“Silahkan buka dan baca!’’ perintahnya, dia menyodorkan satu lembaran dari tiga yang
terletak di atas meja.

Aku membalik dan membacanya. Sesaat itu juga keringat ku bercucuran mengalir tiba-tiba
setelah melihatnya. Aku membacanya sangat cepat dan tergesa-gesa lalu menghempaskannya
kemeja dengan penuh kekesalan.

Aku menoleh tajam ke arah pak Bisco yang masih santai menikmati rokok yang di
tangannya.

“Oh.., sudah selesai?,” Tanyanya tersenyum.


Aku hanya terdiam tak berkutik. Otakku seketika tidak bisa berpikir dan merunut yang
barusan kulihat di catatan neraka yang ku pegang.

“Bagaimana…? Coba jelaskan bagaimana bisa, Andi bisa menjadi korban dari Jara?.”

Anda mungkin juga menyukai