PROJECT
Sebuah Rencana Pemusnahan Manusia
NUR AFIFAH
BLACK DEATH PROJECT
Sebuah Rencana Pemusnahan Manusia
Penulis:
Nur’Afifa
Editor: Nur’Afifa
Penata Letak: Nur’Afifa
Desain Sampul: Ahmad Hasib Satiri
100 halaman
14x20 cm
Cetakan Desember 2022
Jl. Panjaungan
Bogor – Jawa Barat
2
PRAKATA
Assalamua’laikum Wr. Wb
Alhamdulillah atas segala kesempatan menuliskan ide
pada cerita ini. Jutaan syukur saya ucapkan atas kenikmatan
sehat yang diberikan Allah SWT hingga kisah Black Death
Project dapat diselesaikan dalam tempo sesingkat-singkatnya,
yakni sebulan penuh dengan metode one day one part.
Terimakasih pada semua yang telah mendukung tiap
jerih payah dalam menulis. Terima kasih pula pada Ibu Yani
Nurul Hikmah S. Pd selaku guru membimbing dalam
pembuatan novel ini.
Dan terima kasih banyak kepada semua yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu namanya, yang selalu mendukung
dan memberikan masukan selama ini.
Wassalamua’laikum Wr. Wb
Nur’Afifa
3
4
DAFTAR ISI
5
6
BAB 1
Memulai Pagi dengan
Cara Paling Menyebalkan
7
Aku mencoba mengingat, kemarin malam baru saja
bersenang-senang. Sampai di sini, paling tidak dini hari,
samar-samar aku ingat juga ada seorang pelacur
mengantarkanku.
8
lembut, jernih, dan padat. Ia berbicara cukup tepat. Ah, iya,
mereka memang dilatih seperti itu agar tidak menghabiskan
waktu pengguna kamar.
Apabila ada cerca dan caci maki, aku tak ambil peduli.
Memangnya pejabat saja yang bisa seperti ini? Aku hanya
mengikuti sistem kerja semesta, bahwa semua bisa
direkayasa.
9
“Bagaimana ciri-cirinya?” tanyaku dengan suara
serak dan nada yang sangat malas. Jika ia punya kepentingan
khusus, pasti menyebutkan nama, paling orang-orang NGO
yang ingin memeras. Menggangu saja.
10
Penerima tamu ini sungguh menjengkelkan.
Bagaimana bisa ia menyebutkan ciri-ciri seseorang dengan
wajah orang baik? Para kolegaku: ketua partai, gubernur,
bahkan menteri juga disebut-sebut punya wajah baik.
Padahal, kelakuan mereka melebihi seorang bangsat.
Bagaimana bisa para penjahat punya wajah baik? Tentu itu
bukan kebetulan.
11
“Jenggot sudah pasti di dagu, goblok!” Nada suaraku
semakin meninggi, bahkan maskimal. Keadaan hening
beberapa saat.
12
Aku mencoba menerka kondisi perasaan wanita itu.
Setelah melewati musim salju dengan dingin mencekam dan
badai –badai mengerikan, ia pasti berbunga-bunga. Feeling
seorang bangsat sepertiku tidak akan pernah meleset.
***
13
Bagaimana mungkin aku berangkat meeting, sedangkan tak
setetes pun air dari mulut keran?
15
“Charles, Charles. Kau selalu saja begitu. Kamu seperti
hujan yang melupakan awan.” Ia selalu saja berbicara dengan
metafora-metafora. Aku tidak mengerti dan tidak akan ambil
peduli.
16
“Ya, terserah.” Aku menjawab masih dengan cara
yang sama. Lebih baik menghemat kata. Dengan begitu, hal
membosankan ini akan berlangsung lebih cepat.
“Pagi, Boss.”
“Ya.”
“Detail.”
17
“Mereka kembali mengancam akan membeberkan hal
ini, Boss.”
“Baik.”
***
18
matang. Walau ada beberapa helai rambut putih di kepala,
ini tak mengurangi pesona seorang profesor.
19
Aku kembali melanjutkan aktifitas, mengoles minyak
di sepanjang rahang hingga dagu, tampaknya perlu dicukur
kembali. Sepertinya aku harus jadwalkan pergi ke
Barbershop.
***
20
BAB 2
Limited Rendezvous
21
Beberapa gedung tampak seperti singa tidur, lalu
menjadi ganas ketika malam hari. Mataku tertuju ke pantai
yang berada di ujung sana. Mengingat kulitku mulai pucat
dan kondisi otak yang sudah penat, ada baiknya aku
menjadwalkan diri untuk berjemur di sana dan bertemu
dengan wanita-wanita berkulit eksotis.
22
Kini, aku menciptakan makanan instan dengan
beberapa kandungan zat kimia yang memengaruhi kinerja
otak untuk menghasilkan candu. Salah satu komposisi
produk tersebut adalah bagian dari tubuh manusia, murah,
mudah, apalagi saat pandemi beberapa belas tahun silam.
Orang-orang pun mengatakan, “Aku tertawa. Ya, aku
memang bangsat, sama seperti orang-orang yang dianggap
pemimpin di suatu negara.
23
Baiklah, tidak masalah.
24
Aku tercengang, anak ini sungguh luar biasa. “Great.”
Keadaan hening sesaat, aku berpikir apakah ada hal lain yang
ingin ditanyakan.
“Baik Profesor.”
25
cantik dari beberapa suku terpencil, tampak ideal dan
natural. Aku menyukainya.
26
Aku cek kondisi tubuh di layar punggung tangan.
Tekanan darah oke, jantung oke, kebuTuhan kalori, vitamin,
mineral, dan protein juga oke. Sepuluh menit menjelang
meeting, aku siap memukau para konglomerat bangsat demi
mendapat kepercayaan dan uang mereka.
***
28
“Aku tak suka basa-basi, jadi langsung saja. Kalian
terpukau dalam lima menit, mohon untuk menyimak baik-
baik.”
29
“Wanita-wanita desa lebih digandrungi para
pengusaha daripada wanita kota yang hanya bisa
menghabiskan uang saja. Jadi, untuk memberikan
kehebohan yang lebih bodoh dari pandemi sebelum nya, kita
kembali ke masa lalu, kita hadirkan kepada masyarakat
seluruh dunia sebuah sihir dan mistik.”
30
dokter, seolah-olah mereka bisa mengobati penyakit ini. Kita
kembali ke masa lalu. Karena orang-orang lebih suka itu.”
31
“Jika bencana dikaitkan dengan takdir Tuhan, maka
Black Death berbeda, ia identik dengan ulah setan.”
32
***
***
33
34
BAB 3
The Old Man Called Black
35
ingin sembuh, tentunya pasien yang memiliki aset besar.
Orang-orang miskin kita biarkan mati.”
37
Elekrokimiawi pada otaknya pasti sedang bekerja
menghasilkan amarah dan kebencian kepadaku. Akan tetapi,
aku tidak peduli.
38
lambat menua dibanding para akademisi yang
menghabiskan energi untuk berpikir.”
39
Ponsel berdering. Aku menatap sumber suara. Ada
lima ponsel dalam sebuah keranjang kayu di meja dekat
ruang televisi. Salah satunya berdering nyaring. Ini pasti milik
mereka berlima. Mungkin mereka membuat semacam
aturan, tidak ada yang boleh menggunakan ponsel di antara
mereka berlima selama meeting berlangsung.
“Silahkan, Prof.”
“Bravo!”
42
Salah satu peserta meeting menjawab panggilan.
Namun, aku tidak sepat mendengar apa yang ia katakan.
Ketika pintu tertutup, aku tak mendengar apa-apa.
43
bangsat, Charles. Aku lebih tua darimu. Dan paling penting,
aku jauh lebih genius.”
44
Mulai lagi. Ia selalu saja menggunakan metafora-
metafora sulit, sama halnya seperti wanita gila itu. Aku
bingung. Bagaimana orang ini bisa kembali? Sungguh, hari ini
adalah hari yang paling aneh. Pencapaian dan kenangan
datang bersamaan.
45
untuk merayakan pencapaian ini. Kemudian, aku mengajak
makan malam wanita di balik telepon tadi.
46
Aku pun langsung masuk dan berkata, “Close the
door!” Kemudian, aku melanjutkan perintah, “Third Floor.”
***
47
48
BAB 4
The Beginning
49
“Tekanan darahku meningkat. Aku mulai pusing, Dok.
Posisiku berada di lift menuju kamar. Sepertinya aku akan
mati, apa yang harus aku lakukan?”
50
Pintu lift terbuka, aku melangkah dengan susah
payah sambil masih harus bertopang di dinding lift. Aku
berdiri sempoyongan dengan tangan yang terus bersandar
di dinding.
***
“Detail!”
51
“Saat ini sedang terjadi kerusuhan di banyak tempat.
Kota sangat kacau, orang-orang menjadi sangat aneh kulit
mereka menghitam pada bagian jari tangan dan kaki bahkan
sampai pada ujung hidung. Batuk-batuk sampai mengeluarkan
darah. Aku sebut ini makhluk hitam mengerikan. Ini sudah
tidak wajarkan?”
“Tentu.”
“Baik.”
“Them grow.”
55
“Black, please.” Aku menjadi kacau kembali. Bahkan
kini, aku menangis.
***
“Open the curtain!” Tirai terbuka perlahan. Aku turun
dari tempat tidur dan mulai melangkah. Kaca besar kamar
56
hotel ini menampilkan keadaan diluar sana. Tampak Las
Vegas sangat kacau. Mobil-mobil terhenti. Terjadi kemacetan
yang sangat panjang. Orang-orang berlarian tunggang
langgang. Ada banyak puluhan orang bahkan ratusan orang
tewas bergelimpangan.
57
yang terjadi di sini. Bahkan lebih kacau lagi. Ada kota yang
sudah penuh dengan makhluk hitam. Militer sudah
dikerahkan. Segala pembatasan diberlakukan. Semua
kekacuan ini terjadi begitu cepat.
58
Apa maksudnya? Kenapa tiba-tiba ia hendak berjabat
tangan?
“Untuk apa?”
“Selamat, Charles.”
59
***
60
BAB 5
Super Ritalin
61
bangkit kembali, melawan dan menyerang, sedangkan pria
itu hanya bisa lari.
62
Aku tercengang. Apa yang barusan dikatakan Black?
Ada benarnya, tetapi teori itu masih belum lengkap dan
belum bisa dibuktikan sepenuhnya.
63
***
64
“Oh, iya. Jangan konsumsi jika mengalami tekanan
darah tinggi.”
“Apa efeknya?”
Bangsat!
65
Aku mulai merasa bahagia. Juga tenang. Tak lupa, aku
mengambil hand gun dari koper. Black sudah pergi,
syukurlah.
66
Desing selongsong peluru dalam sekian detik berhasil
membunuh mereka.
67
“Mereka akan bangkit lagi! Kau harus menebas
lehernya!” seru pria itu. Ia membawa dua pedang.
***
68
Aneh, makhluk ini menghitam namun tingkah laku
nya menjelma menjadi zombie. Kenapa jadi seperti ini?
Apakah Tuhan disana marah atas perlakukan manusia
manusia pada zaman ini? Aku masih tidak percaya akan hal
ini.
***
69
70
BAB 6
Thiking and Fighting
71
Aku mendaratkan telapak tangan ke kepala lelaki IT
ini, “Sudah kukatakan, aku tidak tua,” balasku. Tak seperti
Amiza, ia tak membalas pukulanku.
72
Aku memperhatikan, wanita yang berbicara di video
ini cantik juga, sexy pula, benar-benar tipeku. Aku agak
kurang fokus, sebab membayangkan hal lain.
***
74
Penderita Dimensia dan Alzheimer, mereka semua
sembuh. Antibodi yang dihasilkan dari suku Fore itu disebut
antiprion, sementara itu, kami menyebut penyakit ini
bernama kuru dan penyebabnya adalah prion, protein salah
lipat yang berubah menjadi ganas.” Ingatanku kembali, dan
aku tidak percaya bisa melupakan hal ini.
75
untu meneliti lebih lanjut, dan mengambil antibodi yang ada
pada tubuh orang tersebut.
***
77
“Mereka adalah teman sparing-ku yang telah
terinfeksi. Mengapa keahlian bela diri mereka mendadak
menghilang? Bukankah harusnya mereka lebih pintar saat
telah menjadi Makhluk hitam ini?” cecar Amiza sambil terus
bertarung. Gerakan tarungnya tetap gesit dan lentur, meski
dalam keadaan sedang berbicara.
80
dari atas lalu mendaratkan ke leher. Darat muncrat,
mengotori bajuku. Aku pun berdiri, lalu menginjak pisan
bagian belakang, sehingga leher makhluk ini terlepas
sempurna. Tak lama kemudian, makhluk ini tak bergerak lagi.
***
81
Memang tahap permulaan homo sapiens berpikir,
lama kelamaan akan terus berkembang. Ternyata, ia wanita
yang asik alam diskusi, pemikirannya nyambung dengan
pemikiranku.
Oh, jadi bela diri itu bernama Wing Chun? Aku baru
tahu. Lucu juga.
82
Aku memberikan tisu yang ada, Amiza segera
mengambil sembari berkata, “Sudah aku bilang, aku berpikir
ketik bergerak.” Amiza menjawab lembut.
“By the way, dari mana kau dapat cincin itu? Bukannya
kau telah membuangnya?” tanyaku sambil tersenyum.
83
“Well, tidak juga.” Amiza menggeleng.
“Nanti akan aku beri tahu, aku pikir, tidak akan ada
orang yang akan memberitahukan isi buku itu jika sudah
melihatnya.”
“Aku membakarnya!”
86
Aku melangkah ke tepi, melihat keadaan di luar dari
kaca jendela ruangan ini. Matahari masih tetap sempurna
menyinari Ls Vegas pagi ini. Hanya saja, tak ada kegembiraan
yang muncul. Terasa hampa.
“Now That?”
***
87
88
BAB 7
Ilmu Pengetahuan,
Data dan Informasi
89
menghasilkan satu hormon unik, mampu menghadirkan
teman ilusi. Pemicunya bisa banyak salah satunya depresi.
Pengetahuan ini semakin lengkap saat aku mengembangkan
proyek rekayasa delusi pada wanita bernama Isyana. Jadi,
inilah asal muasal White bisa muncul pada Amiza.
90
perkataannya. Ini sangat membantuku dalam memahami
kondisi yang terjadi saat ini, semakin lama semakin terang.
***
91
Entahlah, aku sangat bingung. Jika aku
merencanakan proyek hujan ulat, kenapa aku juga membuat
program rekayasa deluis Isyana, sehingga White muncul di
diri Amiza?
92
bahkan sesi melamar, tokoh ilusi bernama White dan hal-hal
lain yang akan terjadi, lengkap tercantum disana.
93
memprediksi harga saham, kita akan mengusai pasar bursa
dan menjadi kaya saat mengusai ilmu ekonomi, terkait
mekanisme pasar dan kebijakan moneter, psikologi, terkait
panic buying or selling attack, dan sejarah, agar mengusaii
sebuah pola ditambah lagi dengan penguasaan data dan
informasi. Maka, seperti itulah aku dalam merencanakan ini
semua.
94
Inilah akibatnya jika manusia mengusai banyak
pengetahuan, mudah mengakses data dan informasi, serta
menggunakan kecerdasan buatan, maka pemusnahan
manusia dan kehancuran dunia tidak dapat dihindari. Sifat
manusia yang rakus merupakan bagian dari algoritma,
berperan dalam penghancuran bumi.
-TAMAT-
95
96
CATATAN PENULIS
97
5. Piranti atau perangkat device, kadang diserap dalam
bahasa Indonesia sebagai devais dapat merujuk ke:
Sebuah mesin atau bagiannya. Sebuah appliance
informasi, misalnya telepon seluler. Sebuah piranti
periperal yang terpasang pada sebuah komputer.
6. Nakas merupakan sebuah furniture interior kmar tidur
berupa meja kecil. Meja ini diletakkan di sisi samping yang
berguna untuk meletakkan beberapa barang sebelum
tidur.
7. Bungker adalah sejenis bangunan pertahanan militer.
Bungker biasanya dibangun di bawah tanah. Bungker-
bungker ini biasanya dibuat untuk mengantisipasi
kemungkinan perang nuklir.
98
TENTANG PENULIS
99
100
REFERENSI
101
102
CATATAN
103
CATATAN
104