MAKALAH
Disusun Oleh :
1.
2.
FAKULTAS TEKNIK
2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Haji
5. Wajib Haji
7. Manasikh Haji
SIMPULAN
SARAN
HARAPAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Haji sendiri sudah ada sejak Nabi Adam As. Beliau bersama Siti Hawa atas perintah Allah SWT
melaksanakan ibadah di tempat tersebut (Mekkah), kemudian disusul Nabi Ibrahim A.s. dan Nabi
Islamail A.s. Yang dikenal sebagai Bapak para Nabi dan Rasul dan di teruskan Nabi Muhammad SAW
yang berlangsung sampai sekarang. Haji merupakan salah satu ibadah wajib yang di cantumkan
dalam rukun Islam, dengan tempat yang sudah ditentukan oleh Allah SWT yang bertempat di tanah
Arab.[1]
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak yang mulia.
Ibadah haji merupakan pernyataan umat Islam seluruh dunia menjadi umat yang satu karena
memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun
umroh merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan
memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan. Ibadah
haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta
waktu untuk melakukannya.
Barang siapa pergi ke Baitullah untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim (haji),
setelah selesai mendatanginya ada kerinduan untuk datang kembali. Dia sebagai pusat tauhid,
ruhnya iman dan rumah pertama yang dibangun oleh manusia. Yang mendatanginya akan
mendapat rizki di dunia maupun di akhirat.(Ali Yahya, 2008 : 411-412) Dalam hal ini, Rasulullah SAW
bersabda : “Sembahlah Allah SWT dan jangan pernah engkau menyekutukan-Nya dengan suatu
apapun, lalu dirikanlah shalat, bayarlah zakat, puasalah di bulan Ramadhan, dan laksanakanlah
ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu menunaikannya”. (Al-Qarni, 2010:79)
Dengan demikian haji merupakan salah rukun Islam yang wajib kita laksanakan sebagai seorang
Muslim (jika sudah mampu), dalam pelaksanaan haji sendiri, mempunyai beberapa Rukun, cara dan
syarat-syarat yang harus di penuhi agar hajinya dapat dikatakan sah menurut syariat Islam,
memahami manasikh haji dan masalah-masalah kontemporer dalam pelaksanaan ibadah haji, kita
sebagai mahasiswa yang berbasis Nahdlatul ulama’ haruslah memahami dasar-dasar hukum
pelaksanan ibadah haji yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali dengan waktu yang telah
ditentukan.
Untuk lebih lengkapnya mengenai pelaksanaan haji akan kami bahas dalam makalah kami.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
1. Pengertian Haji
Menurut bahasa, Haji (Arab), berarti mengunjungi, ziarah, atau menuju ke suatu lokasi yang
tertentu.
Menurut isti’lah pada syara’, Haji berarti mengunjungi ka’bah (Baitullah) di Mekkah dalam waktu
tertentu, kemudian disertai dengan perbuatan-perbuatan yang tertentu pula. (Matdawam, 1986:
20)
Sedangkan menurut KBBI Haji adalah rukun Islam kelima (kewajiban ibadah) yg harus dilakukan oleh
orang Islam yg mampu mengunjungi Ka’bah pada bulan Haji dan mengerjakan amalan haji, seperti
ihram, tawaf, sai, dan wukuf.
Pengertian haji yang di jabarkan di atas sesuai dengan pengertian firman Allah SWT.
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan
tempat yang aman.” (Q.S. Al-Baqarah : 125).
Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur
hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al
Qur’an, As Sunnah dan ijma’ (kesepakatan para ulama).
a. Dalil Al-Qur’an
Allah SWT mewajibkan untuk melaksanakan ibadah haji sekali seumur hidup, jika sudah mampu.
Allah berfirman:
Allah berfirman:
ج َوأَتِموا
َّْ ِلِ َوالعُم َرْة َ ال َح
ْ ِ ( البقرة: 196)
b. Dalil As-Sunnah
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya,mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji
dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16).
Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Hurairah r.a, ia berkata,
“Rasulullah SAW. berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia,
Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi
bertanya hingga tiga kali. Rasulullah SAW lantas bersabda, “Seandainya aku mengatakan “iya”, maka
tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.” (HR. Muslim).
c. Dalil Ijma’
Para ulama’ pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu. Bahkan
kewajiban haji termasuk perkara al ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan sendirinya sudah
diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan kafir.
Haji merupakan rukun Islam yang ke empat, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk
mengerjakan.
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
Dalam hal, ini jika salah satu rukun Haji tidak dilaksanakan, maka Hajinya tidak sah dan tidak dapat
ditebus dengan Dam (diganti dengan menyembelih binatang Qurban). (Matdawam, 1986:38)
2. Wuquf (berhenti) di Arafah. Kecuali ibadah umrah, tidak di adakan wuquf di Arafah
3. Thawaf di Baitullah
2. Haji tamattu'
Haji tamattu' adalah melakukan umrah terlebih dulu pada bulan haji, setelah selesai baru melakukan
haji.
Orang yang melakukan haji tamattu' wajib membayar hadyu (denda), yaitu dengan menyembelih
seekor kambing. Jika tidak mampu dapat diganti dengan berpuasa selama 10 hari, yaitu 3 hari selagi
masih berada di tanah suci, dan 7 hari setelah kembali di tanah air.
3. Haji qirân
Haji qirân adalah melaksanakan ibadah haji dan umrah secara bersama-sama. Dengan demikian
segala amalan umrah sudah tercakup dalam amalan haji.
a. ihram dari mîqât dengan niat untuk haji dan umrah sekaligus
1. Mîqât
Mîqât adalah batas waktu dan tempat melakukan ibadah haji dan umrah. Mîqât terdiri atas mîqât
zamânî dan mîqât makânî.
Berdasarkan kesepakatan para ulama yang bersumber dari sunah Rasulullah SAW, mîqât zamânî
jatuh pada bulan Syawal, Zulkaidah, sampai dengan tanggal 10 Zulhijah.
Mîqât makânî adalah dari tempat mana ibadah haji sudah boleh dilaksanakan.
* Zulhulaifah atau Bir-Ali (450 km dari Mekah) bagi orang yang datang dari arah Madinah
* Al-Juhfah atau Rabiq (204 km dari Mekah) bagi orang yang datang dari arah Suriah, Mesir, dan
wilayah-wilayah Maghrib
* Yalamlan (sebuah gunung yang letaknya 94 km di selatan Mekah) bagi orang yang datang dari arah
Yaman
* Qarnul Manazir (94 km di timur Mekah) bagi orang yang datang dari arah Nejd
* Zatu Irqin (94 km sebelah timur Mekah) bagi orang yang datang dari arah Irak
2. Ihram
Ihram ialah niat melaksanakan ibadah haji atau umrah dan memakai pakaian ihram.
Bagi laki-laki, pakaian ihram adalah dua helai pakaian tak berjahit untuk menutup badan bagian atas
dan sehelai lagi untuk menutup badan bagian bawah. Kepala tidak ditutup dan memakai alas kaki
yang tidak menutup mata kaki.
Bagi wanita, pakaian ihram adalah kain berjahit yang menutup seluruh tubuh kecuali wajah.
Sunah ihram adalah memotong kuku, kumis, rambut ketiak, rambut kemaluan, dan mandi.
Kemudian melakukan shalat sunah ihram 2 rakaat (sebelum ihram), membaca talbiah, shalawat, dan
istighfar (sesudah ihram dimulai).
3. Tawaf
Tawaf adalah mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dimulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad
dan Ka'bah selalu ada di sebelah kiri (berputar berlawanan arah jarum jam).
2. Menutup aurat
4. Mulai dan mengakhiri tawaf di tempat yang sejajar dengan Hajar Aswad
2. Berjalan kaki
3. al-idtibâ, yaitu meletakkan pertengahan kain ihram di bawah ketiak tangan kanan dan kedua
ujungnya di atas bahu kiri
5. Niat.
Niat untuk tawaf yang terkandung dalam ibadah haji hukumnya tidak wajib karena niatnya sudah
terkandung dalam niat ihram haji, tetapi kalau tawaf itu bukan dalam ibadah haji, maka hukum niat
tawaf menjadi wajib, seperti dalam tawaf wada' dan tawaf nazar.
6. Mencapai rukun yamanî (pada putaran ke-7) dan mencium atau menyentuh Hajar Aswad
Tawaf ifâdah
Tawaf sebagai rukun haji yang apabila ditinggalkan maka hajinya menjadi tidak sah.
Tawaf ziyârah
Tawaf kunjungan, sering juga disebut tawaf qudûm, yaitu tawaf yang dilakukan setibanya di kota
Mekah.
Tawaf sunah
Tawaf wada'
Tawaf perpisahan, yaitu tawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan Mekah setelah selesai
melakukan seluruh rangkaian ibadah haji.
4. Sa'i
Sa'i adalah berjalan dari Bukit Shafa ke Bukit Marwa sebanyak 7 kali.
Syarat sa'i adalah:
1. Seluruh perjalanan sa'i dilakukan secara lengkap, tidak boleh ada jarak yang tersisa
4. Tidak berdesakan
5. Berjalan kaki
5. Wukuf di Arafah
Wukud di Arafah adalah berdiam diri di padang Arafah sejak matahari tergelincir pada tanggal 9
Zulhijah sampai terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah (hari nahar), baik dalam keadaan suci maupun
tidak suci.
Haji tanpa wukuf tidak sah dan harus diulang lagi pada tahun berikutnya. Hal ini berdasarkan hadist
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:
Haji itu 'arafah, siapa yang datang pada malam mabît di Muzdalifah sebelum fajar menyingsing, ia
sudah mendapatkan haji.
Ketika melakukan wukuf, disunahkan untuk tidak berpuasa, menghadap kiblat, berzikir, membaca
istighfar, dan berdoa. Menurut riwayat Imam Ahmad, doa Nabi SAW ketika di hari arafah adalah:
Tiada Tuhan kecuali Allah, yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya seluruh kerajaan, bagi-Nya pula
segala pujian, di tangan-Nya segala kebaikan, dan Ia Maha Kuasa atas segalanya.
6. Melontar Jumrah
Melontar jumrah ialah melempar batu kerikil ke arah 3 buah tonggak, yaitu ûlâ, wustâ, dan ukhrâ,
masing-masing 7 kali lemparan. Hari melontar jumrah dimulai pada tanggal 10 Zulhijah, ke arah
jumrah 'aqabah atau jumrah kubra, dan 2 atau 3 hari dari hari-hari tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah)
ke arah 3 jumrah yang telah disebutkan di atas.
Waktu melontar jumrah disunahkan sesudah matahari terbit. Bagi orang yang lemah atau
berhalangan boleh melakukannya pada malam hari.
Adapun melontar jumrah pada 3 hari yang lain, hendaknya dimulai pada waktu matahari sudah
mulai turun ke barat sampai saat matahari terbenam.
1. Berdiri dengan posisi Mekah ada di sebelah kiri dan Mina di sebelah kanan
Bagi orang yang berhalangan menyelesaikan haji dengan tidak melakukan wukuf di Arafah, tawaf,
ataupun sa'i, apa pun penyebabnya, menurut pendapat jumhur ulama orang tsb wajib menyembelih
seekor kambing, sapi, atau unta di tempat ia bertahalul.
Apabila ibadahnya itu ibadah wajib, ia harus meng-qadha pada tahun berikutnya, tetapi bila bukan
ibadah wajib, ia tidak perlu meng-qadha.
Istilah haji akbar disebut dalam firman Allah SWT pada surah At-Taubah: 3 yang artinya:
Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada manusia pada hari haji akbar,
bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin...
Ada beberapa pendapat ulama tentang haji akbar, yaitu haji akbar adalah:
Namun pendapat yang paling masyhur adalah pendapat yang menyatakan bahwa haji akbar adalah
haji yang wukufnya jatuh pada hari jum'at.
Ada haji besar, ada pula haji asgar (haji kecil) yang merupakan istilah lain untuk umrah.
Haji mabrur
Haji mabrur adalah ibadah haji seseorang yang seluruh rangkaian ibadah hajinya dapat dilaksanakan
dengan benar, ikhlas, tidak dicampuri dosa, menggunakan biaya yang halal, dan yang terpenting,
setelah ibadah haji menjadi orang yang lebih baik.
Balasan bagi orang yang mendapat haji mabrur adalah surga. Hal ini didasarkan pada sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang artinya:
Umrah ke satu ke umrah berikutnya adalah penebus dosa di antara keduanya, dan haji mabrur
ganjarannya tiada lain kecuali surga (HR Bukhari dan Muslim)
Dam (Denda)
Dam dalam bentuk darah adalah menyembelih binatang sebagai karafat (tebusan) terhadap
beberapa pelanggaran yang dilakukan ketika melakukan ibadah haji atau umrah. Jenis dam adalah:
1. Dam tartîb
1. Dam tartîb
Dam tartîb yaitu bila binatang yang disembelih adalah kambing, tetapi bila tidak mendapat kambing,
harus melaksanakan puasa 3 hari di tanah suci dan 7 hari apabila telah pulang ke kampung halaman.
Orang diwajibkan membayar dam tartîb karena 9 hal, yaitu:
9. Tidak berjalan kaki bagi yang bernazar untuk mengerjakan haji dengan berjalan kaki
Dam takhyîr dan taqdîr ialah boleh memilih menyembelih seekor kambing, berpuasa, atau
bersedekah memberi makan kepada 6 orang miskin sebanyak 3 sa' (1 sa' = 3,1 liter).
4. Menutup kepala
5. Memakai wewangian
Dam tartîb dan ta'dîl adalah pertama kali wajib menyembelih unta, apabila tidak mampu boleh
menyembelih sapi, apabila tidak mampu juga baru menyembelih kambing 7 ekor.
Apabila tidak mendapat 7 ekor kambing, si pelanggar harus membeli makanan seharga itu dan
disedekahkan kepada fakir miskin di tanah suci.
Dam jenis ini dikenakan karena pelanggaran melakukan hubungan seksual.
Dam takhyîr dan ta'dîl adalah boleh memilih diantara 3 hal yaitu:
Waktu penyembelihan dam yang disebabkan pelanggaran yang tidak sampai membatalkan atau
kehilangan haji harus dilakukan pada waktu si pelanggar melakukan ibadah haji. Tetapi bagi dam
yang disebabkan pelanggaran yang berakibat kehilangan haji, pelaksanaannya wajib ditunda sampai
pada waktu melakukan ihram ketika meng-qadha haji.
Sedangkan tempat penyembelihan dam dan penyaluran dagingnya adalah di tanah haram.
Bagi orang yang melakukan haji, diutamakan menyembelihnya di Mina, sedangkan bagi orang yang
melakukan umrah, menyembelihnya di Marwa.
Mewakilkan Haji
Perwakilan haji berlaku untuk seseorang yang mampu melakukan haji dari segi biaya, tapi
kesehatannya tidak memungkinkan, seperti sakit yang parah atau karena usia tua.
Dalam hal ini wajib orang lain untuk menghajikannya dengan biaya dari orang yang bersangkutan,
dengan syarat orang yang menggantikan tsb sudah mengerjakan haji untuk dirinya sendiri.
Tetapi bila setelah dihajikan orang itu sembuh, menurut Imam Syafi'i, ia tetap wajib melakukan haji.
Perwakilan haji juga dapat dilakukan atas orang yang sudah meninggal, asalkan orang tsb
berkewajiban haji, antara lain mempunyai nazar dan belum dapat melaksanakannya. Hal ini
didasarkan pada hadist yang meriwayatkan bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi SAW:
"Ayah saya sudah meninggal dan ia mempunya kewajiban haji, apakah aku harus menghajikannya?"
Nabi SAW menjawab, "Bagaimana pendapatmu apabila ayahmu meninggalkan hutang, apakah
engkau wajib membayarnya?" Orang itu menjawab, "Ya". Nabi SAW berkata, "Berhajilah engkau
untuk ayahmu".(HR. Ibnu Abbas RA)
Wajib Haji
2. Bermalam di Muzdalifah.
4. Membaca Talbiyah
7. Manasikh Haji
1. Di Mekkah (pada tanggal 8 Dzulhijjah), mandi dan berwudlu, memakai kain ihram, shalat
sunnat ihram dua raka’at, niat haji, pergi ke Arafah, membaca talbiyah, sholawat dan do’a.
Sebagai salah satu rukun haji, seorang jama’ah harus berada dia Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
meskipun sejenak, waktu wuquf di mulai waktu dhuhur tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbit fajar
tanggal 10 Dzulhijjah, Berangkat menuju Muzdalifah sehabis Maghrib, Tidak terlalu lama (mabit) di
Muzdalifah sampai lewat tengah malam, Berdo'a waktu berangkat dari Arafah.
3. Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah), berdo'a dan Mabit, yaitu berhenti di
Muzdalifah untuk menunggu waktu lewat tengah malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49 atau
70 butir untuk melempar jumrah kemudian Menuju Mina.
4. Di Mina, berdo'a, melontar jumroh dan bermalam (mabit) pada saat melempar jumroh, yang
dilakukan yaitu ;
a. melontar jumroh Aqobah, waktunya setelah tengah malam, pagi dan sore. Tetapi diutamakan
sesudah terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah.
b. melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore
dan malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir matahari.
- Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal).Dengan selesainya
tahallul awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali menggauli istri. setelah tahallul
tanggal 10 Djulhijjah kalau ada kesempatan akan pergi ke Mekkah untuk thawaf Ifadah dan sa'i
tetapi harus kembali pada hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.
- Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan Aqobah secara berurutan,
terus ke Mekkah, ini yang dinamakan naffar awal.
- Bagi jama'ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13 Djulhijjah diharuskan melontar
ketiga jumroh itu lagi, lalu kembali ke Mekkah. itulah yang dinamakan naffar Tsani.
- Bagi jama'ah haji yang belum membayar dam harus menunaikannya disini dan bagi yang
mampu, harus memotong hewan qurban.
5. Kembali ke Mekkah, Thawaf Ifadah, dan Thawaf Wada, Setelah itu rombangan jama’ah haji
gelombang awal. bisa pulang ke tanah air.
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum Muslimin,
diantaranya :
1. Haji tidak lepas dengan Permasalahan Perbankan, bagi seorang Muslim yang ingin menjauhkan
dari perbankan karena di dalamnya ada unsur riba, maka seorang Jama’ah haji pasti tidak akan bisa
menghindarinya, karena sejak mulai pendaftaran harus lewat perbankan,
Umat Islam Indonesia kebanyakan adalah penganut Syafi’iyyah, dimana bersentuhan kulit antara
laki-laki dan perempuan dapat membatalkan wudhu, sedangkan dalam kondisi pelaksanaan Ibadah
haji kurang-lebih 2 juta umat manusia dari penjuru dunia kumpul di Makkah, ini sangat sulit
menghindari persentuhan kulit tersebut, maka jalan yang ditempuh adalah intiqolul madzhab.
Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi alasan bagi wanita untuk memakai obat pengatur siklus
haid, yaitu: Untuk keperluan ibadah dan untuk keperluan diluar ibadah.
4. Permasalahan miqod,
ada 2 macam miqot, yaitu : Miqot zamaniyah yaitu bulan-bulan haji, mulai dari bulan Syawwal,
Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah. Miqot makaniyah yaitu tempat mulai berihram bagi yang punya niatan
haji atau umroh. Ada lima tempat:
Sebagian jama’ah haji dari negeri kita, meyakini bahwa Jeddah adalah tempat awal ihram. Mereka
belumlah berniat ihram ketika di pesawat saat melewati miqot, namun beliau tidak menetapkannya
sebagai miqot. Inilah pendapat mayoritas ulama yang menganggap Jeddah bukanlah miqot.
Ditambah lagi jika dari Indonesia yang berada di timur Saudi Arabia, berarti akan melewati miqot
terlebih dahulu sebelum masuk Jeddah, bisa jadi mereka melewati Qornul Manazil, Dzat ‘Irqin atau
Yalamlam.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Haji berarti menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah yaitu ibadadah
syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu,
wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji
telah disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunnat haji. Islam, Syarat
haji diantaranya : Baligh, Berakal, Merdeka, Kekuasaan (mampu}sedangkan Rukun Haji adalah :
Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah;
Thawaf, Sa'i, Tahallul dan Tertib atau berurutan. Yang bertujuan agar hajinya sah dan di terima Allah
SWT.
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum Muslimin,
diantaranya : Haji tidak lepas dengan permasalahan Perbankan, Haji memungkinkan seseorang
untuk intiqolul madzhab, Penundaan masa haidl bagi wanita dan permasalahan miqot.
B. SARAN
Bagi semua umat Islam khususnya mahasiswa untuk lebih memahami tentang Haji lebih mendalam
agar bertambah pula pengetahuan dan Iman kita. Dan mengamalkan kepada orang – orang Islam
khususnya.
C. HARAPAN
Semoga makalah yang kami tulis mengenai Haji dapat bermanfaat bagi pembaca yang haus akan
ilmu pengetahuan terutama dalam menguatkan agama. Kritik dan saran selalu kami nanti untuk
menyempurnakan makalah kami yang jauh dari kata sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Matdawam M. Noor, Pelaksanaan Ibadah Haji dan Umroh,1986, Yogyakarta: Yayasan Bina Karier .
Ali Yahya Muhammad Taufiq, Mekkah Manasik Lengkap Umroh dan Haji Serta Do’a-do’anya, 2008,
Jakarta: Lentera
Abi Bakar bin Syayid Muhammad Syatho, Syekh, Khasiyah I’anatuth Tholibin, Darul Ihya
Abi Zakaria Muhyidin Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Minhaj Syarah Shohih Muslim
http//jungpasir27.blogspot.com/2013/10/makalah-mata-kuliah-fiqih-tentang-haji.html