Anda di halaman 1dari 24

POLIMER TERMOPLASTIK LDPE

Disusun oleh :

Bagus Suciantoro 2017430029

Latif Nopiyantoro 2017430053

FAKULTAS TEKNIK

PRODI TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “POLIMER TERMOPLASTIK
LDPE” dengan lancar.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang polimer khususnya
Low Density Poliethilene, yang kami sajikan berdasarkan studi literatur dari berbagai sumber.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi
perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih.

Bekasi, Juni 2020

Penulis

ii
ABSTRAK

Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekul molekul
kecil yang saling berikatan. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju maka
juga banya ditemukan jenis-jenis polimer. Salah satu polimer yang banyak penggunaannya
adalah Low Density Poliethilene. Plastik LDPE hasil polimerisasi adisi memiliki sifat fisis
dan kimia tertentu. Dari keberadaannya yang banyak ini maka memberikan dampak
terhadap lingkungan. Limbah plastik LDPE yang tidak bisa terurai bisa dijadikan alternatif
bahan bakar berbasis minyak

Kata kunci : polimerisasi, LDPE, cracking, pirolisis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................................................ iii
BAB. I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Polimer ..................................................................................................................... 2
2.2 Klasifikasi Polimer ...................................................................................................................... 2
2.5 Sifat-Sifat LDPE........................................................................................................................ 10
2.6 Pembentukan Polimer LDPE ................................................................................................... 11
2.7 Penggunaan Polimer LDPE ..................................................................................................... 12
2.8 Pemanfaatan Limbah Plastik LDPE ....................................................................................... 13
2.9 Kumpulan Jurnal Pemanfaatan Limbah Plastik LDPE ....................................................... 16
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 20

iv
BAB. I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era sekarang yang serba instan dan cepat menuntut industri pengemasan
makanan untuk memproduksi polimer food grade seperti poliethilene. Poliethilene atau
sering di singkat simbol PE dalam kemasan makanan. Poliethilene sendiri dibagi menjadi
2 macam yaitu High Density Poliethilene dan Low Density Poliethilene. Low Density
Poliethilene yang selanjutnya di sebut LDPE memiliki kapasitas produksi yang lebih
banyak karena kegunaannya yang banyak dperlukan dalam kehidupan sehari-hari
khususnya bidang makanan.

Masalah yang sering terjadi adalah keterbatasan lahan tempat pembuangan akhir
(TPA), sedangkan produksi sampah plastik semakin lama semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya populasi manusia dan perubahan pola hidup, sehingga ada
kecenderungan sampah plastik kurang bisa diatasi dengan baik

Melihat kondisi seperti diatas maka memberikan dampak negatif yaitu limbah
sampah plastik yang tidak bisa terurai secara alami dan sebagai akibatnya bisa merusak
tatanan alam bumi ini.

Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan tentang polimer Low Density
Poliethilene serta kumpulan jurnal pemanfaatan limbah plastik LDPE mulai dari prinsip,
cara perlakuan, kondisi optimum dan uji kualitas kuantitas tersaji dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang disebut dengan polimer ?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi polimer ?
1.2.3 Bagaimana sifat-sifat polimer LDPE ?
1.2.4 Bagaimana cara pembentukan polimer LDPE ?
1.2.5 Apa manfaat polimer LDPE ?
1.2.6 Bagaimana penanganan limbah LDPE ?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Polimer

Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekul
molekul kecil yang saling berikatan. Polimer mempunyai massa molekul relatif yang
sangat besar, yaitu sekitar 500-10.000 kali berat molekul unit ulangnya. Istilah polimer
berasal dari bahasa yunani, polys = banyak dan meros = bagian, yang berarti banyak
bagian atau banyak monomer. Polimer lebih dikenal sebagai plastic dan bahan karet.
Pada umumnya, polimer merupakan senyawa kimia organik yang didasarkan pada
karbon, hidrogen, dan elemen bukan logam (O, N, dan Si). Selain itu, polimer memiliki
struktur molekul yang sangat besar. Polimer alam memiliki rantai karbon utama berupa
rantai karbon C. Jenis polimer yang terkenal adalah polietilena (PE), nilon, poli vinil
klorida (PVC), polikarbonat (PC), polistirena (PS), dan karet silikon. Bahan-bahan ini
biasanya memiliki kepadatan rendah, sedangkan karakteristik mekanik mereka
umumnya berbeda dengan logam dan bahan keramik.

2.2 Klasifikasi Polimer


Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju maka juga banya
ditemukan jenis-jenis polimer sehingga perlu dilakukan pengelompokan polimer untuk
memudahkan identifikasi. Polimer dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya, polimer terbagi atas tiga kelompok, yaitu :
• Polimer Alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami. Polimer alam adalah
senyawa yang dihasilkan dari proses metabolisme makhluk hidup. Contoh
sederhana polimer alam adalah karet alam, pati, selulosa dan protein.
Jumlahnya yang terbatas dan sifat polimer alam yang kurang stabil saat
pemanasan, mudah menyerap air, dan sukar dibentuk menyebabkan

2
penggunaan polimer menjadi terbatas. Contoh polimer alam dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Sifat-sifat polimer alam kurang menguntungkan. Contohnya, karet alam


biasanya cepat rusak, dan tidak elastis. Hal tersebut dapat terjadi karena karet
alam tidak tahan terhadap minyak bensin atau minyak tanah serta tidak tahan
lama diudara terbuka. Contoh lain, sutera dan wol merupakan senyawa
protein bahan makanan bakteri, sehingga wol dan sutera cepat rusak.
Umumnya polimer alam mempunyai sifat hidrofilik (suka air), sukar dilebur
dan sukar dicetak, sehingga sangat sukar mengembangkan fungsi polimer
alam untuk tujuan-tujuan yang lebih luas dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
• Polimer Semi Sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi
polimer alam dan bahan kimia. Contoh: selulosa nitrat (yang lebih dikenal
dengan misnomer nitroselulosa) yang dipasarkan di dengan nama
“Celluloid” dan “guncotton”.
• Polimer sintesis, yakni polimer yang dibuat melalui polimerisasi dari
monomer - monomer polimer. Polimer sintesis yang pertama kali digunakan
dalam skala komersial adalah dammar Fenol formaldehida. Dikembangkan
pada tahun 1900-an oleh kimiawan kelahiran Belgia Leo Baekeland, yang
dikenal secara komersial sebagai bakelit. Sampai dekade 1920-an bakelit
merupakan salah satu jenis dari produk konsumsi yang dipakai secara luas.
• Karet atau elastomer adalah salah satu jenis polimer yang memiliki perilaku
khas yaitu memiliki daerah elastis non-linear yag sangat besar. Perilaku
tersebut ada kaitannya dengan struktur molekul karet yang memiliki ikatan
3
silang (cross link) antar rantai molekul. Ikatan silang ini berfungsi sebagai
‘pengingat bentuk’ (shape memory) sehingga karet dapat kembali ke bentuk
dan dimensi asalnya pada saat mengalami deformasi dalam jumlah yang
sangat besar.

Perbedaan utama dari polimer alam dan polimer sintetik adalah, mudah
tidaknya sebuah polimer di degradasi atau dirombak oleh mikroba. Polimer sintetik
sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Sifat-sifat polimer sintetik sangat ditentukan oleh
struktur polimernya seperti; panjangnya rantai; gaya antar molekul; percabangan; dan
ikatan silang antar rantai polimer. Pertambahan panjang rantai utama polimer diikuti
dengan meningkatnya gaya antar molekul monomer. Hal ini yang menyebabkan
meningkatnya kekuatan dan titik leleh sebuah polimer. Polimer yang memiliki banyak
cabang, kekuatannya menurun dan hal ini juga menyebabkan titik lelehnya semakin
rendah. Beberapa polimer memiliki ikatan silang antar rantai, hal ini akan membuat
polimer yang bersifat kaku dan membentuk bahan yang keras. Makin banyak ikatan.
silang 12 makin kaku polimer yang dihasilkan dan polimer akan semakin mudah patah.

Jenis polimer yang memiliki ikatan silang ini merupakan plastik termosetting.
Jenis plastik ini hanya dapat dipanaskan satu kali yaitu hanya pada saat pembuatannya.
Jika plastik ini pecah atau rusak tidak dapat disambung kembali. Pemanasan
selanjutnya menyebabkan rusaknya atau terbongkarnya ikatan silang antar rantai
polimer, sehingga susunan molekul polimer berubah atau rusak. Plastik jenis yang lain
memiliki sifat sebagai termoplastik, yaitu plastik yang dapat dipanaskan secara
berulang-ulang. Sifat ini disebabkan karena tidak adanya ikatan silang antar rantai
polimernya. Jika polimer ini rusak atau pecah, kita dapat menyambungnya kembali
dengan cara dipanaskan, contoh polimer termoplastik adalah polietilen.

2. Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya


Dibagi atas 3 kelompok yaitu:
• Polimer Linier, yaitu polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu
sama lainnya membentuk rantai polimer yang panjang. Polimer ini biasanya
dapat larut dalam beberapa pelarut, dan dalam keadaan padat pada
temperatur normal. Polimer ini terdapat sebagai elastomer, bahan yang
fleksibel (lentur) atau termoplastik seperti gelas). Contoh polietilena,
poli(vinil klorida) atau PVC, poli(metil metakrilat) (juga dikenal sebagai

4
PMMA, Lucite, Plexiglas, atau perspex), poliakrilonitril (orlon atau creslan)
dan nylon 66.
• Polimer Bercabang, yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.
• Polimer Berikatan Silang (Cross – linking), yaitu polimer yang terbentuk
karena beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai
utamanya. Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka akan
terbentuk sambung silang tiga dimensi yang sering disebut polimer jaringan.
Adakalanya pembentukan sambungan silang dilakukan dengan sengaja
melalui proses industri untuk mengubah sifat polimer, sebagaimana terjadi
pada proses vulkanisasi karet. Banyak sistem polimer yang sifatnya
ditentukan oleh pembentukan jaringan tiga dimensi, seperti misalnya bakelit
yang merupakan damar mengeras, bahang fenol, metanal. Dalam sistem
polimer seperti itu pembentukan sambungan silang tiga dimensi terjadi pada
tahap akhir produksi. Proses ini memberikan sifat kaku dan keras kepada
polimer. Jika tahap akhir produksi melibatkan penggunaan panas, polimer
tergolong mengeras – bahang dan polimer disebut dimatangkan. Akan
tetapi, beberapa sistem polimer dapat dimatangkan pada keadaan dingin dan
karena itu tergolong polimer mengeras – dingin. Polimer lurus (hanya
mengandung sedikit sekali 14 sambungan silang, atau bahkan tidak ada
sama sekali) dapat dilunakkan dan dibentuk melalui pemanasan. Polimer
seperti itu disebut polimer lentur – bahang.
3. Berdasarkan Reaksi Polimerisasi Dibagi 2 yaitu :
• Poliadisi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi adisi. Reaksi adisi atau
reaksi rantai adalah reaksi penambahan (satu sama lain) molekul-molekul
monomer berikatan rangkap atau siklis biasanya dengan adanya suatu
pemicu berupa radikal bebas atau ion. Contohnya dapat dilihat pada reaksi
berikut:

5
• Polikondensasi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi kondensasi/reaksi
bertahap. Mekanisme reaksi polimer kondensasi identik dengan reaksi
kondensasi senyawa bobot molekul rendah yaitu: reaksi dua gugus aktif dari
2 molekul monomer yang berbeda berinteraksi dengan melepaskan molekul
kecil. Contohnya H2O. Bila hasil polimer dan pereaksi (monomer) berbeda
fase, reaksi akan terus berlangsung sampai salah satu pereaksi habis. Contoh
terkenal dari polimerisasi kondensasi ini adalah pembentukan protein dari

asam amino. Contoh lainnya dapat dilihat pada reaksi berikut:


4. Berdasarkan Jenis Monomer Dibagi atas dua kelompok :
• Homopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari penggabungan monomer
sejenis dengan unit berulang yang sama.
• Kopolimer, yakni polimer yang terbentuk dari beberapa jenis monomer yang
berbeda. Kopolimer ini dibagi lagi atas empat kelompok yaitu:
o Kopolimer acak. Dalam kopolimer acak, sejumlah kesatuan
berulang yang berbeda tersusun secara acak dalam rantai polimer. -
A-B-B-A-B-A-A-A-B-A–

6
o Kopolimer silang teratur. Dalam kopolimer silang teratur kesatuan
berulang yang berbeda berselang - seling secara teratur dalam rantai
polimer. - A - B - A - B - A - B - A - B - A – B – A –
o Kopolimer blok. Dalam kopolimer blok kelompok suatu kesatuan
berulang berselang - seling dengan kelompok kesatuan berulang
lainnya dalam rantai polimer. - A - A - A - B - B - B - A - A - A – B

o Kopolimer cabang/Graft Copolimer. Yaitu kopolimer dengan rantai
utama terdiri dari satuan berulang yang sejenis dan rantai cabang
monomer yang sejenis. B B 16 B B - A – A – A – A – A – A – A –
A–A–ABB
5. Berdasarkan Sifat Termal Dibagi 2 yaitu :
• Termoplastik, Hal ini disebabkan karena polimer - polimer tersebut tidak
berikatan silang (linier atau bercabang) biasanya bisa larut dalam beberapa
pelarut.
• Termoset, yaitu polimer yang tidak mau mencair atau meleleh jika
dipanaskan. Polimer - polimer termoset tidak bisa dibentuk dan tidak dapat
larut karena pengikatan silang, menyebabkan kenaikan berat molekul yang
besar. Contohnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:

6. Berdasarkan Aplikasinya Dibagi 3 kelompok yaitu :

7
• Polimer komersial, yaitu polimer yang di sintesis dengan biaya murah dan
diproduksi secara besar - besaran. Polimer komersial pada prinsipnya terdiri
dari 4 jenis polimer utama yaitu: Polietilena, Polipropilena, Poli(vinil
klorida), dan Polisterena. Polietilena dibagi menjadi produk massa jenis
rendah (< 0,94 g/cm3), dan produk massa jenis tinggi (> 0,94 g/cm3).
Perbedaan dalam massa jenis ini timbul dari strukturnya yakni: polietilena
massa jenis tinggi secara esensial merupakan polimer linier dan polietilena
massa jenis rendah bercabang. Plastik - plastik komoditi mewakili sekitar
90% dari seluruh produksi termoplastik dan sisanya terbagi diantara
kopolimer stirena – butadiena, kopolimer akrilonitril – butadiena – stirena
(ABS), poliamida dan poliester. Contoh plastik - plastik komoditi dan
penggunaannya dapat dilihat pada tabel 2.4.

8
• Polimer teknik, yaitu polimer yang memiliki sifat unggul tetapi harganya
mahal. Konsumsi plastik teknik kimia hingga akhir tahun 1980-an mencapai
kira - kira 1,5 x 109 kg/tahun di antaranya poliamida, polikarbonat, asetal,
poli(fenilena oksida) dan poliester mewakili sekitar 99% dari pemasaran.
Yang tidak diperhatikan adalah bahan - bahan berkualitas teknik dari
kopolimer akrilonitril – butadiena – stirena, berbagai polimer terfluorinasi
dan sejumlah kopolimer serta bahan paduan polimer yang meningkat
jumlahnya. Ada banyak kesamaan dalam terutama dalam bidang
transportasi seperti (mobil, truk, pesawat udara), konstruksi (perumahan,
instalasi pipa ledeng, perangkat keras), barang - barang listrik dan elektronik
(mesin bisnis, komputer), mesin - mesin industri dan barang - barang
konsumsi. Selain polimer - polimer yang telah diperlihatkan, kopolimer dan
paduan polimer teristimewa yang disesuaikan untuk memperbaiki sifat
(mutu) semakin bertambah jumlahnya. Pemasaran plastik - plastik teknik
tumbuh dengan cepat dengan proyeksi pemakaian yang meningkat hingga
10% per tahun. Contoh Polimer teknik yang utama dapat dilihat pada Tabel
2.5 berikut

9
2.5 Sifat-Sifat LDPE
Polimer Low Density Poliethilene turunan polietilen termasuk ke dalam polimer
termoplastik. Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut :

- Berat molekul kecil

- Tidak tahan terhadap panas.

- Jika dipanaskan akan melunak.

- Jika didinginkan akan mengeras.

- Mudah untuk diregangkan.

- Fleksibel.

- Titik leleh rendah.

- Dapat dibentuk ulang (daur ulang).

- Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.

- Memiliki struktur molekul linear/bercabang

Plastik LDPE memiliki ciri kuat, agak tembus cahaya, fleksibel danpermukaan
agak berlemak. LDPE mempunyai massa jenis antara 0,91-0,94 gmL-1, separuhnya
berupa kristalin (50- 60%) dan memiliki titik leleh 115℃. Secara fisik LDPE lebih
fleksibel dan kerapatannya lebih kecil dibandingkan HDPE. Perkembangan
selanjutnya, telah diproduksi LDPE yang memiliki bentuk linier dan dinamakan Low
Linear Density Poliethylene (LLDPE)

Material polimer jenis polietilen (LDPE) memiliki kemampuan untuk tidak


bereaksi dengan senyawa lain ketika berada pada temperatur60℃, akan tetapi sangat
rentan saat kondisi di bawah 60℃. Sebagian besar dari polimer ini akan larut dalam
pelarut karbon dan hidrokarbon klorida. Material ini tidak mampu terhadap uap anas
dan apabila terdapat senyawa kimia yang memiliki sifat polar maka material LDPE
akan mengalami stress cracking. Polietilena bermassa jenis rendah (LDPE) bersifat :

- Kenyal

- Tak mudah sobek

10
- Tahan terhadap kelembapan dan bahan kimia, sehingga banyak dipakai untuk
film atau pembungkus, dus, isolator listrik, pelapis kawat dan kabel

2.6 Pembentukan Polimer LDPE


Polimer Low Density Poliethilene merupakan turunan polietilen. Berdasarkan
klasifikasi reaksi polimer, polimer dibagi menjadi polimerisasi adisi dan kondensasi.
Polietile sendiri berasal dari polimerisasi adisi.

Polimerisasi adisi adalah reaksi yang dari monomer yang memiliki ikatan
rangkap. Polimerisasi ini melibatkan reaksi rantai dan dapat berupa radikal bebas atau
beberapa ion yang menghasilkan polimer yang memiliki atom sama seperti monomer
dalam gugus ulangnya. Polimerisasi ini melibatkan reaksi adisi dari monomer yang
memiliki ikatan rangkap. Polimerisasi ini melibatkan inisiator berupa peroksida dan
berlangsung dengan cepat. Tahapan reaksi polimerisasi adisi :

- Inisiasi : merupakan proses pembentukan pusat aktif hasil peruraian suatu


inisiator. Tahap inisiasi meliputi pembentukan senyawa radikal bebas untuk
memulai polimerisasi monomer. Inisiator umumnya berupa senyawa peroksida,
yang dapat menghasilkan radikal bebas melalui dekomposisi termal karena
memiliki ikatan kimia yang relatif lemah. Selain itu, insiator dapat
menggunakan panas, sinar UV, dan sinar gamma (radiasi). Tahap pertama ini
dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul monomer pada salah satu
radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan radikal bebas yang terbentuk
dari inisiator sebagai R’, dan molekul monomer dinyatakan dengan CH2 = CH2,
maka tahap inisiasi dapat digambarkan sebagai berikut:

- Propagasi (Pertumbuhan) : Tahapan dimana pusat aktif bereaksi dengan


monomer secara adisi kontinyu (berlanjut). Tahap propagasi melibatkan reaksi
pertumbuhan rantai polimer akibat penambahan unit monomer secara terus

11
menerus. dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal
monomer yang terbentuk dalam tahap inisiasi. Bila proses dilanjutkan, akan
terbentuk molekul polimer yang besar, dimana ikatan rangkap C= C dalam
monomer etilena akan berubah menjadi ikatan tunggal C – C pada polimer
polietilena.
- Terminasi : Tahapan dimana pusat aktif dinonaktifkan pada tahap akhir.
Penonaktifan ini dapat dilakukan dengan menggandengkan radikal atau
kombinasi dan disporposionasi yang melibatkan transfer suatu atom dari satu
ujung rantai ke ujung rantai lainnya. Terminasi dapat terjadi melalui reaksi
antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal mula-mula yang
terbentuk dari inisiator (R’). Atau antara radikal polimer yang sedang tumbuh
dengan radikal polimer lainnya, sehingga akan membentuk polimer dengan
berat molekul tinggi

2.7 Penggunaan Polimer LDPE


LDPE banyak digunakan untuk :

- Plastik lembaran
- Kantong plastik, dan pembungkus kabel.
- Sebagai pelapis komersial
- Plastik
- Lapisan pelindung sabun
- Beberapa botol yang fleksibel.
- Tempat makanan & plastik kemasan
- Botol-botol yang lembek
- Tutup plastik
- Kantong/tas kresek
- dan plastik tipis lainnya

12
Kelebihan LDPE sebagai material pembungkus adalah harganya yang murah,
proses pembuatan yang mudah, sifatnya yang fleksibel, dan mudah didaur
ulang.Bersifat fleksibel, kuat, sulit dihancurkan. Pada suhu di bawah 600 C sangat
resisten terhadap senyawa kimia

2.8 Pemanfaatan Limbah Plastik LDPE


Biofuel merupakan salah satu bentuk dari energi terbarukan yang ditemukan
oleh manusia. Biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan, ataupun gas yang
dihasilkan dari bahan-bahan organik. Bahan dasar pembuatan biofuel dapat diperoleh
dari lingkungan sekitar. Bahan dasar dapat diambil dari tanaman, limbah industri
ataupun limbah rumah tangga. Salah satu limbah rumah tangga dan industri yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biofuel adalah plastik. Plastik banyak
digunakan dalam rumah tangga dan industri karena sifatnya yang praktis dan serba
guna. Pada dasarnya, plastik diproduksi dari bahan minyak bumi². Plastik adalah suatu
bahan baku yang diperoleh melalui proses sintesis dari berbagai bahan mentah, yaitu
minyak bumi, gas bumi, dan batu bara. Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur
penyusun utamanya adalah karbon dan hidrogen. Jenis-jenis plastik yang banyak
digunakan adalah jenis polypropelina (PP) dan polyethylene therephtyalate
(PET/HDPE). Plastik jenis polypropelina banyak dijumpai dalam produk tas plastik.
Sedangkan polyethylene therephtyalate banyak dijumpai dalam produk gelas dan botol
minum dalam kemasan. PET terbagi atas 2 macam jenis, yaitu Low Density
Polyethylene (LDPE) dan High Density Polyethylene (HDPE)

Penggunaan bahan bakar minyak yang semakin meningkat ini menuntut suatu
pemikiran dan gagasan untuk menggali serta mengembangkan potensi agar dapat
menghasilkan sumber-sumber energi alternatif. Potensi untuk menghasilkan bahan
bakar alternatif ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah mencari bahan bakar
yang lebih ekonomis, ramah lingkungan dan bahan baku yang melimpah. Beberapa
penelitian telah dilakukan dengan memanfaatkan sampah plastik sebagai sebagai bahan
baku untuk diolah menjadi bahan bakar minyak.

Plastik merupakan material yang sangat akrab dalam kehidupan manusia dan
sudah dianggap sebagai bahan pokok kebutuhan rumah tangga ataupun domestik
sehingga keberadaan sampah plastik semakin meningkat. Pengolahan sampah plastik
menjadi bahan bakar minyak merupakan salah satu pengembangan dari ilmu

13
pengetahuan yang memberikan manfaat positif untuk mengatasi masalah lingkungan,
meningkatkan taraf hidup orang banyak, juga menjadi tawaran solusi mencari bahan
bakar alternatif. Konversi yang dihasilkan dari proses ini mencapai 60% bahkan lebih,
tergantung dari bahan plastik yang digunakan dan dengan penambahan zat kimia lain
(Hakim, 2012). Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari
bahan-bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Sampah plastik sangatlah
sulit untuk diuraikan secara alami, untuk menguraikan sampah plastik membutuhkan
kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna.

Pemanfaatan sampah plastik sekarang ini sudah banyak ditemui, baik didaur
ulang kembali ataupun dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya. Salah satu pemanfaatan
sampah plastik yang bisa dilakukan adalah dengan mengolah untuk kepentingan sektor
energi yaitu dengan dimanfaatkan menjadi bahan bakar minyak baik bensin, solar
ataupun minyak tanah. Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Aprian
Ramadhan dan Munawar Ali (2012), konversi sampah plastik menjadi produk cair
berkualitas bahan bakar dapat menunjukkan hasil yang cukup prospektif untuk
dikembangkan. Hal ini bisa dilakukan karena pada dasarnya plastik berasal dari minyak
bumi sehingga tinggal dikembalikan ke bentuk semula. Plastik juga memiliki nilai kalor
cukup tinggi setara dengan bahan bakar fosil seperti bensin dan solar, serta bisa
memberikan solusi terhadap krisis energi bahan bakar fosil yang semakin menipis
akibat dari eksploitasi secara terus menerus dan dapat mengurangi dampak pencemaran
lingkungan (Syafitri, 2001). Proses pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar
meliputi beberapa proses, diantaranya :

1. Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses


pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen kimia lainya dimana
material mentah akan mengalami pemecahan stuktur kimia menjadi fase
gas. Teknik seperti ini mampu menghasilkan gas pembakaran yang berguna
dan aman bagi lingkungan Proses pirolisis ini akan memecah hidrokarbon
rantai karbon panjang dari polimer plastik menjadi rantai hidrokarbon
berantai pendek, selanjutnya molekul-molekul ini didinginkan menjadi fase
cair.
2. Distilasi adalah pemisahan campuran dalam suatu larutan berdasarkan
perbedaan titik didih.

14
Perengkahan (cracking) sampah plastik dengan proses pirolisis adalah
mengkonversi sampah plastik menjadi bahan petrokimia dasar yang dapat digunakan
sebagai bahan baku hidrokarbon atau bahan bakar. Perengkahan (cranking) dibagi
menjadi 3 :

- Hidro Cracking : Proses cracking dengan mereaksikan plastik dengan


hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk
pada temperatur antara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa.
Dalam proses hydrocracking ini dibantu dengan katalis.
- Thermal Cracking : Termasuk proses pyrolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya
dilakukan pada temperatur antara 350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini
akan dihasilkan arang, minyak dari kondensasi gas seperti parafin,
isoparafin, olefin, naphthene dan aromatik, serta gas yang memang tidak
bisa terkondensasi.
- Catalytic Cracking : Menggunakan katalis untuk melakukan reaksi
perekahan. Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan
waktu reaksi, untuk melakukan reaksi perekahan. Peran katalis sangat
besar dalam pembuatan biodiesel, karena reaksi cenderung berjalan
lambat. Katalis berfungsi menurunkan energi aktifasi reaksi sehingga
reaksi dapat berlangsung lebih cepat.

Bahan bakar yang dihasilkan harus diketahui kualitasnya, yaitu perlu dilakukan
pengujian lanjutan dalam menentukan sifat fisik ataupun kimianya diantarnya adalah
densitas, specific gravity, viskositas, titik nyala, titik tuang, angka cetana, angka oktan,
kadar abu, kadar air dan lain lain. Pengujian sifat fisik dan kimia ini mengacu pada
pengujian yang dikeluarkan oleh Direktoral Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang sesuai
dengan standar Indonesia. Di Indonesia sendiri terdapat berbagai jenis bahan bakar
minyak diantaranya, bensin, minyak tanah, solar, dan pertamax dengan karakteristiknya
masing-masing. Pirolisis sampah plastik sebagai salah satu solusi yang menguntungkan
dan lebih ramah lingkungan, dibandingkan dengan melakukan proses pembakaran
sampah plastik yang tentunya sangat berdampak negatif bagi kesehatan dan
mengakibatkan pencemaran lingkungan selain itu proses ini juga dianggap sebagai
suatu solusi yang lebih ekonomis. Disamping itu perlu adanya penelitian untuk
mengetahui jumlah konversi, kandungan kimia hasil konversi, sifat fisik dan kimia dari
15
konversi yang dihasilkan. Pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar cair ini
merupakan salah satu solusi, terdapat beberapa solusi lain yang dapat dikembangkan
dalam penerapan pada sektor energi. Oleh karena itu pengembangan ilmu pengetahuan
sangatlah penting. Rodiansono dkk., (2007) melakukan perengkahan sampah plastik
jenis polipropilena dari kemasan air mineral dalam reaktor pirolisis terbuat dari
stainless steel, dilakukan pada temperatur 4750C dengan dialiri gas nitrogen (100
ml/menit). Sebagai contoh, proses pirolisis plastik jenis polietilen ditunjukkan pada
gambar 1 skema reaksi di bawah ini:

Penggunaan distilasi merupakan salah satu cara untuk memisahkan campuran


dalam suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Fungsi dari distilasi adalah untuk
memisahkan larutan yang saling campur homogen dengan jalan menguapkan salah satu
komponennya yang mudah menguap sehingga menjadi komponen yang mudah
terpisah. Keuntungan dari distilasi adalah tidak memerlukan komponen tambahan.
Biasanya setelah melakukan proses ekstraksi, maka untuk mengisolasi ekstrak dari
larutannya digunakan proses distilasi. Distilasi yang dilakukan adalah distilasi
sederhana, dimana seluruh cairan ekstraksi dimasukkan kedalam labu distilasi dan
dipanaskan sehingga terjadi proses kondensasi yaitu fasa uap berubah menjadi fasa cair.

2.9 Kumpulan Jurnal Pemanfaatan Limbah Plastik LDPE


1. Jurnal PEMBUATAN BIOFUEL DENGAN PROSES PIROLISIS BERBAHAN
BAKU PLASTIK LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE) PADA SUHU 250 °C
DAN 300 °C. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu
pembakaran terhadap proses pirolisis berdasarkan bahan plastik Low Density
Polythylene (LPDE) untuk menghasilkan biofuel. Tahapan eraly penelitian dimulai
dengan proses pirolisis plastik LDPE yang datang dari botol dan limbah logo gelas
dengan suhu reaktor 250 ºC dan 300 ºC. Karakteristik dari proses pirolisis
menggunakan uji viskositas, uji kepadatan, uji nilai kalori, dan titik nyala uji. Dari

16
hasil pengujian, hasil pengujian semakin tinggi suhu dalam reaktor pirolisis, yaitu
produksi minyak biofuel dari pirolisis lebih banyak dan memiliki kualitas yang
lebih baik. Hasil dari Percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu reaktor
pirolisis, semakin besar hasil dan kualitas yang lebih baik. Hasil pirolisis adalah
minyak mentah dengan masing-masing berat 240 ml pada 250 ºC suhu reaktor dan
260 ml pada suhu reaktor 300 ºC. Tes viskositas menunjukkan menghasilkan 3,128
mm² / s pada suhu reaktor 250 ºC dan 2,698 mm² / s pada reaktor 300 ºC suhu.
Kepadatan pada suhu reaktor 250 ºC adalah 0,9984 dan 0,9085 pada 300 ºC suhu
reaktor. Uji nilai kalori pada suhu reaktor 250 ºC menunjukkan hasilnya 9084.101
kal / g pada tes pertama dan 8765.253 kal / g pada tes kedua. Sedangkan tes nilai
kalori pada suhu reaktor 300 ºC adalah 9588.312 kal / g pada tes pertama dan
9507.779 pada tes kedua uji. Hasil pengujian titik nyala minyak mentah pada 250
ºC dan 300 ºC menunjukkan suhu yang sama hasil pada 28,5 ºC. Dari hasil uji
karakteristik dapat disimpulkan bahwa minyak mentah dari Proses pirolisis telah
mendekati karakteristik minyak tanah dan masuk ke dalam kategori bahan bakar.

2. Jurnal KARAKTERISTIK MINYAK DAN GAS HASIL PROSES DEKOMPOSISI


TERMAL PLASTIK JENIS LOW DENSITY POLYETHYLENE (LDPE). Untuk
mengetahui karakteristik minyak dan gas hasil proses dekomposisi termal
(pirolisis) sampah plastik jenis low density polyethylene (LDPE) dengan berbagai
variabel laju kenaikan suhu selama proses pirolisis terjadi. Minyak dan gas yang
terbentuk ditampung dalam wadah penampung dan diukur rendemennya.
Karakteristik gas yang dihasilkan kemudian diuji di laboratorium menggunakan
peralatan GC-MS dan peralatan uji sifat fisik khusus untuk minyak hasil pirolisis.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa semakin tinggi laju kenaikan suhu,
minyak yang diahsilkan semakin banyak dan gas semakin sedikit. Rendemen
minyak terbesar sebesar 35,83 % dihasilkan pada proses pirolisis dengan laju
kenaikan suhu 6C/menit, dimana pada saat itu, nilai rendemen gas adalah paling
kecil, sebesar 5,83 %. Sementara hasil identifikasi gas, yang paling dominan adalah
gas jenis butena, dimana kadarnya semakin kecil seiring dengan laju kenaikan
suhu. Kandungan gas butena terbesar sebesar 98% pada laju kenaikan suhu
2C/menit. Sementara berdasarkan uji sifat fisik, karakteristik minyak plastik

17
mendekati sifat-sifat bahan bakar minyak, terutama kerosen., sehingga cukup layak
apabila dijadikan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM.

3. Jurnal ANALISIS KARAKTERISTIK PIROLISIS LIMBAH PLASTIK LOW


DENSITY POLYETYLENE (LDPE) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF.

Memanfaatkan kantong plastik limbah Low-Density Polyethylene (LDPE) untuk


dikonversi menjadi bahan bakar minyak oleh proses pirolisis. Mulai dari desain
dan pembuatan perangkat pirolisis, proses pirolisis untuk mengekstraksi bahan
bakar minyak, dan pengujian laboratorium densitas minyak, viskositas minyak, dan
nilai kalor minyak. Pirolisis dilakukan tiga kali dengan suhu pemanasan bervariasi
pada 200 ° C, 250 ° C, dan 300 ° C. Penelitian ini menyimpulkan itu minyak
pirolisis limbah kantong plastik LDPE yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
alternatif dalam penelitian ini dapat dinyalakan melalui percikan pada suhu
pemanasan 250 ° C dengan viskositas 1,95 cP, nilai kalor 10826.388 kal / gr, dan
densitas minyak 0,7044 gr / ml

4. Jurnal BERBAGAI METODE KONVERSI SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN


BAKAR MINYAK. Salah satu alternatif penanganan limbah plastik yang saat ini
banyak diteliti dan dikembangkan adalah mengubah sampah plastik menjadi bahan
bakar. Mengubah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak bisa dilakukan
dengan proses cracking. Ada tiga macam proses yaitu perengkahan hidro,
perengkahan termal dan perengkahan katalitik. Minyak bakar diproduksi dari
peretakan limbah plastik tergantung pada jenis plastik, proses perengkahan yang
digunakan, katalis jenis, suhu pirolisis dan suhu kondensor.

18
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekul molekul
kecil yang saling berikatan.
2. Klasifikasi polimer berdasar sumbernya : polimer alami dan polimer sintesis ;
berdasar bentuk susunan rantainya : polimer linier, cabang dan berikatan silang,
berdasar reaksi polimerisasi : polimerisasi adisi, polimerisasi kondensasi ; berdasar
jenis monomer : homopolimer dan kopolimer ; berdasar sifat termal : polimer
termoplastik dan termoset ; berdasar aplikasi penggunaan : polimer komersial, teknik
dan polimer khusus
3. Plastik LDPE memiliki sifat fisik dan kimia
4. Pembentukan polimer LDPE melalui reaksi polimerisasi adisi
5. Penggunaan plastik LDPE banyak digunakan dalam bentuk tempat makanan,
sebagai plastik kemasan
6. Salah satu pemanfaatan sampah plastik adalah dengan mengolah menjadi bahan
bakar minyak baik bensin, solar ataupun minyak tanah.
7. Cara pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar minyak disajikan dalam
kumpulan beberapa jurnal terkait.

19
DAFTAR PUSTAKA
Azzahra, N., Zuriadi, M., Yuliana, Suhendri, & Meliagustin, A. (2013). MAKALAH TEKNOLOGI POLIMER
"Pendahuluan Polimer". Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau.

Budi Surono, U. (2013). BERBAGAI METODE KONVERSI SAMPAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR
MINYAK. Jurnal Teknik .

Pani, S., Sukarja, H., & Sigit P, Y. (2017). PEMBUATAN BIOFUEL DENGAN PROSES PIROLISIS
BERBAHAN BAKU PLASTIK LOW DENSITY POLIETHILENE (LDPE) PADA SUHU 250 C DAN 300 C.
ENGINE, 32-38.

Puspita Liestiono, R., Sigit Cahyono, M., Widyawidura, W., Prasetya, A., & Syamsiro, M. (2017).
KARAKTERISTIK MINYAK DAN GAS HASIL PROSES DEKOMPOSISI THERMAL PLASTIK JENIS
LOW DENSITY POLIETHILENE (LDPE). Jurnal OFFSHORE, 1-9.

Wiranata, A. (2020, April Senin). Document. Diambil kembali dari www.scribd.com:


https://www.scribd.com/doc/211542256/Makalah-Polimer-Kelompok-12-Fix

Wisnujati, A., & Yudhanto, F. (2020). Analisis Karakteristik Pirolisis Limbah Plastik Low Density
Poliethilene (LDPE) Sebagai Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Teknik Mesin.

20

Anda mungkin juga menyukai