Anda di halaman 1dari 3

2.

1 Proses Polimerisasi
Proses polimerisasi adalah proses penggabungan monomer-monomer menjadi suatu
ikatan untuk menghasilkan sebuah makromolekul atau polimer (Mustafa, 2012).
1. Polimerisasi Adisi
Polimerisasi adisi adalah polimerisasi yang melibatkan reaksi rantai dan disebabkan
oleh radikal bebas (partikel reaktif yang mengandung elektron tidak berpasangan) atau ion.
Polimer yang dihasilkan dari polimerisasi adisi adalah turunan etena berbentuk CH2=CHX
atau CH2=CHY, yang disebut monomer vynil.
Polimerisasi ini berlangsung sangat cepat, namun reaksi keseluruhannya memakan
waktu lama. Hal tersebut dikarenakan reaksi rantai berlangsung dalam satu deret reaksi cepat
yang diselingi waktu yang cukup panjang yang diistilahkan sebagai gejolak.
a. Polimerisasi radikal bebas
Proses polimerisasi radikal bebas memerlukan inisiator, yaitu sesuatu zat yang dapat
membentuk radikal bebas karena pemanasan atau karena efek fotolisis yang mengionisasi
pembentukan monomer-monomer menjadi radikal bebas.
b. Polimerisasi kationik
Polimerisasi kationik adalah polimerisasi adisi menurut proses reaksi berantai secara
kationik. Proses polimerisasi kationik membutuhkan katalisator. Monomer yang baik dipakai
dalam polimerisasi kationik adalah monomer yang mempunyai ikatan rangkap dan memiliki
banyak elektron. Jadi katalisator berfungsi sebagai aseptor elektron sedangkan monomer
berfungsi sebagai donor elektron. Berbeda dengan polimerisasi radikal bebas yang umumnya
berlangsung pada suhu tinggi, polimerisasi kation paling baik berlangsung pada suhu rendah.
Misalnya, polimerisasi 2-methyl propena (isobutilena) berlangsung cepat pada suhu -1000C
dengan adanya katalis AlCl3 atau BF3. Polimerisasi kation sering terjadi pada monomer yang
mengandung gugus pelepasan elektron.
c. Polimerisasi anionik
Polimerisasi anionik adalah polimerisasi yang serupa dengan polimerisasi kationik,
bedanya pada polimerisasi anionic proses terminasi terjadi lebih kompleks yaitu terminasi
diantaranya melalui disproporsinasi atau perpasangan (coupling). Disamping itu beberapa
sistem anionik tidak dapat ter-terminasi bila di dalamnya terdapat pengotor.
d. Polimerisasi koordinasi kompleks (polimerisasi katalis Ziegler Natta)
Polimerisasi koordinasi kompleks sering disebut juga sebagai katalis Ziegler-Natta.
Katalis Zigler-Natta umumnya adalah kombinasi senyawa logam transisi (logam peralihan)
dari golongan IV sampai dengan VII dengan suatu senyawa organik metalik dari logam
golongan I sampai III.
C2H4
ethylene

Polimerisasi
Ziegler-Natta
Katalisis
metallocene

polyethylene

2.`Polimerisasi Kondensasi
Polimerisasi kondensasi adalah polimerisasi bertingkat (step reaction). Perbedaan
mekanisme reaksi polimerisasi kondensasi dengan polimerisasi adisi menurut F. W. Billmeyer
pada tahun 1984 dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.1 Perbedaan antara Mekanisme Polimerisasi Kondensasi dan Polimerisasi Adisi
Polimerisasi Kondensasi

Polimerisasi Adisi

Reaksi terjadi dengan adanya dua - Reaksinya memanjang dengan adanya

jenis molekul
Monomer dapat dihilangkan lebih

awal dalam reaksi


Berat molekul plimer

pada saat polimer terjadi perubahan

secara perlahan
Lama waktu reaksi sangat penting
yang tinggi
Beberapa

yield tinggi, namun berat molekul

pengulangan unit monomer setiap


saat
- Konsentrasi

monomer

menurun

terjadi

perlahan sesuai dengan reaksi steady


dengan adanya reaksi steady state - Polimer tinggi terbentuk sekali yaitu
berat molekul sudah tinggi
untuk mencapai berat molekul - Lama waktu reaksi menyebabkan

didistribusikan

molekul

akan

menjadi kecil
- Reaksi pencampuran hanya berisi
monomer tinggi

3. Polimerisasi dengan Pembukaan cincin


Senyawa siklik dapat berpolimerisasi dengan mekanisme pembukaan cincin. Senyawa
siklik tersebut adalah senyawa siklik amida, ester, eter dan sebagainya. Polimerisasi ini dapat
terjadi secara polimerisasi leleh atau seacra polimerisasi ionik. Polimerisasi leleh
memerlukan katalisator H2O sedangkan polimerisasi pembukaan cincin secara anionik lebih
efektif.
4. Polimerisasi Radiasi
Polimerisasi radiasi terjadi berdasarkan mekanisme reaksi berantai antar produk
radiasi terhadap monomer, yaitu umumnya senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Proses inisiasi
radiasi merupakan proses sekunder dari kimia radiasi yang menghasilkan radikal-radikal
bebas yang akan menjadi inisiator proses polimerisasi ini. Proses polimerisasi radiasi tidak
memerlukan katalisator untuk inisiasi polimerisasi, sehingga dapat diperoleh polimer yang
murni atau bebas katalisator. Meskipun tidak menggunakan katalisator, untuk meningkatkan
kepekaan suatu monomer terdapat efek radiasi yang dapat ditambahkan ke dalam monomer
yang diradiasi dengan suatu reaksi pemeka (sensitizing agent) yang disebut telogen.
Polimerisasi dengan telogen disebut telomerisasi radiasi.

2.2 Karakteristik Polimer


Setiap polimer memiliki karakteristik tersendiri yang menggambarkan sifat fisik dan
kimianya. Karakteristik ini misalnya kristalinitas, daya tahan terhadap panas, percabangan,
dan taksisitas. Berbagai teknik telah dikenali untuk mengenali sifat-sifat dari polimer. Angle
X-ray scattering digunakan untuk mengenali struktur kristal polimer. Gel permeation
chromatography digunakan untuk mengetahui berat molekul rata-rata jumlah polimer (Mn),
berat molekul rata-rata berat polimer (Mw), dan polidisperty polimer. FTIR dan NMR
digunakan untuk mengetahui komposisi polimer. Calorymetric dan dinamic mechanical
analysis digunakan untuk mengetahui titik leleh polimer. Pyrolisis digunakan untuk
mengetahui struktur polimer.
a. Crystalinity (kristalinitas)
Struktur polimer yang tidak tersusun secara teratur umumnya memiliki warna
transparan. Karakteristik ini membuat polimer dapat digunakan untuk berbagai aplikasi
seperti pembungkus makanan, kontak lensa dan sebagainya. Kristalinitas menggambarkan
susunan dari molekul polimer. Semakin tinggi derajat kristalinasi suatu polimer maka cahaya
yang dapat melewati polimer tersebut akan semakin sedikit, begitu pula sebaliknya.
b. Thermosetting dan thermoplastic (sifat terhadap panas)
Polimer memiliki perbedaan dalam ketahanannya terhadap panas. Polimer yang lunak
bila dipanaskan disebut polimer termoplastik sedangkan polimer yang tidak dapat melunak
bila dipanaskan disebut polimer termoset. Polimer termoplastik dapat dibentuk ulang karena
polimer ini terdiri atas molekul rantai lurus atau bercabang dengan gaya tarik yang lemah.
Contohnya polyethylene, PVC, dan polyproplene. Sedangkan polimer termoset tidak dapat
dibentuk ulang karena polimer ini terdiri atas ikatan silang antar rantai. Sifat tahan terhadap
panas ini akan mempengaruhi penggunaan polimer seperti insulasi listrik atau insulasi panas.
c. Branching (percabangan)
Pada pembentukan polimer dapat terjadi percabangan. Density polimer akan semakin
kecil apabila cabang pada rantai polimer semakin banyak. Semakin banyak cabang, gaya
ikatan intermolekulnya semakin lemah sehingga polimer akan semakin mudah meleleh.
d. Tacicity (taksisitas)
Taksisitas adalah susunan isomerik fungsional dari rantai karbon. Ada tiga macam
taksisitas yaitu isotaktik, ataktik, dan sindiotaktik. Isotaktik memiliki gugus subtituen yang
terletak pada satu sisi yang sama. Ataktik memiliki gugus substituen yang terletak pada sisi
yang acak. Sindiotaktik memiliki gugus substituen yang terletak pada kedua sisi.

Anda mungkin juga menyukai