Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI

ANALISIS SIKLOHEKSANA

Disusun Oleh:

1. Ferry Faila Shufa (4311415058)

2. Bunnari (4311415061)

3. Nika Lutfiana (4311415064)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
A. TUJUAN
Menentukan konformasi yang paling stabil dari sikloheksana dengan menggunakan
perhitungan medan gaya AMBER, Semi Empirik RM1 (Recife Model 1), Ab Initio HF
dan DFT (Density Functional Theory).

B. LATAR BELAKANG

Sikloheksana mengadopsi, bentuk tiga dimensi strain-free yang disebut


konformasi kursi karena kesamaannya dengan kursi . Konformasi kursi sikloheksana
memiliki baik sudut regangan maupun sudut torsi yang dimana sudut ikatan pada C-C-
C adalah sebesar 109,5 °, dan semua ikatan C-H disekitarnya adalah staggered. Selain
konformasi kursi, juga terdapat konformasi alternatif pada sikloheksana yang disebut
konformasi perahu terpilin. Bagaimanapun konformasi ini memiliki steric strain dan
torsional strain sekitar 23 kJ / mol (5,5 kkal / mol) yang dimana energinya lebih tinggi
dengan konformasi kursi. Akibatnya, molekul yang memiliki konformasi perahu terpilin
hanya ada dalam keadaan khusus. (McMurry, 2012).

Bentuk kursi dari sikloheksana memiliki energi adalah 30 kJ / mol lebih stabil
daripada bentuk perahu. Konformasi perahu destabilized oleh torsional strain karena
hidrogen pada empat atom karbon pada "plane" adalah eclipsed. Selain itu, terdapat
steric strain dari dua hidrogen di kedua ujung pada konformasi perahu yang disebut
flagpole hydrogens yang memaksa berdekata satu sama lain (Smith, 2010).
Dalam penentuaan konformasi sikloheksana dapat digunakan metode ab initio
molecular dynamics (AIMD). Accelerated AIMD sangat efisien dan metode yang baik
dalam sampling untuk konformasi ruang . Adapun hasil simulasi yang didapat adalah
sebagai berikut (Bucher, dkk., 2011).

C. ALAT
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah seperangkat komputer dengan
aplikasi hyperchem.
D. METODE
a. Menggambar sikloheksana bentuk kursi
1. Atur Default Element pada karbon dan masuk pada modeDraw.
2. Atur level pemilihan pada tingkatAtoms.
3. PilihLabels pada menuDisplay dan label atom dengan nomor.
4. Yakinkan bahwa Explicit Hydrogen dalam keadaan tidak aktif pada menu
Build.
5. Gambarkan dengan strutkur 2D dengan mengklik dan menggeser.
6. Pilih Add H & Model Build pada menu Build.
7. Matikan fungsi Show Hydrogens pada menu Display.
8. Putar dan pindahkan struktur sampai kelihatan seperti gambar berikut :

Model Builder akan menggambarkan bentuk kursi dari sikloheksana sesuai


dengan struktur default. Struktur ini tidak teroptimasi, tetapi mengandung
besaran yang standar untuk panjang ikatan, sudut dan sudut torsi. Cetak struktur
dan lampirkan pada lembar laporan.
b. Mengukur sifat struktur dari sikloheksana bentuk kursi
1. Masuk pada mode Selection
2. Atur level pemilihan pada Atoms dan hidupkan fungsi Multiple Selection.
3. Pilih beberapa ikatan, sudut dan sudut torsi untuk mempelajari geometri dari
struktur. Catat nilainya pada lembar laporan.
4. R-klik pada daerah kosong pada ruang kerja untuk meyakinkan tidak ada atom
yang dipilih.
c. Optimasi struktur
 Metode Mekanika Molekuler
1. Pilihlah Molecular Mechanics pada menu Setup. Jika kotak dialog muncul,
pilihlah AMBER.
2. Pilih Geometry Optimization pada menu Compute.
3. L-clik pada OK untuk menutup kotak dialog dan memulai perhitungan.
Perhitungan dimulai dan informasi tentang jalannya program akan muncul
di baris status. Setelah beberapa menit, program akan selesai. Catat energi
dari struktur teroptimasi serta sifat struktur seperti panjang ikatan, sudut dan
sudut torsi setelah optimasi pada lembar laporan.
 Metode Semi Empirik
1. Pilih Semi Empirical Method pada menu Setup.
2. Pilih RM1 lalu L-klik OK.
3. Pilih Geometry Optimization pada menu Compute.
4. L-clik pada OK untuk menutup kotak dialog dan memulai perhitungan. Catat
energi dari struktur teroptimasi serta sifat struktur seperti panjang ikatan,
sudut dan sudut torsi setelah optimasi pada lembar laporan.
 Metode Ab Initio
1. Pilih Ab Initio Method pada menu Setup.
2. Pilih Other lalu L-klik menu Assign Other Basis Set pilih 6-31 G.
3. Pilih Geometry Optimization pada menu Compute.
4. L-clik pada OK untuk menutup kotak dialog dan memulai perhitungan. Catat
energi dari struktur teroptimasi serta sifat struktur seperti panjang ikatan,
sudut dan sudut torsi setelah optimasi pada lembar laporan.
 Metode DFT (Density Functional Theory)
1. Pilih Density Functional Theory Method pada menu Setup.
2. Pilih Other lalu L-klik menu Assign Other Basis Set pilih 6-31 G.
3. L-klik Exchange Correlation Potential lalu pilih B3-LYP.
4. Pilih Geometry Optimization pada menu Compute.
5. L-clik pada OK untuk menutup kotak dialog dan memulai perhitungan. Catat
energi dari struktur teroptimasi serta sifat struktur seperti panjang ikatan,
sudut dan sudut torsi setelah optimasi pada lembar laporan.
d. Mengubah sikloheksana bentuk kursi menjadi perahu
1. Hidupkan fungsi Multiple Selections.
2. Jika kamu tidak berada pada mode pilihan, L-clik pada menu Selection.
3. Klik ganda pada menu Selection untuk kembali pada struktur Model Build.
4. L-clik pada ikatan 1-2 dan 4-5 untuk memilih bidang refleksi.
5. Pilih Name Selection pada menu Select.
6. Pilih PLANE, dan kemudian pilih OK.
Untuk mencerminkan separuh dari molekul lakukan langkah berikut:

1. Jika perlu, pilih Show Hydrogen dan gunakan menu Zoom untuk mendapatkan
skala molekul yang jelas.
2. LR-drag pada satu sisi yang memungkinkan untuk melakukan pemilihan semua
atom termasuk hidrogen.
3. Pilih Reflect pada menu Edit Atom yang dipilih dicerminkan pada PLANE,
menghasilkan transformasi perahu dari sikloheksana. Struktur akan terlihat
sebagai berikut :

4. R-klik pada daerah kosong pada ruang kerja untuk menghilangkan fungsi pilihan
atom.
e. Mengukur hidrogen aksial
1. L-klik pada dua atom hidrogen tersebut.
2. Catat jarak antar dua atom tersebut dan masukkan dalam lembar laporan.
f. Mengukur sifat struktur dari sikloheksana bentuk perahu
1. Masuk pada mode Selection
2. Atur level pemilihan pada Atoms dan hidupkan fungsi Multiple Selection.
3. Pilih beberapa ikatan, sudut dan sudut torsi untuk mempelajari geometri dari
struktur. Catat nilainya pada lembar laporan.
4. R-klik pada daerah kosong pada ruang kerja untuk meyakinkan tidak ada atom
yang dipilih.
g. Optimasi sikloheksana bentuk perahu
Perhitungan optimasi sikloeksana bentuk perahu dilakukan sama seperti pada
sikloheksana bentuk kursi yakni dengan menggunakan empat metode diantaranya
metode mekanika molekuler, metode semi empirik, metode Ab Initio dan metode
DFT (Density Functional Theory). Setelah optimasi selesai catat sifat struktur,
hidrogen aksial dan energi dari sikloheksana bentuk perahu teroptimasi.
h. Membuat Sikloheksana Bentuk Perahu Twist (Terpilin)
1. R-clik pada daerah kosong dari bidang kerja untuk menghilangkang fungsi
pilihan.
2. Matikan fungsi Show Hydrogens.
3. Pilih sudut torsi 4-atom karbon dengan memilih ikatan 6-1, 1-2, dan 2-3. Kita
harus memilih atom karbon dengan urutan tersebut sehingga akan didapatkan
batasan ikatan torsi yang benar.
4. Pilih batasan Bond Torsion pada menu Build, dan atur batasan pada 30 derajat,
dan kemudian pilih OK.
5. Batalkan pilihan atas torsi dengan klik-kanan pada daerah kosong.
6. L-klik Build-Add H and Model Build atau klik-kiri dua kali Selection tool
untuk memperoleh tampilan seperti berikut:

i. Mengukur sifat struktur dari sikloheksana bentuk perahu terpilin


1. Masuk pada mode Selection
2. Atur level pemilihan pada Atoms dan hidupkan fungsi Multiple Selection.
3. Pilih beberapa ikatan, sudut dan sudut torsi untuk mempelajari geometri dari
struktur. Catat nilainya pada lembar laporan.
4. R-klik pada daerah kosong pada ruang kerja untuk meyakinkan tidak ada atom
yang dipilih.
j. Optimasi sikloheksana bentuk perahu terpilin
Perhitungan optimasi sikloeksana bentuk perahu terpilin dilakukan sama
seperti pada sikloheksana bentuk kursi yakni dengan menggunakan empat metode
diantaranya metode mekanika molekuler, metode semi empirik, metode Ab Initio
dan metode DFT (Density Functional Theory). Setelah optimasi selesai catat sifat
struktur, dan energi dari sikloheksana bentuk perahu terpilin teroptimasi.
E. HASIL
1. Metode Mekanika Molekuler
No. Konformasi Jarak CC (Å) Sudut CCC Sudut torsi Energi
( o) CCCC ( o ) (kkal/mol)
1. Kursi 1,54 109,471 60 6.342032
2. Kursi Teroptimasi 1,53589 111,259 55,3267 5,701885
3. Perahu 1,54 109,471 60 65,424178
4. Perahu Teroptimasi 1,53553 111,171 55,3943 5,702831
5. Perahu Terpilin 1,5409 109,625 30,6852 15,678907
6. Perahu Terpilin 1,54142 113,82 27,7047 12,292636
Teroptimasi

2. Metode Semi Empirik

No. Konformasi Jarak CC Sudut CCC Sudut torsi Energi


(Å) ( o) CCCC ( o ) (kkal/mol)
1. Kursi 1,54 109,471 60 -1681,4320
2. Kursi Teroptimasi 1,52389 110,305 57,9017 -1681,4320
3. Perahu 1,53998 109,471 60,0005 -1657,8589
4. Perahu Teroptimasi 1,52383 110,326 57,8809 -1657,8739
5. Perahu Terpilin 1,5409 109,625 30,6852 -1657,8628
6. Perahu Terpilin 1,52826 111,997 29,1865 -1677,6345
Teroptimasi

3. Metode Ab Initio
No. Konformasi Jarak CC Sudut CCC Sudut torsi Energi
(Å) ( o) CCCC ( o ) (kkal/mol)
1. Kursi 1,54 109,471 60 -146904,902914
2. Kursi Teroptimasi 1,53489 111,387 54,9791 -146906,896741
3. Perahu 1,53487 111,387 54,9756 -146472,005748
4. Perahu Teroptimasi 1,53518 111,415 55,0189 -146906,896523
5. Perahu Terpilin 1,52826 111,997 29,1865 -146896,694030
6. Perahu Terpilin 1,54593 112,279 29,0144 -146900,421671
Teroptimasi

4. Metode DFT
No. Konformasi Jarak CC Sudut CCC Sudut torsi Energi
(Å) ( o) CCCC ( o ) (kkal/mol)
1. Kursi 1,54 109,471 60 -147868,6887
2. Kursi Teroptimasi 1,54374 111,402 54,8476 -147870,9079
3. Perahu 1,54 109,471 60 -147478,5582
4. Perahu Teroptimasi 1,54265 111,429 54,8697 -147870,9113
5. Perahu Terpilin 1,54115 109,632 30,0188 -147861,5647
6. Perahu Terpilin 1,55281 112,148 28,6676 -147864,7384
Teroptimasi
F. ANALISIS DATA
1. Perhitungan selisih Haksial
 Metode Mekanika Molekuler
Jarak H-H awal: 2,48875 Å
Jarak H-H setelah optimasi: 2,45085 Å
Selisih : 0,0379
 Metode Semi Empirik
Jarak H-H awal: 2,48875 Å
Jarak H-H setelah optimasi: 2,51214 Å
Selisih: 0,02339
 Metode Ab Initio
Jarak H-H awal: 2,46616 Å
Jarak H-H setelah optimasi: 2,46794 Å
Selisih: 0,00178
 Metode DFT
Jarak H-H awal: 2,48876 Å
Jarak H-H setelah optimasi: 2,48717 Å
Selisih: 0,00159
2. Perhitungan energi mutlak

G. PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini bertujuan untuk menentukan konformasi yang paling
stabil dari sikloheksana dengan menggunakan perhitungan medan gaya AMBER, Semi
Empirik RM1, Ab Initio HF 6-31G dan DFT 6-31G. Pada percobaan ini perhitungan
yang dilakukan adalah perhitungan energi single point dan energi geometry
optimizastion. Dalam perhitungan ini, masing-masing energi yang dihitung akan
menghasilkan hasil yang berbeda seperti jarak ikatan, sudut dihedral, dan sudut torsi
yang dihasilkan. Dalam perhitungan energi single point hanya dilakukan perhitungan
dari struktur yang semula tanpa dilakukan optimasi. Sedangkan untuk perhitungan
energi geometry optimizastion dilakukan perhitungan secara iteratif yang dimana
perhitungan ini sesuai dengan struktur yang paling stabil. Dalam percobaan ini yaitu
pada perhitungan energi geometry optimizastion digunakan root mean square (RMS)
sebesar 0.1 kcal/(Ǻmol). Nilai root mean square (RMS) menyatakan fungsi variasi
berkelanjutan dalam hal integral kuadrat dari nilai seketika selama siklus perhitungan.
Semakin rendah nilai root mean square (RMS) ini semakin baik hasil perhitungan yang
dihasilkan.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dihasilkan nilai jarak ikatan, sudut
dihedral, dan sudut torsi dari masing-masing konformasi sikloheksana pada perhitungan
energi single point dan energi geometry optimizastion. Perbedaan hasil ini membuktikan
bahwa setiap konformasi sikloheksana memiliki keadaan yang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari semua metode dapat diketahui bentuk konformasi
paling stabil dari struktur sikloheksana, yaitu konformasi kursi yang dipengaruhi oleh
sudut CCC yang terbentuk pada konformasi tersebut. Sudut tersebut adalah 109.471o
yang termasuk sudut normal dimana posisi atom-atom hidrogennya dalam keadaan
staggered terhadap hidrogen tetangganya dengan sempurna. Energi yang dibutuhkan
pada konformasi juga tak begitu besar yaitu pada metode mekanika molekuler amber
energi sebelum optimasi adalah sebesar 6.342032 kkal/mol dan setelah optimasi adala
sebesar 5.701885 kkal/mol. Untuk metode semi emipirik RM1 nilai energi sebelum
optimasi adalah sebesar -1681.4320 kkal/mol dan setelah optimasi sebesar -1681.4320
kkal/mol. Untuk metode Ab Initio HF 6-31G nilai energi sebelum optimasi sebesar -
146904.902914 kkal/mol dan setelah optimasi nilai energinya sebesar -146906.896741
kkal/mol. Pada metode terakhir yakni metode DFT nilai energi sebelum optimasi -
147868.6887 kkal/mol dan setelah optimasi sebesar -147870.9079 kkal/mol.
Sedangkan pada konformasi perahu, energi yang dibutuhkan untuk
pembentukannya cukup besar yaitu pada metode mekanika molekuler amber energi
sebelum optimasi adalah sebesar 65.424178 kkal/mol dan setelah optimasi adala sebesar
5.702831 kkal/mol. Untuk metode semi emipirik RM1 nilai energi sebelum optimasi adalah
sebesar -1657.8589 kkal/mol dan setelah optimasi sebesar -1657.8739 kkal/mol. Untuk
metode Ab Initio HF 6-31G nilai energi sebelum optimasi sebesar -146472.005748
kkal/mol dan setelah optimasi nilai energinya sebesar -146906.896523 kkal/mol. Pada
metode terakhir yakni metode DFT nilai energi sebelum optimasi -147478.5582
kkal/mol dan setelah optimasi sebesar -147870.9113 kkal/mol.
Pada perahu terpilin energi sebelum optimasi dan sesudah optimasi juga
mempunyai perbedaan. Dengan menggunakan metode mekanika molekuler amber energi
sebelum optimasi adalah sebesar 15.678907 kkal/mol dan setelah optimasi adala sebesar
12.292636 kkal/mol. Untuk metode semi emipirik RM1 nilai energi sebelum optimasi
adalah sebesar -1657.8628 kkal/mol dan setelah optimasi sebesar -1677.6345 kkal/mol.
Untuk metode Ab Initio HF 6-31G nilai energi sebelum optimasi sebesar -
146896.694030 kkal/mol dan setelah optimasi nilai energinya sebesar -146900.421671
kkal/mol. Pada metode terakhir yakni metode DFT nilai energi sebelum optimasi -
147861.5647 kkal/mol dan setelah optimasi sebesar -147864.7384 kkal/mol.
Ketidakstabilan sikloheksana bentuk perahu dan perahu terpilin disebabkan molekul di
dalamnya mengalami tegangan sehingga keadaannya tidak terlalu stabil. Konformasi
sikloheksana lain yaitu konformasi perahu yang bebas dari terikan sudut (angle-strain)
sama seperti konformasi kursi. Namun terjadi ketidakstabilan karenaadanya beberapa
ikatan C-H yang terletak dalam keadaan gerhana seperti pada gambar strukturnya.
Selain itu adanya Haksial- Haksial berdekatan pada konformasi perahu yang semakin
menyebabkan ketidakstabilan terjadi.
Hasil optimasi yang diperoleh dari setiap percobaan diolah ke dalam diagram
batang sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik Perbandingan Konformasi Sikloheksana Metode Mekanika


Molekuler Medan Gaya Amber
Gambar 2. Grafik Perbandingan Konformasi Sikloheksana Metode Semi Empirik RM1

Gambar 3. Grafik Perbandingan Konformasi Sikloheksana Metode Ab Initio

Gambar 4. Grafik Perbandingan Konformasi Sikloheksana Metode DFT


Diagram di atas menunjukkan perbandingan dari konformasi-konformasi
sikloheksana yaitu kursi, perahu dan perahu terpilin dalam keadaan teroptimasi, dengan
parameter Jarak CC (Å), Sudut CCC (˚), Sudut torsi (˚) dan Energi (kkal/mol).
Berdasarkan Jarak CC (Å) pada ketiga konformasi tersebut, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan. Hal tersebut juga berlaku pada parameter Sudut CCC (˚). Namun pada
Sudut torsi (˚) dan Energi (kkal/mol) terdapat selisih yang sangat terlihat. Energi
masing-masing konformasi dapat dibandingkan, dimana pada konformasi kursi
teroptimasi dihasilkan energi yang paling rendah. Hal ini juga terlihat dari selisih energi
pada saat sebelum optimasi dan sesudah optimasi dimana selisih energi pada
sikloheksana bentuk kursi selisihnya sangat sedikit dibandingkan dengan bentuk yang
lain. Hal ini membuat sikloheksana bentuk kursi ini paling stabil dibanding yang lainnya.
Dari hasil percobaan yang diperoleh disajikan dalam table energi relatif dari
setiap konformasi yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Energi Mutlak dan Energi Relatif Konformasi Sikloheksana Metode
Mekanika Molekuler
Energi Kursi Perahu Perahu Terpilin
Energi mutlak 5,701885 5,702831 12,292636
(kkal/mol)

Energi relatif 0,00 0,000946 6,590751


(kkal/mol)

Tabel 2. Energi Mutlak dan Energi Relatif Konformasi Sikloheksana


Metode Semi Empirik
Energi Kursi Perahu Perahu Terpilin
Energi mutlak -1681,4320 -1657,8739 -1677,6345
(kkal/mol)

Energi relatif 0,00 23,5581 3,7975


(kkal/mol)
Tabel 3. Energi Mutlak dan Energi Relatif Konformasi Sikloheksana
Metode Ab Initio
Energi Kursi Perahu Perahu Terpilin
Energi mutlak -146906,896741 -146906,896523 -146900,421671
(kkal/mol)

Energi relatif 0,00 0,000218 6,47507


(kkal/mol)

Tabel 4. Energi Mutlak dan Energi Relatif Konformasi Sikloheksana


Metode DFT
Energi Kursi Perahu Perahu Terpilin
Energi mutlak -147870,9079 -147870,9113 -147864,7384
(kkal/mol)

Energi relatif 0,00 0,0034 6,1695


(kkal/mol)

Dari hasil diatas menunjukkan bahwa konformasi kursi yang memiliki nergi
paling rendah adalah konformasi yang paling stabil diikuti konformasi perahu terpilin dan
konformasi perahu. Dengan menggunakan nilai energi 10 kkal/mol untuk konformasi
half-chair didapatkan grafik dibawah ini.

Gambar 5. Diagram Energi Interkonvensi Sikloheksana Metode Mekanika Molekuler


Gambar 6. Diagram Energi Interkonvensi Sikloheksana Metode Semi Empirik

Gambar 7. Diagram Energi Interkonvensi Sikloheksana Metode Ab Initio

Gambar 8. Diagram Energi Interkonvensi Sikloheksana Metode DFT


Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa pada metode mekanika molekul
medan gaya amber terjadi nilai kenaikan energi dari konformasi kursi sampai ke
konformasi perahu. Dalam hal ini seharusnya tidak terjadi peningkatan energi secara
linear yang dimana seharusnya pada konformasi perahu terpilin energinya harus lebih
rendah dibandingkan dengan konformasi perahu. Perbedaan hasil ini dengan yang
seharusnya dapat disebabkan oleh metode perhitungan yang digunakan dengan medan
gaya AMBER belum tepat untuk perhitungan konformasi pada sikloheksana sehingga
hasil yang diperoleh kurang baik. Sedangkan pada ketiga metode lainnya perbedaannya
tidak terlalu signifikan namun pada metode semi empirik hasilnya sesuai dengan
literatur di mana energi yang paling rendah adalah pada konformasi kursi, lalu
konformasi perahu terpilin dan yang paling tinggi adalah pada konformasi perahu.
Kesalahan yang terjadi pada praktikum ini kemungkinan karena adanya kesalahan pada
saat melakukan optimasi. Adapun diagram interkonvensi bentuk sikloheksana yang
benar menurut Marc Loudon (1995) adalah sebagai berikut:

Dari diagram energi interkonvensi sikloheksana diatas dapat dilihat bahwa


konformasi yang paling stabil adalah konformasi kursi . Dari gambar diatas terjai
kenaikan enrgi dari konformasi kursi ke konformasi half-chair. Kenaikan energi ini
dapat disebabkan oleh struktur konformasi dari half-chair dimana dari stukturnya akan
menyebabkan perubahan jarak iktan, sudut ikatan, dan sudut torsi sehingga
mempengaruhi energi konformer dari masing-masing bentuk sehingga kestabilan dari
masing-masing konformasi menjadi berbeda-beda.
H. SIMPULAN
Pada percobaan yang bertujuan dalam menentukan konformasi yang paling
stabil dari siklohaksana dapat disimpulkan bahwa struktur konformasi kursi yang paling
stabil untuk sikloheksana.
I. SARAN
Praktikan diharapkan lebih teliti dalam melakukan percobaan baik pada saat
menggambar struktur maupun pada saat melakukan optimasi agar hasil yang diperoleh
baik.
J. DAFTAR PUSTAKA
Bucher, D., Pierce, L. C. T., McCammon, J. A., dan Markwick, P. R. L. 2011. On the
use of accelerated molecular dynamics to enhance configurational sampling in
ab initio simulations. J. Chem. Theory Comput. , Vol 7, 890–897.
Marc Loudon, G. 1995. Organic Chemistry,3rded. USA : The Benjamin/Cumming
Publishing Company,Inc.
McMurry, J. 2012. Organic Chemistry 8th edition. Belmont: Cengage Learning,
Smith, J. G. 2010. Organic Chemistry 3th edition. New York: McGraw-Hill.
LAMPIRAN

 Metode Mekanika Molekuler Amber


Sebelum Optimasi

Gambar 1. Panjang Ikatan Sikloheksana Kursi

Gambar 2. Sudut Sikloheksana Kursi

Gambar 3. Sudut Torsi Sikloheksana Kursi


Gambar 4. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu

Gambar 5. Sudut Sikloheksana Perahu

Gambar 6. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu

Gambar 7. H-H Sikloheksana Perahu


Gambar 8. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 9. Sudut Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 10. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu Terpilin


Sesudah Optimasi

Gambar 11. Panjang Ikatan Sikloheksana Kursi

Gambar 12. Sudut Sikloheksana Kursi

Gambar 13. Sudut Torsi Sikloheksana Kursi


Gambar 14. H-H Sikloheksana Perahu

Gambar 15. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu

Gambar 16. Sudut Sikloheksana Perahu

Gambar 17. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu


Gambar 18. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 19. Sudut Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 20. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu Terpilin


 Metode Semi Empirik RM1
Sebelum Optimasi

Gambar 21. Panjang Ikatan Sikloheksana Kursi

Gambar 22. Sudut Sikloheksana Kursi

Gambar 23. Sudut Torsi Sikloheksana Kursi


Gambar 24. H-HSikloheksana Perahu

Gambar 25. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu

Gambar 26. Sudut Sikloheksana Perahu


Gambar 27. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu

Gambar 28. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 29. Sudut Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 30. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu Terpilin


Sesudah Optimasi

Gambar 31. Panjang Ikatan Sikloheksana Kursi

Gambar 32. Sudut Sikloheksana Kursi

Gambar 33. Sudut Torsi Sikloheksana Kursi


Gambar 34. H-H Sikloheksana Perahu

Gambar 35. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu

Gambar 36. Sudut Sikloheksana Perahu


Gambar 37. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu

Gambar 38. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 39. Sudut Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 40. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu Terpilin


 Metode Ab Initio
Sebelum Optimasi

Gambar 41. Panjang Ikatan Sikloheksana Kursi

Gambar 42. Sudut Sikloheksana Kursi

Gambar 43. Sudut Torsi Sikloheksana Kursi


Gambar 44. H-H Sikloheksana Perahu

Gambar 44. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu

Gambar 45. Sudut Sikloheksana Perahu

Gambar 46. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu


Gambar 47. Panjang Ikatan Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 48. Sudut Sikloheksana Perahu Terpilin

Gambar 49. Sudut Torsi Sikloheksana Perahu Terpilin

Anda mungkin juga menyukai