Anda di halaman 1dari 23

2010

PEMBUATAN PMMA
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
TBKKP.TPL.2008

WWW.HIMABATPL08.WORDPRESS.COM
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan industri yang maju pesat, manusia berkembang daya
pikirnya untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik, berkualitas dan menguntungkan.
Segala yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi hajat hidupnya. Manusia terus
berkarya, menciptakan suatu teknologi yang canggih dan menguntungkan.
Kulit dalam abad modern ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan yang
mempunyai prospek besar dalam perkembanagn industri. Kulit diproses sebagai sumber
daya non migas yang mempunyai daya jual tinggi bilamana diolah dengan teknologi yang
memadai.
Industri pengolahan kulit di indonesia masih mengalami berbagai kendala. Kendala
tersebut mengenai bahan baku dan bahan pendukung produk dari kulit. Untuk mengatasi
hal tersebut digunakan polimer sebagai bahan untuk mengganti bahan baku kulit yang
jumlah raw materialnya tidak tentu dan juga digunakan sebagai bahan bahan tambahan
untuk membuat produk kulit.
Oleh karena itu perlu dikaji dalam sebuah praktikum mengenai polimer itu sendiri
untuk memahami dan dapat mengaplikasikan dalam dunia perkulitan.

Kelompok I 2
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari polimerisasi adisi pada pembuatan polimetil metakrilat
2. Mempraktekkan cara pembuatan PMMA dengan polimerisasi adisi
3. Mengetahui tahapan-tahapan pembuatan PMMA
4. Melihat perubahan bentuk PMMA yang terjadi setelah dipolimerisasi
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelimerisasi adisi PMMA

C. RUMUSAN MASALAH
1. Termasuk dalam reaksi polimerisasi apa pada pembuatan polimetil metakrilat?
2. Bagaimana cara pembuatan PMMA dengan polimerisasi adisi?
3. Bagaimana tahapan-tahapan pembuatan PMMA?
4. Bagaimana perubahan bentuk PMMA yang terjadi setelah dipolimerisasi?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pelimerisasi adisi PMMA?

D. MANFAAT
Ada banyak manfaat yang diperoleh setelah kita mempelajari pembuatan polimer
Polimetil Metaakrilat. Diharapkan setelah mengetahui ilmu dan pengetahuannya kita
dapat mengaplikasikan pada kehidupan industri polimer pada umumnya dan industri
pengolahan kulit pada khususnya.

Kelompok I 3
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Polimer
Polimer merupakan salah satu jenis bahan kimia yang sangat luas penggunaannya
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya serat kain (benang), berbagai macam plastic dan
karet. (Sudarmo, Unggul.2006)
Ditinjau dari strukturnya, polimer merupakan molekul raksasa yang terbentuk dari
molekul-molekul kecil yang terangkai secara berulang. Molekul-molekul penyusun
polimer disebut monomer. (Sudarmo, Unggul.2006)
Polimer dapat terjadi melalui reaksi adisi dan reaksi kondensasi. Polimer yang
terbentuk melalui reaksi adisi disebut polimer adisi dan polimer yang terbentuk melalui
reaksi kondensasi disebut polimer kondensasi. (Sudarmo, Unggul.2006)

Polimerisasi adisi
Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai. Pembawa rantai pada polimerisasi adisi
dapat berupa spesi reaktif yang mengandung satu elektron tak berpasangan yang disebut
radikal bebas, atau beberapa ion. Polimer penting yang dihasilkan melalui polimerisasi
adisi meliputi polimer yang dihasilkan dari turunan etena berbentuk CH2-CHX atau CH2-
CHY. (Cowd, M.A. 1991)
Polimerisasi adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni pemicuan, perambatan,
dan pengakhiran. Oleh karena pembawa rantai dapat berupa radikal bebas atau ion, maka
polimerisasi adisi selanjutnya dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu
polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi ion. Radikal bebas dibentuk melalui
penguraian zat nirmantap dengan menggunakan bahang atau cahaya. Radikal bebas ini
menjadi pemicu polimerisasi. Pemicu memicu reaksi rantai pada pembentukan polimer,
dan polimerisasi ini berlangsung sangat cepat, sering hanya dalam waktu beberapa detik.
Polimerisasi ini khusus terjadi pada ikatan rangkap. (Cowd, M.A. 1991)

Kelompok I 4
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

Polimerisasi Radikal Bebas


Polimerisasi radikal bebas merupakan macam polimerisasi adisi yang paling umum
dan terpenting. Biasanya radikal bebas dibentuk melalui penguraian zat nirmantap
dengan menggunakan bahang atau cahaya. Radikal bebas ini menjadi pemicu pada
polimerisasi. Contoh pemicu meliputi senyawa peroksida, seperti misalnya di(benzoil)
peroksida( benzoil peroksida) dan beberapa senyawa azo, misalnya AZDN. (Cowd, M.A.
1991)
Polimerisasi adisi radikal bebas memerlukan inisiator radikal, contohnya adalah
benzoil peroksida. Inisiator ini mengurai pada sekitar 80oC menghasilkan radikal
benzoiloksi. Radikal ini dapat mengawali (menginisiasi) rantai atau dapat kehilangan
karbondioksida menghasilkan radikal fenil yang juga dapat mengawali rantai.
O O
O
o
C O O C
80 C 2 -CO2
C O 2

Benzoil peroksida Radikal benzoiloksi radikal fenil

Gambar 1

Untuk menyederhanakan, kita dapat melambangkan radikal inisiator dengan


lambang In-.
Radikal inisiator mengadisi ikatan rangkap karbon-karbon dari monomer vinil
menghasilkan radikal karbon.
Secara garis besar tingkatan polimerisasi dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya:
1. Aktivasi

Proses polimerisasi yang berguna untuk umumnya teraktivasi melalui 1 dari 3


proses yaitu panas, kimia dan sinar.
a. Aktivasi panas

Radikal bebas diperoleh dengan pemanasan benzoil peroksida. Selama pemanasan


molekul benzoil peroksida pecah menjadi 2 radikal bebas yang kemudian mengawali
polimerisasi monomer metal metakrilat.

Kelompok I 5
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

b. Secara kimia

Pengaktifan secara kimia terjadi pada temperatur dalam mulut. Terdiri atas 2
reaktan yang bila diaduk bersama, mengalami reaksi kimia yang menghasilkan radikal
bebas. Selama penyimpanan, komponen harus dipisahkan satu sama lain, karena terdiri
dari 2 bagian.
c. Dengan sinar

Dalam sistem ini, foton mengaktifkan inisiator unutk menghasilkan radikal bebas
unutk dapat memulai proses polimerisasi. Dalam restorasi gigi dengan proses pengerasan
menggunakan cahaya, menghasilkan radikal bebas bila terradisi oleh sinar tampak.Untuk
memicu reaksi, diperlukan cahaya atau sinar dengan panjang gelombang sekitar 470 nm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah radikal bebas yang terbentuk seperti
intensitas cahaya serta jarak sumber cahaya .
2. Inisiasi
a. Inisiasi merupakan tahap penggerak awal dari proses polimerisasi yang
membutuhkan radikal bebas, yaitu spesies kimia yang sangat mudah bereaksi
karena memiliki electron ganjil (tidak mempunyai pasangan), biasanya
bagian dari molekul yang lebih besar yang pecah oleh pemanasan.
b. Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul monomer
dengan sinar ultraviolet, sinar biasa, panas, atau pengalihan energi dari
komposisi lain yang bertindak sebagai radikal bebas.
c. Radikal bebas ini antara lain dapat diperoleh dari peroxide yang mengurai,
dimana satu molekul membentuk radikal bebas.
d. Periode inisiasi adalah waktu dimana molekul-molekul inisiator menjadi
berenergi atau teraktivasi membentuk radikal bebas yang berinteraksi dengan
molekul monomer.

3. Propagasi

Tahap ini terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas sebagai awal dari
terbentuknya rantai polimer. Monomer yang teraktivasi mengaktivkan monomer lainnya
agar dapat membentuk rantai polimer secara terus menerus.

Kelompok I 6
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

4. Terminasi

Tahap ini tercapai bilamana dua radikal bebas bereaksi membentuk molekul yang
stabil. Perubahan dari rantai polimer satu ke yang lain, yang dalam beberapa situasi
terdiri atas monomer-monomer dan beberapa oligomer.
Laju dan derajat polimerisasi dapat dikendalikan dengan menggunakan zat yang
dikenal sebagai pelambat dan penghambat. Penghambat bereaksi dengan radikal bebas
begitu radikal bebas itu terbentuk. Dengan demikian polimerisasi tidak dapat berlangsung
sebelum seluruh penghambat habis bereaksi. Segera setelah penghambat habis, laju
polimerisasi, mendekati harga yang sama dengan laju polimerisasi tak terhambat. Kuinon
dapat bertindak sebagai penghambat bagi banyak sistem polimerisasi, karena kuinon
bereaksi dengan radikal bebas yang terbentuk, menghasilkan radikal yang mantap karena
resonansi. Radikal bebas yang mantap ini tak dapat memicu polimerisasi lebih lanjut.
Penggunaan penghambat yang penting adalah untuk pemantap monomer. Penyimpanan
monomer dalam keadaan murni bisa berbahaya karena jika radikal bebas terbentuk, maka
polimerisasi dapat dipicu dan mungkin dipercepat sampai taraf yang berbahaya.
Penambahan sejumlah kecil penghambat kepada monomer mencegah terjadinya reaksi
tersebut. Sebelum monomer dipakai , penghambat harus dihilangkan , misalnya melalui
penyulingan monomer.

Polimerisasi Ion
Polmerisasi adisi dapat berlangsung dengan mekanisme yang tidak melibatkan
radikal bebas. Misalnya pembawa rantai dapat berupa ion karbonium (polimerisasi
kation) atau karbanion (polimerisasi anion).
a. Polimerisasi kation
Dalam polimerisasi kation monomer CH2=CHX, pembawa rantai ialah ion
karbonium. Katalis dalam reaksi polimerisasi ini adalah asam Lewis (penerima pasangan
elektron) dan katalis Friedel-Crafts, misalnya AlCl3. AlBr3, BF3, TiCl4, SnCl4, H2SO4, dan
asam kuat lainnya. Berbeda dengan polimerisasi radikal bebas yang umunya berlangsung
pada suhu tinggi, polimerisasi kation paling baik berlansung pada suhu rendah.pengaruh
pelarut penting pula pada polimerisasi kation, sebab mekanisme ion melibatkan partikel-

Kelompok I 7
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

partikel bermuatan, sedangkan radikal bebas umunya netral. Polimerisasi kation


seringkali terjadi pada monomer yang mengandung gugus pelepas elektron.
Dalam polimerisasi yang dikatalis oleh asam, pemicuan dapat digambarkan sebagai
berikut ini.
H

HA + H2C = CHX H3C C+ + A-


X

Gambar 2

HA adalah molekul asam, seperti misalnya asam klorida, asam sulfat, atau asam
perklorat. Pada reaksi pemicuan, proton dialihkan dari asam ke monomer, sehingga
menghasilkan ion karbonium yang dihsilkan tadi diatas.
Oleh karena katalis Friedel-Crafts tidak mngandung hydrogen, alih proton tidak
berlangsung seperti gambar persamaan pemicuan diatas. Dengan demikian polimerisasi
memerlukan katalis bantu (kokatalis). Katalis bantu yang umum ialah air. Misalnya,
katalis Friedel-Crafts tak berair tidak memicu polimerasasi berlangsung. Denhan
menggunakan BF3 sebagai contoh, mekanisme reaksi dapat digambarkan sebagai berikut.
BF3 + H2O BF3.H2O
H X

BF3.H2O + H2C C H3C C+ + [BF3OH]-


X H

Gambar 3

Adanya air menyebabkan alih proton terjadi, dan perambatan kemudian


berlangsung melalui adisi monomer pada ion karbonium yang dihasilkan pa persamaan 1.
Pengakhiran rantai dapat terjadi melaui berbagai proses. Yang paling sederhana dan nyata
adalah penggabungan ion karbonium dan anion pasangannya (disebut ion lawan).
Kemungkinan lain, pengakhiran dapat terjadi melalui penataulangan pasangan ion
dengan memberikan ketidakjenuhan dalam rantai polimer serta asam atau kompleks.
Pengakhiran dapat juga terjadi melalui alih rantai pada monomer. Akhirnya, perlu
dikemukakan disini bahwa sifat pelarut sangat penting dalam polimerisasi kation. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa polimerisasi tidak terjadi bilamana pelarut yang dipakai
adalah pelarut tak polar. Namun demikian jika reaksi tersebut dilakukan dalam pelarut

Kelompok I 8
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

polar, polimerisasi segera terjadi


Polimerisasi anion
Pada polimerisasi anion monomer CH2-CHX, karbonium bertindak sebagai
pembawa rantai. Monomer yang mengandung substituent elektronegatif, seperti misalnya
propenitril (akrionotril), metal 2-metill propenoat (metal metaklirat), dan bahkan
feniletena (stirena), tergolong yang dapat mengalami polimerisasi macam ini. seperti
polimerisasi kation, reaksi polimerisasi anion paling baik berlangsung pada suhu rendah.
Katalis yang mudah dipakai meliputi logam alkali, alkil, aril, dan amida logam alkali.
Salah satu penerapan paling awal dari macam polimerisasi ini dalam dunia industry ialah
pada pembuatan karet sintetik, di Jerman dan Rusia, dari buta-1,3-diena (butadiena)
dengan katalis logam alkali.
Sebagai contoh polimerisasi anion, kita tinjau amida logam alkali, seperti misalnya
kalium amida, KNH2, dalam pelarut ammonia cair mempercepat polimerisasi monomer
CH2=CHX. Dalam ammonia cair, kalium amida terionisasi kuat sehingga pemicuan dapat
digambarkan sebagai berikut:
H H
H

H2N- + H2C C H2N C C:-

X
H H
Gambar 4

Ion lawan (penetral) bagi karbonium adalah ion K+. perambatan merupakan adisi
monomer pada karbonion yang dihasilkan tadi.
H H H H H
H

C:- +H2C C NH2 C C C:- dan seterusnya


H2C C
X
H X H H X

Gambar 5

Akan tetapi, proses pengakhiran pada polimerisasi anion yang dikemukakan diatas
tidaklah begitu jelas seperti pada polimerisasi adisi. Penggabungan rantai anion dengan
ion-lawan logam atau pelepasa ion hidrida, H-, dari rantai anion membentuk hidrida
logam (misalnya K+H-) dan rantai tak aktif yang mengandung gugus akhir tak jenuh,
keduanya dipandang tak mungkin terjadi.

Kelompok I 9
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

Jika dipakai pelarut lembam dan pereaksi murni, maka polimerisasi hanya berhenti
ketika seluruh monomer pereaksi habis terpakai. Walaupun demikian, pusat aktif (atau
karbanion) tidak dirusak, dan jika lebih banyak monomer yang ditambahkan, maka
polimerisasi dapat dipicu lagi. Polimer seperti itu dikenal sebagai polimer hidup. Akan
tetapi, terdapat sedikit saja air karbondioksida, alcohol dan bahan-bahan lainnya, akan
mengakhiri pertumbuhan rantai.
Tidak semua katalis bagi polimerisasi adisi dapat dicocokkan dengan mudah untuk
polimerisasi anion. Katalis utama bagi polimerisasi anion adalah katalis Ziegler-Natta
(lebih umum disebut katalis Ziegler) yang ditemukan oleh Ziegler pada tahun 1953. Ia
menggunakan katalisnya untuk polimerisasi etena (etilena). Selanjutnya, Natta pada
tahun 1955 menggunakan katalis tersebut untuk polimerisasi propena (propilena) dan
monomer tak jenuh lainnya. Katalis Ziegler-Natta dapat dibuat dengan mencampurkan
alkil atau aril dari iunsur golongan I-III pada susunan berkala, dengan halida unsur
transisi. Misalnya, trietilaluminium (almunium trietil), Al(C2H5)3, yang jika ditambahkan
kedalam titanium (IV) klorida (titanium tetraklorida) dalam pelarrut heksana,
menghasilkan endapan coklat-hitam, dapat mempercepat polimerisasi etena pada tekanan
rendah. Sebelum katalis Ziegler-Natta diapakai, polietena (atau polietilena) dihasilakan
dari polimerisasi radikal bebas pada tekanan 1000 sampai 3000 atm dan suhu 250oC.
Cara ini menghasilkan polimer bercabang. Sebaliknya cara Ziegler menghasilkan
polietena lurus. Ditemukan juga bahwa penggunaan katalis Ziegler-Natta dapat
menghasilkan polipropena dengan derajat keteraturan tinggi dalam konfigurasi
polimernya.

Poli(metal-2-metil propenoat) (polimetil metakrilat atau Perspeks)


Polimetil metakrilat (Polymethyl methacrylate) atau poli (metil 2-metilpropenoat)
adalah polimer sintetis dari metil metakrilat. Bahan yang bersifat thermoplastis (mencair
bila dipanasi) dan transparan ini dijual dengan merek dagang Plexiglas, Vitroflex,
Perspex, Limacryl, Acrylite, Acrylplast, Altuglas, dan Lucite serta pada umumnya disebut
dengasn 'kaca akrilik' atau sekedar 'akrilik'. Bahan ini dikembangkan pada tahun 1928 di
berbagai laboratorium dan dibawa ke pasaran oleh Rohm and Haas Company pada tahun
1933. (www.Wikipedia.org diakses tanggal 19 Desember 2009)

Kelompok I 10
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

Sifat-sifat Polimetil Metakrilat


Berat Molekul Powder : 500.000-1.000.000
BM Monomer : 100
BM Polimer yang telah kiur, hingga 1.200.000
PMMA (polimetil metakrilat) adalah istilah kimia yang diberikan kepada resin yang
dihasilkan dari MMA (metil metakrilat Monomer). MMA adalah cairan berwarna dan
transparan substansi, transparansi yang tinggi merupakan salah satu karakteristik utama
dari PMMA. PMMA memiliki tahan cuaca yang sangat tinggi sinar matahari tidak mudah
mengubahnya kuning atau membuatnya hancur.
Resin akrilik adalah suatu polimer yang berbentuk bubuk dan monomer yang
berbentuk cair. Nama acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau
tajam. Bahan ini berasal dari asam acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia
dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang
batu. (http://katjamatacinta.blogspot.com/ diakses tanggal 19 Desember 2009)
Adapun macam-macam bahan akrilik adalah :
1. Bahan akrilik heat cured
2. Bahan akrilik self cured
(http://katjamatacinta.blogspot.com/ diakses tanggal 19 Desember 2009)
Metil 2-metilpropenoat (metal metakrilat) dibuat dari propanon melalui jalur yang
diperlihatkan pada gambar 22. Sebagaimana dapat dilihat monomer ini merupakan ester
metal dari asam 2-metil propenoat (asam metakrilat).

Kelompok I 11
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

Reaksi pembuatan metil-metaakrilat :

H3C C3H OH

C O HCN C

C3H CN
H3C
2-hidroksi-2-metil propanitril
(aseton sianohidrin)
H2SO4 (aq)
+CH3OH

H2C

CH COOCH3

C3H

Gambar 6

Produk dari PMMA :

Gambar 7

Kelompok I 12
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

BAB III
MATERI DAN MOTODE
1. ALAT DAN BAHAN YANG DIPERGUNAKAN
Bahan-bahan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Metal metakrilat
2. Benzoil peroksida
3. Alumunium foil

Tabel 1 Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut :


No. Nama Alat Jumlah

1. Gelas arloji 1
2. Gelas beker 250 ml (Pyrex) 2
3. Pipet volume 10 ml (Pyrex) 1
4. Pro pipet 1
5. Pengaduk /Spatula 1
6. Tabung reaksi Pyrex 1
7. Penjepit tabung 1
8. Termomoter 1
9. Cawan porselen 1
10. Water bath 1
11. Neraca analitik 1
12. Kain lap /Serbet 1
13. Tissue 1

Kelompok I 13
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

2. SKEMA KERJA
Preparasi Praktikum
1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Cuci peralatan sampai bersih dan bilas memakai aquades
3. Dimasukanke dalam oven untuk alat-alat yang tahan panas, untuk alat-alat
yang tidak tahan panas cukup di lap dengan kain bersih.
4. Keluarkan alat dalam oven kemudian memasukkannya ke dalam eksikator
sampai mencapai suhu kamar
5. Ambil alat yang digunakan dari desikator

Prosedur Kerja Pembuatan Bakelit


1. Ambil 10 ml metal metakrilat, masukan kedalam gelas beker dan
tambahkan 0,1 gr benzoil peroksidasebagai inisiator
2. Tutuplah tabung reaksi dengan alumunium foil (samping dan atas)
panaskan dalam penangas air (waterbath) pada suhu 1000C sampai
larutan menjadi kental
3. Setelah kental pindahkan di atas cawan porselen biarkan polimer yang
terbentuk menjadi dingin dan kaku
4. Catat perubahan yang terjadi.

Kelompok I 14
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

3. ANALISIS DATA
a. Reaksi yang terjadi
Pembentukan Radikal bebas Benzoil Peroksida

O O
O
o
C O O C
80 C 2 -CO2
C O 2

Benzoil peroksida Radikal benzoiloksi radikal fenil

Gambar 8

Proses Inisiasi Polimerisasi Polimerisasi Metil Metaakrilat

O H O H H
Rac H

C O + C C C O C C Rac

H C O H C O

O O

CH3 CH3
Gambar 9

Reaksi Propagasi Metil Metaakrilat

H
O H H H H O H H H
Rac
C O C C Rac + C C C O C C C C

C O H C O C O
H C O H H
O O O O

CH3 CH3
CH3
CH3

Gambar 10

Kelompok I 15
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

b. Pengamatan
Hari, tanggal praktikum : Selasa, 17 Desember 2009
Data Hasil Praktikum :
Volume metil metakrilat : 10 ml
Berat benzoil peroksida : 0,107 gr
Suhu pemanasan : 100oC

Perubahan warna yang terjadi :


Warna awal campuran 10 ml metil metakrilat + 0,107 gram benzoil peroksida
putih bening.
Setelah dipanaskan menjadi putih bening kental
Dinginkan dalam kurs porselen sampai mengeras

Kelompok I 16
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

BAB IV
PEMBAHASAN
Polymetyl metacrylate (PMMA) disebut juga resin Akrilik. Polimetil metakrilat
(polymethyl methacrylate) atau poli (metil 2-metilpropenoat) atau PMMA merupakan
senyawa homopolimer yang dibentuk dari reaksi polimerisasi adisi senyawa metil
metakrilat dimana melibatkan reaksi rantai. Metakrilat hanya mempunyai monomer
tunggal atau homopolimer yaitu metil metakrilat. Turunan etilen yang mengandung gugus
vinil dalam rumus strukturnya. Polymetyl metacrylate murni tidak berwarna, transparan,
dan padat. Turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya.
Polimerisasi dalam resin akrilik lebih mengarah pada polimerisasi tambahan. Hal ini
terlihat dari tahap-tahap yang terdapat pada polimerisasi resin akrilik, yaitu:
a. Induksi ( Aktivasi )
b. Pemicuan ( Inisiasi )
c. Penyebaran ( Propagasi )
d. Pengakhiran (Terminasi)

Induksi (Aktivasi)
Dalam praktikum digunakan benzoil peroksida sebagai inisiator radikal bebas. 10
ml metal metakrilat, dimasukan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 0,1 gr benzoil
peroksida sebagai inisiator. Kemudian tutuplah tabung reaksi dengan alumunium foil
(samping dan atas) panaskan dalam penangas air (waterbath) pada suhu 1000C sampai
larutan menjadi kental.

Gambar 11

Radikal bebas diperoleh dengan pemanasan sampai suhu suhu 80oC benzoil
peroksida. Selama pemanasan molekul benzoil peroksida pecah menjadi 2 radikal bebas

Kelompok I 17
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

yang kemudian mengawali atau memicu polimerisasi monomer metal metakrilat.

O O
O
o
C O O C
80 C 2 -CO2
C O 2

Benzoil peroksida Radikal benzoiloksi radikal fenil

Gambar 12

Inisiasi
Inisiasi merupakan tahap penggerak awal dari proses polimerisasi yang
membutuhkan radikal bebas. Radikal bebas di atas kemudian bereaksi dengan metil
metaakrilat (Metil 2-metilpropenoat) yang membentuk radikal bebas juga sehingga dapat
bergabung dengan metil metaakrilat yang lain sehingga menimbulkan radikal bebas lagi.
Reaksi ini akan berjalan terus menerus sampai monomer habis kecuali bila ada inhibitor
atau penghambat yang dapat menghambat lajunya polimerisasi. Reaksinya adalah sebgai
berikut :
O H O H H
Rac H

C O + C C C O C C Rac

H C O H C O

O O

CH3 CH3

Gambar 13

Dalam proses praktikum, wadah polimerisasi ditutup dengan alumunium foil.


Penutupan ini bertujuan untuk melindungi laju polimerisasi dari pengaruh cahaya dan
menghindarkan dari pengaruh udara luar juga. Cahaya dapat menyebabkan radikal bebas
sehingga bila pengaruh cahaya masuk melebihi ambang batas akan mengakibatkan proses
pengalihan rantai terjadi. Semakin sering alih rantai terjadi, semakin pendek rantai
terbentuk, karena pertumbuhan rantai-rantai polimer terganggu. Karena DP (Derajat
Polimeriasi) berkurang sehingga Berat Molekul juga berkurang sehingga hasilnya tidak
sesuai yang kita inginkan.

Kelompok I 18
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

Dalam praktikum ini juga ditutup bagian mulut tabung reaksi karena Oksigen
adalah pelambat yang kuat bagi polimerisasi radikal bebas, karena Oksigen dapat
bersaing dengan monomer terhadap radikal bebas dan juga bereaksi dengan radikal
perambat. Karena polimerisasi radikal bebas ini peka terhadap oksigen sehingga oksigen
harus dihindarkan sebelum polimerisasi dilakukan.
Propagasi
Tahap ini terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas sebagai awal dari
terbentuknya rantai polimer. Monomer yang teraktivasi mengaktifkan monomer lainnya
agar dapat membentuk rantai polimer secara terus menerus. Reaksi ini akan berjalan terus
menerus sampai monomer habis kecuali bila ada inhibitor atau penghambat yang dapat
menghambat lajunya polimerisasi.
H
O H H H H O H H H
Rac
C O C C Rac + C C C O C C C C

C O H C O C O
H C O H H
O O O O

CH3 CH3
CH3
CH3

Gambar 14

Terminasi
Tahap ini tercapai bilamana dua radikal bebas bereaksi membentuk molekul yang
stabil. Perubahan dari rantai polimer satu ke yang lain, yang dalam beberapa situasi
terdiri atas monomer-monomer dan beberapa oligomer.
Terminasi atau pengakhiran tidak dilakukan dalam praktikum ini sehingga
polimerisasi dilakukan sampai monomer selesai bereaksi. Penghentian dilakukan secara
langsung, yaitu dengan cara mendinginkan polimer tersebut yaitu setelah terbentuk
polimer yang ditandai viskositas larutan menjadi kental dan adanya sedikit gelembung-
gelembung didalamnya pemanasan dihentikan dan polimer yang terbentuk didinginkan.
Pendinginan dilakukan dengan langsung menuang larutan polimer yang masih panas dan
kental kedalam cawan porselen yang telah dilapisi allumunium foil sebelumnya.
Tujuanya guna polimer tidak mengeras didalam tabung reaksi dan agar tidak lengket pada
tempat penyimpanannya.

Kelompok I 19
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

Gambar 15

Dalam proses pembuatannya sebaiknya jangan dipanaskan secara langsung dalam


air mendidih atau dipanaskan dengan penambahan suhu yang drastis, karena hal tersebut
dapat mengakibatkan menguapnya monomer sehingga akan terbentuk gelembung-
gelembung udara dalam resin tersebut atau yang sering disebut dengan internal
porosity/gaseous porosity. Namun apabila pemanasan yang dilakukan terlalu singkat akan
menyebabkan tingginya kandungan monomer yang tersisa sehingga akan mempengaruhi
pada kekuatan dari polimer tersebut. Adapun kekurangan dari polimer polimetil
metakrilat ini adalah mudah patah, namun berwarna bening yang baik, inilah yang
menjadi salah satu kelebihan dari plastik jenis ini.
Polimetil metakrilat termasuk jenis plastik termoplastik maka apabila terlalu lama
didiamkan dapat mengeras. Transparansi yang tinggi merupakan salah satu karakteristik
utama dari polimer polimetil metakrilat. Polimetil metakrilat memiliki ketahanan
terhadap cuaca yang sangat tinggi, sehingga warnanya tidak akan mudah berubah
menjadi kuning dan tidak akan mudah hancur bila terkena sinar matahari. Hasil akhir dari
proses pembuatan polimer polimetil metakrilat adalah berwarna putih bening/transparan
dan keras.

Gambar 16

Kelompok I 20
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

Polimerisasi adisi ini dipengaruhi oleh :


1. Reaksi kimia
2. Adanya inhibitor/pemicu
3. Terjadinya tingkat polimerisasi aktivasi, inisiasi, propagasi, dan
terminasi
4. Cahaya
5. Panas (pemanasan)

Dalam kehidupan sehari-hari polometil metakrilat biasa digunakan untuk kaca atap,
dudukan lampu, bahan pengupam, bagian-bagian otomotif, molding papan dekorasi,
tanda perasa dan gigi palsu.

Kelompok I 21
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

BAB V
A. KESIMPULAN
1. Polimetil metakrilat atau PMMA merupakan senyawa homopolimer yang
dibentuk dari reaksi polimerisasi adisi senyawa metil metakrilat dimana
melibatkan reaksi rantai.
2. Pembuatan PMMA dapat dilakukan dengan bahan Metil Metaakrilat dengan
inisiator Benzoil Peroksida pada suhu 100oC.
3. Polimerisasi Metil Metaakrilat melalui empat tahapan yaitu :
a. Induksi ( Aktivasi )
b. Pemicuan ( Inisiasi )
c. Penyebaran ( Propagasi )
d. Pengakhiran (Terminasi)
4. Perubahan bentuk yang terjadi setelah dipolimerisasi adalah sebagai berikut :
Warna awal campuran 10 ml metil metakrilat + 0,107 gram benzoil peroksida
putih bening.
Setelah dipanaskan menjadi putih bening kental
Dinginkan dalam kurs porselen sampai mengeras
5. Polimerisasi adisi ini dipengaruhi oleh :
a. Reaksi kimia
b. Adanya inhibitor/pemicu
c. Terjadinya tingkat polimerisasi aktivasi, inisiasi, propagasi, dan terminasi
d. Cahaya
e. Panas (pemanasan)

B. SARAN
1. Diperlukan suatu pemahaman yang baik untuk dapat mempelajari dan mengerti
ilmu tentang pembuatan polimer ini sehingga keberhasilan dalam praktikum
dapat diperoleh dengan baik.
2. Penggunaan alat dan bahan yang memadai akan memperoleh hasil yang
diharapkan dengan baik.

Kelompok I 22
Pembuatan Polimetil Metaakrilat

DAFTAR PUSTAKA
Iswahyuni. Petunjuk Praktikum Pembuatan Polimer. ATK : Yogyakarta
Unggul, Sudarmo. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XII. Erlangga : Surakarta
Stevens, Malcolm P. 1989. Kimia Polimer. University of Hartford
Cowd,M.A.1991. Kimia Polimer. ITB. Bandung
http://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 13, 15 dan 19 November 2009
http://katjamatacinta.blogspot.com/ diakses tanggal 19 Desember 2009

Kelompok I 23

Anda mungkin juga menyukai