PEMBUATAN PMMA
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
TBKKP.TPL.2008
WWW.HIMABATPL08.WORDPRESS.COM
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan industri yang maju pesat, manusia berkembang daya
pikirnya untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik, berkualitas dan menguntungkan.
Segala yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi hajat hidupnya. Manusia terus
berkarya, menciptakan suatu teknologi yang canggih dan menguntungkan.
Kulit dalam abad modern ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan yang
mempunyai prospek besar dalam perkembanagn industri. Kulit diproses sebagai sumber
daya non migas yang mempunyai daya jual tinggi bilamana diolah dengan teknologi yang
memadai.
Industri pengolahan kulit di indonesia masih mengalami berbagai kendala. Kendala
tersebut mengenai bahan baku dan bahan pendukung produk dari kulit. Untuk mengatasi
hal tersebut digunakan polimer sebagai bahan untuk mengganti bahan baku kulit yang
jumlah raw materialnya tidak tentu dan juga digunakan sebagai bahan bahan tambahan
untuk membuat produk kulit.
Oleh karena itu perlu dikaji dalam sebuah praktikum mengenai polimer itu sendiri
untuk memahami dan dapat mengaplikasikan dalam dunia perkulitan.
Kelompok I 2
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari polimerisasi adisi pada pembuatan polimetil metakrilat
2. Mempraktekkan cara pembuatan PMMA dengan polimerisasi adisi
3. Mengetahui tahapan-tahapan pembuatan PMMA
4. Melihat perubahan bentuk PMMA yang terjadi setelah dipolimerisasi
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelimerisasi adisi PMMA
C. RUMUSAN MASALAH
1. Termasuk dalam reaksi polimerisasi apa pada pembuatan polimetil metakrilat?
2. Bagaimana cara pembuatan PMMA dengan polimerisasi adisi?
3. Bagaimana tahapan-tahapan pembuatan PMMA?
4. Bagaimana perubahan bentuk PMMA yang terjadi setelah dipolimerisasi?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pelimerisasi adisi PMMA?
D. MANFAAT
Ada banyak manfaat yang diperoleh setelah kita mempelajari pembuatan polimer
Polimetil Metaakrilat. Diharapkan setelah mengetahui ilmu dan pengetahuannya kita
dapat mengaplikasikan pada kehidupan industri polimer pada umumnya dan industri
pengolahan kulit pada khususnya.
Kelompok I 3
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Polimer
Polimer merupakan salah satu jenis bahan kimia yang sangat luas penggunaannya
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya serat kain (benang), berbagai macam plastic dan
karet. (Sudarmo, Unggul.2006)
Ditinjau dari strukturnya, polimer merupakan molekul raksasa yang terbentuk dari
molekul-molekul kecil yang terangkai secara berulang. Molekul-molekul penyusun
polimer disebut monomer. (Sudarmo, Unggul.2006)
Polimer dapat terjadi melalui reaksi adisi dan reaksi kondensasi. Polimer yang
terbentuk melalui reaksi adisi disebut polimer adisi dan polimer yang terbentuk melalui
reaksi kondensasi disebut polimer kondensasi. (Sudarmo, Unggul.2006)
Polimerisasi adisi
Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai. Pembawa rantai pada polimerisasi adisi
dapat berupa spesi reaktif yang mengandung satu elektron tak berpasangan yang disebut
radikal bebas, atau beberapa ion. Polimer penting yang dihasilkan melalui polimerisasi
adisi meliputi polimer yang dihasilkan dari turunan etena berbentuk CH2-CHX atau CH2-
CHY. (Cowd, M.A. 1991)
Polimerisasi adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni pemicuan, perambatan,
dan pengakhiran. Oleh karena pembawa rantai dapat berupa radikal bebas atau ion, maka
polimerisasi adisi selanjutnya dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu
polimerisasi radikal bebas dan polimerisasi ion. Radikal bebas dibentuk melalui
penguraian zat nirmantap dengan menggunakan bahang atau cahaya. Radikal bebas ini
menjadi pemicu polimerisasi. Pemicu memicu reaksi rantai pada pembentukan polimer,
dan polimerisasi ini berlangsung sangat cepat, sering hanya dalam waktu beberapa detik.
Polimerisasi ini khusus terjadi pada ikatan rangkap. (Cowd, M.A. 1991)
Kelompok I 4
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
Gambar 1
Kelompok I 5
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
b. Secara kimia
Pengaktifan secara kimia terjadi pada temperatur dalam mulut. Terdiri atas 2
reaktan yang bila diaduk bersama, mengalami reaksi kimia yang menghasilkan radikal
bebas. Selama penyimpanan, komponen harus dipisahkan satu sama lain, karena terdiri
dari 2 bagian.
c. Dengan sinar
Dalam sistem ini, foton mengaktifkan inisiator unutk menghasilkan radikal bebas
unutk dapat memulai proses polimerisasi. Dalam restorasi gigi dengan proses pengerasan
menggunakan cahaya, menghasilkan radikal bebas bila terradisi oleh sinar tampak.Untuk
memicu reaksi, diperlukan cahaya atau sinar dengan panjang gelombang sekitar 470 nm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah radikal bebas yang terbentuk seperti
intensitas cahaya serta jarak sumber cahaya .
2. Inisiasi
a. Inisiasi merupakan tahap penggerak awal dari proses polimerisasi yang
membutuhkan radikal bebas, yaitu spesies kimia yang sangat mudah bereaksi
karena memiliki electron ganjil (tidak mempunyai pasangan), biasanya
bagian dari molekul yang lebih besar yang pecah oleh pemanasan.
b. Radikal bebas dapat dihasilkan dengan mengaktifkan molekul monomer
dengan sinar ultraviolet, sinar biasa, panas, atau pengalihan energi dari
komposisi lain yang bertindak sebagai radikal bebas.
c. Radikal bebas ini antara lain dapat diperoleh dari peroxide yang mengurai,
dimana satu molekul membentuk radikal bebas.
d. Periode inisiasi adalah waktu dimana molekul-molekul inisiator menjadi
berenergi atau teraktivasi membentuk radikal bebas yang berinteraksi dengan
molekul monomer.
3. Propagasi
Tahap ini terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas sebagai awal dari
terbentuknya rantai polimer. Monomer yang teraktivasi mengaktivkan monomer lainnya
agar dapat membentuk rantai polimer secara terus menerus.
Kelompok I 6
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
4. Terminasi
Tahap ini tercapai bilamana dua radikal bebas bereaksi membentuk molekul yang
stabil. Perubahan dari rantai polimer satu ke yang lain, yang dalam beberapa situasi
terdiri atas monomer-monomer dan beberapa oligomer.
Laju dan derajat polimerisasi dapat dikendalikan dengan menggunakan zat yang
dikenal sebagai pelambat dan penghambat. Penghambat bereaksi dengan radikal bebas
begitu radikal bebas itu terbentuk. Dengan demikian polimerisasi tidak dapat berlangsung
sebelum seluruh penghambat habis bereaksi. Segera setelah penghambat habis, laju
polimerisasi, mendekati harga yang sama dengan laju polimerisasi tak terhambat. Kuinon
dapat bertindak sebagai penghambat bagi banyak sistem polimerisasi, karena kuinon
bereaksi dengan radikal bebas yang terbentuk, menghasilkan radikal yang mantap karena
resonansi. Radikal bebas yang mantap ini tak dapat memicu polimerisasi lebih lanjut.
Penggunaan penghambat yang penting adalah untuk pemantap monomer. Penyimpanan
monomer dalam keadaan murni bisa berbahaya karena jika radikal bebas terbentuk, maka
polimerisasi dapat dipicu dan mungkin dipercepat sampai taraf yang berbahaya.
Penambahan sejumlah kecil penghambat kepada monomer mencegah terjadinya reaksi
tersebut. Sebelum monomer dipakai , penghambat harus dihilangkan , misalnya melalui
penyulingan monomer.
Polimerisasi Ion
Polmerisasi adisi dapat berlangsung dengan mekanisme yang tidak melibatkan
radikal bebas. Misalnya pembawa rantai dapat berupa ion karbonium (polimerisasi
kation) atau karbanion (polimerisasi anion).
a. Polimerisasi kation
Dalam polimerisasi kation monomer CH2=CHX, pembawa rantai ialah ion
karbonium. Katalis dalam reaksi polimerisasi ini adalah asam Lewis (penerima pasangan
elektron) dan katalis Friedel-Crafts, misalnya AlCl3. AlBr3, BF3, TiCl4, SnCl4, H2SO4, dan
asam kuat lainnya. Berbeda dengan polimerisasi radikal bebas yang umunya berlangsung
pada suhu tinggi, polimerisasi kation paling baik berlansung pada suhu rendah.pengaruh
pelarut penting pula pada polimerisasi kation, sebab mekanisme ion melibatkan partikel-
Kelompok I 7
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
Gambar 2
HA adalah molekul asam, seperti misalnya asam klorida, asam sulfat, atau asam
perklorat. Pada reaksi pemicuan, proton dialihkan dari asam ke monomer, sehingga
menghasilkan ion karbonium yang dihsilkan tadi diatas.
Oleh karena katalis Friedel-Crafts tidak mngandung hydrogen, alih proton tidak
berlangsung seperti gambar persamaan pemicuan diatas. Dengan demikian polimerisasi
memerlukan katalis bantu (kokatalis). Katalis bantu yang umum ialah air. Misalnya,
katalis Friedel-Crafts tak berair tidak memicu polimerasasi berlangsung. Denhan
menggunakan BF3 sebagai contoh, mekanisme reaksi dapat digambarkan sebagai berikut.
BF3 + H2O BF3.H2O
H X
Gambar 3
Kelompok I 8
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
X
H H
Gambar 4
Ion lawan (penetral) bagi karbonium adalah ion K+. perambatan merupakan adisi
monomer pada karbonion yang dihasilkan tadi.
H H H H H
H
Gambar 5
Akan tetapi, proses pengakhiran pada polimerisasi anion yang dikemukakan diatas
tidaklah begitu jelas seperti pada polimerisasi adisi. Penggabungan rantai anion dengan
ion-lawan logam atau pelepasa ion hidrida, H-, dari rantai anion membentuk hidrida
logam (misalnya K+H-) dan rantai tak aktif yang mengandung gugus akhir tak jenuh,
keduanya dipandang tak mungkin terjadi.
Kelompok I 9
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
Jika dipakai pelarut lembam dan pereaksi murni, maka polimerisasi hanya berhenti
ketika seluruh monomer pereaksi habis terpakai. Walaupun demikian, pusat aktif (atau
karbanion) tidak dirusak, dan jika lebih banyak monomer yang ditambahkan, maka
polimerisasi dapat dipicu lagi. Polimer seperti itu dikenal sebagai polimer hidup. Akan
tetapi, terdapat sedikit saja air karbondioksida, alcohol dan bahan-bahan lainnya, akan
mengakhiri pertumbuhan rantai.
Tidak semua katalis bagi polimerisasi adisi dapat dicocokkan dengan mudah untuk
polimerisasi anion. Katalis utama bagi polimerisasi anion adalah katalis Ziegler-Natta
(lebih umum disebut katalis Ziegler) yang ditemukan oleh Ziegler pada tahun 1953. Ia
menggunakan katalisnya untuk polimerisasi etena (etilena). Selanjutnya, Natta pada
tahun 1955 menggunakan katalis tersebut untuk polimerisasi propena (propilena) dan
monomer tak jenuh lainnya. Katalis Ziegler-Natta dapat dibuat dengan mencampurkan
alkil atau aril dari iunsur golongan I-III pada susunan berkala, dengan halida unsur
transisi. Misalnya, trietilaluminium (almunium trietil), Al(C2H5)3, yang jika ditambahkan
kedalam titanium (IV) klorida (titanium tetraklorida) dalam pelarrut heksana,
menghasilkan endapan coklat-hitam, dapat mempercepat polimerisasi etena pada tekanan
rendah. Sebelum katalis Ziegler-Natta diapakai, polietena (atau polietilena) dihasilakan
dari polimerisasi radikal bebas pada tekanan 1000 sampai 3000 atm dan suhu 250oC.
Cara ini menghasilkan polimer bercabang. Sebaliknya cara Ziegler menghasilkan
polietena lurus. Ditemukan juga bahwa penggunaan katalis Ziegler-Natta dapat
menghasilkan polipropena dengan derajat keteraturan tinggi dalam konfigurasi
polimernya.
Kelompok I 10
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
Kelompok I 11
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
H3C C3H OH
C O HCN C
C3H CN
H3C
2-hidroksi-2-metil propanitril
(aseton sianohidrin)
H2SO4 (aq)
+CH3OH
H2C
CH COOCH3
C3H
Gambar 6
Gambar 7
Kelompok I 12
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
BAB III
MATERI DAN MOTODE
1. ALAT DAN BAHAN YANG DIPERGUNAKAN
Bahan-bahan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. Metal metakrilat
2. Benzoil peroksida
3. Alumunium foil
1. Gelas arloji 1
2. Gelas beker 250 ml (Pyrex) 2
3. Pipet volume 10 ml (Pyrex) 1
4. Pro pipet 1
5. Pengaduk /Spatula 1
6. Tabung reaksi Pyrex 1
7. Penjepit tabung 1
8. Termomoter 1
9. Cawan porselen 1
10. Water bath 1
11. Neraca analitik 1
12. Kain lap /Serbet 1
13. Tissue 1
Kelompok I 13
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
2. SKEMA KERJA
Preparasi Praktikum
1. Siapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Cuci peralatan sampai bersih dan bilas memakai aquades
3. Dimasukanke dalam oven untuk alat-alat yang tahan panas, untuk alat-alat
yang tidak tahan panas cukup di lap dengan kain bersih.
4. Keluarkan alat dalam oven kemudian memasukkannya ke dalam eksikator
sampai mencapai suhu kamar
5. Ambil alat yang digunakan dari desikator
Kelompok I 14
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
3. ANALISIS DATA
a. Reaksi yang terjadi
Pembentukan Radikal bebas Benzoil Peroksida
O O
O
o
C O O C
80 C 2 -CO2
C O 2
Gambar 8
O H O H H
Rac H
C O + C C C O C C Rac
H C O H C O
O O
CH3 CH3
Gambar 9
H
O H H H H O H H H
Rac
C O C C Rac + C C C O C C C C
C O H C O C O
H C O H H
O O O O
CH3 CH3
CH3
CH3
Gambar 10
Kelompok I 15
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
b. Pengamatan
Hari, tanggal praktikum : Selasa, 17 Desember 2009
Data Hasil Praktikum :
Volume metil metakrilat : 10 ml
Berat benzoil peroksida : 0,107 gr
Suhu pemanasan : 100oC
Kelompok I 16
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
BAB IV
PEMBAHASAN
Polymetyl metacrylate (PMMA) disebut juga resin Akrilik. Polimetil metakrilat
(polymethyl methacrylate) atau poli (metil 2-metilpropenoat) atau PMMA merupakan
senyawa homopolimer yang dibentuk dari reaksi polimerisasi adisi senyawa metil
metakrilat dimana melibatkan reaksi rantai. Metakrilat hanya mempunyai monomer
tunggal atau homopolimer yaitu metil metakrilat. Turunan etilen yang mengandung gugus
vinil dalam rumus strukturnya. Polymetyl metacrylate murni tidak berwarna, transparan,
dan padat. Turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya.
Polimerisasi dalam resin akrilik lebih mengarah pada polimerisasi tambahan. Hal ini
terlihat dari tahap-tahap yang terdapat pada polimerisasi resin akrilik, yaitu:
a. Induksi ( Aktivasi )
b. Pemicuan ( Inisiasi )
c. Penyebaran ( Propagasi )
d. Pengakhiran (Terminasi)
Induksi (Aktivasi)
Dalam praktikum digunakan benzoil peroksida sebagai inisiator radikal bebas. 10
ml metal metakrilat, dimasukan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 0,1 gr benzoil
peroksida sebagai inisiator. Kemudian tutuplah tabung reaksi dengan alumunium foil
(samping dan atas) panaskan dalam penangas air (waterbath) pada suhu 1000C sampai
larutan menjadi kental.
Gambar 11
Radikal bebas diperoleh dengan pemanasan sampai suhu suhu 80oC benzoil
peroksida. Selama pemanasan molekul benzoil peroksida pecah menjadi 2 radikal bebas
Kelompok I 17
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
O O
O
o
C O O C
80 C 2 -CO2
C O 2
Gambar 12
Inisiasi
Inisiasi merupakan tahap penggerak awal dari proses polimerisasi yang
membutuhkan radikal bebas. Radikal bebas di atas kemudian bereaksi dengan metil
metaakrilat (Metil 2-metilpropenoat) yang membentuk radikal bebas juga sehingga dapat
bergabung dengan metil metaakrilat yang lain sehingga menimbulkan radikal bebas lagi.
Reaksi ini akan berjalan terus menerus sampai monomer habis kecuali bila ada inhibitor
atau penghambat yang dapat menghambat lajunya polimerisasi. Reaksinya adalah sebgai
berikut :
O H O H H
Rac H
C O + C C C O C C Rac
H C O H C O
O O
CH3 CH3
Gambar 13
Kelompok I 18
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
Dalam praktikum ini juga ditutup bagian mulut tabung reaksi karena Oksigen
adalah pelambat yang kuat bagi polimerisasi radikal bebas, karena Oksigen dapat
bersaing dengan monomer terhadap radikal bebas dan juga bereaksi dengan radikal
perambat. Karena polimerisasi radikal bebas ini peka terhadap oksigen sehingga oksigen
harus dihindarkan sebelum polimerisasi dilakukan.
Propagasi
Tahap ini terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas sebagai awal dari
terbentuknya rantai polimer. Monomer yang teraktivasi mengaktifkan monomer lainnya
agar dapat membentuk rantai polimer secara terus menerus. Reaksi ini akan berjalan terus
menerus sampai monomer habis kecuali bila ada inhibitor atau penghambat yang dapat
menghambat lajunya polimerisasi.
H
O H H H H O H H H
Rac
C O C C Rac + C C C O C C C C
C O H C O C O
H C O H H
O O O O
CH3 CH3
CH3
CH3
Gambar 14
Terminasi
Tahap ini tercapai bilamana dua radikal bebas bereaksi membentuk molekul yang
stabil. Perubahan dari rantai polimer satu ke yang lain, yang dalam beberapa situasi
terdiri atas monomer-monomer dan beberapa oligomer.
Terminasi atau pengakhiran tidak dilakukan dalam praktikum ini sehingga
polimerisasi dilakukan sampai monomer selesai bereaksi. Penghentian dilakukan secara
langsung, yaitu dengan cara mendinginkan polimer tersebut yaitu setelah terbentuk
polimer yang ditandai viskositas larutan menjadi kental dan adanya sedikit gelembung-
gelembung didalamnya pemanasan dihentikan dan polimer yang terbentuk didinginkan.
Pendinginan dilakukan dengan langsung menuang larutan polimer yang masih panas dan
kental kedalam cawan porselen yang telah dilapisi allumunium foil sebelumnya.
Tujuanya guna polimer tidak mengeras didalam tabung reaksi dan agar tidak lengket pada
tempat penyimpanannya.
Kelompok I 19
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
Gambar 15
Gambar 16
Kelompok I 20
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
Dalam kehidupan sehari-hari polometil metakrilat biasa digunakan untuk kaca atap,
dudukan lampu, bahan pengupam, bagian-bagian otomotif, molding papan dekorasi,
tanda perasa dan gigi palsu.
Kelompok I 21
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
BAB V
A. KESIMPULAN
1. Polimetil metakrilat atau PMMA merupakan senyawa homopolimer yang
dibentuk dari reaksi polimerisasi adisi senyawa metil metakrilat dimana
melibatkan reaksi rantai.
2. Pembuatan PMMA dapat dilakukan dengan bahan Metil Metaakrilat dengan
inisiator Benzoil Peroksida pada suhu 100oC.
3. Polimerisasi Metil Metaakrilat melalui empat tahapan yaitu :
a. Induksi ( Aktivasi )
b. Pemicuan ( Inisiasi )
c. Penyebaran ( Propagasi )
d. Pengakhiran (Terminasi)
4. Perubahan bentuk yang terjadi setelah dipolimerisasi adalah sebagai berikut :
Warna awal campuran 10 ml metil metakrilat + 0,107 gram benzoil peroksida
putih bening.
Setelah dipanaskan menjadi putih bening kental
Dinginkan dalam kurs porselen sampai mengeras
5. Polimerisasi adisi ini dipengaruhi oleh :
a. Reaksi kimia
b. Adanya inhibitor/pemicu
c. Terjadinya tingkat polimerisasi aktivasi, inisiasi, propagasi, dan terminasi
d. Cahaya
e. Panas (pemanasan)
B. SARAN
1. Diperlukan suatu pemahaman yang baik untuk dapat mempelajari dan mengerti
ilmu tentang pembuatan polimer ini sehingga keberhasilan dalam praktikum
dapat diperoleh dengan baik.
2. Penggunaan alat dan bahan yang memadai akan memperoleh hasil yang
diharapkan dengan baik.
Kelompok I 22
Pembuatan Polimetil Metaakrilat
DAFTAR PUSTAKA
Iswahyuni. Petunjuk Praktikum Pembuatan Polimer. ATK : Yogyakarta
Unggul, Sudarmo. 2006. Kimia untuk SMA Kelas XII. Erlangga : Surakarta
Stevens, Malcolm P. 1989. Kimia Polimer. University of Hartford
Cowd,M.A.1991. Kimia Polimer. ITB. Bandung
http://id.wikipedia.org/ diakses pada tanggal 13, 15 dan 19 November 2009
http://katjamatacinta.blogspot.com/ diakses tanggal 19 Desember 2009
Kelompok I 23