0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan29 halaman
Membahas proses-proses yang terjadi dalam mengolah minyak bumi mentah menjadi produk akhir berupa polistirena. Polistirena merupakan plastik yang biasa digunakan pada industri pembuatan barang berbahan dasar plastik seperti mainan anak, gelas plastik, styrofoam, dll.
Membahas proses-proses yang terjadi dalam mengolah minyak bumi mentah menjadi produk akhir berupa polistirena. Polistirena merupakan plastik yang biasa digunakan pada industri pembuatan barang berbahan dasar plastik seperti mainan anak, gelas plastik, styrofoam, dll.
Membahas proses-proses yang terjadi dalam mengolah minyak bumi mentah menjadi produk akhir berupa polistirena. Polistirena merupakan plastik yang biasa digunakan pada industri pembuatan barang berbahan dasar plastik seperti mainan anak, gelas plastik, styrofoam, dll.
Industri Petrokimia Benjamin Martuaraja 14410010 Garini Sabila Lestari 14410044
Industri Petrokimia Industri berbahan baku utama produk migas menghasilkan beragam senyawa organik yang dapat diturunkan dari bahan-bahan baku utama tersebut produk-produk memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada bahan bakunya Dibagi 2 bagian besar: 1. Industri petrokimia hulu (hasil berupa produk dasar atau produk setengah jadi) 2. Industri petrokimia hilir (hasil berupa produk jadi) Bahan baku industri petrokimia Olefin Aromatika Dari nafta melalui proses reforming BTX (benzene, toluene, xilena) Gas sintesis 3 jenis bahan baku dasar Proses dasar pada Industri Petrokimia a. Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia b. Mengubah bahan dasar petrokimia menjadi produk antara c. Mengubah produk antara menjadi produk akhir yang dapat dimanfaatkan. Nafta (Naphtha) Suatu kelompok yang terdiri dari beberapa jenis hidrokarbon cair produk antara kilang minyak Digunakan terutama sebagai bahan baku produksi komponen bensin oktan tinggi melalui proses reformasi katalitik Digunakan dalam industri petrokimia untuk memproduksi olefin dalam perengkah uap (steam cracker) Digunakan sebagai pelarut atau solven dalam industri kimia Pembuatan Produk Polistirene dari Minyak Mentah Raw Oil Naphta Benzene Ethyl Benzene Styrene Monomer Polysterene Lima Langkah Besar 1. Proses distilasi untuk mendapatkan nafta 2. Proses produksi benzena 3. Proses pebuatan etil benzena 4. Proses pembuatan syrene monomer 5. Proses pembuatan polysterene
Langkah 1 : Mendapatkan nafta Minyak mentah sebagai umpan pada Crude Destilation Unit (Distilasi atmosferik) Untuk dipisahkan jadi fraksi-fraksi produk berdasarkan titik didih pada tekanan atmosferik Nafta ringan dengan boiling point 50-200F atau 10-93,3 o C Nafta berat dengan boiling point 200-400F atau 93,3-2204,4 o C
Gambar Proses Distilasi Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kilang_minyak Langkah 2: Pembentukan Benzena Benzena dapat dibuat dengan beberapa cara, yaitu: 1. Polimerisasi asetilena, yaitu dengaBn mengalirkan asetilena melalui pipa kaca yang pijar. 3C 2 H 2 C 6 H 6 2. Memanaskan kalsium benzoat dengan kalsium hidroksida. Ca(C 6 H 5 COO) 2 + Ca 2 (OH) 2C 6 H 6 + 2CaCO 3 3. Destilasi bertingkat tir batu bara. 4. Proses reforming nafta pada industri petrokimia.
Pada industri petrokimia, cara yang paling sering digunakan untuk mendapatkan benzene adalah dengan proses reforming nafta. Nafta berat hasil distilasi atmosferik kemudian dilanjutkan dengan proses Reforming. Proses reformasi katalitik mengkonversi umpan nafta berat menjadi komponen gasoline dan hidrokarbon aromatik rendah (Benzena, Toluena, Xilena) dengan bantuan katalis.
Langkah 3: Pembentukan Etil Benzena
Penggunaan utama sebagai senyawa intermediate untuk produksi stirena, untuk membuat polistiren. Memiliki karakteristik tidak berwarna, berbau khas dan mudah mengiritasi kulit dengan titik didih. Sedikitnya 90% produk etil benzene digunakan untuk industri polistirena. Bahan baku pembuat etil benzene adalah benzene yang mengalami proses alkilasi dengan menggunakan etilen, AlCl 3 , atau BF 3 dipakai sebagai katalisator, sedangkan senyawa dari klorida, biasanya dari HCl atau HF dapat digunakan sebagai promoter reaksi. Ada beberapa macam proses utama yang digunakan dalam proses pembuatan Etil Benzene dengan bahan baku Etil dan Benzena.
Langkah 3: Pembentukan Etil Benzena 1. Proces AlCl 3 (300-500 o C, 70-50 psi, faktor korosi tinggi, perlu pemilihan konstruksi yg tepat) 2. Proses Alkar (dengan katalis BF 3 , peka thdp air, 200-300 o C, 500psi) 3. Proses Mobil Badger Tidak perlu sistem katalis, aman untuk lingkungan Bisa dgn etilena kadar rendah Alkilasi dan transalkilasi berlangsung pada reaktor fixed bed 400-450 o C, 23-30 bar Yield 99% Rasio antara benzen dan etilen sebesar 8:1. Konversinya bisa mencapai 85-90%.
Langkah 3: Pembentukan Etil Benzena Langkah 3: Pembentukan Etil Benzena Langkah 4: Pembentukan Styrene Monomer Anggota dari kelompok aromatik monomer tak jenuh yang mempunyai rumus molekul C 6 H 5 - CH = CH 2 Sulit untuk larut dalam air namun mudah larut dalam alkohol, memiliki tekanan uap rendah dan indeks bias tinggi. Reaktif dan mudah mengalami polimerisasi
Parameter Unit Quantity Molecular weight g/mol 104.14 Refractive index C at 29C 1.5445 Boiling point C 146 Freezing point C -30 to -32 Vapor density air = 1 at 15C 3.6 Viscosity cp at 20C 0.76 CAS number 100-42-5 IUPAC name Styrene Pembentukan SM Pengembangan proses untuk produksi SM secara komersial dibuat tahun 1937 menggunakan proses dehidrogenasi etil benzena. Semenjak itu produksi SM semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan karet sintesis. Di Indonesia sendiri, kebutuhan SM hingga 2009 disajikan dalam tabel berikut
Tahun Jumlah (ton) 2005 19.328,127 2006 25.179,082 2007 36.123,457 2008 50.825,398 2009 73.516,605 Langkah 4: Pembentukan Styrene Monomer Dehidrogenasi Etil Benzena Reaksi utama merupakan reaksi bolak balik endotermik menjadi SM dan hidrogen C 6 H 5 CH 2 CH 3 C 6 H 5 CH=CH 2 + H 2 H (600 C) = 124.9 kJ/mol Sumber panas (endotermik) berupa superheated steam yang memiliki tiga peran penting: Menurunkan tekanan parsial ethylbenzene, menggeser kesetimbangan styrene, dan dapat mengurangi loss pada thermal cracking. Menyediakan panas yang sesuai untuk reaksi Membersihkan katalis dengan mereaksikan karbon dan menghasilkan CO 2 dan H 2
C + 2 H2O CO2 + 2 H2 H = 99.6 kJ/mol
Langkah 4: Pembentukan Styrene Monomer Terjadi juga dua reaksi sampingan yaitu thermal cracking dan gasifikasi steam Reaksi thermal cracking adalah sebagai berikut: C 6 H 5 CH 2 CH 3 + H 2 C 6 H 5 CH 3 + CH 4 H = 64.5 kJ/mol Reaksi gasifikasi yang terjadi menghasilkan Oksida Karbon dan Hidrogen sebagai berikut: C 2 H 4 + 2H2O 2CO + 4H 2 CH 4 + H 2 O CO + 3H 2 CO + H 2 O CO 2 + H 2 Katalis yang kerap digunakan adalah Shell 105 yang terdiri dari 84,3% Fe 2 O 3 sebagai katalis; 2,4% Cr 2 O 3 ; dan 13,3% K 2 CO 3. Semakin berkembangnya industri dan persaingan pasar menyebabkan produsen mencari katalis-katalis baru yang bisa menghasilkan produksi lebih baik
Langkah 4: Pembentukan Styrene Monomer Langkah 4: Pembentukan Styrene Monomer Langkah 5: Pembentukan Polystyrene (PS) Polimer sintesis aromatik yang dibuat dari styrene monomer (SM) yang dapat berbentuk rigid dan busa Pada suhu ruangan biasanya PS bersifat termoplastik padat dan mencair pada temperatur kurang lebih 100 o C PS biasanya berwarna bening namun dapat juga diberi pewarna. Proses pemberian warna pada PS adalah dengan compounding PS biasanya digunakan sebagai bahan pembentuk gelas plastik, mainan anak- anak, casing produk, dan lain-lain PS dibentuk menjadi produk melalui injection molding dan ekstruksi
Langkah 5: Pembentukan Polystyrene (PS) Berikut adalah spesifikasi dari Polystyrene
PS diperoleh melalui proses polimerisasi Styrene Monomer (SM). Molecular formula C 6 H 5 CH=CH 2
Density 0.961.04 g/cm Melting point ~240 C (decomposes at lower T) Thermal conductivity 0.033 W/(mK) (foam, 0.05 g/cm 3 ) Refractive index (n D ) 1.6; dielectric constant 2.6 (1 KHz 1 GHz) Langkah 5: Pembentukan Polystyrene (PS) Tahap pertama adalah polimerisasi suspense pada SM pada temperature 60 o C Selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin yang ada serta menguapkan sisa-sisa blowing yang merupakan insulator yang baik. Langkah 5: Pembentukan Polystyrene (PS) Langkah 5: Pembentukan Polystyrene (PS) Polimerisasi Stiren Monomer: Styrene monomer dipompa dari storage (1) ke feed dissolver (2). Lalu pada Agitator (3) dilakukan proses agitasi sekitar 4 hingga 8 jam yang sebelumnya sudah ditambahkan karet polibutadin yang sudah dipotong- potong. Selanjutnya minyak mineral (sebagai lubrikan), regulator, dan antioksidan ditambahkan lalu dipompa ke reaktor batch (4). Selama reaktor diisi, styrene menguap dan mengisi vent drum (5). Selanjutnya, campuran yang ada di dalam reaktor dipanaskan hingga temperature dan tekanan tertentu untuk melanjutkan polimerisasi. Setelah polimerisasi selesai dilaksanakan, molten product yang mengandung styrene monomer dan ethylbenzene yang tidak bereaksi, dan polimer dengan berat molekul rendah seperti dimer, trimer, dan oligomer lainnya dipompa ke vacuum devotilzer (6).
Langkah 5: Pembentukan Polystyrene (PS) Disinilah sisa-sisa tersebut dibuang, dikondensasi (7), dan melewati devolatizer condensate tank (9) dan kemudian dikirim dalam bentuk produk sampingan. Uap overhead yang dihasilkan dari kondensor biasanya dibuang melalui vacuum sistem (8). Molten polystyrene dari bagian bawah devolatizer (6) yang dipanaskan sampai sekitar 250 0 C hingga 280 0 C diekstrusi (10) melalui stranding die plate atau cetakan berlubang lalu disiram dengan air dingin. Selanjutnya akan dibentuk menjadi pellet (10) lalu dikirim ke product storage (11).