Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Polivinil Klorida (PVC)


Disusun untuk memenuhi penugasan mata kuliah Teknologi Polimer

Oleh:
Kelompok 4
M Nugraha Adi Setya W 14521154
Galih Jatmiko Hutomo

14521299

Agil Rinekso Jati

14521301

Muktafa Akmal

13521078

M Razif Dwi Kurniawan 14521251


Budi Satria Panandita

14521250

Ave Seina Aventa

14521271

1. Polivinil Klorida
Polivinil klorida (IUPAC: Poli(kloroetanadiol)), biasa disingkat PVC, adalah polimer
termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah polietilena dan
polipropilena. Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam
konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai.
PVC bisa dibuat lebih elastis dan fleksibel dengan menambahkan plasticizer, umumnya
ftalat. PVC yang fleksibel umumnya dipakai sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap, dan
insulasi kabel listrik.
Secara sederhana, PVC terbentuk dari reaksi polimerisasi adisi. Polimerisasi adisi adalah
reaksi polimerisasi yang melibatkan mekanisme reaksi adisi (pembukaan ikatan rangkap)
dimana proses penggabungan monomer terjadi tanpa pengurangan atom atau molekul. Secara
umum, rekasi ini terbagi menjdi tiga tahap: inisiasi, propagasi, dan terminasi. Reaksi ini tidak
menghasilkan produk samping dan reaksi jenis ini menghasilkan polimer tipe termoplastik
seperti PVC. Pembuatan PVC sendiri adalah dengan memutus ikatan rangkap pada
monomernya yaitu Vinil Klorida

Gambar 1: Reaksi polimerisasi adisi untuk PVC


Secara umum, proses reaksi polimerisasi adisi adalah sebagai berikut:
a) Inisiasi, untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul
monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan radikal bebas yang
terbentuk dari inisiator sebagai R, dan molekul monomer dinyatakan dengan CH2 = CH2,
maka tahap inisiasi dapat digambarkan sebagai berikut:

b) Propagasi, dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer
yang terbentuk dalam tahap inisiasi

Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dimana ikatan
rangkap C= C dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan tunggal CC pada
polimer polietilena
c) Terminasi, dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh
dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator (R)
CH2 CH2 + R

CH2 CH2- R

atau antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer lainnya, sehingga
akan membentuk polimer dengan berat molekul tinggi
R-(CH2)n-CH2 + CH2-(CH2)n-R

R-(CH2)n-CH2CH2-(CH2)n-R

Beberapa contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi dan reaksinya antara lain
adalah Polivinil klorida
n CH2 = CHCl [ - CH2 - CHCl - CH2 - CHCl - ]n
Vinil klorida

polivinil klorida

2. Sifat Fisik PVC


Senyawa PVC ini dapat berwujud padatan dalam cairan dengan perbandingan 50
% yang tersuspensi yang umumnya digunakan dalam bahan eksperimen dan
penelitian, juga seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, wujudnya juga dapat
berupa bubuk putih atau padatan krim yang berwarna. PVC memiliki range berat
molekul dari 60000 hingga 140000 gram/mol.
Jika ditinjau dari segi kestabilan, senyawa ini sangat stabil karena berbentuk
polimer sehingga fasanya berbentuk padatan yang keras sehingga hampir tidak
berpengaruh (tak bereaksi) terhadap kehadiran oksidator kuat. Dari segi safety,
senyawa ini hampir tidak berbahaya dan mengganggu lingkungan karen tidak
berpotensi mencemari udara, air maupun tanah. Selain itu, senyawa ini juga bersifat
mudah terbakar
.
PVC memiliki beberapa karakteristik dalam morfologi (bentuk) sebagai sebuah
polimer. Morfologi yang terbentuk selama polimerisasi akan mempengaruhi
kemampuan prosesnya (processability) dan properti fisik yang dihasilkan.

Kebanyakan dari PVC akan membentuk polimer yang bersifat kaku (rigid), tetapi
ada PVC yang bersifat plastis dimana secara umum keduanya memiliki sifat struktur
yang sama, hanya saja perbedaanya adalah pada PVC yang plastis, plasticiser masuk
pada fasa amorphous PVC yang menjadikan molekul elastomer berbentuk seperti dasi.
Selanjutnya grains akan hancur menjadi partikel utama yang berukuran 1 m yang
menjadi unit melt flow. Akhirnya melting unit tadi membentuk belitan pada batas flow
unit yang diikuti oleh proses rekristalisasi selama pendinginan yang membentuk
struktur elastomer tiga dimensi yang kuat.
Secara lebih rinci, berikut sifat-sifat fisik dari PVC:

Sifat mekanik

PVC memiliki kekerasan yang tinggi dan sifat-sifat mekanik ( mechanical properties). Sifatsifat mekaniknya meningkat seiring dengan naiknya berat molekulnya, namun menurun
seiring dengan turunnya temperatur. Sebagai perbandingan, salah satu sifat mekanis dari rigid
PVC adalah modulus elastisitas yang dapat mencapai kisaran 1500-3000 MPa. Sedangkan
PVC lunak (flexible PVC) elastisitasnya hanya berkisar 1.5-15 MPa.

Sifat Panas

Kestabilan panas dari PVC mentah sangatlah buruk, untuk itu diperlukan tambahan aditif
berupa penstabil panas (heat stabilizer) untuk menjaga sifat-sifat produknya. PVC akan mulai
terdekomposisi apabila mencapai suhu 140 C, di mana titik lelehnya adalah sekitar 160 C.
Koefisisen pemuaian linear (linear expansion coefficient) dari rigid PVC adalah kecil.
Limiting oxygen index (LOI)-nya dapat mencapai 45 atau lebih. LOI sendiri adalah
konsentrasi oksigen minimum dalam persen yang akan mendukung proses pembakaran
polimer dengan catatan bahwa udara mengandung 20% oksigen.

Sifat Kelistrikan

PVC adalah polimer dengan sifat insulasi yang baik, karena sifat kepolarannya lebih tinggi,
menyebabkan sifat insulasinya menjadi lebih inferior jika dibandingkan dengan polimer nonpolar seperti polietilen dan polipropilen. PVC secara umum cocok sebagai bahan isolator
untuk tegangan rendah sampai sedang, dan untuk frekuensi rendah.

3. Pembuatan PVC
PVC dihasilkan dari dua jenis bahan baku utama: minyak bumi dan garam dapur
(NaCl). Minyak bumi diolah melalui proses pemecahan molekul yang disebut cracking
menjadi berbagai macam zat, termasuk etilena ( C2H4 ), sementara garam dapur diolah
melalui proses elektrolisa menjadi natrium hidroksida (NaOH) dan gas klor (Cl2). Etilena
kemudian direaksikan dengan gas klor menghasilkan etilena diklorida (CH2Cl-CH2Cl).

Proses cracking/pemecahan molekul etilena diklorida menghasilkan gas vinil klorida


(CHCl=CH2) dan asam klorida (HCl). Akhirnya, melalui proses polimerisasi (penggabungan
molekul yang disebut monomer, dalam hal ini vinil klorida) dihasilkan molekul raksasa
dengan rantai panjang (polimer): polivinil klorida (PVC), yang berupa bubuk halus berwarna
putih. Masih diperlukan satu langkah lagi untuk mengubah resin PVC menjadi berbagai
produk akhir yang bermanfaat.
Penampakan resin PVC sangat mirip dengan tepung terigu. Dan resin PVC memang
dapat dianalogikan seperti tepung terigu: keduanya tidak dapat digunakan dalam bentuk
aslinya. Seperti halnya tepung terigu yang harus diolah dengan mencampurkan berbagai
kandungan lain hingga menjadi kue tart dan berbagai jenis roti yang menarik, resin PVC juga
harus diolah dengan mencampurkan berbagai jenis zat aditif hingga dapat menjadi berbagai
jenis produk yang berguna dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar 2: Bagan proses pembuatan PVC

4. Teknik Polimerisasi untuk Menghasilkan PVC


Karena penggunaan PVC yang sudah sangat umum di masyarakat, maka kebutuhan akan
PVC sangatlah besar. Kebutuhan yang besar ini menuntut adanya proses pembuatan PVC
dalam skala industri. Proses pembuatan polimer dalam skala industri dikenal sebagai teknik
polimerisasi. Ada tiga jenis teknik polimerisasi yang biasa digunakan dalam pembuatan PVC,
yaitu:
1. Polimerisasi suspensi

Proses produksi yang dipakai pada umumnya adalah polimerisasi suspensi. Pada proses ini,
monomer vinil klorida dan air dimasukkan ke reaktor polimerisasi dan inisiator polimerisasi,
bersama bahan kimia tambahan untuk menginisiasi reaksi. Suhu pada reaktor berkisar antara
40-60 derajat Celcius. Kandungan pada wadah reaksi terus-menerus dicampur untuk
mempertahankan suspensi dan memastikan keseragaman ukuran partikel resin PVC.
Reaksinya adalah eksotermik, dan membutuhkan mekanisme pendinginan untuk
mempertahankan reaktor pada temperatur yang dibutuhkan. Karena volume berkontraksi
selama reaksi (PVC lebih padat dari pada monomer vinil klorida), air secara kontinu
ditambah ke campuran untuk mempertahankan suspensi. Proses ini akan menghasilkan
partikel PVC sebagai suspensi terhadap air dalam bentuk slurry dengan diameter partikelnya
berkisar antara 50~200 m
Ketika reaksi sudah selesai, hasilnya, cairan PVC harus dipisahkan dari kelebihan monomer
vinil klorida yang akan dipakai lagi untuk reaksi berikutnya. Lalu cairan PVC yang sudah
jadi akan disentrifugasi untuk memisahkan kelebihan air. Cairan lalu dikeringkan dengan
udara panas dan dihasilkan butiran PVC. Pada operasi normal, kelebihan monomer vinil
klorida pada PVC hanya sebesar kurang dari 1 PPM.

Gambar 3: Bagan Reaktor yang biasa digunakan untuk polimerisasi suspensi atau emulsi.

2. Polimerisasi Emulsi dan Polimerisasi Curah

Polimerisasi emulsi dan polimerisasi curah adalah cara alternatif, namun teknologinya tidak
jauh berbeda dalam proses pembuatan PVC. Polimerisasi emulsi juga menggunakan air
sebagai heat-transfer agent, tetapi monomernya tidak larut dalam air, dan inisiator yang
digunakan harus larut dalam air sehingga dibutuhkan penambahan surfaktan. Polimerisasi
emulsi menghasilkan resin PVC dengan kemurnian yang jauh lebih baik dan ukuran partikel
yang lebih kecil, dimana hal ini dibutuhkan dalam beberapa aplikasi. Tipe resinnya sering
dikenal dengan istilah E-PVC atau P-PVC, karena mereka sering digunakan sebagai pelapis
permukaan.

Sedangkan polimerisasi curah menghasilkan resin PVC yang mirip dengan polimerisasi
suspensi. Teknik polimerisasi ini adalah yang paling sederhana dan sering digunakan untuk
menghasilkan produk dalam kapasitas kecil. Hasilnya berupa polimer kental padat yang
kemurniannya tinggi, sehingga perpindahan panasnya buruk. Perbedaannya dengan dua
teknik polimerisasi di atas- hanyalah bahwa pada polimerisasi curah tidak ada penggunaan air
selama proses berlangsung. Teknik ini digunakan untuk mengahasilkan produk dengan
transparansi tinggi serta sifat-sifat plastik yang baik.

3. Pemrosesan Menjadi Produk Akhir: Compounding


PVC
Satu tahap penting lagi sebelum resin PVC bisa ditransformasikan menjadi berbagai produk
akhir adalah pembuatan adonan (compounding). Compound adalah resin PVC yang telah
dicampur dengan berbagai aditif yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, sehingga siap
untuk diproses menjadi produk jadi dengan sifat-sifat yang diinginkan.

Gambar 4: compound atau adonan PVC yang sudah siap pakai


Sifat-sifat yang dituju meliputi warna, kefleksibelan bahan, ketahanan terhadap sinar ultra
violet (bahan polimer/plastik cenderung rusak jika terpapar oleh sinar ultra violet yang
terdapat pada cahaya matahari), kekuatan mekanik transparansi, dan lain-lain.

Adapun jenis bahan aditif yang biasa ditambahkan pada compound PVC adalah sebagai
berikut:
1) Stabilizer
Dalam proses pembuatannya, PVC akan terdegradasi karena panas prosesnya. Hal ini
terindikasi dengan berubahnya warna PVC dari putih jernih menjadi kuning pucat
bahkan oranye. Stabiliser meningkatkan laju dehidroklorinasi sehingga perubahan
warna karena degradasi dapat dicegah. Stabiliser juga berperan dalam mencegah
degradasi karena radiasi ultra violet. Hal ini sangat penting untuk aplikasi PVC di luar
ruangan seperti frame jendela atau pintu. Jenis stabilizer yang digunakan antara lain :
basic lead carbonate, tribasic lead sulphate, dibasic lead phosphate, dibasic lead
phtalat, dibasic lead stearat dan lead silicate serta lead ortho silicate.
2) Plastisizer
Plastisizer memberikan sifat fleksibilitas terhadap PVC yang dihasilkan tergantung
dari jumlah yang ditambahkan selama proses polimerisasi. Plastisizer untuk PVC
mempunyai kelarutan yang hamper sama dengan PVC itu sendiri. Jenis dari
plastisizer yang digunakan antara lain pthalat base seperti DIOP, DAP dan DEHP;
phosphate base seperti TTP dan TXP.

3) Extender
Extender berfungsi seperti plastisizer. Dengan harga yang lebih murah, beberapa
extender dapat digunakan untuk menggantikan plastisizer. Contohnya adalah :
chlorinated paraffin waxes, chlorinated paraffinic liquid fraction dan oil extract.
Beberapa jenis extender mempunyai kelarutan dibawah plastisizer namun masih dapat
ditoleransi sehingga dapat bercampur dengan baik.
4) Lubricant
Pelumas digunakan supaya dalam prosesnya, polimerisasi tidak terlalu kental. Jenis
pelumas yang digunakan antara lain : kalsium stearat.
5) Filler
Secara umum, filler digunakan dalam bahan isian PVC supaya mengurangi biaya
yang bersumber dari material. Selain sebagai bahan isian, beberapa filler juga
sekaligus dapat berfungsi untuk memberikan sifat fisika tertentu. Contoh filler yaitu :
china clay, kalsium karbonat, talc, barit dan silica.
6) Pigment
Zat warna ditambahkan pada proses polimerasasi untuk memberikan warna pada
PVC. Penggunaan zat warna harus disesuaikan jenisnya supaya fungsinya tidak
mengganggu fungsi bahan-bahan pembantu lain seperti plastisizer atau stabilizer.

Untuk Plastisizer digunakan sebagai pemberi sifat fleksibel bagi pvc dan
plastisizer yang biasa digunakan adalah DIOP, DAP dan DEHP; phosphate
base seperti TTP dan TXP.

PVC dapat direkayasa hingga bersifat keras untuk aplikasi-aplikasi seperti pipa dan botol
plastik, lentur dan tahan gesek seperti pada produk sol sepatu, hingga bersifat fleksibel/lentur
dan relatif tipis seperti aplikasi untuk wall paper dan kulit imitasi. PVC dapat juga direkayasa
sehingga tahan panas dan tahan cuaca untuk penggunaan di alam terbuka. Dengan segala
keluwesannya, PVC cocok untuk jenis produk yang nyaris tak terbatas dan setiap compound
PVC dibuat untuk memenuhi kriteria suatu produk akhir tertentu.
Compound PVC kemudian dapat diproses dengan berbagai cara untuk memenuhi ratusan
jenis penggunaan yang berbeda, misalnya:

PVC dapat diekstrusi, artinya dipanaskan dan dialirkan melalui suatu cetakan
berbagai bentuk, sehingga dihasilkan produk memanjang yang bentuknya mengikuti
bentuk cerakan tersebut, misalnya produk pipa, kabel dan lain-lain.

PVC juga dapat di lelehkan dan disuntikkan (cetak-injeksi) ke dalam suatu ruang
cetakan tiga dimensi untuk menghasilkan produk seperti botol, dash board, housing
bagi produk-produk elektronik seperti TV, computer, monitor dll.

Proses kalendering menghasilkan produk berupa film dan lembaran dengan berbagai
tingkat ketebalan, biasanya dipakai untuk produk alas lantai, wall paper , dll.

Dalam teknik cetak-tiup (blow molding), lelehan PVC ditiup di dalam suatu cetakan
sehingga membentuk produk botol, misalnya.

Resin PVC yang terdispersi dalam larutan juga dapat digunakan sebagai bahan
pelapis/coating, misalnya untuk lapisan bawah karpet dll.

4. Aplikasi
Sifat PVC yang menarik membuatnya cocok untuk berbagai macam penggunaan. PVC tahan
secara biologi dan kimia, membuatnya menjadi plastik yang dipilih sebagai bahan pembuat pipa
pembuangan dalam rumah tangga dan pipa lainnya di mana korosi menjadi pembatas pipa logam.
Dengan tambahan berbagai bahan anti tekanan dan stabilizer, PVC menjadi bahan yang populer
sebagai bingkai jendela dan pintu. Dengan penambahan plasticizer, PVC menjadi cukup elastis
untuk digunakan sebagai insulator kabel. Secara lebih rinci, berikut penggunaan PVC dalam
berbagai tempat:

Pakaian

Gambar 5: Celana Panjang berbahan PVC

PVC telah digunakan secara luas pada bahan pakaian, yaitu membuat bahan serupa kulit. PVC
lebih murah dari karet, kulit, atau lateks sehingga digunakan secara luas. PVC juga waterproof
(tahan air) sehingga dijadikan bahan pembuatan jaket, mantel, dan tas.

Kabel listrik

PVC yang digunakan sebagai insulasi kabel listrik harus memakai plasticizer agar lebih elastis.
Namun jika terpapar api, kabel yang tertutup PVC akan menghasilkan asap HCl dan menjadi
bahan yang berbahaya bagi kesehatan. Keberadaan asap ini adalah bahaya utama (terutama di
terowongan), sehingga SPVC LSOH (low smoke, zero halogen) adalah bahan insulasi yang pada
umumnya dipilih.

Perpipaan

Secara kasar, setengah produksi resin PVC dunia dijadikan pipa untuk berbagai keperluan
perkotaan dan industri. Sifatnya yang ringan, kekuatan tinggi, dan reaktivitas rendah,
menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga bisa dicampur dengan berbagai
larutan semen atau disatukan dengan pipa HDPE oleh panas,menciptakan sambungan permanen
yang tahan kebocoran.

Bangunan dan bahan konstruksi

PVC tahan korosi dan pelapukan sehingga banyak digunakan untuk keperluan outdoor seperti
puntung air, bingkai jendela, pipa air dan furnitur taman. PVC juga tangguh, tidak mudah retak,
dan mudah dibentuk sehingga dapat diproduksi sebagai serat, busa atau film.

Komponen kendaraan

Penggunaan PVC dalam komponen kendaraan mengurangi berat kendaraan sehingga mengurangi
konsumsi bahan bakar dan melestarikan bahan bakar fosil. PVC juga meningkatkan kebebasan
desain dan meningkatkan keselamatan kendaraan dengan memberikan bagian kejut-serap seperti
airbag dan juga sifat tahan api.

Mainan

PVC tidak beracun, tangguh, tahan lama serta produk dapat dibuat dalam berbagai warna
sehingga memberikan bahan yang sempurna untuk membuat mainan .

5. Daftar Pustaka
Anonim. Polivynil Chloride. https://en.wikipedia.org/wiki/Polyvinyl_chloride . Diakses pada
6 Desember 2015
Anonim. Polyvinilklorida. http://bilangapax.blogspot.co.id/2011/02/polyvinilklorida.html .
Diakses pada 25 November 2015
Anonim. PVC. https://id.wikipedia.org/wiki/PVC . Diakses pada 25 November 2015
Anonim. The PVC Production Process Explained. http://www.pvc.org/en/p/the-pvcproduction-process-explained . Diakses pada 26 November 2015
Aswaja,
Rizki.
Polyvinyl
Chlorida
(PVC).
http://rizkytekkim07.blogspot.co.id/2011/04/polyvinyl-chlorida-pvc.html . Diakses pada 25
November 2015
Materi Kuliah Ibu Dyah Retno Sawitri, S.T., M.Eng.

Anda mungkin juga menyukai