Anda di halaman 1dari 30

ABSTRAK

Tujuan melakukan percobaan ini adalah untuk melapisi logam besi (Fe)yang mudah mengalami korosi dengan logam tembaga (Cu) menggunakan metode elektroplating, sehingga dapat meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan dan dapat memperbaiki penampilan. Metode pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, kemudian membersihkan logam besi dengan cara mencelupkan logam besi dalam larutan HCl pekat, menimbang logam besi satu per satu dengan menggunakan neraca analit kemudian mencatatnya sebagai berat awal (Wo). Metode kedua yaitu melakukan percobaan untuk percobaan pertama menggunakan variabel kuat arus yaitu 100 mA, 300 mA(I), 300 mA(II), 500 mA(I), 500 mA(II) dengan variabel terikatnya adalah waktu 5 detik. Dan percobaan kedua menggunakan variabel waktu yaitu 5 detik, 10 detik, dan 15 detik dengan variabel terikatnya adalah kuat arus 100 mA. Lalu menimbang berat masing- masing logam besi setelah melalui proses elektroplating (pelapisan logam menggunakan listrik) kemudian mencatatnya dalam sebagai berat akhir (Wt). Hasil percobaan yang telah dilakukan menyatakan bahwa proses elektroplating menghasilkan peningkatan berat pada logam yang dilapisi atau yang kali ini digunakan adalah logam besi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa semakin lama proses elektroplating tersebut dilakukan pada besi maka semakin berat pula endapan / pelapisan yang terbentuk. Namun, dalam percobaan kali ini terdapat beberapa kesalahan yaitu selisih berat yang dihasilkan selama elektroplating mempunyai nilai negatif atau mengalami penurunan berat. Hal itu dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya adalah larutan CuSO4 yang digunakan tidak pernah diganti selama percobaan berlangsung dan banyaknya ampas hasil pelapisan yang terbuang (tidak ikut ditimbang). Dari percobaan dapat disimpulkan Electroplating merupakan proses pelapisan logam dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu untuk memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapisi. Lapisan yang dihasilkan kasar dan mudah terlepas akibat ketidaksesuaiannya kondisi-kondisi sistem. Semakin lama waktu pelapisan maka nilai W semakin besar. Hal ini dikarenakan proses electroplating berlangsung lebih lama sehingga elektroda Cu yang teroksidasi semakin banyak untuk melapisi logam Fe.

DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................... ...i DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ..ii DAFTAR GAMBAR.....iii DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... ..iv BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ........................................................................................................... I-1 I.2 Rumusan Masalah..................................................................................................... I-2 I.3 Tujuan Percobaan ..................................................................................................... I-2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Dasar Teori ............................................................................................................. II-1 BAB III METODOLOGI PERCOBAAN III.1 Variabel Percobaan ............................................................................................. III-1 III.2 Bahan yang Digunakan ...................................................................................... III-1 III.3 Alat yang Digunakan .......................................................................................... III-1 III.4 Prosedur Percobaan............................................................................................. III-1 III.5 Diagram Alir Percobaan ..................................................................................... III-2 III.6 Gambar Alat Percobaan ...................................................................................... III-3 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Percobaan ................................................................................................... IV-1 IV.2 Pembahasan ......................................................................................................... IV-1 BAB V KESIMPULAN ............................................................................................................. V-1 Daftar Pustaka .......................................................................................................................... v Daftar Notasi ............................................................................................................................ vi Appendiks ................................................................................................................................. vii LAMPIRAN : - Laporan Sementara - Fotokopi Literatur - Lembar Revisi

ii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema ElectroplatingII-4

iii

DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Tabel pengertian Reduksi dan oksidasi..............................................................II-1 Tabel II.2 Tabel perbedaan oksidator dan reduktor...........................................................II-1 Tabel IV.1 Hasil Perhitungan..IV-1

iv

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Untuk mempelajari kimia fisika lebih mendalam, kita tidak hanya dituntut bisa teori saja, namun kita harus dapat mengaplikasikannya melalui praktik secara nyata. Disisi lain, kita adalah mahasiswa D3 Teknik Kimia yang lebih dituntut untuk bekerja di lapangan atau praktiknya. Kimia fisika merupakan cabang ilmu kimia yang mengkaji hubungan antara sifat kimia dan sifat fisika suatu zat berdasarkan pada gejala fisik, dan atau perubahan energinya, dalam teknologi pengerjaan logam, proses Electroplating termasuk ke dalam proses pengerjaan akhir (metal finishing). Pengolahan akhir logam sangat menentukan kualitas produk. Teknik produksi komponen logam pada umumnya dilakukan dengan pengecoran, pembentukan, penyambungan, dan permesinan. Output langsung dari teknikteknik produksi tersebut masih memiliki sifat-sifat mekanik, sifat kimia, dan penampilan yang belum sesuai dengan desain yang diinginkan, oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan akhir. Salah satu metode pengolahan akhir logam atau finishing logam adalah dengan pelapisan logam (metallic coatings). Proses pelapisan logam merupakan proses pelapisan permukaan logam dengan logam yang dicairkan, dilebur atau diberi arus listrik dengan perantara larutan elektrolit dengan tujuan utama untuk memperbaiki sifat fisik dan sifat mekanik suatu material, ada bermacam-macam proses pelapisan logam, salah satunya adalah proses Electroplating yaitu metode pelapisan logam secara elektrolisa. Pelapisan logam dengan cara elektrolisa atau Electroplating merupakan proses pelapisan logam dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu yang digunakan untuk memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapisi. Fungsi utama dari pelapisan logam adalah memperbaiki penampilan (dekoratif) misalnya; pelapisan emas, perak, kuningan, dantembaga. Juga memperbaikikehalusan atau bentuk permukaan dan toleransi logam dasar, misalnya; pelapisan nikel, chromium. Selain yang disebutkan diatas Electroplating juga digunakan untuk melindungi logam dasar dari korosi baik melindungi dengan logam yang lebih mulia seperti pelapisan platina, emas, dan baja. I.2 RumusanMasalah Bagaimana caranya menentukan reaksi redoks yang terjadi pada elektroda besi (Fe) di katoda dan tembaga (Cu) di anoda ? I.3 TujuanPercobaan Mengetahui cara menentukan reaksi redoks yang terjadi pada elektroda besi (Fe) di katoda dan tembaga (Cu) di anoda.

I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Dasar Teori II.1.1 Pengertian Reaksi Redoks Suatu reaksi oksidasi reduksi ditandai adanya perubahan bilangan oksidasi unsurunsur tertentu yang terlibat dalam reaksi. Pengertian reaksi reduksi oksidasi : Tabel II.1 Tabel pengertian Reduksi dan oksidasi Oksidasi Reduksi Pengertian Klasik Reaksi antara suatu zat dengan Reaksi antara suatu zat oksigen dengan hidrogen Pengertian Modern Reaksi dimana terjadi kenaikan Reaksi dimana terjadi bilangan oksidasi penurunan bilangan oksidasi Reaksi dimana terjadi pelepasan Reaksi dimana terjadi elektron penangkapan elektron Tabel II.2 Tabel perbedaan oksidator dan reduktor Oksidator Reduktor Zat yang dalam reaksinya mengalami Zat yang dalam reaksinya mengalami reduksi oksidasi Zat yang dalam reaksinya mengalami Zat yang dalam reaksinya mengalami penurunan bilangan oksidasi kenaikan bilangan oksidasi Zat yang mampu mengoksidasi zat lain Zat yang mampu mereduksi zat lain Zat yang dapat menangkap elektron dari Zat yang dapat memberikan elektron pada zat lain zat lain

(Edumedia IPIEMS group Surabaya, 1982-1983)


A. Pengertian Elektrolisa Elektrolisa adalah reaksi non-spontan yang berjalan akibat adanya arus (aliran elektron) eksternal yang dihasilkan oleh suatu pembangkit listrik. Pada sel elektrolitik : Katoda bermuatan negatif atau disebut elektroda () Terjadi reaksi reduksi Jenis logam tidak diperhatikan, kecuali logam Alkali (IA) dengan Alkali tanah(IIA), Al dan Mn. Reaksi : 2H+(aq) + 2e- H2(g) ion golongan IA/IIA tidak direduksi; dan penggantinya air 2H2O(l) + 2e- basa + H2(g) ion-ion lain direduksi. Anoda bermuatan positif (+) atau disebut elektroda + Terjadi reaksi oksidasi Jenis logam diperhatikan Anoda : Pt atau C ( elektroda inert ) Reaksi: 4OH-(aq) 2H2O(l) + O2(g) + 4e Gugus asam beroksigen tidak teroksidasi, diganti oleh 2H2O(l) asam + O2(g) Golongan VIIA (halogen) gas Anoda bukan : Pt atau C

II-1

Reaksi : bereaksi dengan anoda membentuk garam atau senyawa lain.

B. Sel Sel Yang Terdapat Dalam Elektrolisa Dalam Elektrolisa terdapat tiga sel, yaitu : 1. Sel Volta atau Galvani 2. Sel Daniel 3. Sel Elektrolisis Ketiga sel elektrolisa diatas, sebelah kiri sel (anoda) terjadi oksidasi dan sebelah kanan (katoda) terjadi reduksi. Sel Volta, Daniel, dan Galvani : Anoda negatif (-) dan katoda positif (+) Sel Elektrolisis : Anoda positif (+) dan katoda negatif (-) Dalam elektrolisa : DGL standard Eo = Eokatoda - Eoanoda T = 25oC, P = 1 atm (harus positif untuk R spontan) Jika DGL < 0 bernilai negatif (-), maka R nonspontan. Syaratnya : - Suatu reaksi berlangsung spontan jika DGL>0 - Energi bebas Go yang diharapkan agar reaksi berjalan maka Go< 0 atau (-). Go pada kesetimbangan yaitu : -RT ln K atau Go = -nFE (larutan elektrolit atau mengandung listrik) Persamaan Nerts : Go = -RT ln K Go = -nFE Go = Go -nFE = -RT ln K

C. Cara Kerja Elektrolisa Dengan menggunakan daftar potensial elektroda standart dapat diketahui apakah suatu reaksi redoks dapat berlangsung atau tidak, yaitu bila potensial reaksi redoksnya II-2

positif, maka reaksi redoks tersebut dapat berlangsung. Sebaliknya jika potensial reaksi redoksnya negatif, reaksi redoks tidak dapat berlangsung. Potensial reaksi redoks sebagai penentu berlangsung atau tidak berlangsungnya suatu reaksi. Reaksi yang terjadi pada proses eletrolisa dibagi menjadi dua bagian yaitu reaksi yang terjadi pada katoda dan pada anoda. Reaksi pada katoda; ion-ion yang brgerak menuju katoda adalah ion-on positif dan pada katoda terjadi reaksi reduksi. Reduksi untuk ion logam, mengikuti beberapa syarat yang terkait dengan kemudahan ion logam tereduksi dibandingkan dengan ion H+. Jika kation lebih mudah dioksidasi (atau melepaskan elektron), maka air yang akan direduksi. Ion-ion trsebut meliputi Gol IA dan IIA seperti ion-ion logam alkali dan alkali tanah, terutama ion Na+, K+, Ca2+, Sr2+, dan Ba2+. Jika ion-ion trsebut lebih mudah tereduksi dibanding ion H+, maka ion tersebut akan langsung tereduksi seperti ion-ion Cu2+, Ni2+, Ag+. Reaksi pada Anoda merupakan reaksi oksidasi. Ion-ion yang bergerak ke anoda adalah ion-ion negatif (anion). Reaksi yang terjadi dipengaruhi oleh jenis elektroda yang dipakai dan jenis anion. Anion: ion OH-dan ion sisa asam.Jika anoda terdiri dari platina, maka anoda ini tidak mengalami perubahan melainkan ion negatif yang dioksidasi. Ion OHakan dioksidasi menjadi H2O dan O2. 4OH- 2H2O + O2 + 4eIon sisa asam akan dioksidasi menjadi molekulnya. misalnya: Cl- dan Br2Cl- Cl2 + 2e 2Br- Br2 + 2e Ion sisa asam yang mengandung oksigen. Misalnya: SO42-, PO43-, NO3-, tidak mengalami oksidasi maka yang mengalami oksidasi adalah air. 2H2O 4H+ + O2 + 4e Bila elektroda reaktif logam ini akan melepas elektron dan memasuki larutan sebagai ion positif.Prinsip ini digunakan dalam proses penyepuhan dan pemurnian suatu logam. Perhatikan proses elektrolisa larutan garam Natrium Sulfat dibawah ini, Na2SO4 2Na+ + SO42Dari tabel tampak bahwa Hidrogen lebih mudah tereduksi dibandingkan logam Natrium. Demikian pula jika kita bandingkan antara anion SO42- dengan air, sehingga air akan teroksidasi. Na lebih aktif dari H sehingga sukar tereduksi, dan SO42- sukar teroksidasi. Hasil elektrolisis dari larutan Na2SO4 adalah: Pada katoda terjadi gas Hidrogen (H2) dari hasil reduksi H+ dalam bentuk H2O. Pada Anoda terjadi gas O2 hasil oksidasi dari O2- dalam bentuk H2O. Karena terjadi perubahan air menjadi gas hidrogen dan oksigen, semakin lama air semakin berkurang, sehingga larutan garam Na2SO4 semakin pekat. D. Penggunaan Sel Sel Elektrolisa Dalam Kehidupan Sehari Hari 1. Sel Elektrolisa Dalam Industri Elektrolisa digunakan di dalam industri dan di dalam berbagai pemanfaatan seperti penyepuhan atau pelapisan atau elektroplating, sintesa atau pembuatan zat tertentu dan pemurnian logam. Dari persamaan reaksi tampak pada permukaan tembaga akan terjadi reaksi reduksi Au3+(aq) + 3e Au(s). Dengan kata lain emas Au terbentuk pada permukaan tembaga dalam bentuk lapisan tipis. Ketebalan lapisan juga dapat diatur sesuai dangan lama proses reduksi. Semakin lama maka lapisan yang terbentuk semakin tebal. Sintesa atau pembuatan senyawa basa, cara elektrolisa merupakan teknik yang handal. Misalnya pada pembuatan logam dari garam yaitu K, Na dan Ba dari senyawa KOH, NaOH, Ba(OH)2, hasil samping dari proses ini adalah terbentuknya serta pada pembuatan gas H2, O2, dan Cl2. Seperti reaksi yang telah kita bahas. Dalam skala industri, pembuatan Cl2 dan NaOH dilakukan dengan elektrolisis larutan NaCl dengan reaksi sebagai berikut: Proses pemurnian logam juga mengandalkan proses elektrolisa. Proses pemurnian tembaga merupakan contoh yang menarik dan mudah dilaksanakan. Pemurnian ini II-3

menggunakan elektrolit yaitu CuSO4. Pada proses ini tembaga yang kotor dipergunakan sebagai anoda, dimana zat tersebut akan mengalami oksidasi, Cu(s) Cu2+(aq) + 2e. Reaksi oksidasi ini akan melarutkan tembaga menjadi Cu2+. Dilain pihak pada katoda terjadi reaksi reduksi Cu2+ menjadi tembaga murni. Mula-mula Cu2+ berasal dari CuSO4, dan secara terus menerus digantikan oleh Cu2+ yang berasal dari pelarutan tembaga kotor. Proses reaksi redoks dalam elektrolisis larutan CuSO4 adalah : CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq) Katoda: Cu2+(aq) + 2e Cu(s) Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e Pengotor tembaga umumnya terdiri dari perak, emas, dan platina. Oleh karena E0 unsur Ag, Pt dan Au > dari E0 Cu, maka ketiga logam tidak larut dan tetap berada di anoda biasanya berupa lumpur. Demikian juga jika pengotor berupa Fe atau Zn, unsur ini dapat larut namun cukup sulit tereduksi dibandingkan Cu, sehingga tidak mengganggu proses reduksi Cu. Tidak lepas dari elektrolisa, korosi diartikan sebagai peristiwa pengkaratan, apabila kita menyebutkan kata karat maka hampir semua orang akan tahu dan pernah meiihat apa yang dimaksud dengan karat tersebut. Pengkaratan dikenal sebagai suatu peristiwa kerusakan permukaan pada barang-barang yang terbuat dari logam yang berlangsung dengan sendirinya akibat adanya interaksi/kontak antara barang tersebut dengan lingkungan dimana barang tersebut berada. Pengertian yang lebih luas korosi bukan hanya menyangkut masalah karat saja, akan tetapi diartikan sebagai peristiwa rusaknya bahanbahan/konstruksi logam akibat pengaruh lingkungan. Sering terjadi pada kondisi lingkungan tertentu konstruksi logam mengalami kerusakan yang sangat parah meskipun karat sedikit pun tidak terbentuk. Peristiwa ini dapat terjadi pada semua konstruksi logam atau konstruksi yang menggunakan logam, baik itu berupa gedung, jembatan, tiang pancang, peralatan pabrik, sistem perpipaan, mesin-mesin, komponen berbagai macam kendaraan bermotor, kapal laut, pesawat terbang, perlengkapan rumah tangga, dan lain sebagainya. Adapun produk korosi dapat terjadi dalam berbagai bentuk mulai dari bentuk yang sederhana, terlihat oleh metal telanjang (seperti terbentuknya karat pada permukaan, sampai kepada bentukbentuk yang rumit yang hanya dapat dideteksi oleh peralatan yang sangat sensitif). Meskipun proses korosi adalah proses alamiah yang berlangsung dengan sendirinya dan karena tidak bisa dicegah secara mutlak, akan tetapi tindakan pencegahan dan penanggulangannya tetap diperlukan. Pada dasarnya prinsip pencegahan dan penanggulangan korosi sangat sederhana. Kita dapat memilih salah satu atau kombinasi dari metode-metode yang ada, salah satunya adalah dengan pelapisan logam yang mana pada prosesnya terjadi reaksi reduksi-oksidasi (redoks). Pemilihan metode mana yang akan dipakai tentu saja bergantung pada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Korosi sangat tidak dikehendaki karena dapat merusak baik fungsi maupun penampilan rupa dari barang-barang yang mengalami peristiwa ini. Oleh karena itu, untuk mengamati reaksi redoks pada proses pelapisan logam, dilakukanlah percobaan ini. II.1.2 Pengertian Elektroplating Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda tersebut akan mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan bagian akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pekerjaan finishing atau sering juga disebut tahap penyelesaian dari suatu produksi benda kerja. II-4

Jika suatu logam dipajang (expose) kelingkungannya maka akan terjadi interaksi antara logam dengan lingkungan. Berdasarkan teori, mekanisme interaksi akan melibatkan pertukaran ion antara permukaan logam dengan lingkunyannya. Karakteristik pertukaran ion sangat dipacu antara lain oleh adanya perbedaan potensial diantara keduanya. Hasil dari adanya pertukaran ion terhadap logam yang dipajang adalah timbulnya kerusakan pada logam serta terbentuknya produk korosi.

Gambar II.1 Skema Proses Elektroplating Jadi konsep yang sangat mendasar dalam rangka melindungi logam adalah mengupayakan agar tidak terjadi pertukaran ion antara logam dengan lingkungannya. Kalaupun tidak bisa memutus sama sekali pertukaran ion tersebut, diupayakan agar pertukaran ion berlangsung dengan laju yang relatif rendah. Berdasarkan kriteria ini maka muncullah pengertian pengendalian, artinya pertukaran ion yang terjadi dikendalikan lajunya agar tidak berlangsung terlalu cepat. Electroplating adalah proses pelapisan logam yang menggunakan prinsip elektrokimia. Dalam metode ini komponen bersama dengan batangan atau lempengan logam yang akan dilapisi, direndam dalam suatu larutan elektrolit yang mengandung garam-garam logam pelapis. Apabila suatu potensial diberikan ke dalam sel itu sehingga komponen menjadi katoda dan batangan atau lempengan logam penyalut menjadi anoda, ion-ion logam penyalut dari larutan akan mengendap ke permukaan komponen sementara dari anoda ion-ion juga terus terlarut. Dalam metode ini kita mengenal istilah throwing power yang diartikan dengan kemampuan logam penyalut untuk menghasilkan ketebalan merata sejalan dengan terus berubahnya panjang lintasan antara anoda dan permukaan komponen selama pelapisan.

(http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/)
II.1.3 Metode-metode Pelapisan dengan Logam A. Pencelupan Panas (hot dipping) Dalam metode ini, struktur dicelupkan ke dalam bak berisi lelehan logam pelapis. Antara logam pelapis dan logam yang dilindungi terbentuk ikatan metalurgi yang baik karena terjadinya proses perpaduan antar muka (interface alloying). Pengaturan tebal lapisan dalam proses ini cukup sulit karena lapisan cenderung tidak merata, yaitu tebal pada permukaan sebelah bawah tetapi tipis pada permukaan sebelahatas. Meskipun demikian, seluruh permukaan yang terkena lelehan logam itu akan terlapisi. Proses ini

II-5

terbatas untuk logam-logam yang memiliki titik lebur rendah misalnya timah, seng dan aluminium. B. Pelapisan dengan Penyemprotan Logam pelapis berbentuk kawat diumpankan pada bagian depan penyembur api, dan begitu meleleh segera dihembus dengan tekanan tinggi menjadi butir-butir yang halus. Butir-butir halus yang terlempar dengan kecepatan 100 hingga 150 meter perdetik itu menjadi pipih ketika membentur permukaan logam dan melekat disitu. Sampai ketebalan tertentu, lapisan dengan cara ini lebih berpori dibanding yang diperoleh dari pencelupan atau penyaluran listrik. Tetapi dengan penyemprotan lapisan yang tebal lebih mudah dibuat. Proses pelapisan dapat dilakukan di tempat (on site) yaitu sesudah struktur selesai didirikan. Logam pelapis biasanya bersifat anodik terhadap logam yang dilindungi, aluminium atau seng dapat dilapiskan pada baja dengan metode ini. C. Pelapisan dengan Penempelan (clad coating) Kulit dari logam yang tahan korosi dapat dilapiskan ke logam lain yang sifatsifat rekayasanya dibutuhkan untuk struktur tetapi tidak mempunyai ketahanan terhadap korosi dilingkungan kerjanya. Kulit tadi dipasang dengan cara rolling, dan membuat lapisan pengelasan diatas logam, suatu proses yang disebut buttering. Biasanya, difusi yang meliputi daerah antar muka antara kedua logam menghasilkan suatu lapisan paduan yang adhesinya baik sekali. Kesulitan utama dalam mendapatkan ikatan yang baik adalah kurangnya difusi bila permukaan logam masih kotor, kebanyakan oleh kotoran berupa oksida. Tekanan yang diberikan oleh roda penggiling dalam metode rolling harus cukup besar untuk memecahkan oksida. D. Pelapisan Difusi Kita mengenal sejumlah cara untuk mendifusikan logam pelapis, atau pelapis bukan logam, kedalam lapisan permukaan logam yang dilindungi untuk membuat selapis logam paduan pada komponen. Ikatan yang terjadi kuat sekali, tetapi proses ini hanya untuk benda-benda yang relatif kecil. Komponen yang hendak diproses mula-mula dibersihkan dari kotoran dan lemak, kemudian dipanaskan entah dalam keadaan kontak dengan tepung pelapis diudara lembab (solid route), atau dalam aliran gas senyawa mudah menguap dari logam pelapis (gaseous route). Dalam teknik solid route, komponen dan tepung logam dicampur dengan pasir dan ditutup rapat dalam sebuah drum. Kemudian semua itu dipanaskan sampai sedikit diatas titik didih logam pelapis dan diputar selama beberapa jam. Teknik ini digunakan untuk melapisi baja dengan seng. Teknik gaseous route menggunakan senyawa-senyawa halida untuk melapisi baja dengan krom (suatu proses yang disebut cromizing), atau dengan silicon. Kedua macam pelapisan ini meningkatkan ketahanan terhadap korosi; krom juga meningkatkan ketahanan terhadap keausan sedangkan silicon menambah ketahanan terhadap serangan asam. E. Pelapisan Logam dengan Listrik (Electroplating) Electroplating adalah proses pelapisan logam yang menggunakan prinsip elektrokimia. Dalam metode ini komponen bersama dengan batangan atau lempengan logam yang akan dilapisi, direndam dalam suatu larutan elektrolit yang mengandung garam-garam logam pelapis.Apabila suatu potensial diberikan ke dalam sel itu sehingga komponen menjadi katoda dan batangan atau lempengan logam penyalut menjadi anoda, ion-ion logam penyalut dari larutan akan mengendap ke permukaan komponen sementara dari anoda ion-ion juga terus terlarut. Dalam metode ini kita mengenal istilah throwing power yang diartikan dengan kemampuan logam penyalut untuk menghasilkan ketebalan merata sejalan dengan terus berubahnya panjang lintasan antara anoda dan permukaan komponen selama pelapisan.

(http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/)
II.1.4 Macam-Macam Pelapisan Logam 1. Pelapisan Dekoratif II-6

Pelapisan dekoratif bertujuan untuk menambah keindahan tampak luar suatu benda atau produk. Sekarang ini pelapisan dengan bahan krom sedang digemari karena warnanya yang cemerlang, tidak mudah terkorosi dan tahan lama. Produk yang dihasilkan banyak digunakan sebagai aksesoris pada kendaraan bermotor baik yang beroda 2 maupun pada kendaraan beroda 4. Dengan kata lain pelapisan ini hanya untuk mendapatkan bentuk luar yang baik saja. Logam-logam yang umum digunakan untuk pelapisan dekoratif adalah emas, perak, nikel, dan krom. 2. Pelapisan Protektif Pelapisan protektif adalah pelapisan yang bertujuan untuk melindungi logam yang dilapisi dari serangan korosi karena logam pelapis tersebut akan memutus interaksi dengan lingkungan sehingga terhindar dari proses oksidasi. 3. Pelapisan untuk Sifat Khusus Permukaan Pelapisan ini bertujuan untuk mendapatkan sifat khusus permukaan seperti sifat keras, sifat tahan aus dan sifat tahan suhu tinggi atau gabungan dari beberapa tujuan diatas secara bersama-sama. Misalnya dengan melapisi bantalan dengan logam nikel agar bantalan lebih keras dan tidak mudah aus akibat gesekan pada saat berputar.

Gambar II.2. Skema Katoda Anoda Electroplating Pada electroplating terdapat dua buah elektroda, dimana elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif disebut anoda dan elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif disebut katoda. Ciri ciri dari elektroda tersebut sebagai berikut : a. Anoda Kutub positif Terjadi reaksi oksidasi Terjadi pelepasan elektron keluar sirkuit. b. Katoda Kutub negatif. Terjadi reaksi reduksi Menerima elektron dari sirkuit luar. Arus yang digunakan pada proses pelapisan listrik adalah arus searah (Direct Current/DC). Arus ini didapat dari sumber arus yang bermacam-macam, yaitu Baterai kering, Accumulator, DC Power Supply. Ditinjau dari kestabilan arus yang dibutuhkan maka sumber arus yang paling baik adalah DC Power Supply (Catu daya Arus searah). Anoda yang sering digunakan dalam proses electroplating ada dua macam yaitu anoda yang dapat larut dan anoda yang tidak dapat larut. Maksud anoda yang dapat larut adalah anoda yang selama proses memberikan ion-ion logamnya kepada katoda. Sehingga anoda jenis ini makin lama makin habis terkikis. Contoh anoda jenis ini adalah tembaga II-7

(Cu), seng (Zn), nikel (Ni), timah putih (Sn), perak (Ag), dll. Penggunaan anoda jenis ini mempunyai keuntungan yaitu membantu pengoperasian dalam menjaga konsentrasi larutan agar tetap dalam batas yang diinginkan secara otomatis. Akan tetapi anoda jenis ini mempunyai kelemahan yaitu dalam jangka waktu yang relatif panjang akan menghasilkan kotoran dan memerlukan pengontrolan kondisi apakah anoda masih berfungsi dengan baik untuk pegoperasian. Sedangkan anoda yang tidak dapat larut adalah anoda yang selama proses tidak terkikis. Contoh anoda jenis ini adalah karbon (C), platina (Pt), timah hitam (Pb), dll. Penggunaan anoda jenis ini tidak membutuhkan pengontrolan kondisi anoda secara khusus. Katoda adalah logam yang akan dilapisi yaitu baja (besi = Fe). Logam-logam dapat disusun dalam suatu deret menurut kenaikan potensial elektrodenya yang disebut Deret Volta yaitu : Li K Ba Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Ni Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au Semakin kekiri posisi logam dalam deret volta potensial elektrodenya makin kecil. Makin kecil potensial elektrode suatu logam makin mudah logam itu mengalami oksidasi,sebaliknya makin besar potensial elektrode suatu logam makin mudah logam itu mengalami reduksi. Dalam suatu reaksi elektrokimia potensial elektrode didapatkan dari potensial reduksi dikurangi potensial oksidasi.

(http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/)
II.1.5 Pelapisan Logam Ditinjau Dari Sifat Elektrokimia Bahan Pelapis A. Pelapisan Anodik Pelapisan anodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis lebih anodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada baja yang memiliki potensial listrik 0,04 Volt yang dilapisi dengan logam Seng yang memiliki potensial listrik -0,0762 Volt. Logam seng bersifat lebih anodik terhadap baja sehingga logam Seng akan mengorbankan dirinya dalam bentuk korosi sehingga logam yang lebih katodik terhindar dari reaksi korosi. Pelapisan ini termasuk dalam jenis pelapisan protektif. Keunggulan dari pelapisan ini adalah sifat logam pelapis yang bersifat melindungi logam yang dilapisi sehingga walaupun terjadi cacat pada permukaan pelapis karena sebab seperti tergores, retak, terkelupas dan lain-lain sehingga terjadi eksposure terhadap lingkungan sekitarnya, sampai batas tertentu tetap terproteksi oleh logam pelapis. B. Pelapisan Katodik Pelapisan katodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis lebih katodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada tembaga yang memiliki potensial listrik +0,34 Volt yang dilapisi dengan logam Emas yang memiliki potensial listrik +1,5 Volt. Logam Emas bersifat lebih mulia dibandingkan dengan logam tembaga, maka apabila logam pelapis mengalami cacat, logam yang dilapisi akan terekspose ke lingkungan dan bersifat anodik sehingga akan terjadi korosi lokal yang intensif terhadap substrat. Pelapisan katodik sangat cocok digunakan pada pelapisan dekoratif karena umumnya aksesoris dan perhiasan dari bahan-bahan imitasi tidak dikenai gaya-gaya dari luar sehingga kecil kemungkinan untuk mengalami cacat local pada permukaan.

(http://elibrary.ub.ac.id/bitstream/)
II.1.5 Fungsi Elektroplating Pada dasarnya teknik pelapisan logam, elektroplating, atau biasa juga disebut krom oleh masyarakat umum, bertujuan untuk melapisi logam agar tahan terhadap karat dan juga untuk menambah nilai keindahannya. Pelapisan logam dapat berupa lapis seng, galfanis, perak, emas, brass, tembaga, nikel, dan krom. Dalam hal ini kita akan mempelajari teknik krom. Lapis krom berguna sebagai penahan karat dan menambah keindahan dengan warna putih mengkilapnya. Setiap jenis logam memerlukan perlakuan yang berbeda dalam II-8

proses krom. Namun demikian agar lebih sederhana dan mudah dipahami, krom logam dibagi menjadi dua jenis logamnya, yaitu : 1. Logam penghantar listrik Contoh : besi, tembaga, kuningan ,besi baja. 2. Logam yang kurang atau tidak penghantar listrik Contoh : aluminium murni dan campuran. Elektroplating ialah elektrodeposisi pelapis (coating) logam melekat ke elektroda untuk menjaga substrat dengan memberikan permukaan dengan sifat dan dimensi berbeda daripada logam basisnya tersebut. Beberapa proses, misalnya anodisasi krom, elektroda yang dimaksud ialah anoda. Akan tetapi kebanyakan, yang disebut elektroda dalam perumusan di atas ialah katoda. Jadi sistem plating terdiri atas: sirkit luar, elektroda negatif (katoda) yakni barang yang digarap, larutan plating, elektroda negatif (anoda). Maksud elektroplating ialah demi tujuan penampilan (bagus, kilap, cemerlang), perlindungan (terhadap korosi), sifat khas permukaan, sifat teknis atau sifat mekanis tertentu. Dalam teknologi pengerjaan logam, proses lapis listrik termasuk ke dalam proses pengerjaan akhir (metal finishing). Adapun fungsi dan tujuan dari pelapisan logam adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki tampak rupa (dekoratif) misalnya : pelapisan emas, perak, kuningan, dan tembaga. 2. Melindungi logam dan dekorasi, yaitu : a) Melindungi logam dasar dengan logam yang lebih mulia, misalnya : pelapisan platina, emas dan baja. b) Melindungi logam dasar dengan yang kurang mulia, misalnya : pelapisan seng dan baja. 3. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya : pelapisan krom keras. 4. Memperbaiki kehalusan /bentuk permukaan toleransi logam dasar misalnya : pelapisan nikel, krom dan lain sebagainya. 5. Elektroforming, yaitu : membentuk benda kerja dengan cara endapan.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/)
II.1.6. Hukum-hukum yang mendasari A. Hukum Faraday Michael Faraday menemukan hubungan antara produk suatu endapan dengan jumlah arus dan waktu yang digunakan, yaitu : 1. Berat dari logam yang diendapkan (w) pada saat berlangsung proses elektrolisa berbanding lurus dengan jumlah kuat arus (I) dan waktu (t). 2. Untuk jumlah arus yang sama, berat dari logam yang diendapkan berbanding lurus dengan ekivalen kimianya. Pernyataan diatas dapat dirumuskan sebagai berikut : Dengan :

W = berat logam yang diendapkan (gr) I = arus yang digunakan (Ampere) t = waktu (detik) A = berat atom (gr/mol) z = valensi F = bilangan Faraday = 96500 Coulomb/mol
Dari rumus diatas, ketebalan deposit dapat diperoleh dengan asumsi deposit sepanjang permukaan seragam (Sanders,1950:7). Untuk mengetahui ketebalan deposit maka kita harus mengetahui volume dari logam, dan hubungan tersebut sebagai berikut: II-9

Dengan :

Density = kerapatan logam pelapis (gr/cm3) Ketebalan endapan dapat ditentukan sebagai berikut:

Hukum Faraday dapat menjelaskan pengaruh penambahan waktu pada proses pelapisan logam dengan listrik. Semakin lama waktu yang digunakan, maka deposit logam yang dihasilkan juga semakin besar.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/)
II.1.7 Prinsip Kerja Pelapisan Logam Pada prinsipnya pelapisan logam dengan cara lapis listrik adalah merupakan rangkaian dari : arus listrik, anoda, larutan elektrolit dan katoda (benda kerja). Keempat gugusan ini disusun sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu sistim lapis listrik dengan rangkaian sebagai berikut: - Anoda dihubungkan dengan kutub positip dari sumber listrik. - Katoda dihubungkan pada kutub negatif dari sumber listrik. - Anoda dan Katoda direndamkan dalam larutan elektrolit. Bila arus listrik (potensial) searah dialirkan antara kedua elektroda anoda dan katoda dalam larutan elektrolit, maka muatan ion negatif ditarik oleh elektoda katoda. Sementara ion bermuatan negatif berpindah kearah elektroda bermuatan negatif. Ion-ion tersebut dinetralisir oleh kedua elektroda dan larutan elektrolit yang hasilnya diendapkan pada elektroda katoda. Hasil yang terbentuk/terjadi adalah lapisan logam dan gas hidrogen. Telah diuraikan diatas bahwa suatu proses lapis listrik memerlukan larutan elektrolit sebagai media proses berlangsung. Larutan elektrolit dapat dibuat dari larutan asam, basa dan garam logam yang dapat membentuk muatan ion-ion negatif dan ion-on negatif. Tiap jenis pelapisan, larutan elektrolitnya berbeda-beda tergantung pada sifat-sifat elektrolit yang diinginkan. Sebagai contoh pelapisan tembaga, larutan yang dipakai dibuat dari garam logam cupper sulfat (CuSO4) dan H2O. Larutan elektrolit selalu mengandung garam dari logam yang akan dilapis. Garam-garam tersebut sebaiknya dipilih yang mudah larut, tetapi anionnya tidak mudah tereduksi.

II-10

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Variabel Percobaan Variabel kuat arus antara lain 100 mA, 300 mA(I), 300 mA(II), 500 mA(I), 500 mA(II). Variabel terikatnya adalah waktu 12 menit Variabel waktu antara lain 8 menit, 12 menit, 20 menit, 28 menit, 37 menit. Variabel terrikatnya adalah kuat arus 100 mA 3.2 Alat NAMA ALAT UKURAN JUMLAH Beaker glass 250 ml 2 Neraca analitik 1 Stopwatch 1 Amperemeter 1 Kabel 2 3.3 Bahan Logam Besi 10 buah Larutan CuSO4 Larutan HCl Logam Cu Tissue 3.4 Prosedur percobaan Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan Membersihkan logam besi dengan cara mencelupkan logam besi dalam larutan HCl pekat Menimbang logam besi satu per satu dengan menggunakan neraca analit Kemudian mencatatnya dalam tabel Melakukan percobaan : Percobaan pertama menggunakan variabel kuat arus yaitu 100 mA, 300 mA(I), 300 mA(II), 500 mA(I), 500 mA(II). Dan variabel terikatnya adalah waktu 12 menit. Percobaan kedua menggunakan variabel waktu yaitu 5 detik, 10 detik, dan 25 detik. Dan variabel terikatnya adalah kuat arus 100 mA. Menimbang berat masing- masing logam besi setelah melalui proses elektroplating (pelapisan logam menggunakan listrik) kemudian mencatatnya dalam tabel. Mengulang percobaan tersebut sesuai variabel percobaan pertama dan kedua.

III-1

3.5 Diagram Alir LOGAM

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Membersihkan logam besi dengan cara mencelupkan logam besi dalam larutan HCl pekat

Menimbang logam besi satu per satu dengan menggunakan neraca analit Kemudian mencatatnya dalam tabel

Elektroplating

Menimbang berat masing- masing logam besi setelah melalui proses electroplating, kemudian mencatatnya dalam tabel

Mengulang percobaan tersebut sesuai variabel percobaan pertama dan kedua

III-2

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil Percobaan Tabel IV.1 Perhitungan selisih berat Ampere Kuat Massa t No meter Arus Sebelum (det) (A) (A) (gram) 1 5 500 13,75 2 10 500 500 12,84 3 15 500 15,53 4 5 400 11,39 5 10 500 220 12,30 6 15 180 11,35 7 5 260 13,29 8 10 300 280 12,79 9 15 250 12,38 10 5 250 8,76 11 10 300 200 12,44 12 15 210 12,07 13 5 64 11,33 14 10 100 62 10,13 15 15 66 12,84

Massa Sesudah (gram) 13,82 12,94 15,55 11,55 12,30 11,40 13,33 12,80 12,43 8,77 12,48 12,13 11,38 10,19 12,89

W Praktikum (gram) 0.07 0.10 0.02 0.16 0.00 0.05 0.04 0.01 0.05 0.01 0.04 0.06 0.05 0.06 0.05

W Teori (gram) 0,70 1,45 2,17 0,58 0,64 0,78 0,38 0,81 1,09 0,36 0,58 0,91 0,09 0,18 0,29

% Kesalahan 90.00 % 93.10 % 99.08 % 72.41 % 100.0 % 93.59 % 89.47 % 98.77 % 95.41 % 97.22 % 93.10 % 93.41 % 44.44 % 66.67 % 82.76 %

4.2 Pembahasan Electroplating merupakan salah satu cara yang biasa digunakan dalam proses pelapisan suatu logam dengan logam lain yang lebih tahan terhadap korosi. Selain itu, teknik ini juga dimanfaatkan untuk memperindah suatu logam. Pada praktikum ini, logam yang kita lapisi yaitu lempeng besi dengan logam pelapis tembaga. Yang mana sifat dari besi yang mudah mengalami korosi ketika kontak dengan udara. Oleh karena itu perlu adanya pelapisan dengan logam lain agar besi tidak mudah mengalami korosi. Sifat besi yang pada dasarnya rentan terhadap korosi maka sebelum dilakukan electroplating perlu adanya pembersihan permukaan lempeng tersebut. Proses pembersihan karat dilakukan dengan menggunakan larutan HCl, yang mana pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan karat. Penghilangan karat pada tahap ini hanya sebagian saja yang bisa dihilangkan. Asam klorida merupakan asam yang sangat kuat sehingga mampu memutuskan ikatan antara logam dan oksidanya. Pada tahap ini peristiwa yang bisa diamati adalah terjadinya gelembung-gelembung dalam larutan dan juga larutan menjadi warna keruh akibat karat besi yang terlepas dari lempeng besi. Penghilangan karat ini bertujuan agar lapisan yang terbentuk relative lebih kuat dan tidak mudah mengelupas. Setelah dilakukan tahap persiapan, maka kita telah mendapatkan lempeng besi yang telah siap untuk dilapisi dengan tembaga. Pada tahap pelapisan, lempeng besi yang ditempatkan pada posisi katoda dan tembaga pada posisi anoda menyebabkan terbentuknya lapisan pada bagian katoda (bahan kerja). Pada praktikum ini kita menggunakan larutan elektrolit asam yang terdiri dari CuSO4. Pada saat arus mengalir, maka akan terjadi reaksi kimia dalam system, yang mana ion postif dalam larutan akan bergerak mendekati kutub negative (katoda) dan ion negative akan bergerak mendekati kutub positif (anoda). Reaksi reduksi terjadi dikatoda dan reaksi oksidasi terjadi di anoda. Dalam hal ini, tembaga yang kita gunakan sebagai anoda akan

IV-1

mengalami oksidasi sehingga melepaskan elektronnya. Sementara lempeng besi akan mengalami reduksi sehingga akan menerima electron. Hasil pelapisan yang kita lakukan memiliki permukaan yang kasar dan mudah sekali terlepas. Warna yang tebentuk adalah warna tembaga karena pelapisnya yang kita gunakan adalah tembaga. Sementara itu, hasil yang kita peroleh sangat tergantung pada beberapa faktor yaitu arus yang mengalir, pH, dan konsentrasi larutan, serta logam dasar itu sendiri. Permukaan lapisan yang kasar disebabkan karena kondisi-kondisi tersebut tidak sesuai. Dimana rapat arus yang tinggi akan mempercepat pembentukan lapisan akan tetapi hasilnya kasar, selain itu juga kemungkinan disebabkan karena konsentrasi larutan yang terlalu tinggi sehingga berdampak pada lapisan hasil yang kasar. Akan tetapi jika dikarenakan konsentrasi yang tinggi maka lapisan yang didapatkan sangat kuat. Sementara pada percobaan ini lpisan sangat rapuh dan mudah terkelupas. Hal ini menunjukan bahwa yang lebih utama menyebabkan hasil yang kasar adalah rapat arus yang tinggi. Selain itu juga permukaan logam yang kurang halus menambah resiko munculnya hasil yang kasar. Lapisan logam yang mudah terlepas bisa disebabkan karena penampang logam yang dilapisi masih banyak mengandung kotoran seperti lemak dan minyak, ataupun masih banyak mengandung karat. Karena besi sangat rentan terserang korosi ketika sedikit kontak dengan udara. Selain itu satu hal penting yang perlu kita perhatikan adalah arus yang mengalir. Ketika amperemeter belum dihubungkan dengan larutan, arus yang terbaca memang 1 A. tetapi ketika logam kerja dicelupkan, ternyata arus yang terbaca menurun tidak mencapai 1 Ampere. Padahal dalam system terdapat larutan dan elektroda yang sebenarnya memiliki nilai hambatan. Sehingga perlu diperhitungkan ketika kita ingin mendapatkan arus yang sesuai dengan keinginan. Namun dalam percobaan ini ada beberapa kesalahan yaitu hilangnya berat besi yang dilapisi yang kemungkinan disebabkan oleh menempelnya endapan pada tissue saat penimbangan atau bisa juga karena cairan elektrolit tidak diganti. Berikut adalah hubungan massa pelapisan (gram) dan waktu pelapisan (detik) terhadap variabel kuat arus tertentu. a. Grafik Hubungan (G) massa pelapisan dan (t) waktu pada kuat arus 500 A (I)
Pada Kuat Arus 500 A (I)
0.12 0.1 0.08 G (gram) 0.06 0.04 0.02 0 5 10 t (detik) 0.02 15 0.07 0.1

b. Grafik Hubungan (G) massa pelapisan dan (t) waktu pada kuat arus 500 A (I)
0.2 0.16 0.1 G (gram) 0.05 0 5 0 10 t (detik) 15

Pada Kuat Arus 500 A (II)

IV-2

c.

Grafik Hubungan (G) massa pelapisan dan (t) waktu pada kuat arus 300 A (I)
Pada Kuat Arus 300 A (I)
0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 G (gram) 0 5 10 t (detik) 15 0.01 0.04 0.05

d.

Grafik Hubungan (G) massa pelapisan dan (t) waktu pada kuat arus 300 A (II)
Pada Kuat Arus 300 A (II)
0.07 0.06 0.05 0.04 0.03 0.02 0.01 G (gram) 0 5 10 t (detik) 15 0.01 0.04 0.06

e.

Grafik Hubungan (G) massa pelapisan dan (t) waktu pada kuat arus 100 A
G (gram)

Pada Kuat Arus 100 A

0.062 0.06 0.058 0.056 0.054 0.052 0.05 0.048 0.046 0.044

0.06

0.05

0.05

10 t (detik)

15

IV-3

3.3. Analisis Praktikum Analisis Data Setelah dilakukan praktikum maka diperoleh beberapa data tersebut di atas. Pada benda kerja terjadi prosentase kesalahan yang sangat besar, hal ini dapat dikarenakan : 1) Saat penimbangan, benda tidak dalam kondisi benar-benar kering. 2) Waktu yang dipergunakan kelebihan atau kurang. 3) Pembacaan amperemeter / penyetelannya belum benar. 4) Kemampuan bacaan neraca digital hanya 2 digit di belakang koma, sehingga nilai yang begitu kecil tidak terbaca. 5) Kontak rangkaian alat kurang sempurna. 6) Arus yang mengalir pada proses pelapisan tidak konstan, sehingga hasil kurang sempurna. 7) Menurunnya konsentrasi dan suhu elektrolit saat proses pelapisan. 8) Pada pelapisan, kapasitas elektrolitnya kurang dari ketentuan. 9) Ada beberapa alat kelistrikan yang kurang baik. 10) Beberapa peralatan lain juga ada yang rusak, sehingga membuat hasil pelapisan tidak sempurna. Pada W menunjukkan hasil 0 dimungkinkan pada saat membersihkan benda kerja menggunakan HCl dan penetralan menggunakan basa, benda masih ada sifat basa atau asam. Pada pelapisan hasil persen kesalahannya besar-besar, hal ini dimungkinkan : Pada waktu pelapisan, elektrolit yang dipergunakan suhunya tidak sesuai Ampere yang digunakan sangat besar mungkin amperenya keluar atau tidak sepenuhnya kepelapisan. Kurangnya pengadukan elektrolit sehingga pencampurannya kurang merata.

IV-4

BAB V KESIMPULAN
Dari percobaan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. electroplating dapat diartikan sebagai proses palapisan logam, dengan menggunakan bantuan arus listrik dan senyawa kimia tertentu guna memindahkan partikel logam pelapis ke material yang hendak dilapisi. 2. Lapisan yang dihadilkan kasar dan mudah terlepas akibat ketidaksesuaiannya kondisi-kondisi system. 3. Semakin lama waktu pelapisan maka nilai W semakin besar. Hal ini dikarenakan proses electroplating berlangsung lebih lama sehingga elektroda Cu tang teroksidasi semakin banyak untuk melapisi logam Fe.

V-1

DAFTAR PUSTAKA
www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_industri/bahan-baku-dan-produkindustri/pelapisan-logam-di-industri/ www.scribd.com/mobile/doc/34108769/pelapisan-logam/ www.scribd.com/doc/69601123/elektroplating

DAFTAR NOTASI
Notasi Wo W I Keterangan Berat Awal Selisih Berat Kuat Arus Satuan Gram Gram Ampere

vi

APPENDIKS
1. Menghitung W atau berat akhir dari percobaan. W1 = W Wo = 13,82 13,75 = 0,07 gram W2 = W Wo = 12,94 12,84 = 0,1 gram W3 = W Wo = 15,55 - 15,53 = 0,02 gram W4 = W Wo = 11,55 - 11,39 = 0,16 gram W5 = W Wo = 12,30 12,30 = 0 gram W6 = W Wo = 11,40 - 11,35 = 0,05 gram W7 = W Wo = 13,33 13,29 = 0,04 gram W8 = W Wo = 12,80 12,79 = 0,01 gram W9 = W Wo = 12,43 12,38 = 0,05 gram W10 = W Wo = 8,77 8,76 = 0,01 gram W11 = W Wo = 12,48 12,44 = 0,04 gram W12 = W Wo = 12,13 12,07 = 0,06 gram W13 = W Wo = 11,38 11,33 = 0,05 gram W14 = W Wo = 10,19 10,13 = 0,06 gram vii

W15 = W Wo = 12,89 12,84 = 0,05 gram 2. Menghitung W atau berat akhir dari hasil teori. I t Mr W1 = e 00 , = 00 = 0,7 gram I t Mr W2 = e 00 0 , = 00 = 1,45 gram I t Mr W3 = e 00 , = 00 = 2,17 gram I t Mr W4 = e 00 , = 00 = 0,58 gram I t Mr W5 = e 0 0 , = 00 = 0,64 gram I t Mr W6 = e 0 , = 00 = 0,78 gram I t Mr W7 = e 0 , = 00 = 0,38 gram I t Mr W8 = e 0 0 , = 00 = 0,81 gram

W9

= =

t e 0

Mr ,

W10

W11

W12

W13

W14

W15

00 = 1,09 gram I t Mr = e 0 , = 00 = 0,36 gram I t Mr = e 00 0 , = 00 = 0,58 gram I t Mr = e 0 , = 00 = 0,91 gram I t Mr = e , = 00 = 0,09 gram I t Mr = e 0 , = 00 = 0,18 gram I t Mr = e , = 00 = 0,29 gram

Perhitungan Persen Kesalahan Wteori-Wpraktikum % Kesalahan 1 = x 100 % Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0, = 90 % Wteori-Wpraktikum % Kesalahan 2 = x 100 % Wteori , - 0,0 = x 100 % ,

% Kesalahan 3

% Kesalahan 4

% Kesalahan 5

% Kesalahan 6

% Kesalahan 7

% Kesalahan 8

% Kesalahan 9

% Kesalahan10

% Kesalahan11

= 93,10 % Wteori-Wpraktikum = Wteori , - 0,0 = x 100 % , = 99,08 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0, = x 100 % 0, = 72,41 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,00 = x 100 % 0, = 100 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0, = 93,59 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0, = 89,47 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0, = 98,77 % Wteori-Wpraktikum = Wteori ,0 - 0,0 = x 100 % ,0 = 95,41 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0, = 97,22 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0,

x 100 %

x 100 %

x 100 %

x 100 %

x 100 %

x 100 %

x 100 %

x 100 %

x 100 %

% Kesalahan12

% Kesalahan13

% Kesalahan14

% Kesalahan15

= 93,10 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0, = 93,41 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0,0 - 0,0 = x 100 % 0,0 = 44,44 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0, = 66,67 % Wteori-Wpraktikum = Wteori 0, - 0,0 = x 100 % 0, = 82,76 %

x 100 %

x 100 %

x 100 %

x 100 %

LEMBAR REVISI
No. Keterangan Tanggal Diterima Tanggal Kembali TTD

Anda mungkin juga menyukai