SATUAN PROSES I
Sintesis Garam Besi Sebagai Besi (II) Sulfat
Oleh:
Try Nuryana
131411055
Wina Septiyanti
131411056
Wulan Yuviana
131411057
Kelas: 1B
: 20 Mei 2014
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Setelah percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan proses sintesis besi (II) sulfat terhidrat
2. Menuliskan reaksi kimia yang terjadi
3. Melakukan proses-proses fisika yang menyertainya
4. Menghitung pereaksi dan produksi berdasarkan reaksi stokhiometrinya
5. Menghitung persen perolehan berdasarkan reaksi stokhiometri
II.
DASAR TEORI
Garam besi (II) sulfat garam terhidrat merupakan garam terhidrat yang memiliki
rumus kimia [FeSO4.7H2O]. bentuk fisik dari garam ini adalah Kristal berwarna biru
kehijauaan. Garam besi (II) sulfat terhidrat [FeSO4.7H2O] dapat digunakan untuk
mempelajari reaksi reaksi yang terjadi pada ion Fe (II). Besi yang murni adalah logam
berwarna putih perak yang kukuh dan liat. Melebur pada 1535C. Asam klorida (HCl)
encer atau pekat dan asam sulfat (H2SO4) encer melarutkan besi yang menghasilkan
besi (II) dan gas hydrogen.
Fe + 2H+ Fe2+ + H2
Fe + 2HCl Fe2+ + 2Cl- + H2
Asam sulfat pekat yang panas menghasilkan ion-ion besi (II) dan belerang
dioksida:
2Fe + 3H2SO4 + 6H+ 2Fe3+ + 3SO4 + 6H2O
Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) atau fero
diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Dalam larutan, garam-garam ini mengandung
kation Fe+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dan kompleks yang
berwarna tua adalah juga umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidasikan menjadi
besi (III), maka ion besi (II) merupakan zat preduksi yang kuat. Larutan semakin
kurang asam, maka semakin nyatalah efek ini. Di lingkungan larutan yang bersuasana
netral atau basa bahkan adanya oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi
(II) menjadi ion besi (III). Oleh karena itu, larutan besi (II) harus sedikit asam apabila
ingin disimpan dalam waktu yang lama.
Garam-garam besi (III) atau feri diturunkan dari besi (III) oksida, Fe2O3. Garam
besi (III) lebih stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya, terdapat kationkation Fe3+ yang berwarna kuning muda. Jika larutan mengandung klorida, warna
menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi (reduktor) mengubah ion besi (III) menjadi
besi (II).
REAKSI-REAKSI DENGAN ION BESI (II)
Dengan memakai garam besi (II) sulfat [FeSO4.7H2O] dapat digunakan untuk
mempelajari reaksi-reaksi ion besi (II):
a. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
Terbentuk endapan putih besi (II) hidroksida [Fe(OH)2] bila tidak terdapat udara
sama sekli. Endapan ini tidak larut dalam regensia berlebihan tetapi larut dalam
asam. Bila terkena udara, besi (II) hidroksida [Fe(OH)2] dengan cepat
dioksidasikan. Yang pada akhirnya menghasilkan besi (III) hidroksida [Fe(OH)3]
yang coklat kemerahan. Pada kondisi biasa, Fe(OH)2 nampak sebagai endapan
hijau kotor, dengan penambahan hydrogen peroksida, segera dioksidasikan
menjadi besi (III) hidroksida:
Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
Fe(OH)2 + 2H2O + O2 4Fe(OH)3
2Fe(OH)2 + H2O2 2Fe(OH)3
b. Larutan Amonia
Terajadi pengendapan besi (II) hidroksida [Fe(OH)2]. Tetapi jika ada amonium
dalam jumlah yang lebih banyak, disosiasi amonium hidroksida tertekan dan
konsentrasi ion hidroksil menjadi semakin rendah sehingga hasil kali terjadi.
Proses fisika meliputi pemanasan dan pengadukan, penyaringan, dan pendinginan.
Pemanasan adalah suatu proses fisika yang memerlukan energy untuk menaikkan
suhu system dalam suatu reaksi kimia. Pada proses ini melibatkan perubahan suhu
dan waktu proses yang terjadi. Untuk mengetahui kondisi proses, maka suhu proses
diamati dan dicatat setiap selang waktu tertentu. Pemanasan ini dapat dilakukan
melalui api langsung, diatas pemanas (hot plate), atau dalam water batch.
Penguapan (evaporasi) adalah proses pemisahan camouran dengn cara
memanaskan suatu campuran, sehingga diperoleh residu (zat sisa) yang memiliki titik
didih lebih tinggi, sedangkan zat yang titik didihnya lebih rendah menguap lebih dulu.
Contoh: adalah pemisahan air dari larutan garam sehingga diperoleh garam.
Umumnya, suhu pemanasan yang digunakan adalah diatas titik didih air.
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan camuran berdasarkan ukuran partikel
dengan cara melewatkan campuran pada suatau penyaringan (filter) sehingga partikel
yang lebih kecil lolos lewat saringan dan partikel yang lebih besar tertahan
disaringan. Penyaringan yang digunakan dapat berupa kertas saring. Partikel yang
lolos lewat saringan disebut filtrate dan yang tinggal dalam saringan disebut residu.
Proses pemisahan dengan cara filtrasi dapatdibedakan berdasarkan adanya tekanan
dan tanpa tekanan. Contoh diatas merupakan proses pemisahan tanpa tekanan, yaitu
cairan mengalir karena adanya gaya gravitasi. Pemisahan ini sangat cocok untuk
campuran heterogen bila jumlah cairannya lebih besar disbanding partikel zat
padatnya. Proses pemisahan dengan tekanan, dilakukan dengan bantuan pompa atau
divakumkan (disedot dengan pompa vakum). Proses pemisahan dengan teknik ini
sangat tepat dilakukan, jika jumlah partikel padatannya lebih besar dibandingkan
dengan cairannya.
Kristalisasi yaitu pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara
mengkristalkan komponen tercampur dengan cara dipanaskan kemudian di dinginkan.
Kristalisasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat padat yang
saling larut. Contoh: adalah proses pemisahan larutan air dan garam, pemisahan gula
dari tebu, pemurnian garam dapur dilakukan dengan rekristalisasi yaitu garam
dilarutkan ke dalam air besih kemudian disaring, filtratnya kemudian dikristalisasi.
Pengeringan adalah suatu proses pengurangan kadar air dalam suatu bahan
sampai kadar air tertentu atau perkembangan mikroorganisme terhenti. Metode
III.
BAHAN
1. Hot plate
a. H2SO4
3. Gelas ukur 50 ml
c. Aquades
4. Statif + corong
5. Pipet tetes 2 buah
6. Kertas saring
7. Stopwatch
8. Batang pengaduk
9. Magnet stirrer
10. Spatula
11. Indikator pH
12. Thermometer
IV.
FLOWSHEET
Serbuk besi 3 gr
Reactor
Penyaringan / filtrasi
filtrat
penyaringan
kristal
Pengeringan
penimbangan
V.
DATA PENGAMATAN
Proses pelautan
3,00 gr Fe + 25ml H2SO4 20% FeSO + H (larutan warna abu kehitaman)
Hasil filtrasi
pH akhir
No.
Waktu (menit)
Pengamatan
64
Terdapat buih
10
58
15
53
20
50
25
49
30
48
Penyaringan
Warna filtrate
: abu kehitaman
: biru kehijauan
Penyaringan /filtrasi
Warna Kristal
: biru kehijauan
Warna filtrat
: biru kehijauan
PERHITUNGAN
Mol Fe =
M H2SO4 =
Mol H2SO4
Fe
H2SO4
FeSO
M 0,0535
0,095
R 0,0535
0.054
0,054
0,054
0,04
0,054
0,054
gr. FeSO
yield =
VI.
KESELAMATAN KERJA
Pembuatan atau sintesis garam besi (II) sulfat terhidrat harus dilakukan di lemari
asam, karena menggunakan asam sulfat dan reaksi menghasilkan gas hydrogen (H2).
Mahasiswa menggunakan Alat Pendung Diri (APD) seperti jas lab, masker, dan
sepatu tertutup.
VII.
PEMBAHASAN
Praktkum kali ini kita mencoba membuat besi (II) sulfat dengan rumus kimia
[FeSO4.7H2O]. Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak yang kukuh dan liat.
Melebur pada 1535C. Asam klorida (HCl) encer atau pekat dan asam sulfat (H2SO4) encer
melarutkan besi yang menghasilkan besi (II) dan gas hydrogen.
Fe + 2H+ Fe2+ + H2
Fe + 2HCl Fe2+ + 2Cl- + H2
Asam sulfat pekat yang panas menghasilkan ion-ion besi (II) dan belerang dioksida:
2Fe + 3H2SO4 + 6H+ 2Fe3+ + 3SO4 + 6H2O
Saat percobaan campurkan 3 gr serbuk Fe dan larutan H2SO4 20% sambil di panaskan
dan diaduk menggunakan magnet stirer diamati selama 30 menit dan dicatat perubahan
suhu setiap 5 menit sekali, dinginkan agar suhu stabil dengan suhu ruangan, saring larutan
Fe(SO) untuk memisahkan filtrat dengan sisa-sisa Fe hingga menghasilkan warna hijau
dan residu dibilas dengan aquades agar tidak tersisa butiran butiran yang tersisa di ketras
saring, selanjutnya pemanasan kembali untuk memisahkan filtrat dengan air sehingga air
menguap, selanjutnya pendinginan hingga terbentuknya kristal besi (II) sulfat. Massa
Fe(SO) 5,1 gr dan yieldnya
VIII.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapat Kristal FeSO4 5,1 gram, sedangkan dari hasil
perhitungan teoritis didapat
gram.
DAFTAR PUSTAKA
G, S. (1985). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT Kalman Media
Pustaka.
sunardi. (2006). Unsur Kimia Deskripsi dan Pemanfaatannya. Bandung: Yrama Widya.
W, H. (1989). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Erlangga.
Wikinson, C. a. (1989). Kimia Anorganik Dasar . Jakarta: Nobie's blog di00.19.
LAMPIRAN