Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA POLIMER

PERCOBAAN I
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MATERIAL
POLIMER

Waktu Percobaan : Kamis, 24 Oktober 2019

Disusun oleh
Kelompok I
Anggota :
1. Nur Azizah Kurniasari (1518010)
2. Afif Pratama Putra (1518019)
3. Rebecca Christine (1518021)
4. Annisa Feby Maharani (1518025)

LABORATORIUM POLIMER
TEKNIK KIMIA POLIMER
POLITEKNIK STMI JAKARTA
2019

1
I. TUJUAN
Membahas pengaruh temperatur pemanasan terhadap material polimer

II. TEORI DASAR


Bahan-bahan polimer sejak dahulu telah dikenal dan dimanfaatkan
seperti kapas, wool, serat alam, dan lain-lain. Polimer sintesis dikenal
mulai tahun 1925, dan setelah hipotesis makromolekul yang dikemukakan
oleh Staudinger mendapat hadiah Nobel pada tahun 1955, teknologi
polimer mulai berkembang pesat. Beberapa contoh polimer sintesis yang
ada dalam kehidupan sehari-hari adalah serat-serat tekstil poliester dan
nilon, plastik polietilena untuk botol susu, karet untuk ban mobil, dan
plastik poliuretana untuk jantung buatan (Sari, 2018).
Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari
molekul molekul kecil yang saling berikatan. Polimer mempunyai massa
molekul relatif sangat besar, yaitu sekitar 500 - 10.000 kali berat molekul
unit ulangnya. Istilah polimer berasal dari bahasa yunani, polys = banyak
dan meros = bagian, yang berarti banyak bagian atau banyak monomer.
Polimer merupakan molekul besar (makromolekul) yang terbentuk dari
susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang
pada polimer, biasanya ekivalen dengan monomer, yaitu bahan dasar
polimer tersebut (Billmeyer,1971).
Polimer sangat luas pemanfaatannya di dunia ini. Maka dari itu
polimer banyak dikembangkan sebagai materi baru. Dengan banyaknya
jenis polimer, maka sistem klasifikasi polimer akan sangat membantu
untuk mengenali jenis polimer. Polimer dapat diklasifikasikan dengan
beberapa cara, yaitu: 1) berdasarkan sumber, 2) berdasarkan sifat termal,
dan berdasarkan yang lainnya.
Klasifikasi polimer berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan
menjadi 3, yaitu:
1. Polimer alam, yaitu polimer yang terjadi secara alami. Contoh : karet
alam, karbohidrat, protein, selulosa, wol.

2
2. Polimer semi sintetik, yaitu polimer yang diperoleh dari hasil
modifikasi polimer alam dan bahan kimia. Contoh : selulosa nitrat
yang dipasarkan dengan nama celluloid.
3. Polimer sintetik, yaitu polimer yang dibuat melalui reaksi polimerisasi
dari monomer-monomer. Contoh Polietilena, Polipropilena,
Polistirena, dan lain sebagainya.
Klasifikasi polimer berdasarkan sifat termalnya dapat dikelompokan
menjadi 2, yaitu :
1. Termoplastik (Thermoplastics)
Polimer yang dapat mencair melalui proses pemanasan dan dapat
diubah bentuknya melalui pencetakan (reversible). Contoh:
Polietilena, Polipropilena, Poli Vinil Klorida (PVC), dan lain-lain.
2. Termosetting (Thermosetting)
Polimer yang tidak dapat meleleh jika mengalami pemanasan
(irreversible). Contoh: Bakelit, melamin, resin epoksi, unsaturated
poliester, dan lain-lain.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gunting
b. Hot plate/kompor listrik
c. Timbangan
d. Stopwatch
e. Aluminium foil

2. Bahan
a. Sampel A
b. Sampel B
c. Sampel C
d. Sampel D

3
IV. PROSEDUR KERJA
1. Siapkan peralatan dan bahan
2. Gunting aluminium foil dengan ukuran secukupnya
3. Letakkan sampel di atas aluminium foil
4. Letakkan sampel yang telah dialasi aluminium foil di atas hot plate
atau kompor listrik, lalu nyalakan hot plate
5. set suhu hot plate awal 50 dan dan lihat waktu yang diperlukan
untuk mencapai suhu tersebut.
6. Setelah mencapai suhu yang ditentukan, catat waktu dan perubahan
yang terjadi pada sampel lalu foto sampel tersebut.
7. Biarkan sampel pada hot plate selama 10 menit.
8. Dinginkan sampel dengan cara mengambil sampel yang dialasi
aluminium foil dari hot plate selama 5 menit.
9. Panaskan lagi wadahnya dengan diberikan penambahan suhu sebesar
50 .
10. Lanjutkan langkah tersebut hingga perubahan besar terjadi (misal:
meleleh atau gosong) dan catat suhunya (pada saat terjadi perubahan)
(maksimum 200 ).
11. Ulangi untuk sampel B, C, dan D dengan cara yang sama.

V. DATA PENGAMATAN
1. Mula - Mula
Sampel Berat Foto

A 0,0947 g

4
B 1,2552 g

C 0,0877 g

D 1,6322 g

2. Pemanasan 1
Pemanasan I
Sampel Waktu
Suhu Perubahan/Foto
(Pukul)

16 menit
(08.52-
A 50
09.08
WIB)
Belum ada perubahan

5
10 menit
(10.35-
B 50
10.45
WIB)

Belum ada Perubahan

13 menit
(08.47-
C 50
09.00
WIB)

Belum ada perubahan

10 menit
(10.34-
D 50
10.44
WIB)
Belum ada perubahan

3. Pemanasan 2
Pemanasan II
Sampel Waktu
Suhu Perubahan/Foto
(Pukul)

16 menit
(09.13-
A 100
09.29
WIB)
Belum ada perubahan

6
5 menit
(10.50-
B 97
10.55
WIB)

Meleleh

20 menit
(09.05-
C 100
09.25
WIB)
Belum ada perubahan

11 menit
(10.49-
D 100
11.00
WIB)
Belum ada perubahan

4. Pemanasan 3
Pemanasan III
Sampel Waktu
Suhu Perubahan/Foto
(Pukul)

13 menit
(09.34-
A 150
09.47
WIB)
Belum ada perubahan
B - - -

7
33 menit
(09.30-
C 150
10.03
WIB)
Belum ada perubahan

13 menit
D 150 (11.05-
11.18)

Belum ada perubahan

5. Pemanasan 4
Pemanasan IV
Sampel Waktu
Suhu Perubahan/Foto
(Pukul)

15 menit
(09.52-
A 200
10.07
WIB)
Meleleh
B - - -

2 menit
(10.08-
C 194
10.10
WIB)
Meleleh

8
2 menit
(11.23-
D 198
11.25
WIB)

Meleleh

VI. PEMBAHASAN
Sifat khas bahan polimer sangat berubah oleh perubahan temperatur.
Hal ini disebabkan apabila temperatur berubah, pergerakan molekul
karena temperatur akan mengubah struktur (terutama struktur yang
berdimensi besar). Selanjutnya, Karena panas, oksigen, dan air bersama-
sama memancing reaksi kimia pada molekul, terjadilah depolimerisasi,
oksidasi, hidrolisa, dan seterusnya pada temperatur tinggi.
Sifat termal dapat dicontohkan dari polimer plastik. Plastik adalah
salah satu bentuk polimer yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-
hari. Beberapa plastik memiliki sifat-sifat khusus, antara lain lebih mudah
larut pada pelarut yang sesuai, pada suhu tinggi akan lunak (meleleh),
tetapi akan mengeras kembali jika didinginkan dan struktur molekulnya
linier atau bercabang tanpa ikatan silang antar rantai. Proses melunak dan
mengeras ini dapat terjadi berulang kali. Sifat ini dijelaskan sebagai sifat
termoplastik. Bahan-bahan yang bersifat termoplastik mudah untuk diolah
kembali karena setiap kali dipanaskan, bahan-bahan tersebut melunak atau
meleleh sehingga dapat dituangkan ke dalam cetakan yang berbeda untuk
membuat produk plastik yang baru. Polietilena (PE) dan polivinilklorida
(PVC) merupakan beberapa contoh jenis polimer termoplastik.
Sedangkan beberapa plastik lainnya mempunyai sifat-sifat tidak dapat
larut dalam pelarut apapun, tidak meleleh jika dipanaskan, lebih tahan
terhadap asam dan basa, jika dipanaskan akan rusak (gosong) dan tidak
dapat kembali seperti semula dan struktur molekulnya mempunyai ikatan

9
silang antar rantai. Polimer seperti ini disusun secara permanen dalam
bentuk pertama kali mereka dicetak, disebut polimer termosetting. Plastik-
plastik termosetting biasanya bersifat keras karena mereka mempunyai
ikatan-ikatan silang. Plastik termoset menjadi lebih keras ketika
dipanaskan karena panas itu menyebabkan ikatan-ikatan silang lebih
mudah terbentuk. Bakelit, poli (melanin formaldehida) dan poli (urea
formaldehida) adalah beberapa contoh polimer termosetting. Sekalipun
polimer-polimer termoseting lebih sulit untuk dipakai ulang daripada
termoplastik, namun polimer tersebut lebih tahan lama. Polimer ini banyak
digunakan untuk membuat alat-alat rumah tangga yang tahan panas seperti
cangkir.
Pada percobaan kali ini, dilakukan pemanasan terhadap 4 sampel
polimer dengan menggunakan hot plate untuk menidentifikasi apakah
sampel tersebut termasuk ke dalam jenis polimer termoplastik atau
termosetting dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kenaikan
temperatur (pemanasan) pada sampel tersebut dengan melihat perubahan
fisiknya, apakah sampel tersebut akan meleleh atau gosong. Pemanasan ini
dilakukan dengan rentang suhu (0-50) , (50-100) , (100-150) , (150-
200) dimana setelah mancapai suhu set point dilakukan penahanan
selama 10 menit lalu didinginkan (dikeluarkan dari hot plate) selama 5
menit dan selanjutnya dilakukan pemanasan pada rentang suhu berikutnya.
jika sampel telah mengalami perubahan maka pemanasan dihentikan lalu
dicatat suhu akhirnya dan foto perubahan yang terjadi pada sampel.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan hasil yaitu pada
suhu 97 , sampel B mengalami perubahan fisik yaitu meleleh dengan
waktu pemanasan total yaitu 15 menit. Pada suhu 194 , sampel C
meleleh dengan waktu pemanasan total yaitu 68 menit. Pada suhu 198 ,
sampel D meleleh dengan waktu pemanasan total yaitu 36 menit. Pada
suhu 200 , sampel A meleleh dengan waktu pemanasan total yaitu 60
menit.

10
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa semua
sampel percobaan mengalami perubahan yaitu meleleh saat dipanasakan
sehingga dapat ditentukan bahwa semua sampel merupakan jenis polimer
termoplastik. Beberapa contoh polimer termoplastik diantaranya yaitu
polietilena (PE) dan polipropilena (PP). Berdasarkan literatur,
polipropilena memiliki temperatur transisi glass (Tg) pada rentang (-20)
- (-5) dan temperatur leleh (Tm) pada rentang 165 - 175 . Sedangkan
polietilena untuk HDPE memiliki temperatur transisi glass (Tg) yaitu (-
125) dan temperatur leleh (Tm) pada rentang 130 - 140 . untuk
LDPE memiliki temperatur transisi glass (Tg) yaitu (-130) dan
temperatur leleh (Tm) pada rentang 85 - 125 .
Kendala yang kami alami pada percobaan ini yaitu kami
menggunakan 2 hot plate dimana satu diantaranya terkadang error
sehingga menyebabkan suhu pemanasan yang tidak stabil. Saran dari kami
yaitu sebaiknya alat dikalibrasi kembali.

VII. KESIMPULAN
Temperatur sangat berpengaruh terhadap material polimer untuk
mengidentifikasi sifat termal dari polimer tersebut dan mengklasifikasikan
polimer tersebut berdasarkan sifat termalnya yaitu apakah termasuk ke
dalam jenis polimer termoplastik atau termosetting.
Berdasarkan hasil percobaan, semua sampel termasuk ke dalam jenis
polimer termoplastik karena semua sampel meleleh jika dipanaskan pada
temperatur tertentu. Hasil percobaan yang diperoleh yaitu sampel A
meleleh pada temperatur 200 , sampel B meleleh pada temperatur 97 ,
sampel C meleleh pada temperatur 194 sampel D meleleh pada
temperatur 198 .

11
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Admadi, B., & I, Wayan. A. (2015). Teknologi Polimer. Modul


Universitas Udayana, 34-36.

Aryanti, F. I. (2019, Juli). Petunjuk Praktik Komposit Polimer.


Laboratorium Polimer, Teknik Kimia Polimer, Politeknik STMI
Jakarta, 11-13.

12

Anda mungkin juga menyukai