Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“‫”عالقة المجاز المرسل والمجازالعقلى‬

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata kuliah Ilmu Bayan Wal Badi’

Dosen Pengampu : Maman Dzul Iman, S.Ag.,M.A

DISUSUN OLEH :
Fatia Afiaturrahmah 2008102057
Luthfiyah Rohmatik 2008102051
Ali Ridho 2008102084

KELAS 5A
PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, semoga kita semua diberi nikmat sehat, nikmat iman, nikmat jasmani dan rohani
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas terstruktur dengan tema “ ‫عالقة المجاز المرسل‬
‫”والمجازالعقلى‬
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak Maman Dzul Iman, S. Ag. M. A. Selaku
Dosen Pengampu kami yang telah membimbing kami secara moral. Terima kasih pula saya
sampaikan kepada teman-teman mahasiswa yang lain, yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna dan
belum sepenuhnya berhasil baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang. Semoga tugas
ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan Masalah .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2

A. Pengertian Majaz ‘Aqli ........................................................................................................ 2

B. Alaqah dalam majaz ‘aqli .................................................................................................... 2

C. Pengertian Majaz Mursal ..................................................................................................... 5

D.Macam-Macammajaz Mursal ................................................................................................. 5

E. Majaz mursal bi Al-Isti’aroh .............................................................................................. 13

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu balaghah merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya mencakup beberapa bahasan mengenai
ilmu bayan, ma’ani , dan badi’. Ilmu bayan merupakan pembahasan yang berisi tentang kaidah-
kaidah untuk mengetahui satu arti yang dimaksudkan dalam suatu susunan kalimat. Pembahasan
ilmu bayan diantarannya tasbih, majaz, dan kinayah. Majaz merupakan ungkapan yang
menggunakan makna yang bukan sebenarnya yang terdapat hubungan diantara makna haqiqi dan
makna majazi juga dibgi menjadi dua yaitu majaz mursal dan majaz aqli. Adapun mengenai
penjelasan lebih lanjut mengenai majaz mursal dan majaz aqli akan dibahas di makalah ini

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian majaz aqli?
2. Sebutkan dan jelaskan alaqah dalam majaz aqli!
3. Apa pengertian majaz mursal
4. Sebutkan dan jelaskan macam- macam majaz mursal!
5. Apa pengertian majaz mursal bi al-istiaroh?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian majaz aqli
2. Mengetahui alaqah dalam majaz aqli.
3. Mengetahui pengertian majaz mursal
4. Mengetahui macam-macam majaz mursal dan penjelasannya.
5. Mengetahui majaz bi al istiaroh

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Majaz ‘Aqli


Majaz aqli adalah menyandarkan perbuatan (aktivitas) kepada suatu atau benda yang bukan
aslinya karena adanya ‘alaqah ghair al-musyabahah (hubungan tidak adanya unsur kesamaan antara
makna asli dan makna yang mengalami perubahan) dan qarinah (susunan kalimat) yang mencegah
terjadinya penyandaran makna ke lafaz tersebut. Dinamakan aqli, karena majaz jenis ini bisa
diketahui penunjukan maknanya dengan menggunakan akal. Adapun pengertian menurut Ali Al-
Jarimi dan Mustafa Amin dalam Maman Dzul Iman adalah

‫إسناد الفعل أومافي معناه إلي غير ما هو له لعالقة مع قرينة ما نعة من إرادة األسنادالحقيقي‬

Menjadikan fi’il (kata kerja) atau yang sejenisnya sebagai predikat dari yang bukan
seharusnya karna ada ‘alaqoh (kaitan) disertai indikator yang mencegah untuk dijadikan predikat
yang seharusnya

Al-majaz al-‘aqli dalam ranah kajian karya sastra mempunyai andil yang besar karena
keindahannya baik dari segi tarkibnya maupun gaya bahasanya yang indah dan jauh dari kalimat
langsung (al-bu’du ‘an al-kalimah al-mubasyarah). Misalnya kalimat ‫ نام ليلي‬merupakan termasuk
majaz karena penekanan maknanya termasuk majazi, fa’ilnya disandarkan kepada waktunya. Asal
katanya adalah ‫ ِ فيمت في ليلي‬maka saya tidur di malam hari. Seperti dalam firman Allah ‫فماربحت‬
‫تجارتهم‬kalau dalam bentuk kalimat biasa maka akan tampak seperti ‫فماربحواتجارتهم‬ fa’ilnya
disandarkan kepada maf’ulnya.

B. Alaqah dalam majaz ‘aqli

Alaqah dalam majaz aqli:

1) As-sababiyah (‫)السببية‬

Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada penyebab (pelaku). Contohnya:

َ ‫صرْ حًا لَ َعلِي أَبْلغ ْاأل َ ْس َب‬


‫اب‬ َ ْ‫َوقَا َل فِر‬
َ ‫ع ْون َيا هَا َمان اب ِْن لِي‬

2
Artinya: “Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi
supaya Aku sampai ke pintu-pintu,(yaitu) pintu-pintu langit,” (QS. Ghafir: 37)

Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) membangun gedung yang menjulang
disandarkan kepada seorang bernama Haman padahal ia bukan pelaku sebenarnya. Yang
membangun itu adalah para pekerja, tetapi Haman bertindak sebagai pengawas proses
pembangunan itu.

2) Az-zamaniyah ‫الزمانية‬

Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada masa/waktu terjadinya. Contohnya:

‫صائِم ولَيْله قَائِم‬ ِ ْ‫نَ َهار ْالـمؤ‬


َ ‫مِن‬
Artinya: "Siangnya orang mukmin itu berpuasa dan malamnya bangun (untuk ibadah).”
Pada contoh ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) puasa disandarkan kepada masa/waktu
yaitu “siang” padahal “siang” itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang melakukan puasa itu adalah
seorang mukmin pada waktu siang hari.
3) Al-Makaniyah (‫)المكانية‬
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada tempat terjadinya. Contohnya:
َ‫ّللا أَ ْكبَر ذَلِك‬
ِ َ َ‫عدْن َو ِرض َْوان مِن‬ ِ ‫طيِبَةً فِي َجنَا‬
َ ‫ت‬ َ َ‫مِن تَحْ تِ َها ْاأل َ ْن َهار خَا ِلدِينَ فِي َها َو َم َساكِن‬ ِ ‫ّللا ْالمؤْ مِ نِينَ َو ْالمؤْ مِ نَا‬
ْ ‫ت َجنَات تَجْ ِري‬ َ َ‫عد‬
َ ‫َو‬
)72( ‫ه َو ْالف َْوز ْال َعظِيم‬

Artinya: “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat)
surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat)
tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah
keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 72)

Pada ayat ini disebutkan bahwa perbuatan (aktivitas) mengalir disandarkan kepada sungai-sungai
padahal sungai-sungai itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang mengalir itu adalah air-air yang
bertempat di sungai-sungai.

4) Al-Mashdariyah (‫)المصدرية‬

3
Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada mashdarnya (kata dasar/asal). Contohnya:

‫ظ ْل َماءِ ي ْفتَقَد البَدْر‬


َ ‫ َوفِي اللَ ْيلَ ِة ال‬# ‫ي ِإذَا َجدَ ِجدُّه ْم‬
ْ ِ‫َسيَذْكرنِي قَ ْوم‬

Artinya: “Kaumku akan teringat kepadaku apabila mereka menghadapi kesulitan. Pada malam yang
gelap bulan purnama baru dirindukan (dicari-cari)”

Pada syair ini disebutkan bahwa aktivitas menghadapi kesusahan disandarkan kepada mashdar
(kata dasar) yaitu kata (ُّ‫)جد‬
ِ padahal mashdar itu bukan pelaku sebenarnya, tetapi yang mengalami
kesusahan adalah orang-orang yang susah.

5) Al-Fa’iliyyah (‫)الفاعلية‬

Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada fa’ilnya padahal yang dimaksud maf’ulnya. Contoh:

‫اضيَة‬
ِ ‫فَه َو فِي عِيشَة َر‬

Artinya: “Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai.” (Al-Haqqah: 21)

Kata (‫اض َية‬


ِ ‫)ر‬
َ bermakna meridhai atau semakna dengan bina ma’lum dan yang dimaksud adalah
(‫ضيَة‬
ِ ْ‫ ) َمر‬yang artinya yang diridhai.

6) Al-Maf’uliyyah (‫)المفعولية‬

Yaitu penyandaran suatu perbuatan kepada maf’ulnya padahal yang dimaksud fa’ilnya.

‫َو ِإذَا قَ َر ْأتَ ْالقرْ آنَ َج َع ْلنَا َب ْينَكَ َو َبيْنَ الَ ِذيْنَ لَ يؤْ مِ ن ْونَ ِب ْاْلخِ َر ِة حِ َجابًا َمسْت ْو ًرا َسات ًِرا‬

Artinya: “Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-
orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup.” (Al-Isra: 45)

Kata (‫ ) َمسْت ْو ًرا‬bermakna tertutup atau semakna dengan bina majhul dan yang dimaksud adalah (‫) َسات ًِرا‬
yang artinya yang menutupi.

4
C. Pengertian Majaz Mursal

Yang dimaksud dengan majaz mursal adalah majaz yang hubungannya bukan dalam bentuk
keserupaan. Sebagaimana menurut ‘Ilal Nuraim bahwa:

‫ ومجاز اإلستعارة ماكانت العالقة في المشلبهة‬،‫فالمجاز المرسل هو ماكانت العالقة في غير المشابهة‬

“Majaz mursal merupakan yang hubungannya bukan keserupaan, sedangkan majaz isti’aroh
merupakan majaz yang hubungannya dalam bentuk keserupaan”

Menurut Muhammad Mustafa Haddarah bahwa jenis majaz ini disebut sebagai majaz mursal karena
tidak terikat oleh suatu hubungan tertentu. Akan tetapi mempunyai hubungan (‘alaqah) dalam
jumlah yang banyak sehingga di istilahkan dengan sebutan mursal. Kemudian dilanjutkan bahwa
barangkali yang pertama kali mensifati penyebutan tersebut adalah alKhatib al-Qizwaini, sekalipun
para ahli Balagah sebelumnya sudah ada yang membatasi dan membagi serta mengklasifikasi
macam-macam majaz seperti Abdul Qahir al-Jurjani. al-Khatib al-Qizwaini memberikan jumlah
‘alaqah majaz mursal sebanyak sembilan macam, dan nanti kemudian para ahli Balagah
muta’akhkhirin; sebutlah misalnya Baha’ al-Din dan al-Taftazani yang menyebutkan bahawa ada
sekitar 25 macam ‘alaqah majaz mursal.

D. Macam-Macammajaz Mursal
Majaz Mursal dalam ilmu Balagah terbagi dua macam, yaitu dalam bentuk mufrad (dalam bentuk
kata) yang disebut. dengan istilah majaz mufrad mursal, dan ada juga dalam bentuk murakkab
(dalam bentuk kalimat) yang disebut dengan istilah majaz mursal murakkab.

1) Majaz mufrod mursal


Majaz mufrod mursal menurut al-Sayyod Ahmad al-Hasyimi:
‫الججاز المفرد المرسل هو للكلمة المستعملة قصدا في غ ير معناها األصلي لمالحظة مع قرينة دالة على عدم إرادة‬
‫المعنى الوضع‬
“Yaitu kata yang dipergunakan bukan pada makna aslinya disebabkan hubungan dalam
bentuk bukan keserupaan serta ada indikator yang menunjukkan untuk tidak kepada
penggunaan makna aslinya”

5
Majaz mufrad mursal yang bermacam-macam dinataranya:
1) Al-Juz’iyyah
‫ذ كر لفظ الجزء وإرادة ننه الكل‬
Yaitu menyebutkan sesuatu secara parsial namun yang dimaksud adalah keseluruhan.
Contohnya:
‫نشرالحاكم عيونه في المد ينة‬
Contoh di atas sekilas tampak bahwa pemerintah menyebarkan mata-matanya di Kota.
Padahal yang dimaksud dengan mata-matanya adalah pengintai ( ‫شويج احال•م‬.( Maka contoh
tersebut termasuk majaz mursal, alaqah-nya adalah al-juz’iyyah karena mata merupakan
bagian utama dari seorang pengintai

2) Al-Kuliyyah
‫ذكر ففظ ال كل وإ رادة ن نه للجزء‬
Yaitu menyebutkan sesuatu secara keseluruhan padahal yang dimaksud adalah secara
parsial. Contohnya seperti yang terdapat dalam Q.S. al-Baqarah/2: 19.
‫أوكصيب من السماء فيه ظلمات ورعد وبرق يجعلون أصابع هم في أذانهم من الصواعق حذرالموت ج وهللا محيط‬
‫بالكافرين‬
“...Mereka menyumbat telinga mereka dengan anak jarinya...”.
Pada ayat tersebut, terdapat kata ‫ )عباصأ‬jari jemari) yang menyebutkan secara keseluruhan
padahal mustahil adanya bilamana jari jemari tersebut disumbatkan secara keseluruhan
dalam telinga. Sehingga ayat di atas termasuk majaz mursal yang alaqah-nya adalah al-
kulliyyah dan qarinah-ya dalam bentuk haliyah
3) Al-Sababiyyah
‫إ طالاق السبب وإرادة المسبب‬
Yaitu menyebutkan sebab terjadinya sesuatu padahal yang dimaksud adalah sesuatu yang
disebabkan. Contohnya:
‫رعت الماشية للغيث‬
Binatang itu makan tumbuh-tumbuhan
Kata ‫ الغيث‬arti leksikalnya adalah hujan akan tetapi diartikan tumbuh-tumbuhan sebab hujan
merupakan sebab bagi tumbuh-tumbuhan.
4) Al-Musabbabiyyah

6
‫إطالق المسبب وإ را دةالسبب‬
Yaitu menyebutkan sesuatu yang disebabkan padahal yang dimaksud adalah sebab
terjadinya sesuatu. Misalnya firman Allah dalam Q.S. al-Mu’min/40: 13.
‫هو الذى يريكم آياته وينزل لكم من السماء رزقا‬
Terjemahnya: “Dan Allah menurunkan bagi kalian hujan dari langit...”
Kata‫ رزقا‬adalah yang disebabkan dan diartikan sebagi hujan sebab hujanlah yang
menyebabkan rezki.
5) I’tibar ma kana ‫اعتبار ماكان‬
Yaitu menyebutkan sesuatu yang telah terjadi, sedangkan yang dimaksudkan adalah yang
akan terjadi atau yang belum terjadi. Contohnya seperti firman Allah dalam Q.S. al-Nisa’/4:
2
‫وىتوا اليتامي اموالهم‬
Terjemahnya: “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka...”.
Pada potongan ayat di atas terdapat kata ‫ اليتامي‬yang diartikan sebagai orang yang sudah
balig (yang sudah dewasa) padahal kata tersebut bermakna anak yatim (yang belum
dewasa), karena selama masih kecil anak yatim itu tidak boleh menguasai harta bendanya.

6) I’tibar ma yakunu ‫اعتبار مايكون‬


Yaitu menyebutkan sesuatu yang akan terjadi di masa akan datang padahal yang dimaksud
adalah keadaan sebelumnya. Misalnya firman Allah dalam Q.S. Yusuf/12: 36

‫ودخل معه السجن فتيان صلي قال أحدهما إني اراني أعصر خمرا‬

Terjemahnya: “Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda.
Berkatalah salah seorang diantara

keduanya: "Sesungguhnya Aku bermimpi, bahwa Aku memeras anggur."...” Pada ayat di
atas, terdapat kalimat ‫أعصر خمرا‬yang artinya “saya memeras khamar” padahal makna yang
sebenarnya adalah “memeras anggur” yang kemudian menjadi “khamar”.

7) Al-Haliyah ‫الحالية‬

7
‫إطالق الحال وإرادة المحل‬
Yaitu menyebutkan keadaan sesuatu padahal yang dimaksudkannya adalah tempatnya
sesuatu itu berada. Misalnya firman Allah dalam Q.S. Ali ‘Imran/3: 107.

‫وأما الذىن ابيضت وجوههم ففي رحمت هللا هم فيها خالدون‬


Terjemahnya: “Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, Maka mereka berada
dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya”.

Pada ayat di atas terdapat ungkapan ‫ ففي رحمت هللا‬sedangkan yang dimaksud adalah
‫(الجنة‬surga). Ayat tersebut termasuk majaz mursal alaqah-nya adalah al-haliyah yaitu
menyebutkan keadaannya dan yang dimaksudkannya adalah tempatnya yaitu surga

8) Al-Mahaliyah
‫إطالق المحل وإرادة الحال‬
Yaitu menyebutkan tempat sesuatu padahal yang dimaksudkannya adalah keadaan yang
menempatinya. Misalnya:
)‫قرر المجلس ذلك (أي أهله‬
“Majlis telah menetapkan hal itu”. Padahal yang dimaksud dengan majlis adalah anggota-
anggotanya (majlis).

)‫واسال القرية (أي أهلها‬


“bertanyalah pada desa itu”. Padahal yang dimaksud dengan Desa adalah penduduknya
(Desa)

9) Al-Aliyah
‫ذكر اسماللة وإرادة األثر الذي ينتج عنه‬
Yaitu menyebutkan alatnya padahal yang dimaksud adalah sesuatu yang dihasilkan oleh
alat itu. Misalnya firman Allah dalam Q.S. Maryam/19: 50.
‫وو هبنا لهم من رحمتنا وجعلنا لهم لسان صدق عليا‬

8
Terjemahnya: “Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari Rahmat Kami dan
Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi mulia.

Pada ayat di atas,terdapat kata ‫ لسان‬yang berarti buah tutur padahal yang dimaksudkannya
adalah bahasa yang ‫اللغة‬baik

10) Al-Lazimiyyah
Yaitu adanya makna yang keadaannya wajib adanya terhadap keadaan yang lain.
Misalnya:
)‫طلع الضوء (أي شمس‬

“cahaya itu telah terbit”. Sebenarnya bukan cahaya yang dimaksud melainkan matahari itu
sendiri. Contoh tersebut termasuk majaz mursal, alaqah-nya adalah allazimiyah sebab
keberadaan cahaya it

11) Al-Malzumuiyah
Yaitu keadaan yang lain bergantung kepada yang wajib adanya. Misalnya:

)‫مالت الشمس المكان (أي الضوء‬


“(Sinar) matahari itu memenuhi tempat itu”. Matahari yang dimaksud dalam contoh tersebut
adalah sinarnya (matahari). Sehingga contoh tersebut termasuk ke dalam

jenis majaz mursal yang alaqah-nya adalah al-malzumiyah, dan qarinah-nya adalah kata
‫مألت‬

12) Al-Khushush
Yaitu adanya lafal yang mengkhususkan kepada makna yang satu seperti menyebutkan
seseorang dengan nama kabilahnya. Seperti kata-kata ‫ قيس‬،‫ قريش‬،‫ ربيعة‬dan lain-lain.

13) Al-‘Umum

9
Yaitu menyebutkan lafal yang mencakup untuk yang banyak. Seperti firman Allah dalam
Q.S. al-Nisa’/4: 54
....‫أم يحسدون الناس على ما انا هم هللا من فضله‬

Terjemahnya: “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia


yang Allah telah berikan kepadanya?“ Dalam ayat tersebut, terdapat kata ‫ سانال‬yang berarti
manusia secara umum, akan tetapi yang dimaksudkannya adalah Nabi Muhammad.

14) Al-Badliyyah
Yaitu keberadaan sesuatu itu sebagai pengganti dari sesuatu yang lain. Misalnya firman
Allah dalm Q.S. alNisa’/4: 103.
‫فإذا قضيتم الصالة فاذكروا هللا قياما وقعودا وعلى جنوبكم‬
Terjemahnya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring”.

Kata ‫ قضيتم‬pada ayat di atas merupakan badliyyah, yang dimaksudkannya adalah kata
‫(األ داء) أديتم‬

15) Al-Mubdaliyyah
Yaitu keberadaan sesuatu itu digantikan oleh sesuatu yang lain. Misalnya seseorang
mengatakan:
)‫أكلت دم زيد (أي ديته‬
“Saya makan darahnya si Zaid”. Sebenarnya bukan darahnya si Zaid yang dimakan, akan
tetapi yang dimaksudkannya itu adalah tebusan-nya si Zaid.

16) Al-Mujawarah
Indikator majaz mursal ini tidak jauh berbeda dengan al-badliyyah. Yaitu lafal yang tersebut
sebagai pengganti dari yang lain. Misalnya:
)‫كلمت الجوار والعمود (أي الجالس بجوارهما‬

10
“Saya berbicara kepada tembok dan tiang”. Yang dimaksud pernyataan tersebut adalah saya
berbicara kepada orang yang duduk (atau yang berada) di samping tembok dan tiang. Jadi
yang dimaksudkannya itu adalah orangnya bukan bendanya.

17) Al-Taqyid wa al-Ithlaq


Yaitu suatu lafal yang terikat oleh satu ikatan maupun lebih dari satu ikatan. Misalnya:
‫( مشفر زيد مجروح‬bibir habis terluka)
Kata ‫ مشفر‬secara bahasa adalah ‫( شفة البعير‬bibir unta) kemudian yang diambil kata ‫شفة‬
secara mutlak dan disandarkan kepada manusia yaitu ‫( شفة النسان‬bibir manusia). Sehingga
kalimat tersebut termasuk majaz mursal yang ‘alaqah-nya adalah bentuk ‫التقييد ثم الطالق‬

18) Al-Ta’alluq al-Istiqaqi


Dapat diketahui dengan empat cara, yaitu:
▪ Pertama: Menyebutkan isim masdar kepada isim almaf’ul, seperti firman Allah
dalam Q.S. al-Naml/27: 88
‫صنع هللا الذي أتقن كل شيء ج إنه خبير بما تفعلون‬

Terjemahnya: “(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu
....”

Kata ‫ صنع‬pada ayat tersebut adalah bentuk masdar, padahal yang dimaksudkan adalah
bentuk isim al-maf’ul yaitu ‫مصنوعه‬.
▪ Kedua: Menyebutkan isim al-fa’il kepada isim masdar, seperti firman Allah dalam
Q.S. al-Waqi’ah/56: 2
‫ليس لوقعتها كاذبة‬
Terjemahnya: “Tidak seorang pun dapat berdusta tentang kejadiannya”. Kata ‫ كاذبة‬pada
ayat tersebut adalah bentuk isim al-fa’il, padahal yang dimaksudkan adalah isim al-maf’ul
yaitu kata ‫مصنوعه‬
▪ Ketiga: Menyebutkan isim al-fa’il kepada isim al-maf’ul, seperti firman Allah
dalam Q.S. al-Hud/11: 43
...‫ قال ل عا صم اليوم من أمر هللا إل من رحم‬...

11
Terjemahnya: “Tidak ada yang melindungi hari Ini dari azab Allah selain Allah
(saja) yang Maha penyayang”.
Kata ‫َعاصم‬pada ayat tersebut adalah bentuk isim al-fa’il, padahal yang dimaksudkan
adalah isim al-maf’ul . ‫ معصوم أي ل معصوم‬kata yaitu
▪ Empat: Menyebutkan isim al-maf’ul kepada isim al-fa’il, seperti firman Allah dalam
Q.S. al-Isra/17: 45
‫وإذا قرأت القرآن جعلنا بينك و بين الذي ل يؤ منون با ْلخرة حجابا مستورا‬

Terjemahnya: “Dan apabila kamu membaca Al Quran niscaya Kami adakan antara kamu
dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang
tertutup”.
Kata ‫ مستورا‬pada ayat tersebut adalah berbentuk isim maf’ul, padahal yang dimaksudkan
adalah bentuk isim al-fa’il yaitu kata ‫ساترا‬.

2) Majaz mursal murakkab


Majaz Mursal Murakkab menurut al-Sayyid Ahmad alHasyimi:

Artinya: “Majaz Mursal Murakkab merupakan kalimat yang dipergunakan bukan makna
(aslinya) yang dikehendaki, karena ada hubungan (‘alaqah) tapi bukan keserupaan dan ada
tanda yang mencegah untuk sampai kepada makna aslinya”. Penggunaan Majaz Mursal
Murakkab terletak pada dua tempat, yaitu: Pertama: al-Murakkabat al-khabariyyah dengan
pengertian insya’, begitu pula sebaliknya. Dengan tujuan, di antaranya adalah:
➢ Menyatakan keluhan dan rasa sedih Seperti syair Ja’far bin ‘Ulbah al-Harisi dalam
kesedihannya:

‫ جنيب وجثماني بمكة موثق‬#‫هواي مع الركب اليمانين مصعد‬

➢ Menyatakan kelemahan Seperti dalam suatu syair:

‫ فا عف عني يا من يقيل العاثر‬# ‫ إني ل أستطيع اصطبارا‬: ‫رب‬


➢ Menyatakan kegembiraan Seperti dalam kalimat:

12
‫كتب اسمي بين النا جحين‬

➢ Dalam bentuk do’a


‫ أيها الوطن لك الباقي‬،‫نجح هللا مقاصدنا‬

E. Majaz mursal bi Al-Isti’aroh


Jenis majaz ini disebut juga dengan isti’arah. Di sebut demikian karena pada dasarnya
perubahan yang tersusun di dalamnya mengambil atau meminjam suatu lafal untuk
menggantikan lafal yang asli dengan tujuan untuk meningkatkan nilai estetika dalam
berbahasa (li al-mubalagah). Misalnya
‫رأيت أسد في الفصل‬

(saya melihat seekor singa di dalam kelas) Susunan kalimat di atas 13alua kita abaikan dari
sisi balagahnya, maka susunan kalimatnya akan menjadi seperti susunan kalimat biasa,
yaitu:

‫رأيت رجال شجاعا كا ألسد في الفصل‬


(Saya melihat seorang lelaki pemberani seperti singa di dalam kelas).

kriteria-kriteria tertentu berdasarkan rukun-rukun tasybih maupun majaz bi alisti’arah


sebagai tolak ukurnya, sebagai berikut

• Kualitas tinggi )‫(األعلي و األبلغ‬


Yaitu yang dibuang dua rukun tasybih, yaitu indikatornya (wajhu syabah) dan alat
penghubungnya (adat tasybih) Misalnya :
‫ أنت بدر‬،‫أنت شمس‬

• Kualitas menengah) ‫(المتوسطة‬


Yaitu yang dibuang salah satu rukun tasybih yaitu apakah indikatornya (wajhu
syabah) atau alat penghubungnya (adat tasybih).

13
Misalnya:
)‫أنت كالنسيم (أي أنت نسيم في اللطف‬

• Kualitas rendah )‫(األقل‬


Yaitu yang disebutkan indikatornya (wajhu syabah) dan alat penghubungnya (adat
tasybih) secara bersamaan dalam suatu kalimat. Jadi dapat disimpulkan bahwa,
semakin sedikit rukun tasybih yang disebutkan dalam kalimat berarti semakin tinggi
(balig) pula kualitas suatu kalimat atau syair.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Majaz adalah kata yang dipakai bukan pada makna yang diwadlokannya (bukan
makna aslinya ) karena ada alaqoh (hubungan) dan disertai tanda-tanda yang mencegah
penggunaan makna asli itu. Majaz terbagi atas 2 macam, yaitu majaz mursal dan majaz
aqli.Majaz Mursal adalah kata yang sengaja digunakan untuk menunjukkan selain arti
aslinya karena melihat hubungan yang bukan berupa penyerupaan serta adanya pertanda
yang menunjukkan untuk tidak menghendaki makna aslinya.Majaz aqli adalah
menyadarkan fi’il (kata kerja) atau yang semakna dengannya kepada yang bukan
seharusnya karena ada ‘alaqah serta adanya qarinah yang mencegah dari penyadaran yang
sebenarnya.
Titik persamaan majaz aqli dan majaz mursal adalah keduanya merupakan majaz
dimana penggunaan suatu kata bukan pada makna aslinya dan alaqahnya ghair
musyabbahah. Majaz aqli menitik beratkan pada penyandaran fi’il atau suatu perbuatan
kepada bukan pelaku yang sebenarnya, sedangkan majaz mursal penggunaan suatu makna
kepada kata yang bukan sesungguhnya.
Alaqah pada majaz aqli: as-sababiyyah, az-zamaniyyah, al-makaniyyah, al-
mashdadriyyah, al-fa’iliyyah, dan al-maf’uliyyah. Alaqah pada majaz mursal: as-
sababiyyah, al-musabbabiyyah, al-juz’iyyah, al-kulliyyah, al-haliyyah, al-maahaliyyah,
i’tibaru ma kana, dan i’tibaru ma yakunu. Biarpun ada alaqah yang sama, yaitu as-
sababiyyah, namun majaz aqli menyandarkan fi’il kepada pelaku yang menjadi sebab
terjadinya. Adapun as-sababiyyah dalam majaz mursal adalah menyebutkan suatu makna
(tidak sebagai pelaku) sedang yang dimaksud adalah akibatnya dari adanya penyebab
tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Zamroni,M. Nailul Huda. 2017. Mutiara Balaghah Jauharul Maknun Dalam Ilmu Ma’ani, Bayan,
dan Badi’

Dzul Iman, Maman. (2019). Buku Pintar Untuk Memahami Balaghah. Yogyakarta: Deepublish.
Hal. 220.

Asep,Iqbal (2021), Ilmu Bayan Antara Teori dan Praktik. Margomulyo : Maghza Pustaka

Amaliatussoluhah, inayatul ulya, shofa nurjanah. (2019) Ilmu balagoh majaz mursal dan 'aqli

http://blogspot.com/2020/12/perbedaan-majaz-aqli-dan-majaz-mursal.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai