Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ADZAN DAN IQAMAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Irfan Nawawi, M.Si.

Disusun oleh kelompok 12


Mohamad Yamin 19822016
Dede Rina 19823002
Ririn Violita 19823007

FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS


PRODI PENDIDIKAN FISIKA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat berupa kesempatan dan
kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mandiri dalam bentuk makalah ini. Tidak
lupa Saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dosen mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam Irfan Nawawi, M.Si.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam pelengkapan materi dan juga memberikan
dorongan dan motivasi.
3. Pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mata kuliah
Seminar Pendidikan Agama Islam di FITS Institut Pendidikan Indonesia. Penyusun menyadari
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun agar lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Garut,

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DARTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................. 1
C. Tujuan Masalah .................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Adzan dan Iqamah ............................................ 2


B. Lafad Adzan dan Iqamah................................................... 2
C. Hukum Adzan dan Iqamah................................................ 4
D. Syarat-syarat Adzan dan Iqamah....................................... 5
E. Sunah-sunah Adzan dan Iqamah....................................... 5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ......................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Islam, shalat merupakan ibadah badaniyah yang penting dan telah ditetapkan
waktu pelaksanaannya. Allah berfirman, artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan
shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian
apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). (An
Nisa`:103). Sesungguhnya kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman
… [An Nisa` : 104].
Untuk mengetahui waktu shalat, Allah telah mensyariatkan adzan sebagai tanda masuk
waktu shalat, berikut tata cara adzan dan hukum Islam berkenaan dengan adzan tersebut. Yang
semuai ini, sangat penting untuk diketahui oleh kaum muslimin. Adzan dan Iqamah merupakan di
antara amalan yang utama di dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda
:“Imam sebagai penjamin dan muadzin (orang yang adzan) sebagai yang diberi amanah, maka
Allah memberi petunjuk kepada para imam dan memberi ampunan untuk para muadzin.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah yaitu:
1. Apa pengertian adzan dan iqamah?
2. Bagaimana lafad adzan dan iqamah?
3. Apa hukum adzan dan iqamah?
4. Apa saja syarat-syarat adzan dan iqamah?
5. Apa saja sunah-sunah adzan dan iqamah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian adzan dan iqamah?
2. Untuk mengetahui lafal adzan dan iqamah?
3. Untuk mengetahui hukun adzan dan iqamah?
4. Untuk mengetahui syarat-syarat adzan dan iqamah?
5. Untuk mengetahui sunah-sunah adzan dan iqamah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Adzan dan Iqamah
1. Pengertian Adzan
Adzan menurut bahasa adalah pemberitahuan. Sedangkan menurut syara’ adzan ucapan-
ucapan khusus yang menjadi tanda masuknya waktu shalat fardhu, atau pemberitahuan tentang
masuknya waktu shalat fardhu dengan lafal-lafal tertentu.
Dalam lafaz Adzan itu terdapat pengertian yang mengandung beberapa maksud penting, yaitu
sebagai akidah, seperti adanya Allah yang Mahabesar bersifat Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya,
serta menerangkan bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah yang cerdik dan bijaksana untuk
menerima wahyu dari Allah. Sesudah kita bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allahdan
Nabi Muhammad utusan-Nya, kita diajak menaati perintah-Nya, yakni mengerjakan shalat,
kemudian diajaknya pula pada kemenangan dunia akhirat. Akhirnya disudahi dengan kalimat
Tauhid.
Adzan dimaksudkan untuk memeberitahukan bahwa waktu shalat telah tiba dan menyerukan
untuk melakukan shalat berjamaah. Selain itu untuk mensyiar agama Islam dimuka umum.
Firman Allah Swt:

‫سعَ ْوا ا ِٰلى ِذ ْك ِر اللّٰ ِه َوذَ ُروا ا ْلبَ ْي َۗ َع‬


ْ ‫ص ٰلو ِة ِم ْن يَّ ْو ِم ا ْل ُج ُمعَ ِة فَا‬
َّ ‫ِي ِلل‬َ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْٰٓوا ِاذَا نُ ْود‬
ََ‫ٰذ ِل ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ا ِْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُم ْون‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseur untuk menunaikan shalat pada hari
jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah (shalat) dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (al-Jumu’ah:9).
2. Pengertian Iqamah
Iqamah yaitu memberitahukan kepada jama’ah supaya siap berdiri untuk shalat.
B. Lafad Adzan dan Iqamah

1. Lafad Adzan

‫ اَللهُ ا َ ْك َبر‬،‫ اَللهُ ا َ ْك َبر‬،‫ اَللهُ ا َ ْك َبر‬،‫اَللهُ ا َ ْك َبر‬


ْ َ‫أ‬
ْ َ ‫ أ‬، ُ‫ش َه ُد ا َ ْن الَ اِلَهَ إِالَّالله‬
ُ‫ش َه ُد ا َ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّالله‬
ُ ‫ش َه ُد ا َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
‫س ْو ُل الل ِه‬ ْ َ ‫ ا‬، ‫س ْو ُل الل ِه‬
ُ ‫ش َه ُد ا َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
ْ َ‫ا‬
َّ ‫علَى ال‬
‫صالَ ِة‬ َّ ‫علَى ال‬
َ ‫ َح َّي‬، ‫صالَ ِة‬ َ ‫َح َّي‬

ِ َ‫علَى ا ْلفَال‬
‫ح‬ ِ َ‫علَى ا ْلفَال‬
َ ‫ َح َّي‬، ‫ح‬ َ ‫َح َّي‬
‫ اَللهُ ا َ ْكبَر‬،‫اَللهُ ا َ ْكبَر‬
‫الَ ِإلَهَ ِإالَّالله‬
Keterangan:
a) Dalam Adzan shalat subuh, diantara kalaimat “ Hayya ‘alal-fala” dan “Allaahu akbar, Allahu
akbar yakni antara kalimat ke-5 dan ke-6 ditambah kalimat:

‫صالَةُ َخ ْي ٌر ِم َن النَّ ْو ِم‬ َّ ‫ا َل‬


َّ ‫ اَل‬، ‫صالَةُ َخ ْي ٌر ِم َن النَّ ْو ِم‬
Arti tambahan Adzan subuh:” Shalat itu lebih baik dari pada tidur”. (Riwayat Muslim dan
Nasai)
b) Waktu menyerukan kalimat “ Hayya ‘alash-shalaah,” disunahkan berpaling ke kanan, dan kita
menyerukan kalimat ”Hayya ‘alal-falah, “ berpaling ke kiri.
c) Hayya ‘alash-shalaah, artinya” Marilah Shalat,” dan Hayya ‘alal- Falah, artinya “Marilah
menuju kemenangan (keuntungan atau kebahagiaan),”
2. Lafad Iqamah
Lafad iqamah itu sama dengan Adzan, bedanya kalau Adzan diucapkan masing-masing dua
kali, sedangkan iqoomah cukup diucapkan sekali saja. Diantara kalimat ke-5 dan ke-6 ditambah
kalimat:

ُ‫صالَة‬ ِ ‫ قَ ْد قَا َم‬، ُ‫صالَة‬


َّ ‫ت ال‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬
َّ ‫ت ال‬
“shalat telah dimulai.”
Iqamah sunah diucapkan agak cepat dan dilakukan dengan suara agak rendah dari pada
Adzan.

‫ اَللهُ ا َ ْكبَر‬،‫اَللهُ ا َ ْكبَر‬


ْ َ‫أ‬
ُ‫ش َه ُد ا َ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّالله‬
ُ ‫ش َه ُد ا َ َّن ُم َح َّمدًا َر‬
‫س ْو ُل الل ِه‬ ْ َ‫ا‬
َّ ‫علَى ال‬
‫صالَ ِة‬ َ ‫َح َّي‬

ِ َ‫علَى ا ْلفَال‬
‫ح‬ َ ‫َح َّي‬
ُ‫صالَة‬ ِ ‫ قَ ْد قَا َم‬، ُ‫صالَة‬
َّ ‫ت ال‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬
‫ اَللهُ ا َ ْك َبر‬،‫اَللهُ ا َ ْك َبر‬
‫الَ ِإلَهَ ِإالَّالله‬

C. Hukum Adzan Dan Iqamah


Menurut jumhur ulama (selain Hanabilah), diantaranya Al-Khiraqi al-Hambali, bahwa
adzan itu sunnah mu’akadah bagi laki-laki secara jama’ah disetiap masjid, baik untuk shalat lima
waktu maupun untuk shalat Jum’at. Namun tudak sunnah bagi shalat lain, seperti shala Id, Kusuf,
tarawih, dan shalat jenazah. Untuk menyeru shalat-shalat terakhir ini apabila dilakukan secara
berjama’ah hendaknya dengan kata-kata “Al-shalat jami’ah, berdasarkan hadits riwayat Al-
Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr, ia berkata:” ketika terjadi gerhana dimasa Rasulullah
saw., maka diserukan “Al-shalat jami’ah”.
Adapun Iqamah hukumnya Sunah mu’akkadah, baik dalam shalat fardhu yang dilakukan
pada waktuya maupun yang diqadha, munfarid maupun berjama’ah, dan bagi laki-laki maupun
wanita menurut jumhur selain Hanabilah.
Syafi’iyah dan Malikiyah menambahkan bahwa disunnahkan iqamah tanpa adzan bagi
seorang wanita atau jama’ah wanita, karena dikhawatirkan menimbulkan fitnahdengan
dikeraskannya suara wanita dalam adzan. Hanafiyah berpendapat bahwa iqamah bagi wanita
adalah makruh sebagaimana adzan, berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Anas dan Ibnu
Umar, dank arena pada dasarnya mereka harus menutup diri sedangkan mengeraskan suara
baginya adalah haram.
Adzan dan iqamah untuk anak yang baru lahir disunatkan. Adzan pada telinga kanan anak
yang baru lahir, dan iqamah pada telinganya yang kiri. Sabda Rasulullah Saw:

‫ان‬
ِ َ‫صبْي‬ ْ ُ‫َم ْن ُو ِل َد لَهُ َم ْولُ ْودٌفآّذَّ َن فِ ْي اُذُنِ ِه اْليُ ْمنَى َواَقَا َم فِى اْلي‬
ّ ِ ‫س َرى لَ ْم تَض ُُّرهُ ا ُ ُّم ال‬
)‫(روى فى كتاب ابن السنى عن الحسن ابن على‬
Artinya: “Barang siapa yang lahir anaknya, maka adzanlah pada telinga kanannya dan
iqamahlah pada telinga kirinya, maka anak itu tidak dimudaratkan oleh Jin (tidak kena penyakit
kanak-kanak).”(diriwayatkan dalam kitab Ibnu Sunni dari Hasan bin Ali).
Faedahnya, supaya kalimat yang mula-mula didengarkan sewaktu ia lahir didunia ini ialah
kalimat tauhid. Demikian juga sewaktu ia akan meninggal dunia, hendaklah diajarkan dan
diperingatkan dengan kalimat itu.
Sabda Rasulullah Saw:
ُ‫لَ ِقنُ ْو ا َ َم ْوتَا ُك ْم َالاِلَهَ ا َِّالَ الله‬
Artinya: “Ajarilah orang yang hampir mati dengan kalimat La ilaha illallah. Tidak ada
Tuhan yang sebenarnya patut disembah melainkan Allah”.( Riwayat Muslim dan yang lainnya).
D. Syarat-Syarat Adzan Dan Iqamah
Syarat-syarat adzan dan iqamah sebagai berikut:
1. Masuk waktu shalat. Maka adzan tidak sah dan dispakati haram dilakukan sebelum masuk waktu,
sehingga apabila telah dilakukan sebelum masukwaktu, maka wajib diulangi setelah masuk waktu,
karena adzan merupakan pemberitahuan tentang masuknya waktu, sedangkan adzan sebelum
masuk waktu merupakan penipuan.
2. Dengan menggunakan bahasa Arab. Maka tidak sah adzan dengan selain bahasa arab.
3. Adzan dan Iqamah harus dapat didengar oleh sebagian jama’ah dan didengar oleh diri sendiri
apabila sendirian.
4. Lafad-lafad adzan dan iqamah harus dibaca secara berurutan dan beruntun, dalam rangka mengikuti
sunnah, sebagaimana diriwayatkan oleh muslim dan lainnya dank arena pembacaan lafal-lafal
adzan dengan tidak beruntun itu merusak fungsinya sebagai pemberitahuan tentang masuk waktu.
5. Dilakukan oleh satu orang. Apabila seseorang melakukan sebagian adzan dan diteruskan
sebagiannya oleh orang lain, maka adzannya tidak sah.
6. Dilakukan oleh seorang muslim, berakal (mumayyiz) dan laki-laki..
E. Sunah-Sunah Adzan dan Iqamah
Dalam adzan disunahkan hal-hal berikut:
1. Hendaknya adzan dilakukan oleh orang yang bagus dan keras suaranya serta ditempat yang tinggi,
berdasarkan hadits Abdullah bin zaid diatas: Ajarkanlah kepada Bilal, karena ia lebih lantang
suaranya dari pada kamu. Disamping itu adzan dengan suara yang keras akan lebih luas
jangkauannya, meluluhkan hati orang yang mendengar, dan lebih menarik untuk disambut.
Adapun kerasnya suara dapat memperluas jangkauan dan memperjelas pemberitahuannya, serta
lebih besar pahalanya. Dilakukannya adzan ditempat yang tinggi juga dapat memperluas
jangkauannya.
2. Adzan dilakukan sambil berdiri diatas tembok atau menara agar didengar banyak orang. Dijeladkan
dalam hadis Abu Qatadah bahwa Rasulullah saw. berkata kepada Bilal: “ Berdirilah lalu
adzanlah! Seluruh muadzin Rasulullah saw. melakukan adzan sambil berdiri. Apabila muadzinnya
berhalangan, seperti sakit, maka ia boleh adzan sambil duduk. Demikian juga halnya dengan
iqamah.
3. Mu’adzin hendaknya orang yang merdeka, baligh, dapat dipercaya, shaleh, dan mengetahui waktu-
waktu shalat, berdasarkan hadits Ibnu Abbas, “ Hendaklah melakukan adzan orang yang paling
baik diantara kamu, dan hendaklah menjadi imam orang yang membaca diantara kamu.”
4. Muadzin dalam keadaan punya wudhu dan suci,berdasarkan hadis: “Tidak melakukan adzan
kecuali orang yang punya Wudhu”. Dijelaskan dalam hadis Ibnu Abbas bahwa adzan itu
bersambung dengan shalat, maka janganlah adzan salah seorang diantara kamu kecuali dalam
keadaan suci.
5. Musdzin hendakny orang yang dapat melihat, karena orang yang buta itu tidak dapat mengetahui
masuknya waktu atau sering salah, namun adzannya sah, karena Ibnu Ummi Maktum melakukan
adzan untuk Nabi saw. Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Amr, ia berkata bahwa Ibnu Ummi
adalah seorang buta yang tidak adzan hingga dikatakan kepadanya bahwa waktu shubuh telah
datang.
6. Meletakan kedua jari (telunjuk) dilubang telingga, karena hal ini dapat mengeraskan suara.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tirmidzi. “Dari Abi Juhaifah. Ia berkata: saya
lihat Bilal ber-adzan dan saya ikuti mulutnya ke sana dan kesini, sedang dua jarinya di dua
(lobang) telinganya.
7. Hendaknya adzan dilakukan dengan pelan-pelan, yaitu dengan cara diam sebentar setiap antara
dua kalimat, dan dalam iqamah hendaknya dilakukan dengan cepat, yaitu dengan menyatukan
setiap dua kalimat. Rasulullah saw. berkata kepada Bilal: “Apabila kamu adzan, maka pelan-
pelanlah, dan apabila kamu iqamah cepat-cepatlah.”
8. Adzan dan iqamah hendaknya dilakukan sambil menghadap qiblat, karena para muadzin Rasulullah
saw melakukannya sambil menghadap qiblat. Disamping itu karena dalam adzan dan iqamah
terkandung munajat kepada Allah, sehingga sebaiknya dilakukan sambil menghadap qiblat.
9. Adzan hendaknya dilakukan dengan ikhlas, dalam arti tidak mengharapkan upah dari adzan dan
iqamah. Hal ini disepakati sebagai kesunahan.
10. Menurut jumhur selainHanafiyah disunahkan agar jama’ah mempunyai dua orang muadzin, tidak
lebih, karena Rasulullah saw. mempunyai dua orang muadzin, yaitu Bilal dan Ibnu Ummi Maktum.
Bagi satu masjid boleh hanya mempunyai satu orang muadzin. Namun atas dasar hadits diatas
sebaiknya mempunyai dua orang muadzin. Seandainya butuh jumlah muadzin yang lebih banyak,
maka boleh sampai empat orang. Karena utsman r.a. mempunyai empat orang muadzin. Apabila
suatu masjid mempunyai banyak muadzin, maka sebaiknya adzannya dilakukan secara bergiliran,
sebagaimana yang dilakukan oleh Bilal dan Ibnu Ummi Maktum. Sehubungan dengan
berbilangnya muadzin boleh jadi tekhniknya masing-masing muadzin melakukan adzan dimenara
secara terpisah, menghadap kearah yang berlainan, atau adzan secara bersama-sama serentak di
tempat yang sama.
11. Adzan dilakukan pada awal waktu untuk memberitahukan kepada manusia, sehingga mereka dapat
bersiap siaga untuk melakukan shalat.
12. Boleh menyuruh orang lain untuk mengajak para penguasa agar melakukan shalat.
13. Disunahkan agar manusia tidak berdiri sebelum muadzin selesai adzannya, melainkan mereka
harus sabar sedikit hingga adzan selesai atau mendekati selesai, karena bergerak ketika
mendengarkan adzan menyerupai syetan.
14. Membaca salawat atas Nabi Saw. sesudah selesai adzan, kemudian berdoa dengan doa ini:

َ‫سيلَة‬
ِ ‫ت ُم َح َّمدًا ا ْل َو‬
ِ ‫صالَ ِة ا ْلقَائِ َم ِة آ‬ َّ ‫اللَّ ُه َّم َر‬
َّ ‫ب َه ِذ ِه ال َّدع َْو ِة التَّا َّم ِة َوال‬
َ ‫َوا ْلفَ ِضيلَةَ َوا ْبعَثْهُ َمقَا ًما َم ْح ُمودًا الَّذِى َو‬
ُ‫ع ْدتَه‬
Artinya: Ya Allah, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempurna ini dan shalat yang sedang
didirikan ini, berilah Nabi Muhammad saw. derajat yang tinggi dan pangkat yang mulia, dan
berilah dia kedudukan yang terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya. (riwayat Bukhari dan
lain-lainnya)
15. Disunatkan membaca doa diantara adzan dan iqamah. Sabda Rasulullah saw. “Dari Anas bin
Malik. Ia berkata, “Rasulullah telah berkata, ‘Doa (permintaan) diantara adzan dan iqamah tidak
ditolak.”(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi). Pendengar adzan hendaklah turut pula
menyebut dengan perlahan-lahan seperti kalimat adzan yang diucapkan oleh muadzin kecuali
sewaktu muadzin menyebut kalimat:
َّ ‫علَى ال‬
‫صالَ ِة‬ َ ‫َح َّي‬
ِ َ‫علَى ا ْلفَال‬
‫ح‬ َ ‫َح َّي‬

Yang mendengar hendaklah membaca:

‫الَ َح ْو َل َو َالقُ َّوة ا َِّال ِبا الل ِه‬

Begitu juga yang mendengar iqamah, hendaklah turut membaca apa-apa yang dibaca oleh
muadzin, kecuali sewaktu ia membaca:
ُ‫صالَة‬ ِ ‫قَ ْد قَا َم‬
َّ ‫ت ال‬
Yang mendengar hendaklah membaca:

‫اَقَا َم َهااللهُ َو اَدَا َم َها‬


Sabda Rasulullah Saw.” Apabila kamu mendengar adzan, hendaklah kamu berkataseperti yang
dikatakan oleh muadzin.” (riwayat Bukhari dan Muslim). Pada riwayat Muslim dikatakan, kecuali
sewaktu mendengar Hayya ‘alas-shalah. Hayya ‘alal-falah, maka yang mendengar hendaklah
berkata la haula walaquwwata illa billah.” (riwayat Abu Dawud).
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Adzan menurut bahasa adalah pemberitahuan. Sedangkan menurut syara’ adzan ucapan-
ucapan khusus yang menjadi tanda masuknya waktu shalat fardhu, atau pemberitahuan tentang
masuknya waktu shalat fardhu dengan lafad-lafad tertentu. Iqamah yaitu memberitahukan kepada
jama’ah supaya siap berdiri untuk shalat.
Menurut jumhur ulama (selain Hanabilah), diantaranya Al-Khiraqi al-Hambali, bahwa
adzan itu sunnah mu’akadah bagi laki-laki secara jama’ah disetiap masjid, baik untuk shalat lima
waktu maupun untuk shalat Jum’at. Adapun Iqamah hukumnya Sunah mu’akkadah, baik dalam
shalat fardhu yang dilakukan pada waktuya maupun yang diqadha, munfarid maupun berjama’ah,
dan bagi laki-laki maupun wanita menurut jumhur selain Hanabilah. Dalam adzan dan iqamah
memiliki beberapa syarat-syarat dan juga sunah-sunah.
DAFTAR PUSTAKA
Al zuhaily,Wahbah. 2004. Fikih Shalat Kajian Berbagai Mazhab, Bandung: CV. Pustaka Media
Utama.
Hasan, A. 1988. Terjemah Bulughul Maram, Bandung: CV. Diponogoro, 1988.
Rasjid, Sulaiman. 1994. Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rifa’I, Moh. 2013. Tuntunan Shalat lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra

Anda mungkin juga menyukai