Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

(MASALAH SOLAT DAN PUASA DI ZONA ABNORMAL)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Masail Fiqiyah

Dosen pengampu: 1. Dr. H. Asis Saefudin, M.Ag.

2. Hamdan Hambali, M.Ag.

Disusun Oleh
Kelompok VI/PAI A

Ajeng Iklima 1172020023

Amry Tanesab 1172020030

Anisa Nurul Ikhsan 1172020032

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang di berikan
oleh dosen pengampuh dalam mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada
kekasih-Nya Allah, pemimpin paling mulia, manusia yang paling baik akhlaknya
yaitu Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, para sahabat serta pengikutnya
yang setia hingga akhir zaman. Amin
Adapun makalah yang kami buat ini berjudul “Masalah Puasa dan Shalat di Zona
Ubnormal”. Yang Insya Allah pada nantinya akan memberikan pemahaman serta
wawasan kepada pembaca tentang hal-hal yang berkaitan dengan makalah yang dibuat.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah yang kami susun ini mampu
memberikan manfaat bagi kami dan bagi para pembaca. Dan berhubung laporan ini
masih jauh dari kata sempurna maka kami meminta kritik dan saran yang konstruktif
terhadap segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini, sehingga dapat menjadi
bahan acuan untuk lebih baik di masa yang akan datang,

Bandung, April 2020

Kelompok VI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

A. Pengertian dan perbedaan zona normal dan abnormal...................................................3


B. landasan hokum yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah solat dan pusa dizona
ubnormal........................................................................................................................................5
C. pelaksanaan ibadah solat dan puasa diwilayah abnormal dan pandangan ualam . 8
1. Cara pelaksanaan ibadah shalat dan puasa di wilayah Abnormal..........................8
2. Pandangan ulama mengenai ibadah shalat dan puasa di wilayah abnormal.....10

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13

A. Kesimpulan..................................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat dan puasa merupakan ibadah mahdhah, artinya ibadah murni yang
dibaktikan untuk mendapatkan keridhaan Allah semata. Karena itu, kalau kita
benar-benar mengharapkan ibadah shalat dan puasa kita diterima, maka kita
harus menjalankan ibadah ini sesuai dengan pedoman tuntunan yang
ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya didalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi.
Kita setiap hari melakukan ibadah shalat dan melakukan puasa dibulan
ramadhan tanpa memikirkan waktu salat dan puasa, karena kita sudah
mengikuti waktu didaerah kita (daerah normal). Paraulama sejak dahulu
memag berbeda pendapat tentang masalah psa diwilayah yang siangnya lebih
panjang dari malamnya. Atau sebaliknya, mereka telah membuat banyak
pernyataan dalam kaitan perbedaan musim dan pergantiannya.
Oleh sebab itu maka pemaklalah akan menyajikan sebuah materi yang
berjudul tentang “ Masalah solat dan puasa di zona abnormal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan perbedaan Zona Normal dan Abnormal
2. Apa landasan hokum yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah solat dan
pusa dizona ubnormal ?
3. Bagaimana pelaksanaan ibadah solat dan puasa diwilayah abnormal dan
pandangan ualam mengenail hal tersebut ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan daerah normal dan abnormal
2. Untuk mengetahui landasan hokum yang berkaitan dengan pelaksanaan
ibadah solat dan pusa dizona ubnormal
3. Untuk mengetahui pelaksanaan ibadah solat dan puasa diwilayah
abnormal dan pandangan ualam mengenail hal tersebut

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Perbedaan Zona Normal dan Abnormal
Di dalam Al- Qur’an dan sunnah terdapat nash Al- Qur’an dan sunnah yang sarih
yang bersifat qath’i (sudah pasti dan jelas petunjuknya) atau yang bersifat dzanni
(diduga kuat petunjuknya), yang menerangkan adanya kaitan atau hubungan
antara waktu perintah melaksanakan shalat dan puasa dengan gerakan atau
perjalanan matahari (lokasi/posisinya). Misalnya: Al- Qur’an surat
:Al-isra’ 78
َِّ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ‫َ لة‬ َِِ

‫الفجرۖ إن‬ ‫الليل وق رآن‬ ‫غسق‬ ‫مس إَل‬ ‫الش‬


َّ ‫لدلوك‬ ‫أقم الص‬
ٰ
ْ َْ َ َ ْ َ ْ ُُ َ َّ

‫كان مشهودا‬ ‫ق رآن الفج ِر‬

ً ُْ َ ََ ْ َْ َُ
ْ

Artinya : “dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap


malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu
”disaksikan (oleh malaikat)

:Al-Qur’an surat Al-Baqarah 187


‫اْل ر ِبْل ِر‬ ‫الْقت ىل ; ; ; ; ۖى‬ ‫ِف‬ ‫علي ُكم‬ ‫الَّ ِذين‬ ‫أَي ها‬ ‫َي‬
‫الْقِصاص‬ ‫آمنوا كتِب‬

ُ ُُّ َ َْ ُ َ ُ ََْ َُ َُ َ ُّ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ِ ْبل‬
‫ش يء فاتباع‬ ‫أَخيه‬ ‫فم ن عف ي ل ه م ن‬ ۚ‫ِ ْبلُن ث ى‬ ‫واْلُن ثى‬ ‫عبد‬ ‫والْعبد‬
ٌ َ ٌَ َ ْ َُ َ ُ َْ َ ٰ َْ ٰ َْ َ َْ َُْ َ

‫ۗة فمن‬ ‫ور‬ ‫ِ م‬ ِ ِ ِٰ ٍ ِ ِ ِ ِ


‫م ن رب ُك‬ ‫ذ لك َت فيف‬ ۗ‫ب حسان‬ ِ ‫إليه‬ ‫ِ بْلمعروف وأَداء‬
ِ َ ‫ْح‬ ٌ ْ َ
ٌ َ َ
َ َََْ َْ َْ ْ ٌ ََ ُ َْ
‫ِ فله‬
‫عذاب أ َِليم‬ ‫اعتدى ب عد ذ لك‬

ٌ ٌَ َ َ ََ َ َ َْ ٰ َ َْ
: Artinya Maka sekarang.…“ campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang

3
putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, .... “
Kedua ayat tersebut menujukan kepada kita : Jadwal waktu shalat fardhu
ialah : tergelincirnya matahari waktu untuk shalat zuhur dan ashar ; gelap
malam untukwaktu shalat maghrib dan isya ; dan fajar untuk waktu shalat
1
shubuh. Waktu berpuasa mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Ketetapan hukum Islam yang diperoleh dari Nash Al-Qur’an dan Sunnah
yang qath’i dan sharih adalah bersifat universal dan fix, dan berlaku untuk seluruh
umat manusia sepanjang masa. Namun sesuai dengan asas-asas hukum Islam
yang fleksibel, praktis, tidak menyulitkan, dalam batas jangkauan kemampuan
manusia, sejalan dengan kemaslahatan umum dan kemajuan zaman, dan sesuai
pula dengan rasa keadilan, maka ketentuan waktu shalat dan puasa berdasarkan
Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 78 dan Al-Baqarah ayat 187 tidak berlaku untuk
seluruh daerah bumi, melainkan hanya berlaku di zone bumi yang normal, yaitu
daerah yang perbedaan waktu siang dan malamnya relatif kecil, yakni didaerah-
daerah khatulistiwa (equator) dan tropis. Daerah khatulistiwa sampai garis pararel
2
45º dari garis lintang utara dan selatan.

Daerah/zona abnormal adalah daerah yang terletak diluar daerah


khatulistiwa dan tropis, yakni yang berada diluar garis pararel 45º dari garis
lintang utara dan selatan. Di daerah ini perbedaan antara siang dan malam
terlalu besar, terutama di daerah kutub utara/selatan, yakni enam bulan terus
menerus dalam keadaan siang dan enam bulan berikutnya dalam keadaan
malam,. Negara-negara yang termasuk dalam zone abnormal antara lain,
3
Belanda, Inggris, dan Amerika Utara.
B. Landasan Hukum yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Puasa dan Solat
di Zona Abnormal

1 Masjfuk zuhdi, masail fiqiyah. Jakarta:masagung, hlm. 279-280


2 Ibid…hlm.280
3 Ibid… hlm.280-281

4
yang lain alternatif ada tak agama kewajiban melaksanakan Karena
memang tidak sukar dilaksanakan dan dapat mendatangkan faedah yang
diharapkan yaitu memperkirakan hari malam dan bulan di daerah-daerah
kutub
itu dengan waktu di negara-negara yang biasa atau normal.
Tentunya penduduk daerah-daerah ini dapat mengambil suatu cara dalam
memperkirakan hari dan malam serta bulan untuk kepentingan kehidupan mereka,
seperti untuk pekerjaan dan kepentingan hidup yang lainnya. Oleh sebab itu untuk
menentukan waktu-waktu ibadah bagi penduduk yang berada di daerah kutub
dapat disesuaikan dengan waktu-waktu didaerah yang normal yang berdekatan
dengan daerah tersebut, karena itu bagi masyarakat islam yang tinggal misalnya
di Belanda, Inggris mengikuti waktu shalat dan puasanya dengan waktu Bordeaux
(Prancis bagian selatan), yang ter letak di garis paralel 45º, dan masyarakat islam
yang tinggal di amerika utara mengikuti waktu shalat dan puasa dengan
waktuhalifax dan Portland (Canada) dan demikian mereka dapat melaksanakan
kewajiban shalat dan puasa dengan cara yang telah
ditentukan dan sempurna dengan tidak ada kesukaran. Wahbah Zuhaily dalam 4

kitabnya Al- fiqhul Islami wa adillatuhu yang menyatakan bahwa dimana daerah yang mengalami perubahan waktu malam

terus atau waktu siang terus maka waktu shalatnya adalah mengikuti daerah

5
terdekat
َ َ ْ ََ ُ َ ْ َ َ َ ْ ‫َوأجم َْع‬
َ
‫صحاح‬ َ َ َ ََْ َ
S‫ثبَتتفيَأحادي ََِِث‬،ْS ‫َ معْلومةمحدُودة‬ َ َ ‫َ الخَم َس‬
ِ َ‫َمؤقتةبمواقيْت‬ ِ َ‫َ علىَأنالصلوات‬ َ STََِْْ
‫المسلمون‬ َ
ََ َ ْ َََْ َُِ ُ َْ َ َُُْ ََ َ
ُْْ ُ َ ْ ْ َ َْ ْ ْ َ َُ َ
َ.‫َماَيسُعهاَفَيضيقَالوق ِتَح ْينَئِ َذ‬S‫موسعاَإلىَأنََيبْق ِىَمنََالوق ََِِت‬ ِ َ ‫وبا‬ ‫َو ُج‬S‫ََُالصالةَبأواََل لوق ََِِت‬Sَ‫َوتجُب‬،‫جياد‬
َ ِ ََ َ َ ُ ُ َِ ِ َ َ
َ ْ ََ َ َ َ ْ َ ْ َ َْ َ ُْْ ْ
َ‫مكةَالمكر ِمة‬Sَ‫َأو ِبميقا ََِِت‬ َ ،‫بح ْسبََأقربََالبا ِل َدإليهم‬Sَ‫َاطقَالقطب ِيةَونَحْ وهَاَيُ ِقدُرونََاْلوقا ََِِت‬
ِ ‫وفيَالمن‬
َ ُ َ ِ ِِ ََِِِِ ْ ِ َ ِ ُِ

:Dalam buku Fiqh As-Sunnah, Sheikh Sayyed Sabiq mengatakan

4
Sjaich Mahmoud Sjaltout. Fatwa-Fatwa. Jakarta:bulan 561
5
bintang. Hlm. Wahbah Zuhaily, Aal-fiqhul islami wa adiltuhu damsyik: daar El-fikr Juz
1, hlm. 582
5
‫َوْ الَبالَُدَالِتيَيْقص َُرنَها ُرهَا‬،َ‫َو ْيَقص َُرل ْيلُها‬،َ‫وُل نَها ُرهَا‬ ََُSَ ُ‫َفيَالبِا ِلَ َدالِتيََيط‬،َِ‫ََُُءفيَال ْتقِدير‬Sَ ‫اْختَلفََْالُفَقَها‬ ُُ ‫ََُنَهَا ُرهَا ََ َويْق‬Sَ‫ديُرفيَْ ِالبا ِلَ َدالِتيََيطُوُل‬
Sََْ َ:َ‫ص َرليْلَُها‬ ََُSَ ِ‫ال ْتَق‬
ََُSَ ‫ َي‬:‫َفقيل‬
‫ُكوُن‬ َ ‫؟‬ ََُ
‫ُكوُن‬َ S ‫ي‬‫د‬ َ َ
َِ ‫ل‬ ‫با‬َ ‫ل‬ ‫ا‬َ ْ
‫ي‬ ‫َأ‬ َ ‫ى‬ ‫َل‬
‫ع‬ َ ،َ ‫ا‬ ‫ه‬ُ ‫ل‬ ‫لي‬ ََُ َ S
‫ُل‬ ‫و‬ ُ ‫يط‬ ‫َو‬ ، َ
َ
َ َ َ َ ِ َ َ ِ َ
َ‫ََبالَ َُد ْم َعتِدَلة‬S‫ َعلَىََأْقَر َََِِب‬:‫َوقيل‬
َ ،َS‫َكَم َكةََوْالَ ِمد ْينَ ََِِة‬،‫ََُُع‬Sَ ‫ديُرعلَىَْالَبا ِلَ َدْالُ ْم َعتِدلِةَالِتيََ َوقَ َعَفيهَاَالت ْشِري‬ ََُSَ ِ‫ال ْتق‬
‫َ إل ْي ْه َم‬
ِِ
tentang penentuan waktu yang berada di Para Ulama berbeda pendapat
daerah di mana hari sangat panjang dan malam sangat pendek. Waktu mana
yang harus mereka ikuti? Ada yang mengatakan mereka harus mengikuti
norma-norma dari daerah di mana hukum Islam itu disyariatkan (yaitu Mekah
atau Madinah). Sedangkan yang lain mengatakan bahwa mereka harus
mengikuti timing dari daerah yang normal terdekat dengan mereka dalam hal
6
hari dan malam. Majelis ulama Indonesia juga mengatakan bahwa shalat dan
puasa di daerah yang malam dan siangnya tidak seimbang disesuaikan dengan
waktu daerah mu’tadilah (seimbang terdekat. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
.petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur kepadaNya
.)QS. Al-Baqarah: 185(
Adapun dalil-dalil syar’i yang memberikan dispensasi (hukum rukhsah)
nasyarakt islam yang tinggal di daerah-daerah yang abnormal untuk bagi
:mengikuti waktu shalat dan puasa di daerah normal terdekat, antara lain
Al-Qur’an Surah Al-Haj ayat 78 .1
Dan Allah tidak menjadikan untuk kamu dalam agama untuk kesempatan
:Al-Baqarah ayat 286

َِّ ِ
‫ن فسا إَل وسعها‬ ‫يكلف ا‬ ‫َل‬
ََُْ َْ ‫َّ لل‬ ُ ُ

6
http ://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/ketentuan-atau-tata-cara-shalat-dan.html? m=1. Hari
senin tanggal 27 april 2020, pukul 21:36

6
Artinya : “Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai
.”.dengan kesanggupannya
Hadist Nabi saw riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah r.a .2 :
َ ََ‫ْرَ َو ْلنَيُغَا ِلبََال ِد ْين‬Sَ ‫ََُيُس‬Sَ‫ال ِد ْيُن‬.
ُ‫لغلَبه‬S˜َِّ‫احدَِا‬
akan yang seorangpun Tiada mudah. itu islam “Agama asib
”.mengalahkan/menguasai agama, bahkan agamalah yang mengalahkan ia
:Hadist Nabi riwayat Bukhari, uslim, Al- Nasa’i, dan Ahmad
‫ُرْ وا‬S‫ِسرْ واََ ََّولُتنَ ُِِف‬Sُُِ ‫ِسرْ واََ َوب‬Sُُِ ‫ِسرْ واََ ََّولُتَع‬Sُُِ ‫َ ي‬
Hendaklah kanu mempermudah,janganlah kamu persulit. Dan henaklah“
kamu gembirakan,jangan kamu bikikn mdereka lari menjauhi!.
Kaidah-kaidah hukum islam
 َُ َْ
‫ََُالتي ِْسي َْر‬Sَ‫تْجلُب‬
STِْ َ‫) المشَقة‬. (
Keropotan/kesulitan itu membawa hemudahan

َ َ
 ُْٰ ْ ُ َ keadaan darurat (terpaksa) itu membolehka (
ِ َ‫ةَتبي َُْحالمحْ ظورات‬ ‫الضرو ُر‬.
َْ ِ َْ
)hal-hal yang terlarang
 َ ُ
َ
‫ُرورةَيُقدرهَا‬ ِ ‫ََُُْحلض‬Sَِ ‫ماأبي‬.) hal- hal yang dip erbolehkan karena keadaan

ِ َْ ِ
)terpaksa itu diperkirakan menurut kadar/seperlunya saja
Asas-asas hukum .4 islam islam yang fleksibel,pratis tidak sulit dan
menyulitkan,dalam batas jangkauan manusia yang normal, sejalan dengan
kemaslahatan umum dan kemajuan zaman, dan sesuai pula dengan rasa
.keadilan

C. Pelaksanaan Ibadah Solat dan Puasa di Zona Abnormal

Cara pelaksanaan ibadah shalat dan puasa di wilayah Abnormal .1


Shalat dan puasa merupakan ibadah mahdhah, artinya ibadah murni yang
dibaktikan untuk mendapatkan keridaan Allah semata. Untuk menjalankan

ibadah ini harus sesuai dengan pedoman dan tuntunan yang ditetapkan oleh
Allah dan Rasul-Nya di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, tanpa harus
menambah-nambahi ataupun berusaha untuk menguranginya sama sekali. Jika

7
kita perhatikan kembali mengenai landasan Al-Quran surat Al-Isra ayat 78 dan
Al-Baqarah ayat 187, Kedua ayat tesebut menunjukkanbahwa:
a. Jadwal waktu shalat fardhu ialah: tergelincirnya matahari untuk waktu
shalat zuhur dan asar, gelap malam untuk waktu shalat magrib dan isya’,
dan fajar untuk waktu shalat subuh. Menurut ilmu hisab masuknya waktu-
waktu shalat fardhu adalah sebagai berikut. Pertama, subuh yaitu, bila
matahari berkedudukan 20° di bawah ufuk. Kedua, waktu shalat dzuhur
yaitu bila matahari melintasi meridian setempat. Ketiga, waktu shalat
ashar yaitu panjang bayang-bayang bertambah dengan dua kali setinggi
bendanya sendiri. Keempat, waktu shalat maghrib yaitu bila matahari
berkedudukan 1° di bawah ufuk. Dan yang kelima, waktu shalat ‘isya
yaitu apabila matahari berkedudukan 18° di bawah ufuk.
b. Waktu berpuasa mulai terbit fajar samapi terbenam matahari. Ketetapan
hukum Islam yang diperoleh dari nash Al-Qur’an dan Sunnah yang qath’i
dan sharih adalah bersifat universal, dan berlaku untuk seluruh umat
manusia sepanjang masa. Namun, sesuai dengan asas-asas hukum Islam
yang fleksibel, praktis, tidak menyulitkan, dalam batas jangkauan
kemampuan manusia, sejalan dengan kemaslahatan umum dan kemajuan
zaman, dan sesuai pula dengan rasa keadilan, maka ketentuan waktu
shalat dan puasa berdasarklan Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 78 dan Al-
Baqarah ayat 187 tidak berlaku untuk seluruh daerah bumi, melainkan
hanya berlaku di zona bumi yang normal, yang perbedaan waktu siang
dan malamnya relatif kecil, yakni di daerah-daerah khatulistiwa (equattor)
dan tropis (daerah khatulistiwa sampai garis paralel 45° dari garis Lintang
Utara dan Selatan). Lebih dari tiga perlima bumi yang dihuni manusia
termasuk di daerah yang normal, ialah seluruh Afrika, Timur Tengah,
India, Pakistan, Cina, Asean, Austrlia, dan seluruh Amerika (kecuali
Canada dan sedikit daerah selatan dari Argentina-Chili), dan Oceania.

8
Tolak ukur penentuan arah kiblat di dua Kutub adalah penentuan garis
terpendek dari tempat pelaku shalat ke arah kabah, dan kemudian menghadap
pada garis tersebut setelah menentukannya. Maka waktu shalat dan puasa
bagi masyarakat Islam yang tinggal di daerah-daerah normal tersebut adalah
waktu setempat (local time) berdasarkan waktu terbit dan tenggelam matahari
di daerah-daerah yang bersangkutan yang perbedaan
waktunya sekitar 1 (satu) menit setiap jarak 15 mil.
Adapun waktu shalat dan puasa bagi masyarakat Islam yang tinggal di
luar daerah khatulistiwa dan tropis, yakni di daerah-daerah di luar garis
Paralel 45° dari garis Lintang Utara dan Selatan yang abnormal itu, karena
perbedaan siang dan malamnya terlalu besar terutama di daerah sekitar Kutub
Utara dan Kutub Selatan yang 6 (enam) bulan terus-menerus dalam keadaan
siang dan 6 (enam) bulan berikutnya dalam keadaan malam, adalah
mengikuti waktu shalat dan puasa di daerah normal yang terdekat, yakni pada
garis paralel 45° dari garis Lintang Utara dan Selatan.
Masalah shalat pada negara yang mempunyai empat musim (musim
panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi), misalnya di Kota
Kiel Jerman yang berbetasan dengan negara Denmark. Negara-negara
yang semakin ke ujung utara atau ke ujung selatan, mendekati Kutub
maksudnya, perubahan waktu siang dan malam semakin berbeda sesuai
dengan musim yang terjadi. Kota Kiel ini waktu siang pada musim panas
lebih lama sedangkan malamnya sangat pendek bisa saja hanya 4 jam,
kemudian pada musim dingin sebaliknya yang terjadi siangnya lebih
pendek dan malamnya lebih panjang (waktu siang hanya 6 sampai 7 atau 8
jam. Contoh pada kondisi musim panas jadwal shalat zhuhur jam 13.28,
shalat Ashar 17.59, shalat magrib 21.58, shalat Isya 23.31 dan shalat Subuh
2.52. Jadi malamnya (perhitungan disini setelah shalat Isya) lebih kurang 3,5
jam dan ini pun sudah mulai menurun dengan arti kata malamnya sudah
mulai ke arah yang lebih panjang. Sedangkan untuk daerah mesir

9
perubahan empat musim tidak terlalu mencolok karena posisi garis
Khatulistiwa = Lintang O dan Kutub utara dan Kutub Selatan Lintang 90
U,90S.
Perbedaan besar kaum Muslim yang hijrah ke Kutub Utara dan Kutub
Selatan adalah waktu shalat subuh, magrib, dan isya. Kita di Tanah Air
mungkin kaget kalau diceritakan bahwa di negara Skandinavia
(Norwegia, Swedia, Denmark, dan Finlandia) puasa Senin dan Kamis
kadang-kadang berbuka sebelum shalat ashar. Karena itu, bagi masyarakat
Islam yang tinggal. Misalnya di Negeri Belanda, Inggris, dan negara-
negara Skandanavia mengikuti waktu shalat dan puasanya dengan waktu
Bordeaux (Prancis bagian selatan), yang terletak di garis paralel 45° dari
garis Lintang Utara. Demikian pula bagi masyarkat Islam yang tinggal di
Amerika Utara mengikuti waktu shalat dan puasa dengan waktu Halifax
atau Portland (Canada).
2. Pandangan ulama mengenai ibadah shalat dan puasa di wilayah abnormal.
Adapun mengenai penentuan waktu shalat dan puasa di daerah yang secara
geografis adalah daerah abnormal, ada beberapa pendapat mengenai tata
cara penentuan waktu shalat di daerah tersebut.
a. Pendapat yang pertama mengatakan untuk daerah yang sama sekali
tidak diketahui waktu fajar dan maghribnya seperti daerah Kutub
Utara dan Kutub Selatan, penentuan waktu shalat dengan cara
mengira-kira waktu sesuai dengan keadaan normal, karena pergantian
malam dan siang terjadi enam bulan sekali maka waktu sahur dan
berbuka juga menyesuaikan dengan daerah lain seperti di atas. Jika di
Mekah terbit fajar pada jam 04.30 dan maghrib pada jam 18.00, maka
mereka juga harus memperhatikan waktu itu dalam memulai puasa
atau ibadah wajib lainnya.

10
Fatwa ini didasarkan pada hadits Nabi SAW menanggapi pertanyaan
Sahabat tentang kewajiban shalat di daerah yang satu harinya menyamai
seminggu atau sebulan atau setahun. “Wahai Rasul, bagaimana dengan daerah
yang satu harinya (sehari-semalam) sama dengan satu tahun, apakah
cukup dengan shalat sekali saja”. Rasul menjawab “ tidak, tapi
perkirakanlah sebagaimana kadarnya (pada hari-hari biasa)”. (HR.
Muslim). Dan demikian halnya dengan kewajiban-kewjiban yang lain
seperti puasa, zakat dan haji.

b. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa penentuan waktu shalat di daerah


abnormal mengikuti daerah normal terdekat. Jika siklus pergantian siang dan
malam sudah lebih dari 24 jam, misalnya waktu malam berlangsung hingga
tiga hari seminggu atau sebulan demikian juga siangnya seperti yang terjadi
di daerah dekat Kutub. Maka ketika itu kita diperbolehkn mengikuti daerah
terdekat yang siklus pergantian siang dan malamnya berkisar 24 jam. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Wahbah Zuhaily dalam kitabnya Al-fiqhul Islami wa
adillatuhu yang menyatakan bahwa dimana daerah yang mengalami
perubahan waktu malam terus atau waktu siang terus maka waktu shalatnya
adalah mengikuti daerah terdekat.
c. Dalam buku Fiqh As-Sunnah Sayyed Sabiq mengatakan:
Para ulama berbeda pendapat tentang penentuan waktu yang berada di
daerah di mana hari sangat panjang dan malam sangat pendek. Ada yang
mengatakan mereka harus mengikuti norma-norma dari daerah dimana
hukum Islam arus itu disyariatkan yaitu (Mekah dan Madinah). Sedangkan
yang lain mengatakan bahwa mereka harus mengikuti waktu dari daerah
yang normal terdekat dengan mereka dalam hal hari dan malam. zona
abnormal adalah daerah yang tidak sesuai dengan kenormalan, tidak lazim
seperti biasanya, baik dari segi titik geografis maupun teritorialnya. Dan
sehingga akan memberikan pengaruh terhadap perubahan waktu, iklim

11
maupun musim daerah tersebut, termasuk dalam pelaksanaan ibadah
misalnya ibadah shalat dan puasa juga akan berbeda dengan keadaan
wilayah yang memiliki keadaan waktu yang normal dalam artian dari
situasi dan kondisi saja bukan perbedaan ketentuan syarat dan rukun
dalam pelaksanaannya.

7 http://annamemperoore.blogspot.com/2013/03/shalat -dan-puasa-di-wilayah-abnormal

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daerah/zona abnormal adalah daerah yang terletak diluar daerah
khatulistiwa dan tropis, yakni yang berada diluar garis pararel 45º dari garis
lintang utara dan selatan. Di daerah ini perbedaan antara siang dan malam
terlalu besar, terutama di daerah kutub utara/selatan, yakni enam bulan terus
menerus dalam keadaan siang dan enam bulan berikutnya dalam keadaan
malam,. Negara-negara yang termasuk dalam zone abnormal antara lain,
Belanda, Inggris, dan Amerika Utara.
Landasan hukum baik Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menjadi dasar
dalam pelaksanaan ibadah shalat dan puasa di wilayah abnormal yaitu: surat
Al-Isra’ ayat 78, surat Al-Baqarah ayat 187, Surat Al-Haj ayat 78, Surat Al-
Baqarah ayat 286 dan hadits Nabi riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah.
Pelaksanaan shalat dan puasa di wilayah abnormal itu sendiri yaitu,
Adapun waktu shalat dan puasa bagi masyarakat Islam yang tinggal di luar
daerah khatulistiwa dan tropis, yakni di daerah-daerah di luar garis paralel 45°
dari garis Lintang Utara dan Selatan yang abnormal itu, karena perbedaan
siang dan malamnya terlalu besar terutama di daerah sekitar kutub
utara/selatan yang 6 (enam) bulan terus-menerus dalam keadaan siang dan 6
(enam) bulan berikutnya dalam keadaan malam, adalah mengikuti waktu
shalat dan puasa di daerah normal yang terdekat, yakni pada garis paralel 45°
dari garis Lintang Utara dan Selatan.
B. Saran
Berhubung makalah ini jauh dari kata sempurna maka kami harap kritik dan
saran yang membangun untuk penulisan yang lebih baik untuk masa depan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Masjfuk zuhdi, masail fiqiyah. Jakarta:masagung


Sjaich Mahmoud Sjaltout. Fatwa-Fatwa. Jakarta:bulan bintang.
Wahbah Zuhaily, Aal-fiqhul islami wa adiltuhu damsyik: daar El-fikr Juz 1
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/ketentuan-atau-tata-cara-shalat-
dan.html?m=1. Hari senin tanggal 27 april 2020, pukul 21:36
http://annamemperoore.blogspot.com/2013/03/shalat-dan-puasa-di-wilayah-abnormal

14

Anda mungkin juga menyukai