Anda di halaman 1dari 17

HALAMAN JUDUL

MUNASABAH ANTAR SURAT DAN ANTAR AYAT


DALAM AL-QUR’AN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Al-Hadis
yang diampu oleh Dr. Sofwan Jannah, M.Ag.

Oleh:
Muhamad Ainun Najib, S.H.
(20913070)

PROGRAM MAGISTER ILMU AGAMA ISLAM


KONSENTRASI HUKUM ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2021

i |S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
ii | S T U D I A L - Q U R ’ A N D A N A L - H A D I S
KATA PENGANTAR

‫الرِح ْي ِم‬
َّ ‫الر ْح َم ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫اهلل‬ ْ
‫اجا َوقَ َم ًرا‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ ‫اد ِه َخبِْيرا ب‬ ِ ‫اَلْحم ُد لِلَّ ِه الَّ ِذي َكا َن بِ ِعب‬
ً ‫الس َماء ُب ُرْو ًجا َو َج َع َل ف ْي َها س َر‬ َّ ‫ َتبَ َار َك الذ ْي َج َع َل في‬،‫ص ْي ًرا‬ َ ً َ ْ َْ
ِ ِ ِ
‫ َو َداعيَا‬،‫ْح ِّق بَش ْي ًرا َونَذ ْي ًرا‬ ِ ِ َّ َّ َّ ِ ِ ْ ‫ أ‬.‫ُمنِْي ًرا‬
َ ‫ور ُس ولُهُ الذ ْي َب َعثَ هُ ب ال‬ َ ُ‫َش َه ُد اَن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُده‬
ْ ‫َش َه ُد اَ ْن الَ إلَهَ إال اهللُ وأ‬
‫ أ ََّما َب ْع ُد‬.‫ص ْحبِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِْي ًرا‬ ِِ ِ
َ ‫ص ِّل َعلَْيه َو َعلَى آله َو‬
ِ ‫إِلَى الْح ِّق بِِإ ْذنِِه و ِسر‬
َ ‫ اَللَّ ُه َّم‬.‫اجا ُمن ْي ًرا‬
ً َ َ َ
Segala puji bagi Allah ‫ﷻ‬, Tuhan Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu dan telah
mengajarkan kepada hamba-Nya dengan berbagai macam ilmu pengetahuan. Yang hanya
dengan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul Munasabah antar surat dan antar ayat dalam al-Qur’an.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabiyullah wa Rasuluhu
Muhammad ‫ ﷺ‬yang Nur-nya dapat menerangi segala sisi-sisi gelap kehidupan manusia.
Makalah dengan judul Munasabah Antar Surat dan Antar Ayat dalam Al-Qur’an ini
ditulis untuk memenuhi tugas perkuliahan Studi Al-Qur’an dan Al-Hadis, Program Studi Ilmu
Agama Islam konsentrasi Hukum Islam, Universitas Islam Indonesia yang diampu oleh Dr.
Sofwan Jannah, M.Ag. Tulisan ini masih jauh dari kata komprehensif, karena hanya
membahas secara ijmal tentang munasabah dalam Al-Qur’an baik antar suratnya maupun
antar ayatnya. Terlepas dari hal tersebut, penulis berharap tulisan ini dapat memberikan
manfaat setidaknya untuk pribadi penulis, terlebih bagi rekan-rekan mahasiswa Magister
Ilmu Agama Islam konsentrasi Hukum Islam, Universitas Islam Indonesia.

Pesawaran, 10 April 2021


Penulis,

Muhamad Ainun Najib, S.H.

i |S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Munasabah....................................................................................................3
B. Macam-macam Munasabah dalam Al-Qur’an Dan Contohnya......................................4
C. Manfaat Mempelajari Munasabah Al-Qur’an.................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12
CURRICULUM VITAE...........................................................................................................13

ii | S T U D I A L - Q U R ’ A N D A N A L - H A D I S
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kalam Allah ‫ ﷻ‬merupakan wahyu sekaligus mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬secara tadriji (bertahap) tidak hanya sebagai petunjuk
bagi umat manusia, melainkan sebagai kabar baik sekaligus peringatan bagi umat manusia.
Dengan diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun, Al-Qur’an
pada periode turunnya tersebut tidak serta merta terkodifikasi dalam bentuk mushaf seperti
yang sering kita temukan sekarang ini.
Al-Qur’an baru terkodifikasi secara utuh pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan
dengan urutan penulisan yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan kronologi
diturunkannya ayat maupun surat. Terdapat perbedaan pendapat di antara para Ulama tentang
penyusunan urutan surat dalam Al-Qur’an. Pendapat pertama, bahwa hal itu didasarkan pada
tauqifi1 dari Nabi ‫ﷺ‬. Pendapat kedua berpendapat bahwa hal itu didasarkan atas
ijtihad para sahabat setelah mereka bermufakat dan memastikan bahwa susunan ayat-ayat
adalah tauqifi. Sedangkan pendapat ketiga berpendapat seperti golongan pertama, kecuali
surat al-Anfal [8] dan al-Bara’ah [9] yang dipandang bersifat ijtihadi.2
Terlepas dari perbedaan pendapat di antara Ulama tersebut, penyusunan surat dan ayat
Al-Qur’an yang sedemikian rupa menyebabkan jarangnya pembahasan secara khusus tentang
munasabah (korelasi) antar surat maupun antar ayat dalam Al-Qur’an oleh para Ulama yang
menekuni ‘ulum al-Qur’an. Hal ini dinilai karena kerumitan dalam memahaminya. Barulah
sekitar tiga atau empat abad setelah masa Rasulullah ‫ ﷺ‬berlalu, kajian tentang
ilmu munasabah muncul. Oleh karenanya, keberadaan ilmu ini bersifat taufiqi (pendapat para
ulama), sehingga bersifat relatif (tahammul), yakni mengandung kemungkinan benar dan
kemungkinan salah sebagaimana hasil pemikiran-pemikiran manusia pada umumnya.
Ulama yang pertama kali memberikan perhatian lebih terhadap ilmu munasabah ini
adalah Syeh Abu Bakar an-Naisaburi. Ia sering disebut sebagai ahli ilmu syariat dan sastra
arab. Ketika dibacakan ayat al-Qur’an di hadapannya, dia sering berkata ‘mengapa ayat ini
diletakkan di samping ayat ini? Apa hikmah peletakan surat ini setelah surat ini?’ 3 Keunikan

1
Penyusunan urutan ayat maupun surat dalam al-Qur’an yang bersifat Tauqifi dimaknai sebagai suatu susunan
yang disampaikan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬berdasarkan petunjuk dari Allah ‫( ﷻ‬wahyu), bukan
susunan manusia.
2
Najibah Nida Nurjanah, “Urgensi Munasabah Ayat dalam Penafsiran al-Qur’an”. Jurnal al-Fath, Vol. 14, No.
1, Banten, 2020, hlm. 108.
3
Jalaluddin Suyuti, Al-Itqan fii ‘ulum al-Qur’an, Markaz ad-Dirasat al-Qur’aniyah, Arab Saudi, t.t., Juz V, hlm.
1837.

1|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
dari susunan ayat dan surat dalam Al-Qur’an tersebut menjadi daya tarik bagi para ulama
untuk meneliti sejauh mana korelasi dan relevansi antar ayat dan antar surat tersebut. Ulama
ahli tafsir yang menyusul ketertarikan Abu Bakar an-Naisaburi di antaranya adalah Abu Ja’far
bin Jubair dalam kitabnya Tartib As-suwar al-Qur’an, Syeh Burhanuddin Al-Biqa’i dalam
kitabnya Nazhm Ad-durar fi Tanasub Al-Ayyi wa As-Suwar dan As-Suyuthi dalam kitabnya
Asrar At-Tartib al-Qur’an.4
Namun ada pula Ulama yang secara tegas menolak pendekatan Al-Qur’an dengan
metode munasabah ini, di antaranya adalah Al-Syaukani yang dengan keras menyinggung
sebagian mufassir yang berupaya menjelaskan keterkaitan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan
urutan penyusunannya. Menurutnya, metode yang paling tepat dalam memahami Al-Qur’an
adalah melalui pendekatan tartib nuzulinya, bukan tartib mushafinya, karena jika Al-Qur’an
dipahami berdasarkan tartib mushafinya justru dapat mereduksi kekhasan wacana Al-Qur’an
yang diturunkan dalam konteks tertentu yang mengiringi perjalanan dakwah Nabi
‫ﷺ‬.5

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang singkat tersebut di atas, penulis merumuskan masalah yang perlu
dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengetian Munasabah?
2. Apa saja macam-macam munasabah dalam al-Qur’an dan contohnya?
3. Apa manfaat mempelajari munasabah al-Qur’an?

4
John Supriyanto, “Munasabah al-Qur’an: Studi Korelatif Antar Surat Bacaan Shalat-shalat Nabi”. Jurnal
Intizar, Vol. 19, No. 1, Palembang, 2013, hlm. 48.
5
Syukron Affani, “Dinamika Munasabah: Problem Tafsir Al-Qur’an bi Al-Qur’an”, artikel tidak diterbitkan,
hlm. 12.

2|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Munasabah
Munasabah secara etimologi merupakan bentuk mashdar dari kata ( ‫يناسب‬ - ‫)ناس ب‬
yang mengikuti wazan fi’il tsulatsi mazid (‫يفاعل‬ - ‫ )فاعل‬berarti cocok, sesuai, pantas, layak,
imbang, dan berhubungan/berkaitan.6 Menurut As-Suyuthi, kata munasabah bermuradif
dengan kata musyakalah (perpadanan) dan al-muqarabah (kedekatan).7
Sedangkan menurut terminologi, Manna’ al-Qaththan memberikan definisi munasabah
sebagai “sisi keterikatan antara beberapa ungkapan di dalam satu ayat, atau antar ayat pada
beberapa ayat, atau antar surat di dalam Al-Qur’an”. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa
Munasabah juga sama artinya dengan ‘illat hukum dalam bab qiyas yakni sifat-sifat yang
berdekatan dengan hukum. Yang dimaksud ‘illat hukum di sini adalah kesamaan antara
hukum asal dengan cabang (far’un).8
Jalaluddin Al-Suyuthi menjelaskan bahwa munasabah (kedekatan) itu harus
dikembalikan kepada makna korelatif, baik secara khusus, umum, konkrit, maupun seperti
hubungan sebab musabab, ‘illat-ma’lul, perbandingan dan perlawanan.9
Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Husni dalam bukunya mendefisinikan
munasabah sebagai “korelasi makna antarayat atau antarsurat, baik korelasi itu bersifat
umum atau khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hissy), imajinatif (khayali), atau korelasi sebab-
akibat, ‘illat-ma’lul, perbandingan (at-tanzir), dan perlawanan (al-Mudhadat)”.10 Imam az-
Zarkasyi memaknai munasabah sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian
permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan lafadz khusus, atau hubungan
antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan
dan sebagainya, yang manfaat ilmu ini adalah menjadikan bagian-bagian kalam saling terkait
sehingga penyusunannya menjadi seperti bangunan yang kokoh dan tersusun secara
harmonis.11
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Munasabah adalah pengetahuan yang
menggali hubungan ayat dengan ayat dan hubungan surat dengan surat dalam Al-Qur’an.
6
Aplikasi Kamus Almaany Arabic Indonesian oleh Atef Sharia, Versi 1.10.
7
Jalaluddin Suyuti, Al-Itqan fii ‘ulum al-Qur’an, hlm. 1840.
8
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadits, 1973, hlm. 97.
9
Ah. Fauzul Adlim, “Teori Munasabah dan Aplikasinya dalam Al-Qur’an”, Al-Furqan: Jurnal Ilmu Al-Quran
dan Tafsir, Vol. 1 No. 1. 2018, hlm. 16.
10
Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Husni, Mutiara Ilmu-ilmu al Qur’an, terj. Rosihon Anwar, Pustaka
Setia, Bandung, 1999, hlm. 305.
11
John Supriyanto, “Munasabah al-Qur’an…”, hlm. 50.

3|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
Ilmu ini berbeda dengan asbab an-nuzul yang mengedepankan aspek sebab kronologis
diturunkannya ayat atau surat, melainkan aspek pepautan atau keterkaitan ayat maupun surat
berdasarkan urutan teksnya dalam mushaf yang bersifat tauqifi.12
B. Macam-macam Munasabah dalam Al-Qur’an Dan Contohnya
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai macam-macam munasabah yang terdapat
dalam Al-Qur’an perlu ditegaskan kembali bahwa asas yang mendasari ilmu munasabah
adalah pemahaman bahwa tartib (susunan) ayat-ayat al-Qur’an, sebagaimana kita lihat
sekarang dalam mushaf standar utsmaniy adalah bersifat Tauqifi yakni suatu susunan yang
disampaikan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬berdasarkan petunjuk dari Allah (wahyu), bukan
susunan manusia, sehingga susunan yang demikian itu diyakini mengandung nilai-nilai
filosofis (hikmah) yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, secara sistematis tentulah dalam
susunan ayat-ayat al-Qur’an terdapat korelasi, keterkaitan makna (munasabah) antara suatu
ayat dengan ayat dengan ayat sebelumnya atau ayat sesudahnya. Karena itu pula,
sebagaimana ulama menamakan ilmu munasabah ini dengan ilmu tentang rahasia/hikmah
susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur’an.
Berbeda dengan prinsip dasar tersebut, munasabah itu sendiri merupakan hasil
penelitian manusia terhadap teks suci yang berupa pencarian terhadap kaitan-kaitan antara
ayat satu dengan ayat yang lain dan antara surat yang satu dengan surat yang lain. Oleh
karena ilmu ini merupakan hasil pemikiran manusia maka di dalamnya terkandung
kemungkinan benar maupun kemungkinan salah. Meski demikian, penggalian atas
munasabah dalam Al-Qur’an dimaksudkan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik
terhadap pembacaan Al-Qur’an. Namun Izzuddin bin Abd al-Salam mengingatkan bahwa
ayat Al-Qur’an yang mirip-mirip pembahasannya namun berbeda sebab turunnya (asbab
nuzul) tidak dapat dikatakan memiliki munasabah, sehingga tidak bisa menafsirkan suatu ayat
dengan ayat lain yang penyebab dan peruntukannya tidak sama.13
Selanjutnya, Munasabah dalam Al-Qur’an dapat dibagi dalam beberapa macam korelasi
yang meliputi:
1. Hubungan satu surat dengan surat lain;
Munasabah yang didasarkan pada keterikatan antar surat ini memperlihatkan kaitan
yang erat antara satu surat dengan surat berikutnya. Hal ini dapat kita temukan dalam
contoh-contoh sebagai berikut:
a) Hubungan surat al-Fatihah [1] dengan surat al-Baqarah [2]. Pada surat al-Fatihah
tercantum kalimat “tunjukilah kami jalan yang lurus”, sedangkan pada awal surat al-
12
Ah. Fauzul Adlim, “Teori Munasabah …, hlm. 16.
13
Jalaluddin Suyuti, al-Itqan …, hlm. 1838.

4|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
Baqarah tertulis “kitab al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya”. Ini berarti
bahwa ketika mereka meminta “tunjukilah kami jalan yang lurus,” maka Allah
menjawab: “jalan lurus yang kalian minta ini adalah al-Qur’an yang tidak ada
keraguan di dalamnya.”
b) Hubungan surat al-‘Alaq [96] dengan surat al-Qadar [97]. Dalam surat al-‘Alaq, nabi
dan umatnya disuruh membaca (iqra), yang harus dibaca itu banyak sekali di
antaranya adalah al-Qur’an. Maka wajarlah jika surat berikutnya adalah surat al-
Qadar yang menjelaskan turunya al-Qur’an. Inilah keserasian susunan surat dalam al-
Qur’an.
c) Hubungan surat al-Ma’un [107] dengan surat al-Kautsar [108]. Hubungan ini adalah
hubungan dua hal yang berlawanan (mudhadat). Dalam surat al-Ma’un, Allah
menjelaskan sifat-sifat orang munafik, yaitu sifat bakhil (tidak memberi makan fakir
miskin dan anak yatim), meninggalkan shalat, riya, dan tidak mau membayar zakat.
Sedangkan dalam surat al-Kautsar Allah mengatakan “sesungguhnya Kami telah
memberi nikmat kepadamu banyak sekali” (lawan dari bakhil, mengapa kamu
bakhil?, tetaplah menegakkan shalat); shalat kamu itu hendaklah karena Allah saja,
dan berkorbanlah, lawan dari enggan membayar zakat. Inilah keserasian yang
mengagumkan sebagai pertanda adanya hikmah dalam susunan surat-surat dalam al-
Qur’an.
2. Hubungan antara nama surat dengan isi atau tujuan surat;
Kaitan antara nama surat dengan isi ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a) Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surat. Contohnya adalah surat al-
Fatihah [1]. Al-Fatihah yang berarti “pembukaan” ditempatkan sebagai surat pertama
dalam al-Qur’an karena tujuannya memang sebagai pembuka, sebagaimana namanya.
Sedangkan sebagai pembuka al-Qur’an, isi surat al-Fatihah berkutat pada tauhid, yaitu
Allah ‫ ﷻ‬memperkenalkan diri sebagai Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, juga merupakan Tuhan bagi seluruh alam.
b) Nama surat diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran yang menonjol,
yang dipaparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan,
peristiwa, kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama
surah al-‘Ankabut, al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.
c) Nama surat sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena mengandung
ide pokok keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan; al-Mulk mengandung
ide pokok hakikat kekuasaan dan sebagainya.

5|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
d) Nama surat diambil dari tema spesifik untuk dijadikan acuan bagi ayat-ayat lain yang
tersebar di berbagai surah. Contoh al-Hajj (dengan spesifik tema haji), al-
Nisa  (dengan spesifik tema tentang tatanan kehidupan rumah tangga). Kata Nisa yang
berarti kaum wanita adalah lambang keharmonisan rumah tangga.
3. Hubungan antara fawatih al-suwar dengan isi surat;
Imam Az-Zarkasyi dalam kitab Al-Burhan menyatakan “di antara munasabah adalah
permulaan surat-surat dengan huruf-huruf yang terputus-putus”, ia juga menyatakan
bahwa “setiap surat yang dimulai dengan salah satu huruf darinya maka kebanyakan
huruf pada surat itu adalah dengan huruf pembuka tersebut”. Contohnya pada surat
‫(ق‬Qaaf) di dalamnya banyak disebutkan kata-kata yang ada huruf qaf-nya, seperti kata
Al-Qur’an, makhluq, qaul, al-qurb, talaqqa, saiq, tasyaqqaq dan sebagainya.14
4. Hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surat;
Contoh pada hubungan antara ayat pertama dan ayat terakhir dapat kita temukan
dalam surat Al-Mu’minun [23], di mana ayat pertama berbunyi‫( قَ ْد أَ ْفلَ َح ال ُْم ْؤِمنُو َن‬QS. Al-
Mu’minun: 1). Sedangkan pada akhir surat terdapat penggalan ayat ‫ن‬ َ ‫إِنَّهُ اَل ُي ْفلِ ُح الْ َك افِ ُرو‬
(QS. Al-Mu’minum: 117).15 Hubungan di antara kedua ayat tersebut adalah hubungan al-
mudhadat atau perlawanan.
Al-Kirmani dalam kitab al-‘Ajaib berkata tentang surat ‫ص‬ (Shad) bahwa “Allah
memulai dengan peringatan, yaitu “Demi Al-Qur’an yang mengandung peringatan” (QS.
Shad: 1), dan menutupnya dengannya juga, yaitu “Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah
peringatan bagi semesta alam” (QS. Shad: 87)16
5. Hubungan satu ayat dengan ayat yang lain;
Munasabah antar ayat dengan ayat lain baik yang berdampingan maupun yang tidak
berdampingan sering kali terlihat baik secara jelas maupun tidak. Pola munasabah yang
muncul biasanya pola ta’kid (penguat), tafsir (penjelas), i’tiradh (bantahan), dan tasydid
(penegasan).17
Contoh munasabah dengan pola ta’kid atau memperkuat makna ayat di sampingnya
dapat dilihat pada QS. Al-Fatihah: 1-2 (lafal basmalah dan hamdalah), di mana lafal
“rabb al-‘alamin” memperkuat kata “ar-rahman” dan “ar-rahim” pada ayat sebelumnya.
Sedangkan munasabah yang berpola tafsir seperti disebutkan dalam QS. Al-Baqarah
[2]: 2-3 yang berbunyi:
‫ْمت َِّق ْي َن‬ ِ َ ِ‫ٰذل‬
ِ ِ ‫ْكتٰب اَل ري‬
ُ ‫ب ۛ ف ْيه ۛ ھ ًدى لِّل‬
َ َْ ُ ‫ك ال‬
14
Ibid., hlm. 1857.
15
Ibid., hlm. 1851.
16
Ibid.
17
Najibah Nida Nurjanah, Urgensi Munasabah, hlm. 118.

6|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
‫الصلٰوةَ َوِم َّما َرَزق ْٰن ُه ْم ُي ْن ِف ُق ْو َن‬ ِ ‫الَّ ِذيْ َن ُي ْؤِمُن ْو َن بِالْغَْي‬
َّ ‫ب َويُِق ْي ُم ْو َن‬
“(2) Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa (3) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan
menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka”
Ayat ke-3 tersebut menjadi tafsir dari kata “al-muttaqiin” pada ayat kedua, sehingga
diperoleh makna bahwa yang dimaksud orang yang bertaqwa adalah mereka yang
beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat dan seterusnya.18
Contoh lain yang jelas munasabahnya seperti QS. Al-Mu’minun [23]: 1 sampai
dengan ayat 11. Ayat pertama ditafsiri dengan 10 ayat berikutnya, yaitu tentang kriteria
mukmin yang beruntung.
6. Hubungan kata (kalimat) satu dengan kata (kalimat) lain dalam satu ayat;
Pola hubungan munasabah ini seringkali berbentuk lawan kata, seperti dalam QS.
Al-Hadid [57]: 4 yang berbunyi:
‫ض َوَم ا‬ِ ‫ش ۚ َي ْعلَ ُم َم ا يَلِ ُج فِى ٱأْل َْر‬ ٰ ‫ض فِى ِس ت َِّة أَيَّ ٍام ثُ َّم ٱ ْس َت َو‬
ِ ‫ى َعلَى ٱل َْع ْر‬ ِ ‫لس مٰٰو‬
َ ‫ت َوٱأْل َْر‬
ِ َّ
َ َ َّ ‫ُه َو ٱلذى َخلَ َق ٱ‬
ِ ‫لس مآ ِء وم ا ي ْع رج فِ َيه ا ۖ و ُه و مع ُكم أَيْن م ا ُكنتُم ۚ وٱللَّهُ بِم ا َت ْعملُ و َن ب‬ ِ ِ ‫ي ْخ ر‬
‫ص ٌير‬ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ََ َ َ ُ ُ َ َ َ َ َّ ‫ج م ْن َه ا َوَم ا يَ ن ِز ُل م َن ٱ‬ ُُ َ
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang
keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan
Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”
Antara kata “yaliju” (masuk) dengan kata “yakhruju” (keluar), dan kata “yanzilu” (turun)
dengan kata “ya’ruju” (naik) memiliki korelasi perlawanan.19
7. Hubungan antara penutup ayat (fashilah) dengan isi ayat itu sendiri; dan,
Macam Munasabah ini mengandung tujuan tertentu, di antaranya adalah untuk
menguatkan (tamkin) makna yang terkandung dalam suatu ayat. Contoh dalam QS. An-
ِ
َ ‫ُم ْدب ِر‬
Naml [27]: 80 yang berbunyi  ‫ين‬ ۟‫آء إِذَا َولَّْوا‬
َ ‫ُّع‬ ُّ ‫ك اَل تُ ْس ِم ُع ٱل َْم ْوتَ ٰى َواَل تُ ْس ِم ُع ٱ‬
َ ‫لص َّم ٱلد‬ َ َّ‫إِن‬
“Sesungguhnya kami tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan
(tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka
telah berpaling membelakang”
ِ َّ
Kalimat َ ‫( إِذَا َول ْو ۟ا ُم ْدب ِر‬apabila
‫ين‬ mereka telah berpaling membelakang) merupakan
penjelasan tambahan terhadap makna ‫م‬
َّ ‫لص‬
ُّ ‫( ٱ‬orang yang tuli).20
8. Hubungan antara penutup surat dengan awal surat berikutnya;

18
Ibid., hlm. 119.
19
Rahmat Sholihin, “Munasabah Al-Qur’an: Studi Menemukan Tema Yang Saling Berkorelasi Dalam Konteks
Pendidikan Islam”. Jurnal of Islamic and Law Studies, Vol. 2, No. 1, 2018, hlm. 11.
20
Ibid,, hlm. 13.

7|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
Salah satu contoh dari hubungan ini adalah penutup surat al-Waqi’ah dengan awal
surat al-Hadid, di mana ayat terakhir surat al-Waqi’ah: 96 berupa perintah bertasbih
kepada Allah (‫العظيم‬ ‫) فسبح باسم ربك‬, sedangkan awal surat al-Hadid: 1 adalah bacaan
tasbih
(‫الحكيم‬ ‫)سبح هلل مافى السموات واألرض وهو العزيز‬.21
C. Manfaat Mempelajari Munasabah Al-Qur’an
Sejak Al-Qur’an selesai diturunkan dengan ditandai wafatnya Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬, banyak ilmu yang berkembang sebagai konsekuensi terhadap adanya
tuntutan agar setiap muslim dapat membaca dan memahami Al-Qur’an secara lebih mudah
sehingga dapat mengamalkan pesan-pesan dan ajaran yang ada di dalamnya. Ilmu tentang
penyempurnaan tulisan huruf hijaiyah, ilmu nahwu dan sharaf, ilmu balaghah, ‘ulum al-
Qur’an, ilmu tajwid, ilmu fashahah, qiraat sab’ah, ilmu asbab an-nuzul, adabi tilawat al-
Qur’an, ma’rifat al-Muhkan wa al-Mutasyabih, I’jaz al-Qur’an, ilmu tafsir dan ilmu
munasabah merupakan sebagian kecil dari ilmu-ilmu yang berkembang sebab turunnya
Al-Qur’an.
Mengenai manfaat mempelajari munasabah Al-Qur’an ini, al-Biqa’i menjelaskan
bahwa munasabah memiliki manfaat yang sangat penting, di antarnya berguna untuk:
1) Mengetahui alasan-alasan dibalik penomoran ayat dan surat;
2) Memahami sebab keterkaitan dan koherensi ayat sebelum dan sesudahnya;
3) Mengetahui pesan-pesan rahasia Al-Qur’an dalam kemasan bahasa dengan makna-
makna yang sesuai;
4) Mengetahui maksud urutan surat dalam suatu ikatan yang menyeluruh.22
Badruddin Muhammad Al-Zarkasyi menuliskan bahwa manfaat ilmu munasabah
Al-Qur’an antara lain adalah menjadikan sebagian pembahasan dalam Al-Qur’an berkaitan
dengan sebagian yang lain sehingga hubungannya menjadi kuat, susunannya kokoh dan
bersesuaian antarbagiannya seperti bangunan yang kokoh. Dengan kata lain manfaat ilmu
ini adalah sebagai penyatu (al-wihdah) Al-Qur’an yang terurai dalam banyak ayat dan
surat, namun masing-masing ayat dan surat memiliki nilai-nilai kesesuaian dan kesatuan.
Sedangkan Ibnu ‘Arabi berpendapat bahwa manfaat mempelajari ilmu munasabah ini
adalah sebagai alat dalam menggali pesan-pesan Al-Qur’an itu sendiri.23
Di antara manfaat ilmu munasabah selain yang telah disebutkan di atas adalah:

21
Jalaluddin Suyuthi, Al-Itqan, hlm. 1853.
22
Ibrahim bin ‘Umar al-Biqai, Nadzm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar, Juz 1. Kairo: Dar al-Kitab al-
Islami, t.th, hlm. 5-6.
23
John Supriyanto, “Munasabah al-Qur’an…”, hlm. 56.

8|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
1) Dipakai untuk memahami ayat-ayat yang tidak punya asbab nuzul yang spesifik,
sehingga keberadaan ilmu ini dapat mengisi kekosongan dari ketiadaan asbab nuzul
pada sebagian ayat Al-Qur’an.
2) Dapat menepis anggapan sebagian orang bahwa tema-tema Al-Qur’an kehilangan
relevansinya antara satu bagian dengan bagian yang lain karena penyusunan yang tidak
sesuai dengan kronologis turunnya.
3) Untuk mengetahui korelasi antar bagian Al-Qur’an, baik antarkalimat, antarsurat
maupun antarayat sehingga lebih memperdalam pemahaman terhadap Al-Qur’an dan
memperkuat keyakinan terhadap mukjizatnya.
4) Untuk mengetahui kualitas dan tingkat kesusastraan Al-Qur’an.
5) Untuk membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara lebih tepat dan akurat
setelah diketahui hubungan suatu kalimat dengan kalimat atau ayat yang lain. (tafsir
Al-Qur’an bi Al-Qur’an).24

24
Rahmat Sholihin, “Munasabah Al-Qur’an…”, hlm. 15-17.

9|S T U D I A L - Q U R ’A N D A N A L - H A D I S
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Munasabah secara etimologi merupakan bentuk mashdar dari kata (‫يناسب‬ - ‫)ناسب‬
yang mengikuti wazan fi’il tsulatsi mazid (‫يفاعل‬ - ‫)فاع ل‬ berarti cocok, sesuai, pantas,
layak, imbang, dan berhubungan/berkaitan. Sedangkan secara terminologi, para ulama
memberikan definisi yang cukup beragam meskipun pada pokoknya sama, yaitu
munasabah didefinisikan sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian permulaan
ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan lafadz khusus, atau hubungan antar ayat
yang terkait dengan sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, kemiripan ayat, pertentangan dan
sebagainya, yang manfaat ilmu ini adalah menjadikan bagian-bagian kalam saling terkait
sehingga penyusunannya menjadi seperti bangunan yang kokoh dan tersusun secara
harmonis.
Munasabah dalam Al-Qur’an terinci dalam beberapa hubungan (korelasi) meliputi:
1) Hubungan satu surat dengan surat lain; 2) Hubungan antara nama surat dengan isi atau
tujuan surat; 3) Hubungan antara fawatih al-suwar dengan isi surat; 4) Hubungan satu
ayat dengan ayat yang lain; 5) Hubungan satu ayat dengan ayat yang lain; 6) Hubungan
kata (kalimat) satu dengan kata (kalimat) lain dalam satu ayat; 7) Hubungan antara
penutup ayat (fashilah) dengan isi ayat itu sendiri; dan 8) Hubungan antara penutup surat
dengan awal surat berikutnya.
Adapun manfaat ilmu munasabah ini antara lain untuk mengetahui alasan-alasan
dibalik penomoran ayat dan surat, untuk memahami sebab keterkaitan dan koherensi ayat
sebelum dan sesudahnya, untuk mengetahui pesan-pesan rahasia Al-Qur’an dalam
kemasan bahasa dengan makna-makna yang sesuai, untuk mengetahui maksud urutan
surat dalam suatu ikatan yang menyeluruh, sebagai penyatu (al-wihdah) Al-Qur’an yang
terurai dalam banyak ayat dan surat, untuk memahami ayat-ayat yang tidak punya asbab
nuzul yang spesifik, untuk menepis anggapan sebagian orang bahwa tema-tema Al-
Qur’an kehilangan relevansinya antara satu bagian dengan bagian yang lain, untuk
mengetahui korelasi antar bagian Al-Qur’an, untuk mengetahui kualitas dan tingkat
kesusastraan Al-Qur’an, dan sebagai sarana tafsir Al-Qur’an bi Al-Qur’an.
B. Saran
Makalah yang telah penulis susun ini tidak lain hanyalah merupakan pembahasan
yang sangat dangkal karena sebatas pembahasan secara ijmal dan bukan pembahasan

10 | S T U D I A L - Q U R ’ A N D A N A L - H A D I S
yang komprehensif, bahkan tulisan ini pun tidak dapat dikatakan sebagai pengantar ilmu
munasabah karena singkatnya pembahasan dalam tulisan ini. Maka penulis menyarankan
kepada para pembaca agar dapat mempelajari ilmu munasabah ini secara lebih
konprehensif dengan membaca sumber-sumber mu’tabarah yang berkaitan dengan
pembahasan ilmu munasabah secara langsung.

11 | S T U D I A L - Q U R ’ A N D A N A L - H A D I S
DAFTAR PUSTAKA

Adlim, Ah. Fauzul . 2018. “Teori Munasabah dan Aplikasinya dalam Al-Qur’an” dalam Al-
Furqan: Jurnal Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Vol. 1 No. 1.
Affani, Syukron. “Dinamika Munasabah: Problem Tafsir Al-Qur’an bi Al-Qur’an”, artikel
tidak diterbitkan
Biqai, Ibrahim bin ‘Umar. t.t. Nadzm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar, Juz 1. Kairo:
Dar al-Kitab al-Islami.
Husni, Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu al Qur’an, terj. Rosihon
Anwar, Bandung: Pustaka Setia.
Nurjanah, Najibah Nida. 2020. “Urgensi Munasabah Ayat dalam Penafsiran al-Qur’an” dalam
Jurnal al-Fath, Vol. 14, No. 1, Banten.
Qaththan, Manna’. 1973. Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, Mansyurat Al-‘Ashr Al-Hadits.
Sharia, Atef.Aplikasi Kamus Almaany Arabic Indonesian. Versi 1.10.
Sholihin, Rahmat. 2018. “Munasabah Al-Qur’an: Studi Menemukan Tema Yang Saling
Berkorelasi Dalam Konteks Pendidikan Islam” dalam Jurnal of Islamic and Law
Studies, Vol. 2, No. 1.
Supriyanto, John. 2013. “Munasabah al-Qur’an: Studi Korelatif Antar Surat Bacaan Shalat-
shalat Nabi” dalam Jurnal Intizar, Vol. 19, No. 1, Palembang.
Suyuti, Jalaluddin. t.t. Al-Itqan fii ‘ulum al-Qur’an, Juz V. Arab Saudi: Markaz ad-Dirasat al-
Qur’aniyah.

12 | S T U D I A L - Q U R ’ A N D A N A L - H A D I S
CURRICULUM VITAE

Nama lengkap : Muhamad Ainun Najib, S.H.


Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat Domisili : Jl. Darmo Wiyono, RT. 06, RW. 06, Desa Wiyono, Kecamatan
Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
Nomor HP : 0822-9252-0123
Email : caknunjr94@gmail.com
Pendidikan formal : S-1 Hukum Islam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Pekerjaan : Hakim
Satuan Kerja : Pengadilan Agama Gedong Tataan

13 | S T U D I A L - Q U R ’ A N D A N A L - H A D I S

Anda mungkin juga menyukai